MAKALAH
Dosen Pembimbing:
Risvan Akhir Roswandi, S.Sy, M.H.
Disusun oleh:
Rizky Ananda Putra 12070312086
T.Kurnia Irohim 12070310807
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat,
taufiq, dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang bejudul
Madzhab Imam Hanafi ini dengan baik, meskipun banyak kekurangan di
dalamnya. Kami beharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, kami berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang
akan kami susun di masa yang akan datang mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga makalah yang telah kami susun
ini beguna bagi kita maupun orang yang membacanya.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN...................................................................................................1
BAB II
PEMBAHASAN......................................................................................................3
PENUTUP.......................................................................................................................10
3.1 Kesimpulan...................................................................................................10
DAFTAR
PUSTAKA........................................................................................................................11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Mengacu pada latar belakang permasalahan yang ada, maka perumusan
masalahnya adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana biografi Imam Hanafi?
2. Bagaimana sejarah munculnya madzhab Imam Hanafi?
3. Apa saja dasar hukum yang dipakai dalam madzab Imam Hanafi?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.2 Sejarah Munculnya Madzhab Imam Hanafi
Madzhab Hanafi menjadi salah satu mazhab fikih tertua dalam masyarakat
Muslim. Pertama kali dirintis oleh Imam Abu Hanifah (150 H). Seorang ulama
yang tinggal di Kota Kufah, Irak.
Abu Hanifah meninggalkan tiga karya tulis, yaitu kitab Al-Fiqh Al-
Akbar, Al-Fiqh Al-Absath, dan Al-Alim Wa Al-Muta'allim. Tidak ada yang secara
khusus membahas tentang hukum Islam. Pemikiran hukum Islam Abu Hanifah
lebih banyak diperoleh dari karya-karya muridnya, seperti Abu Yusuf (182 H) dan
Muhammad bin Al-Hasan Al-Syaiban (189 H).
Abu Yusuf mengarang Kitab al-Atsar dan Kitab Al-Kharaj. Kedua karya
tersebut menarik perhatian pemerintah pada era Abbasiyah. Khalifah Harun Al-
Rasyid mengangkat Abu Yusuf sebagai Hakim Agung. Tugasnya tak hanya
memutus persoalan hukum yang terjadi di wilayah kekuasaan Abbasiyah, tetapi
juga mengangkat para hakim lokal. Abu Yusuf lebih banyak mengangkat para ahli
yang memiliki kemampuan memutuskan hukum dengan metode Imam Abu
Hanifah. Karena kebijakan ini, masyarakat pada akhirnya lebih mengenal
pandangan-pandangan hukum Mazhab Hanafi dibanding pandangan mazhab lain.
Di antara lokasi yang menjadi pusat penyebaran Mazhab Hanafi adalah Irak,
Khurasan, Syam, Mesir, dan wilayah Afrika Utara lainnya.
Al-Mayuriqi (488 H), dalam kitab Jadwah Al-Muqtabis Fi Dzikri Wulat Al-
Andalus, membenarkan keterlibatan kekuasaan dalam penyebaran Mazhab Hanafi.
Dia mengutip pernyataan Ibn Hazm, seorang ulama Andalusia bermazhab Zahiri
yang mencatat, "Dua mazhab yang berkembang karena dukungan kekuasaan
adalah Mazhab Hanafi di Timur dan Mazhab Maliki di Andalusia."
Pengaruh Mazhab Hanafi yang kuat di masyarakat Abbasiyah, ditunjukkan
salah satunya ketika Khalifah Al-Qadir Billah mengganti hakim kota Baghdad
dengan hakim bermazhab Syafi'i bernama Al-Barizi.
Menurut Ahmad Timur dalam buku Nazhrah Tarikhiyyah Fi Huduts Al-
Madzahib Al-Fiqhiyyah Al-Arba'ah, kebijakan tersebut memicu konflik di
masyarakat bawah. Khalifah Al-Qadir Billah akhirnya mengembalikan jabatan
4
hakim kepada ulama bermazhab Hanafi untuk menghentikan keresahan. Sejak
saat itu, Mazhab Hanafi memiliki posisi yang kuat dalam pemerintahan.
