Anda di halaman 1dari 11

FIQIH IMAM ABU HANIFAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah: Pengantar Ilmu Fiqih

Dosen Pembimbing :Muhammad Norhadi

oleh:

DANDY IRAWAN
1702110574

AHMAD HIDAYAT
1702110572

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA


FAKULTAS SYARI’AH
PRODI AL- AHWAL AL- SYAKHSHIYAH
TAHUN 2017 M/1439 H
KATA PENGANTAR

‫الرحي ِْم‬
ِ ‫الرح َم ِن‬
ْ ِ‫بِ ْس ِم هللا‬
Assalamualaikum Wr.Wb.

Puji dan syukur penulis panjatkan kehdirat Allah SWT, karena atas limpah
rahmat dan karunia-nya, kami dapat menyelesaikan makalah sederhana ini,
meskipun sangat jauh dari kata sempurna. Shalawat serta salam tak lupa pula
kami haturkan kepada keharibaan junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW,
keluarga, sahabat, tabi’in, serta kita umat beliau hingga Akhir zaman.

Tujuan dalam pembuatan makalah ini antara lain untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah teologi islam dengan judul “Fiqih Imam Abu Hanifah”.
Akhirnya, penulis berharap semoga makalah sederhana ini berguna bagi pembaca.
Kritik dan saran yang membangun selalu penulis harapkan

demiperbaikan makalah ini. Segala sesuatu yang benar itu datangnya dari
Allah, dan yang salah itu berasal dari penulis sendiri.Semoga bermanfaat.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i


DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 1
C. Tujuan ........................................................................................................ 1
D. Manfaat ...................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Biografi Imam Abu Hanifah ......................................................................


B. Dasar-dasar Mazhab ...................................................................................
C. Karya dan Pengikut Imam Abu Hanifah
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................
B. Saran ...........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Akidah merupakan tunjang utama bagi umat Islam dalam mendepani gelombang
pemikiran masa kini. Gelombang tersebut menyerang melalui dua sudut, pertama;
sudut luaran daripada ajaran Islam seperti pemikiran Barat yang menyajikan
kepada dunia faham-faham seumpama sekularisme dan materialisme yang jauh
daripada penghayatan agama. Kedua; sudut dalaman Islam sendiri seperti
penyelewengan-penyelewengan daripada sesetengah golongan yang taksub
kepada suatu ajaran dan fahaman yang tidak selari dengan sumber agama seperti
ajaran sesat, fahaman Syiah dan Wahabiyah.
Selain menggoyahkan akidah, kedua-dua sudut tersebut juga bertujuan
memesongkan akidah Muslim atau sekurang-kurangnya melemahkan jati diri
Muslim dan menggugat keharmonian masyarakat Muslim itu sendiri. Hanya
mereka yang mempunyai asas akidah yang kuat sahaja tidak mudah terpedaya dan
dapat menangkis serta mempertahankan akidah yang sebenar.
Justeru, dalam usaha memperkukuhkan fahaman akidah yang tepat bagi umat
Islam semasa, maka prinsip akidah yang dikemukakan oleh salah seorang tokoh
salaf seperti Imam Abu Hanifah (m.150H/767M) adalah lebih utama
diketengahkan. Ini disebabkan beliau merupakan ilmuwan terkemuka dalam
pelbagai lapangan ilmu termasuk disiplin akidah dan fiqh. Pemikiran dan idea
yang beliau sampaikan juga telah terbukti kebenarannya seterusnya diiktiraf serta
disebarluaskan oleh sarjana-sarjana Muslim terkemudian.
Oleh yang demikian, makalah ini mengetengahkan salah satu risalah utama beliau
dalam persoalan akidah, iaitu Wasiyyah. Risalah ini menggariskan sebanyak dua
belas prinsip akidah Ahl al-Sunnah wa al-Jama`ah yang perlu dilazimi oleh semua
umat Islam supaya mereka sentiasa berada dalam golongan Ahl al-Sunnah wa al-
Jama`ah dan tidak terperangkap dengan golongan pelaku Anuar, Manawi & Basri,
“Prinsip-Prinsip Ahl al-Sunnah wa al-Jama`ah,” Afkar Edisi Khas (2014): 1-36

