Anda di halaman 1dari 13

http://atieqfauziati.blogspot.

com/2015/10/makalah-madzhab-
fiqh.html

TUGAS MAKALAH FIQIH

MAZHAB FIQIH

DISUSUN OLEH

Muhammad Abyan (111805411000103)

SEMESTER 1
JURUSAN KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah mata kuiliah Fiqih tentang Mazhab-Mazhab Dalam Fiqih.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai teman-teman dari kelompok kami, sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada teman-teman
yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca.

Depok, 06 Oktober 2018


BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Islam merupakan agama yang menjadi rahmat bagi seluruh alam. Hukum-
hukum Islam banyak diperuntukan bagi kemaslahatan umat. Begitu banyaknya hukum
Islam, hingga banyak ulama yang memberikan penjelasan tentang hukum-hukum itu.
Akhirnya,hukum Islam ini terbagi dalam beberapa mazhab,yang kita kenal sekarang.

Mazhab secara bahasa berarti jalan yang dilalui dan dilewati sesuatu yang
menjadi tujuan seseorang, menurut para ahli dan ulama agama Islam,mazhab adalah
metode yang dibuat setelah melalui pemikiran dan penelitian sebagai pedoman yang
jelas untuk kehidupan umat. Menurut para ulama fiqh,mazhab adalah sebuah
metodologi fiqh khusus yang dijalani oleh seorang ahli fiqh mujtahid,yang berbeda
dengan ahli fiqh lain, yang mengantarakannya memilih sejumlah hukum dalam
kawasan ilmu furu.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah pengertian madzhab?


2. Apa sebab munculnya madzhab?
3. Apa tujuan adanya madzhab?
4. Apa saja macam – macam madzhab fiqh?
5. Apa saja Contoh Perbandingan Madzhab?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Sebagai pemenuhan tugas mata kuliah fiqh / ushul fiqh.


2. Untuk mengetahui pengertian dan macam-macam madzhab.
3. Untuk mengetahui metode dalam menetapkan hukum.
4. Sebagai bahan bacaan dan referensi tambahan bagi pihak-pihak yang
membutuhkan.
A. Pengertian Mazhab Fiqh

Secara Bahasa, dalam kamus Al – Munjid fi Al – Lughah wa Al – Alam[1],


dijelaskan bahwa makna madzhab memiliki dua pengertian :

1. Kata “madzhab” berasal dari kata : dzahaba, yadzhabu, dzhaban, madzhaban


Yang memiliki arti, telah berjalan, telah berlalu, telah mati.

2. Madzhab adalah aliran pemikiran atau pokok pikiran atau dasar yang digunakan
oleh imam mujtahid dalam meng-istinbath-kan hukum islam.
Secara bahasa pula dalam wacana modern “madzhab” diartikan sebagai “pendapat”
(view, opinion) “kepercayaan” “ideologi” “doktrin” “ajaran” “paham” dan “aliran –
aliran hukum”.

Adapun arti “madzhab” menurut istilah para ulama ahli fiqh (fuqaha), sebagai berikut:

1. Wahbah Az – Zuhaili, memberi batasan “madzhab” sebagai segala hukum yang


mengandung berbagai masalah, baik dilihat dari aspek metode yang mengantarkan
pada kehidupan secara keseluruhan maupun aspek hukumnya sebagai pedoman hidup.

2. Muslim Ibrahim, memberikan definisi “madzhab” dapat dipahami sebagai aliran


pikiran yang merupakan hasil ijtihad seorang mujtahid tentang hukum dalam islam
yang digali dari ayat Al – Qur’an atau Al – Hadits yang dapat diijtihadkan.

Berdasarkan uraian di atas, “madzhab” dapat dipahami sebagai aliran pemikiran atau
prespektif di bidang fiqh yang dalam proses perjalanannya menjadi sebuah komunitas
dalam masyarakat islam di berbagai aspek agama.

