oleh:
DANDY IRAWAN
1702110574
AHMAD HIDAYAT
1702110572
الرحي ِْم
ِ الرح َم ِن
ْ ِبِ ْس ِم هللا
Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji dan syukur penulis panjatkan kehdirat Allah SWT, karena atas limpah
rahmat dan karunia-nya, kami dapat menyelesaikan makalah sederhana ini,
meskipun sangat jauh dari kata sempurna. Shalawat serta salam tak lupa pula
kami haturkan kepada keharibaan junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW,
keluarga, sahabat, tabi’in, serta kita umat beliau hingga Akhir zaman.
Tujuan dalam pembuatan makalah ini antara lain untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah teologi islam dengan judul “Fiqih Imam Abu Hanifah”.
Akhirnya, penulis berharap semoga makalah sederhana ini berguna bagi pembaca.
Kritik dan saran yang membangun selalu penulis harapkan
demiperbaikan makalah ini. Segala sesuatu yang benar itu datangnya dari
Allah, dan yang salah itu berasal dari penulis sendiri.Semoga bermanfaat.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ................................................................................................
B. Saran ...........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akidah merupakan tunjang utama bagi umat Islam dalam mendepani gelombang
pemikiran masa kini. Gelombang tersebut menyerang melalui dua sudut, pertama;
sudut luaran daripada ajaran Islam seperti pemikiran Barat yang menyajikan
kepada dunia faham-faham seumpama sekularisme dan materialisme yang jauh
daripada penghayatan agama. Kedua; sudut dalaman Islam sendiri seperti
penyelewengan-penyelewengan daripada sesetengah golongan yang taksub
kepada suatu ajaran dan fahaman yang tidak selari dengan sumber agama seperti
ajaran sesat, fahaman Syiah dan Wahabiyah.
Selain menggoyahkan akidah, kedua-dua sudut tersebut juga bertujuan
memesongkan akidah Muslim atau sekurang-kurangnya melemahkan jati diri
Muslim dan menggugat keharmonian masyarakat Muslim itu sendiri. Hanya
mereka yang mempunyai asas akidah yang kuat sahaja tidak mudah terpedaya dan
dapat menangkis serta mempertahankan akidah yang sebenar.
Justeru, dalam usaha memperkukuhkan fahaman akidah yang tepat bagi umat
Islam semasa, maka prinsip akidah yang dikemukakan oleh salah seorang tokoh
salaf seperti Imam Abu Hanifah (m.150H/767M) adalah lebih utama
diketengahkan. Ini disebabkan beliau merupakan ilmuwan terkemuka dalam
pelbagai lapangan ilmu termasuk disiplin akidah dan fiqh. Pemikiran dan idea
yang beliau sampaikan juga telah terbukti kebenarannya seterusnya diiktiraf serta
disebarluaskan oleh sarjana-sarjana Muslim terkemudian.
Oleh yang demikian, makalah ini mengetengahkan salah satu risalah utama beliau
dalam persoalan akidah, iaitu Wasiyyah. Risalah ini menggariskan sebanyak dua
belas prinsip akidah Ahl al-Sunnah wa al-Jama`ah yang perlu dilazimi oleh semua
umat Islam supaya mereka sentiasa berada dalam golongan Ahl al-Sunnah wa al-
Jama`ah dan tidak terperangkap dengan golongan pelaku Anuar, Manawi & Basri,
“Prinsip-Prinsip Ahl al-Sunnah wa al-Jama`ah,” Afkar Edisi Khas (2014): 1-36
B. Rumusan masalah
1. Jelaskan biografi Imam Abu Hanifah?
2. Jelaskan dasar-dasar Mazhab?
3. Jelaskan karya dan pengikutnya?
C. Tujuan
1. Mengetahui biografi Imam Abu Hanifah.
2. Mengetahui dasar-dasar Mazhab.
3. Mengetahui karya dan pengikutnya.
D. Manfaat
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Fiqih.
2. Dapat menjadi rujukan bagi pembaca apabila memerlukan pembelajaran
tentang fiqih Imam Abu Hanifah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Imam Abu Hanifah
Imam Abu Hanifah yang dikenal dengan dengan sebutan Imam Hanafi
bernama asli Abu Hanifah Nu’man bin Tsabit Al Kufi, lahir di Irak pada tahun 80
Hijriah (699 M), pada masa kekhalifahan Bani Umayyah Abdul Malik bin
Marwan. Beliau digelari Abu Hanifah (suci dan lurus) karena kesungguhannya
dalam beribadah sejak masa kecilnya, berakhlak mulia serta menjauhi perbuatan
dosa dan keji.dan mazhab fiqhinya dinamakan Mazhab Hanafi. Gelar ini
merupakan berkah dari doa Ali bin Abi Thalib r.a, dimana suatu saat ayahnya
(Tsabit) diajak oleh kakeknya (Zauti) untuk berziarah ke kediaman Ali r.a yang
saat itu sedang menetap di Kufa akibat pertikaian politik yang mengguncang
ummat islam pada saat itu, Ali r.a mendoakan agar keturunan Tsabit kelak akan
menjadi orang orang yang utama di zamannya, dan doa itu pun terkabul dengan
hadirnya Imam hanafi, namun tak lama kemudian ayahnya meninggal dunia.