Dalam catatan Christie S. Warren yang dipublikasikan Oxford
Bibliographies, dituliskan bahwa pada abad ke-16 Kekhalifahan Turki Usmani
mengadopsi Mazhab Hanafi sebagai mazhab resmi negara. Hal ini sekali lagi
menunjukkan pengaruh mazhab Hanafi yang kuat pada era kekhalifahan Turki
Usmani.
5
mengkompilasi fatwa yang sangat kaya. Penyebaran ke berbagai wilayah tersebut
tidak dapat dilepaskan dari dukungan penguasa Abbasiyah di masa lalu dan
penguasa Turki Usmani pada era modern.
Saat ini, mazhab Hanafi menjadi mazhab yang dominan di beberapa negeri
mayoritas Muslim. Christie S. Warren mencatat bahwa Mazhab Hanafi banyak
dianut di Yordania, Lebanon, Pakistan, Suriah, Turki, Uni Emirat Arab,
Bangladesh, Mesir, India, dan Irak.
Pengaruh Mazhab Hanafi dapat dilihat dalam sejumlah praktik masyarakat
di negara-negara yang mengikuti mazhab tersebut. Salah satu praktik ibadah yang
didasarkan kepada Mazhab Hanafi adalah azan yang digunakan di sebagian
masjid di India dan Afghanistan. Praktik yang dapat ditemui pada sebagian masjid
penganut Mazhab Hanafi, bacaan takbirnya hanya dua kali. Azan semacam ini
didasarkan kepada pendapat Abu Yusuf dan Muhammad bin Al-Hasan Al-
Syaibani.
Praktik ibadah lain yang didasarkan kepada Mazhab Hanafi adalah cara
berwudu dengan cara duduk di tempat yang tinggi seperti bangku. Di tempat
wudu di masjid-masjid Turki, negara yang banyak ditemukan penganut Mazhab
Hanafi, disediakan bangku duduk di depan kran-kran wudu. Hal ini karena dalam
Mazhab Hanafi, sebagaimana juga fatwa dalam mazhab Maliki, sangat dianjurkan
duduk di tempat agak tinggi saat berwudu. Tujuannya untuk menghindari
percikan air bekas wudu yang menurut sebagian pendapat dinilai najis.
6
2.3 Dasar Hukum Madzab Imam Hanafi
Dalam menetapkan suatu hukum imam Abu Hanifah menggunakan
beberapa dasar hukum diantaraanya.
1. Al Qur’an
Al Qur’an adalah wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW
melalui malaikat Jibril. Menurut ulama Ushul Al-qur’an adalah, “Kalam Allah
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang ditulis dalam mushaf,
berbahasa arab, dinukilkan kepada kita dengan jalan mutawatir, diawali dari
surat Al-Fatihah, diakhiri dengan surat An-Nas dan membacanya merupakan
ibadah. Penguraian garis besar juga menegaskan bahwa Al-Qur’an dirinci oleh
Rasulullah SAW dalam menentukan kebijakan hukum Islam dan
pembatasannya.
2. Hadits
Hadits merupakan perbuatan, persetujuan, sifat-sifat Rasulullah SAW baik sifat
jasmani ataupun sifat akhlaq. Sunnah merupakan sumber syariat Islam setelah
Al Quran. Sunnah berfungsi merinci garis besar Al Quran, menjelaskan yang
musykil, membatasi yang muthlak, dan memberikan penjelasan hukum.
Demikian sunnah mengikut Al-Qur’an sebagai penjelas kaidah umum dalam
Al-Qur’an.
3. Ijma’
Ijma’ adalah Kesepakatan para ahli fiqih dalam sebuah periode tentang suatu
masalah urusan agama setelah wafatnya Rasulullah SAW. Sejumlah ayat dan
sunnah menjelaskan bahwa Ijma’ adalah sumber dan hujjah dalam menetapkan
hukum.