B. Sebab Munculnya Madzhab Fiqih

a. Telah meninggalnya Rasulullah SAW dan banyak perbedaan argumentasi


mengenai penyelesaian masalah – masalah baru.

b. Meluasnya daerah kekuasaan Islam, mencakup wilayah – wilayah di


Semenanjung Arab, Irak, Mesir, Syam, Persia, dan lain – lain.

c. Pergaulan bangsa muslimin dengan bangsa yang ditaklukannya, mereka


berbaur dengan budaya, adat – istiadat, serta tradisi bangsa tersebut.

d. Akibat jauhnya negara – negara yang ditaklukkan dari pemerintahann


Islam, membuat Gubernur, Qadi (Hakim) dan para ulama harus melakukan
ijtihad guna memberikan jawaban terhadap permasalahan dan masalah –
masalah baru yang dihadapi.
Akhirnya, pada masa pemerintahan Umar Ibn Khattab, yang memiliki
daerah wilayah daulah islam yang bertambah luas, hal itu menyebabkan
tersebarnya para sahabat dan tabi’in ke berbagai kdota untuk menjadi hakim
dan mufti. Dan, mulai terbentuklah madrasah. Madrasah terbagi menjadi
dua :

1. Madrasah Hadits (Aliran Tradisionalisme)

Madrasah hadits pada permulaannya timbul di Hijaz (Madinah), karena


penduduk Hijaz lebih mengetahui hadits Rasul dan lebih mengetahui tentang
perkataan dan perbuatan (amalan) Rasul. Merekalah yang mendukung panji –
panji hadits. Hijaz pada masa itu merupakan sentrum para ulama. Mereka
terpengaruh oleh jalan pikiran fuqaha – fuqaha sahabat dan tabi’in. Dalam hal
ini Ibn Qayyim berkata : “Ulama – ulama Madinah menerima ilmu dari murid
– murid Zaid dan Ibnu Umar. Ulama Makkah menerima ilmu dari teman –
teman Abdullah Ibn Abbas. Sedangkan penduduk Irak menerima ilmu dari
Abdullah Ibn Mas’ud”.

Madrasah hadits ini, mula – mulanya dipimpin oleh Sa’id Ibn


Musaiyab[5] (wafat pada tahun 94 H). Selain daripada Sa’id Ibn Musaiyab yang
mengendalikan madrasah ini ialah,Salim Ibn Abdullah Ibn Umar, kemudian Az
– Zuhri dan Yahya Ibn Sa’id, Kemudian sesudahnya Malik, Asy – Syafi’i,
Ahmad dan Dawud.

Dalam meng – istinbath – kan hukum. Mereka akan mencari


penyelesaian masalah itu pada Kitabullah, kemudian kepada Sunnatur Rasul.
Kalau mereka mendapati hadits yang berbeda – beda, mereka mengambil hadits
yang diriwayatkan oleh perawi – perawi yang lebih utama. Apabila mereka
tidak memperoleh hadits, merekapun meninjau pendapat sahabat. Jika mereka
tidak mendapati pendapat sahabat, mereka mempergunakan ijtihad, atau
mereka tidak memberi fatwa. Akan tetapi, kecenderungan ini tidak lama
masanya hingga wafatnya Imam Dawud Ibn Ali. Fuqaha yang datang
sesudahnya memperhatikan fatwa dan memberikan fatwa terhadap yang telah
terjadi atau yang mungkin terjadi.

