Kelompok 2 :
1. Sugianti Khasanah (11670017)
2. Hendra Budi G (11670018)
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan izin dan ridha-
Nya makalah ini dapat selesai pada waktunya. Shalawat serta salam semoga dilimpahkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kedamaian dan rahmat untuk alam
semesta.
Makalah yang membahas mengenai “Mazhab Sunni yang masih berkembang dan yang
sudah lenyap” ini terdiri dar i pendahuluan, pembahasan dan penutup.Membahas mengenai
perkembangan beberapa mazhab yang ada. Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing mata kuliah Fiqh dan Ushul Fiqh yaitu Ibu Fatma Amilia dan kepada teman-teman yang
telah membantu proses penyelesaian makalah ini.
Makalah ini penulis sajikan dengan segala kekurangannya, namun dikandung harapan
barangkali dapat dijadikan bahan bacaan tambahan dari buku-buku yang ada.Kritik dan saran
sangat diharapkan dari para pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk pembaca.
Terima kasih.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUANPara Imam Mujtahid seperti Imam Hanafi, Maliki, Syafi‟i, dan Imam Ahmad
Bin Hambali, sudah cukup dikenal di Indonesia oleh sebagian besar umat Islam. Bagi
ilmuwan, selain Imam mazhab yang empat itu juga terdapat Imam yang dikenal seperti
Imam Daud AzZahiri, Al-Imam Abu Amer Abdur Rahman Ibn Muhammad Al-Auza‟I, Abu
Abdillah Sofyan Bin Said al-Tsauri, Abdul Haris al-Laits Ibnu Sa‟ad al-Fahmi, Abu Ja‟far
Muhammad Ibn Jarir ath-Thabari. Akan tetapi, untuk mengetahui pola pemikiran masing-
masing Imam mazhab itu sangat terbatas. Bahkan ada yang cenderung ingin mendalami
mazhab tertentu saja.Hal ini disebabkan, karena pengaruh lingkungan atau karena ilmu
yang diterima hanya dari ulama atau guru yang menganut suatu mazhab saja.
Menganut suatu aliran mazhab saja, sebenarnya tidak ada larangan, tetapi jangan
hendaknya menutup pintu rapat-rapat. Sehingga, tidak dapat melihat pemikiran-pemikiran yang ada
pada mazhab yang lain yang juga bersumber dari al-Quran dan Sunnah Rasulullah SAW. Hal ini
dimaksudkan agar seseorang tidak fanatic terhadap satu mazhab. Andaikan sukar menghindari
kefanatikan kepada satu mazhab, sekurang-kurangnya mampu menghargai pendapat orang lain
yang berbeda dengan pendapat kita.
Pada makalah ini, akan dibahas mengenai mazhab Sunni yg masih berkembang diantaranya
Imam Hanafi, Maliki, Syafi‟i, dan Imam Ahmad Bin Hambali dan yang sudah tidak berkembang
diantaranya Imam Daud Az-Zahiri, Ibnu Hazm, Al-Imam Abu Amer
Abdur Rahman Ibn Muhammad Al-Auza‟I, Abu Abdillah Sofyan Bin Said al-Tsauri, Abdul Haris al-
Laits Ibnu Sa‟ad al-Fahmi, Abu Ja‟far Muhammad Ibn Jarir ath-Thabari.
BAB II PEMBAHASANA. MAZHAB SUNNI YANG MASIH BERKEMBANG
1. Imam Hanafi
Imam hanafi dilahirkan di kota Kufah pada tahun 80 H (699M). Nama beliau sejak kecil
ialah Nu‟man bin Tsabit bin Zauth bin Mah. Ayah beliau keturunan dari
bangsa Persi (Kabul Afganistan) yang sudah menetap di Kufah.Mazhab Hanafi memakai Qur‟an,
Hadits, Fatwa sahabat. Berdasarkan riwayat-riwayat lain, ia memakai juaga
Ijma‟, Qiyas, Istihsan, dan „Urf.1
2. Imam Maliki
Imam Maliki dilahirkan di kota Madinah daerah negeri Hijaz pada tahun 93H (712M).
nama beliau adalah Maliki bin Abi Amir. Salah seorang kakeknya dating ke Madinah lalu berdiam
di sana. Kakeknya Abu Amir seorang sahabat yang turut menyaksikan segala peperangan Nabi
selain perang Badar.