B. Rumusan masalah
1. Jelaskan biografi Imam Abu Hanifah?
2. Jelaskan dasar-dasar Mazhab?
3. Jelaskan karya dan pengikutnya?
C. Tujuan
1. Mengetahui biografi Imam Abu Hanifah.
2. Mengetahui dasar-dasar Mazhab.
3. Mengetahui karya dan pengikutnya.
D. Manfaat
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Fiqih.
2. Dapat menjadi rujukan bagi pembaca apabila memerlukan pembelajaran
tentang fiqih Imam Abu Hanifah

BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Imam Abu Hanifah

Imam Abu Hanifah yang dikenal dengan dengan sebutan Imam Hanafi
bernama asli Abu Hanifah Nu’man bin Tsabit Al Kufi, lahir di Irak pada tahun 80
Hijriah (699 M), pada masa kekhalifahan Bani Umayyah Abdul Malik bin
Marwan. Beliau digelari Abu Hanifah (suci dan lurus) karena kesungguhannya
dalam beribadah sejak masa kecilnya, berakhlak mulia serta menjauhi perbuatan
dosa dan keji.dan mazhab fiqhinya dinamakan Mazhab Hanafi. Gelar ini
merupakan berkah dari doa Ali bin Abi Thalib r.a, dimana suatu saat ayahnya
(Tsabit) diajak oleh kakeknya (Zauti) untuk berziarah ke kediaman Ali r.a yang
saat itu sedang menetap di Kufa akibat pertikaian politik yang mengguncang
ummat islam pada saat itu, Ali r.a mendoakan agar keturunan Tsabit kelak akan
menjadi orang orang yang utama di zamannya, dan doa itu pun terkabul dengan
hadirnya Imam hanafi, namun tak lama kemudian ayahnya meninggal dunia.

Pada masa remajanya, dengan segala kecemerlangan otaknya Imam Hanafi


telah menunjukkan kecintaannya kepada ilmu pengetahuan, terutama yang
berkaitan dengan hukum islam, kendati beliau anak seorang saudagar kaya namun
beliau sangat menjauhi hidup yang bermewah mewah, begitu pun setelah beliau
menjadi seorang pedagang yang sukses, hartanya lebih banyak didermakan
ketimbang untuk kepentingan sendiri.

Disamping kesungguhannya dalam menuntut ilmu fiqh, beliau juga


mendalami ilmu tafsir, hadis, bahasa arab dan ilmu hikmah, yang telah
mengantarkannya sebagai ahli fiqh, dan keahliannya itu diakui oleh ulama ulama
di zamannya, seperti Imam hammad bin Abi Sulaiman yang mempercayakannya
untuk memberi fatwa dan pelajaran fiqh kepada murid muridnya.

Keahliannya tersebut bahkan dipuji oleh Imam Syafi’i : "Abu Hanifah


adalah bapak dan pemuka seluruh ulama fiqh". karena kepeduliannya yang
sangat besar terhadap hukum islam, Imam Hanafi kemudian mendirikan sebuah
lembaga yang di dalamnya berkecimpung para ahli fiqh untuk bermusyawarah
tentang hukum hukum islam serta menetapkan hukum hukumnya dalam bentuk
tulisan sebagai perundang undangan dan beliau sendiri yang mengetuai lembaga
tersebut. Jumlah hukum yang telah disusun oleh lembaga tersebut berkisar 83
ribu, 38 ribu diantaranya berkaitan dengan urusan agama dan 45 ribu lainnya
mengenaiurusan dunia.

Metode yang digunakan dalam menetapkan hukum (istinbat) berdasarkan pada


tujuh hal pokok :

1. Al Quran sebagai sumber dari segala sumber hukum.


2. Sunnah Rasul sebagai penjelasan terhadap hal hal yang global yang ada
dalam Al Quran.
3. Fatwa sahabat (Aqwal Assahabah) karena mereka semua menyaksikan
turunnya ayat dan mengetahui asbab nuzulnya serta asbabul khurujnya
hadis dan para perawinya. Sedangkan fatwa para tabiin tidak memiliki
kedudukan sebagaimana fatwa sahabat.
4. Qiyas (Analogi) yang digunakan apabila tidak ada nash yang sharih dalam
Al Quran, Hadis maupun Aqwal Asshabah.
5. Istihsan yaitu keluar atau menyimpang dari keharusan logika menuju
hukum lain yang menyalahinya dikarenakan tidak tepatnya Qiyas atau
Qiyas tersebut berlawanan dengan Nash.
6. Ijma’ yaitu kesepakatan para mujtahid dalam suatu kasus hukum pada
suatu masa tertentu.
7. ‘Urf yaitu adat kebiasaan orang muslim dalam suatu masalah tertentu yang
tidak ada nashnya dalam Al Quran, Sunnah dan belum ada prakteknya
pada masa sahabat.