2. Madrasah Ra’yi (Aliran Rasionalisme)

Irak adalah suatu daerah yang jauh dari daerah hadits yang belum lagi
dibukukan itu. Hadits yang sampai kesana hanyalah hadits – hadits yang dibawa
oleh sahabat yang datang kesana, antara lain oleh Ibn Mas’ud, Ali Ibn Abi
Thalib, Sa’id Ibn Abi Waqash, Abu Musa Al Asyari, Al Mughirah Ibn Syu’bah
dan Anas Ibn Malik. Di Irak juga timbul masalah hadits palsu karena sebab
timbulnya masalah khilafiyah yakni Syi’ah dan Khawarij dan terdapat pula
orang – orang yang islamnya belum kuat, belum sampai ke lubuk hatinya,
sehingga mereka berani membuat hadits palsu.
Pendiri madrasah ra’yi ini adalah : Abdullah Ibn Mas’ud. Diantara sahabat
Ibn Mas’ud yang terkenal di Kufah (Irak), ialah :
a. Al Qamah Ibn Kais An Nakha’i (wafat 62 H)
b. Al Aswad Ibn Yazid An Nakha’I (wafat 75 H)
c. Masruq (wafat 63 H)
d. Syuraih (wafat 82 H)
e. Al Harits Al A’war (wafat 81 H)

Madrasah ra’yi berpendapat, bahwa agama islam telah sempurna


sebelum Rasul wafat. Syari’at islam dapat dipahami maknanya, dapat diselami
illat – illatnya. Karena itu fuqaha madrasah ini membahas illat – illat hokum
dan menentukan hukum sesuai dengan perputaran illat – illatnya. Karenanya
mereka tidak takut – takut memberi fatwa terhadap sesuatu masalah yang belum
terjadi. Mereka sangat takut (sangat berhati – hati) menerima sesuatu hadits
karena takut kalau – kalau hadits itu palsu.

C. Tujuan Mazhab Fiqih

Tujuan madzhab – madzhab fiqh dalam Islam adalah untuk


memudahkan umat Islam mencapai ketaatan kepada Allah melalui Al – Qur’an
dan As – Sunnah. Setiap ajaran madzhab adalah berdasarkan Al – Qur’an dan
As – Sunnah. Oleh karena itu, mengikuti madzhab berarti mengikuti Al –
Qur’an dan As – Sunnah.

D. Macam – Macam Mazhab Fiqih

1. Mazhab Sunni

Mazhab yang digunakan oleh golongan sunni pada saat ini,yang terkenal
ada 4 mazhab. Mazhab yang empat tersebut adalah mazhab hanafi,mazhab
maliki,mazhab Syafi’i,dan mazhab Hambali. Keterangan tentang mazhab yang
empat tersebut adalah sebagai berikut.

a. Mazhab Hanafi

Mazhab Hanafi tokohnya Abu Hanifah (80-150 H/700-706 M)


merupakan buah ijtihad dari imam Abu Hanifah. Beliau dikenal sebagai
seorang ahli fiqh pada masanya. Beliau merupakan salah satu ulama yang
tinggal di Irak. Dalam kehidupannya, beliau pernah merasakan dua
pemerintahan, yaitu pemerintahan Umaiyah dan Abbasiyah.1

1
. Hadi Hussain M.Imam Abu Hanifah Life and Work, Institute of Islamic Culture,
Lahore(Pakistan), 1972.hal.10
Beliau merupakan ulama yang sering mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan, baik itu ilmu politik maupun ilmu agama. Beliau sering pula
mengikuti berbagai diskusi ilmu. Meskipun terkenal sebagai ulama yang
berilmu, namun beliau merupakan ulama yang rendah hati. Salah satu ucapan
beliau yang cukup terkenal, sekaligus sebagai tanda kerendahan hati beliau
adalah: “Bahwasanya pendapat kami adalah salah satu dari pendapat dan jika
didapati pendapat yang lebih baik dan tepat maka pendapat itu lebih benar dan
utama. Negara yang menggunaka mazhab ini yaitu,Pakistan,India,Bangladesh,
Sri Lanka, Maladewa, Mesir Utara, sebagian Irak, Palestina, Syria.