Pada masa Imam Maliki dilahirkan, Pemerintahan Islam ada di tangan kekuasaan kepala
Negara Sulaiman bin Abdul Maliki (dari Bani Umayyah yang ketujuh). Kemudian setetah beliau
menjadi seorang alim besar dan dikenal di mana-mana, pada masa itu pula penyelidikan beliau
tentang hukum-hukum keagamaan diakui dan diikuti oleh sebagian kaum muslimin.Buah hasil
ijtihad beliau dikenal oleh orang banyak dengan sebutan
3. Imam Syafi’i
Imam Syafi‟imerupakan imam yang ketiga menurut susunan tarikh kelahiran dari emapt
imam mazhab dalam fiqh sunni. Beliau adalah pendukung ilmu hadits dan
Imam Syafi‟i dilahirkan di Guzzah suatu kampung dalam jajahan Palestina.Masih wilayah
Asqalan pada tahun 150 H (767 M), bersamaaan dengan wafatnya Imam Hanafi.Kemudian
beliau dibawa ibunya ke Mekkah dan dibesarkan disana.
Nama beliau adalah Abu Abdillah Muhammad bin Idris Abbas ibn Utsman ibn Syafi‟I al-
Muthalibi dari keturunan Muthalib bin Abdi Manaf, yaitu kakek keempat dari rasul dan kakek
yang kesembilan dari asy-Syafi‟i. Dengan demikian, beliau adalah keturunan dari keluarga
bangsa Quraisy dan keturunan beliau bersatu dengan keturunan
Nabi SAW pada Abdul Manaf (datuk Nabi yang ke-3).8
7 Fakhruddin.Intelelectual Network, sejarah & Pemikiran Empat Imam Mazhab Fikih. 2009. Hal 122
Cara Imam Hambali memberi fatwa, Imam Hambali dalam memberikan fatwa tentang
urusan agama dan hukum-hukum yang berkenaan dengan agama sangat berhatihati, baik dalam
menjawab atau menjelaskan hukumnya. Bahkan seringkali beliau memberikan jawaban: “Saya
tidak tahu atau belum tahu atau belum saya periksa”, kalau memang belum jelas benar, tentang
perkara yang ditanyakan kepada beliau. Inilah salah satu pernyataan tentang cara-cara Imam
Hambali memberikan fatwa atau jawaban tentang
persoalan-persoalan yang ia hadapi, baik masalah hukum atau masalah-masalah yang
baru terjadi di dalam lingkungan masyarakat, tidak sekali pun beliau terburu-buru menjawabnya
sebelum menyelidiki dan memperoleh keterangan yang jelas yang dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya.12
Imam Hambali dalam menetapkan suatu hukum adalah dengan berlandaskan kepada
dasar-dasar berikut:
a. Nash al-Qur‟an dan Hadits, yakni apabila beliau mendapatkan nash, maka beliau tidak lagi
memperhatikan dalil-dalil yang lain dan tidak memperhatikan pendapat-pendapat sahabat
yang menyalahinya.
b. Fatwa sahaby, yaitu ketika beliau tidak memperoleh nash dan beliau mendapati sesuatu
pendapat yang tidak diketahuinya bahwa hal itu ada yang menentangnya, maka beliau
perpegang kepada pendapat ini, dengan tidak memandang bahwa pendapat itu merupakan
ijmak.
10
Ibid. Hal 211-212
11
Ibid. Hal 221-222
12
Ibid. Hal 229