Imam Abu Hanifah meninggal di Baghdad, Irak, 148 H / 767 M) merupakan


pendiri dari Madzhab Hanafi.Abu Hanifah juga merupakan seorang Tabi’in,
generasi setelah Sahabat nabi, karena dia pernah bertemu dengan salah seorang
sahabat bernama Anas bin Malik, dan meriwayatkan hadis darinya serta sahabat
lainnya.

Imam Hanafi disebutkan sebagai tokoh yang pertama kali menyusun kitab
fiqh berdasarkan kelompok-kelompok yang berawal dari kesucian (taharah), salat
dan seterusnya, yang kemudian diikuti oleh ulama-ulama sesudahnya seperti
Malik bin Anas, Imam Syafi’i, Abu Dawud, Bukhari, Muslim dan lainnya.Karya
besar yang ditinggalkan oleh Imam hanafi yaitu Fiqh Akhbar, Al ‘Alim
Walmutam dan Musnad Fiqh Akhbar.
B. Dasar-dasar Mazhab
Pengertian Mazhab secara bahasa artinya adalah tempat untuk pergi.
Berasal dari kata zahaba - yazhabu - zihaaban .Mahzab adalah isim makan dan
isim zaman dari akar kata tersebut.
Sedangkan secara istilah, mazhab adalah sebuah metodologi ilmiyah
dalam mengambil kesimpulan hukum dari kitabullah dan Sunnah Nabawiyah.
Mazhab yang kita maksudnya di sini adalah mazhab fiqih.
Mazhab tidak hanya empat saja sesungguhnya mazhab fiqih itu bukan
hanya ada 4 saja, tetapi masih ada banyak lagi yang lainnya. Bahkan jumlahnya
bisa mencapai puluhan.Namun yang terkenal hingga sekarang ini memang hanya
4 saja. Padahal kita juga mengenal mazhab selain yang 4 seperti mazhab Al-
Ibadhiyah yang didirikan oleh Jabir bin Zaid , juga mazhab Az-Zaidiyah yang
didirikan oleh Zaid bin Ali Zainal Abidin , juga ada mazhab Azh-Zahiriyah yang
didirikan oleh Daud bion Ali Azh-Zhahiri dan mazhab-mazhab lainnya.
Sedangkan yang kita kenal 4 mazhab sekarang ini adalah karena
keempatnya merupakan mazhab yang telah terbukti sepanjang zaman bisa tetap
bertahan, padahal usianya sudah lebih dari 1.000 tahun. Al-Hanafiyah, Al-
Malikiyah, Asy-Syafi’iyah dan Al-Hanabilah adalah empat dari sekian puluh
mazhab yang pernah berkembang di masa kejayaan fiqih dan mampu bertahan
hingga sekarang ini.Di dalamnya terdapat ratusan tokoh ulama ahli yang
meneruskan dan melanggengkan mazhab gurunya.Dan masing-masing memiliki
pengikut yang jumlahnya paling besar, serta mampu bertahan dalam waktu yang
sangat lama.

C. Karya dan Pengikutnya


1.1. Karya Imam Abu Hanifah
Hasil karya dan karangan Imam Abu Hanifah, meskipun ia diakui sebagai
ahli dalam agama Islam, namun sampai sekarang tidak banyak yang dapat kita
nikmati. Hal ini dapat dimaklumi sebab dilihat segi dari masa hidupnya yang
sebenarnya sudah banyak bahan, namun belum dituangkan dalam bentuk karya
yang sistematis, sampai akhir hidupnya dalam penjara yang relatif lama sehingga
apa yang kita baca pada pendapat-pendapat beliau pun sebenarnya banyak
merupakan kodifikasi dari murid-muridnya atau bahkan hanya sekedar hasil
kuliah dari beberapa murid beliau untuk kemudian dikodifikasikannya.