4. Qiyas
Qiyas adalah menyamakan suatu perkara dengan perkara (yang sudah ada
ketetapan hukumnya), dalam hukum syariat kedua perkara ini ada kesamaan
illat. Menurut ulama ushul qiyas adalah memberlakukan suatu hukum yang
sudah ada nashnya kepada hukum yang tidak ada nashnya berdasarkan
kesamaan illat. Contoh, Allah mengharamkan khamar karena memabukan,
maka segala makanan dan minuman yang memabukan hukumnya sama dengan
khamar yaitu haram.
7
5. Aqwalush shahabah (Ucapan Para Sahabat)
Ucapan para sahabat menurut Imam hanafi itu sangat penting karena menurut
beliau para sahabat merupakan pembawa ajaran rasul setelah generasi beliau.
6. Istihsan
Pengertian Istihsan menurut bahasa ialah menganggap baik sesuatu, sedangkan
menurut istilah ialah kecenderungan seseorang pada sesuatu karena
menganggapnya lebih baik, meskipun hal itu dianggap tidak baik oleh orang
lain. Para ulama juga mempunyai pendapat yang berbeda-beda mengenai
definisi dari istihasn itu sendiri, salah satunya adalah pengikut Mazhab Hanafi
yang menyebutkan bahwa Istihsan berarti kecenderungan yang lebih baik (adil)
untuk mendapatkan pemecahan masalah yang tepat.
Al-istihsan artinya berpindahnya seorang mujtahid dari suatu dalil qiyas kepada
qiyas yang lain yang lebih kuat pengaruhnya atau lebih sesuai bagi kepentingan
manusia, meskipun bisa saja secara teknis dalil qiyas yang digunakan lebih
lemah dari pada dalil qiyas yang ditinggalkan. Dalam madzhab ini istihsan
tidak diragukan lagi sebagai salah satu dari dalil dalam menentukan suatu
hukum.
7. Urf
Menurut bahasa, berasal dari kata ‘arofa-ya’rufu-ma’rufan yang berarti “yang
baik”. Sedangkan menurut istilah adalah apa yang dikenal oleh manusia dan
menjadi tradisinya, baik ucapan, perbuatan ataupun pantangan-pantangan. Atau
dalam istilah lain biasa disebut adat (kebiasaan). Sebenarnya, para ulama’ ushul
fikih membedakan antara adat dengan Urf dalam membahas kedudukannya
sebagai salah satu dalil untuk menetapkan hukum syara’. Adat didefinisikan
dengan “sesuatu yang dikerjakan secara berulang-ulang tanpa adanya hubungan
yang rasional”.
8
2.4 Karakteristik Mazhab Hanafi
Sahal ibn Muzahim, sebaimana yang dikutip oleh Hasbi ash-Shiddieqy,
menerangkan bahwa dasar-dasar (sumber-sumber) hukum Abu Hanifah dalam
menegakkan Fiqih adalah : “Abu Hanifah memegangi riwayat orang yang
terpercaya dan menjauh kan diri dari keburuan serta memperhatikan muamalat
manusia dan adat. Beliau memegang Qiyas. Kalau tidak baik dalam satu-satu
masalah di dasarkan kepada Qiyas, beliau memegangi istihsan selama yang
demikian itu dapat dilakukan. Kalau tidak, beliau berpegang kepada adat dan ‘uruf
Ringkasnya. Dasar sumber-sumber atau karakteristik hukum mazhab Hanafi, ialah
:
a. Al-Qur’an
b. Sunnah Rasullullah SAW (hadits) dan azas-azas yang shahih yang telah
masyhur di antara para ulama
c. Fatwa-fatwa para sahabat
d. Qiyas
e. Istihsan
f. Adat dan ‘uruf masyarakat
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
10
DAFTAR PUSTAKA
http://ahsinunniam.blogspot.com/2016/04/makalah-mazhab-hanafi-imam-abu-
hanifah.html (diakses 20 September 2022)
http://akusukaani.blogspot.com/2017/03/makalah-mazhab-hanafi.html (diakses 20
September 2022)
http://kajikisah.blogspot.com/2015/08/biografi-singkat-imam-abu-hanifah.html
(diakses 20 September 2022)
http://repository.uin-suska.ac.id/7241/3/BAB%20II.pdf (diakses 20 September
2022)
https://beritagar.id/artikel/ramadan/perkembangan-mazhab-hanafi (diakses 20
September 2022)
11