Imam Hanafi disebutkan sebagai tokoh yang pertama kali menyusun kitab
fiqh berdasarkan kelompok-kelompok yang berawal dari kesucian (taharah), salat
dan seterusnya, yang kemudian diikuti oleh ulama-ulama sesudahnya seperti
Malik bin Anas, Imam Syafi’i, Abu Dawud, Bukhari, Muslim dan lainnya.Karya
besar yang ditinggalkan oleh Imam hanafi yaitu Fiqh Akhbar, Al ‘Alim
Walmutam dan Musnad Fiqh Akhbar.
B. Dasar-dasar Mazhab
Pengertian Mazhab secara bahasa artinya adalah tempat untuk pergi.
Berasal dari kata zahaba - yazhabu - zihaaban .Mahzab adalah isim makan dan
isim zaman dari akar kata tersebut.
Sedangkan secara istilah, mazhab adalah sebuah metodologi ilmiyah
dalam mengambil kesimpulan hukum dari kitabullah dan Sunnah Nabawiyah.
Mazhab yang kita maksudnya di sini adalah mazhab fiqih.
Mazhab tidak hanya empat saja sesungguhnya mazhab fiqih itu bukan
hanya ada 4 saja, tetapi masih ada banyak lagi yang lainnya. Bahkan jumlahnya
bisa mencapai puluhan.Namun yang terkenal hingga sekarang ini memang hanya
4 saja. Padahal kita juga mengenal mazhab selain yang 4 seperti mazhab Al-
Ibadhiyah yang didirikan oleh Jabir bin Zaid , juga mazhab Az-Zaidiyah yang
didirikan oleh Zaid bin Ali Zainal Abidin , juga ada mazhab Azh-Zahiriyah yang
didirikan oleh Daud bion Ali Azh-Zhahiri dan mazhab-mazhab lainnya.
Sedangkan yang kita kenal 4 mazhab sekarang ini adalah karena
keempatnya merupakan mazhab yang telah terbukti sepanjang zaman bisa tetap
bertahan, padahal usianya sudah lebih dari 1.000 tahun. Al-Hanafiyah, Al-
Malikiyah, Asy-Syafi’iyah dan Al-Hanabilah adalah empat dari sekian puluh
mazhab yang pernah berkembang di masa kejayaan fiqih dan mampu bertahan
hingga sekarang ini.Di dalamnya terdapat ratusan tokoh ulama ahli yang
meneruskan dan melanggengkan mazhab gurunya.Dan masing-masing memiliki
pengikut yang jumlahnya paling besar, serta mampu bertahan dalam waktu yang
sangat lama.
Diriwayatkan oleh Isa bin Abban dan Muhammad bin Sima’ah yang
keduanya murid Muhammad bin Hasan.kitab ini dimulai dengan bab shalat.
Karena sistematika kitab ini tidak teratur, maka disusun kembali oleh Al-Qodhi
Abdut-Thahir Muhammad bin Muhammad Adalah-Dabbas
c. Kitab Al Jaami’ul Kabir (Himpunan Besar). Kitab ini sama dengan Al-
Jaami’ush Shaghir hanya uraiannya lebih luas.
d. Kitab As-Sairu Al-shaghir (sejarah hidup kecil). Berisi tentang jihad (hukum
perang)
e. Ktab As-Sairul Kabiir (sejarah hidup besar). Berisi masalah-masalah fiqih yang
ditulis oleh Muhammad bin Hasan
f. Kitab Az-Ziyaadat.[1]
Keenam buku tersebut dikumpulkan dalam Mukhtashar al-Kafi yang disusun oleh
Abu Fadhal Al-Muruzi.[2]
Dalam bidang fiqih ada kitab Al Musnad kitab Al-Makharij dan Fiqih Al-
Akbar, dan dalam masalah aqidah ada kitab al-Fiqh Al-Asqar. Dalam bidang
ushul fiqih buah pikiran Imam Abu Hanifah dapat dirujuk antara lain dalam Ushul
as-Sarakhsi oleh Asy-Sarakhsi dan Kanz al-wusul ila ilm al usul karya Imam al-
Bazdawi.[5]
Di antara karyanya (kitabnya) antara lain : Al-kharaj, Al-Athar dan juga Arras
‘ala siari al-auzali. Di antara muridnya yang lain ialah : A-Hazail, mereka tidak
banyak mengarang buku, beliau banyak memberikan pelajaran dengan mengajar
cara lisan saja.
Begitu juga Al-Hasan bin Zaid Al-Lu’lu, mereka juga termasuk di antara
muridnya juga, mereka menjadi qadli kota Kufah, antara lain kitab karangan
beliau Al-Qadhi, Al-Khisal, Ma’ani Al-Iman, An-Nafaqat, Al-Kharaj, Al-
Fara’idh, Al-Wasaya dan Al-Amani.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari kisah dari Imam Abu Hanifah kita tau bahwa ilmu itu tidak ada
habisnya, Imam Abu Hanifah mendedikasikan dirinya untuk memperdalam dan
meneliti lebih dalam fiqih Islam dan membuat Mazhab Hanafi hanya untuk umat
Islam agar lebih tau tentang hukum-hukum agar tidak terjadi kekeliruan hukum
penafsiran dari Al-Qur’an dan dapart diartikan lebih banyak.
A. SARAN