Pada saat beliau masih hidup, masalah-masalah agama dan buah


fikirannya tersebut dicatat oleh sahabatnya, dikumpulkan berikut juga paham
mereka sendiri, yang kemudian disebut sebagai “mazhab Imam Hanafi”. Dalam
usaha itu, ulama Hanafiyah membagi hasil yang mereka kumpulkan itu dibagi
kepada 3 tingkatan, yang tiap-tipa tingkatan itu merupakan suatu kelompok yaitu :

1. Tingkat pertama dinamakan Masailul –Ushul (masalah-masalah pokok)

Merupakan suatu kumpulan kitab yang bernama Zhaahirur riwayat yaitu


pendapat-pendapat Abu Hanifah yang terdapat dalam kumpulan kitab itu
mempunyai riwayat yang diyakini kebenarannya karena diriwiyatkan oleh murid-
murid dan sahabat-sahabat beliau yang terdekat dan kepercayaannya. Kitab
zhahirur riwayat dihimpun oleh Imam Muhammad bin Hasan terdiri atas 6 kitab
yaitu :

a. Kitab Al Mabsuth (Terhampar)

Kitab ini memuat maslah-masalah keagamaan yang dikemukakan oleh


Imam Abu Hanifah. Di samping itu juga memuat pendapat-pendapat Imam Abu
Yusuf dan Muhamamd bin Hasan yang berbeda dengan pendapat Imam Abu
Hanifah, juga perbedaan pendapat Abu Hanifah dengan Ibnu Abi Laila yang
meriwayatkan kitab Al-Mabsuth ialah Ahmad bin Hafash Al-Kabir, murid dari
Muhammad bin Hasan.

b. Kitab Al-Jaami’ush shaghir (himpunan kecil)

Diriwayatkan oleh Isa bin Abban dan Muhammad bin Sima’ah yang
keduanya murid Muhammad bin Hasan.kitab ini dimulai dengan bab shalat.
Karena sistematika kitab ini tidak teratur, maka disusun kembali oleh Al-Qodhi
Abdut-Thahir Muhammad bin Muhammad Adalah-Dabbas

c. Kitab Al Jaami’ul Kabir (Himpunan Besar). Kitab ini sama dengan Al-
Jaami’ush Shaghir hanya uraiannya lebih luas.
d. Kitab As-Sairu Al-shaghir (sejarah hidup kecil). Berisi tentang jihad (hukum
perang)

e. Ktab As-Sairul Kabiir (sejarah hidup besar). Berisi masalah-masalah fiqih yang
ditulis oleh Muhammad bin Hasan

f. Kitab Az-Ziyaadat.[1]

Keenam buku tersebut dikumpulkan dalam Mukhtashar al-Kafi yang disusun oleh
Abu Fadhal Al-Muruzi.[2]

2. Tingkat kedua ialah kitab Masaa-ilun Nawadhir (persoalan langka)

Merupakan persoalan yang diriwiyatkan dari pasa pemuka mazhab di atas,


tetapi tidak diriwayatkan dalam buku-buku yang sudah disebut tadi, diriwayatkan
dalam buku-buku lain yang ditulis oleh Muhammad, seperti Al-Kisaniyat, Al-
Haruniyyat, Al-Jurjaniyyat, Al-Riqqiyyat, Al-Makharij Fil Al-Hayil dan Ziyadat
Al Ziyadat yang diriwayatkan oleh Ibnu Rustam. Buku-buku tersebut termasuk
buku mengenai fiqih yang diimlakan (didiktekan) oleh Muhammad. Riwayat
seperti itu juga disebut ghair zhahir al-riwayah karena pendapat-pendapat itu tidak
diriwayatkan dari Muhammad dengan riwayat-riwayat yang zhahir (tegas) kuat,
dan shahih seperti buku-buku pada kelompok pertama.[3]

3. Tingkat yang ketiga dinamakan Al-Fataawa Al-Waaqi’aat (kejadian dan fatwa)

Merupakan kumpulan pendapat sahabat-sahabat dan murid-murid Imam


Abu Hanifah.Buku pertama mengenai al-Fatawa ialah Al-Nawazil ditulis oleh
Faqih Abu Laits Al-Samarqandi. Setelah itu sekelompok syaikh menulis buku
yang lain seperti Majmu’ al-Nawazil wa al-Waqiat yang ditulis oleh Al-Nathifi
dan Al-Waqiat yang ditulis oleh Shadr A-Syahid Ibnu Mas’ud.[4]

Dalam bidang fiqih ada kitab Al Musnad kitab Al-Makharij dan Fiqih Al-
Akbar, dan dalam masalah aqidah ada kitab al-Fiqh Al-Asqar. Dalam bidang
ushul fiqih buah pikiran Imam Abu Hanifah dapat dirujuk antara lain dalam Ushul
as-Sarakhsi oleh Asy-Sarakhsi dan Kanz al-wusul ila ilm al usul karya Imam al-
Bazdawi.[5]

Di samping itu terdapat kumpulan pendapat Imam Hanafi yang


berhubungan dengan masalah warisan yang bernama kitab Al-Faraidh dan kitab
yang memuat maslah-masalah muamalat yang bernama Asy-Syuruuth.[6] Buku
yang memuat sirah (biografinya) adalah Khabar Abu Hanifah karya Asy-Syaibany
dan Abu Hanifah = Hayatihu, Wa’ Asruhu, Wa Arahu Wa Fiqhuhu karya
Muhammad Abu Zahrah.[7] Ada lagi kitab Al-Kharraajkarya Abu Yusuf murid
Abu Hanifah, yaitu kitab pertama yang mula-mula meletakkan pokok-pokok
undang-undang tentang perbendaharaan negara.

1.2.Murid dan Pengikut Abu Hanifah


Di antara beberapa murid Abu Hanifah yang terkenal ialah Abu Yusuf
Ya’akub Al-Ansari, dengan pengarahan dan bimbingan dari gurunya ia terkenal
sebagai seorang alim dalam ilmu fiqih dan diangkat menjadi qadli semasa
khalifah Al-Mahdi dan Al-Hadi. Dan juga Al-Rasyid pada masa pemerintahan
Abasiyyah.

Di antara karyanya (kitabnya) antara lain : Al-kharaj, Al-Athar dan juga Arras
‘ala siari al-auzali. Di antara muridnya yang lain ialah : A-Hazail, mereka tidak
banyak mengarang buku, beliau banyak memberikan pelajaran dengan mengajar
cara lisan saja.

Begitu juga Al-Hasan bin Zaid Al-Lu’lu, mereka juga termasuk di antara
muridnya juga, mereka menjadi qadli kota Kufah, antara lain kitab karangan
beliau Al-Qadhi, Al-Khisal, Ma’ani Al-Iman, An-Nafaqat, Al-Kharaj, Al-
Fara’idh, Al-Wasaya dan Al-Amani.

Walaupun Abu Hanifah tidak banyak mengarang sebuah kitab untuk


mazhabnya namun mazhabnya tetap terkenal disebabkan murid-muridnya atau
anak didiknya banyak yang menulis kitab-kitab untuk mazhabnya terutama sekali
Abu Yusuf Muhammad dan lain-lainnya

BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN

Dari kisah dari Imam Abu Hanifah kita tau bahwa ilmu itu tidak ada
habisnya, Imam Abu Hanifah mendedikasikan dirinya untuk memperdalam dan
meneliti lebih dalam fiqih Islam dan membuat Mazhab Hanafi hanya untuk umat
Islam agar lebih tau tentang hukum-hukum agar tidak terjadi kekeliruan hukum
penafsiran dari Al-Qur’an dan dapart diartikan lebih banyak.

A. SARAN

Dengan terselesaikannya makalah yang sederhana ini penulis berharap


bisa bermanfaat untuk diri kami sendiri dan bagi yang membacanya lain pada
umumnya. Disini kami sebagai penulis menyarankan dengan kemajuan dan
perkembangan zaman akan ada banyak sekali perubahan baik itu dari segi aspek
kehidupan beragama atau budayanya sendiri yang mulai hilang karena tidak
diamalkan di kehidupan sehari hari, maka dari itu kita sebagai pemuda dan
pemudi sebagai penerusnya agar melestarikan dan mengajarkan ke generasi
selanjutnya tentang apa yang di ajarkan para Imam-Imam besar Islam yang telah
mendedikasikan hidupnya untuk meluruskan hukum dan memperdalam tafsir
tentang Al-Qur’an dan membuat mazhab untuk kita umat Islam.

Anda mungkin juga menyukai