Metode fiqh madzhab Hanafi jika kita rincikan ada 9 ushul istinbath,yaitu:
1. Al – Qur’an
2. Hadits Nabi, diutamakan yang shahih – shahih dan yang masyhur saja.
3. Perkataan Sahabat (Madzhab Shahaby)
4. Qiyas
5. Ijma’

Yang menonjol dari fiqih Imam Abu Hanifah ini antara lain adalah :
1. Sangat rasional, mementingkan maslahat, dan manfaat.
2. Lebih mudah dipahami daripada mahzab lain
3. Lebih liberal sikapnya terhadap dzimis ( warga negara yang nonmuslim)

Imam Abu Hanifah adalah seorang ulama besar yang sangat


cerdas,ikhlas,dan tegas dalam bersikap meninggal pada bulan Rajab 150 H.2

2
Hadi Hussain, M., op.cit., hal.28-29
b. Mazhab Maliki
Mazhab Maliki bersumber pada ijtihad yang dilakukan oleh Imam
Malik bin Anas (97-179 H/718-793 M). Beliau adalah seorang ulama dan
guru ilmu fiqh yang cukup dikenal pada masanya. Cukup banyak kitab
hadis yang dihafal beliau. Selain itu, beliau merupakan salah satu seorang
hafiz Al-Quran. Imam Malik adalah seorang yang aktif dalam menuntut
ilmu. Beliau banyak berhubungan dengan ahli-ahli hadis dan ulama. Imam
Malik dianggap sebagai ketua atau imam bagi ilmu hadis. Sanad-sanad
(sandaran-sandaran) yang dibawa oleh beliau termasuk salah satu sanad-
sanad yang terbaik dan benar. Beliau seorang yang dipercayai, adil dan kuat
ingatannya, cermat dan halus memilih rawi-rawi hadis.
Hukum-hukum fiqh yang diberikan oleh Imam Malik adalah
berdasarkan memahami Al-Quran, Imam Malik sangat cermat dalam
memberi penerangan dan hukum-hukum. Beliau berpikir panjang sebelum
memberi suatu hukum atau fatwa. Beliau pernah berkata, “Kadangkala aku
berjaga satu malam suntuk, untuk mencari jawaban atas sebuah persoalan
yang disampaikan kepadaku”. Apabila beliau ditanya satu-satu hukum,
beliau terus berkata kepada penanya. “Pulanglah dahulu supaya aku dapat
berpikir”. Negara yang menggunakan mazhab ini yaitu, dominan dinegara-
negara Afrika Barat dan Utara.s Mazhab ini memiliki keunikan dengan
menyodorkan tata cara hidup penduduk Madinah sebagai sumber hukum
karena Nabi Muhammad SAW. Hijrah, hidup dan meninggal disana.

Metode fiqh madzhab Maliki dapat diurutkan sebagai berikut :


1. Nashul Kitab
2. Dzaahirul Kitab
3. Dalilul Kitab
c. Mazhab Syafi’i
Mazhab Syafi’i merupakan mazhab yang paling banyak digunakan oleh
umat muslim di Indonesia. Mazhab ini merupakan hasil ijtihad Imam
Syafi’i (150-204 H/767-820 M). Beliau banyak mengembara dalam
menceduk dan menimba ilmu. Imam Syafi’i dianggap seorang yang dapat
memadukan antara hadis dan pikiran lalu membentuk undang-undang fiqh.
Beliau merupakan mujtadid pada abad ke-2 Hijriyah. Imam Ahmad Bin
Hambal pernah berkata: “Diceritakan kepada Nabi Muhammad SAW.
Bahwa Allah SWT menghantar kepada umat ini seorang Mujtadid, Umar
Bin Abdul Aziz dihantar untuk abad yang pertama dan aku harap Imam
Syafi’i merupakan mujadid abad yang kedua.
Nama asli Imam Syafi’i adalah Muhammad bin Idris. Beliau dilahirkan
di Ghizah, Palestina pada tahun 105 Hijriyah. Pada masa mudanya, beliau
hidup dalam kemiskinan. Hal ini membuat beliau menulis ilmu fiqhnya
pada batu, tulang, dan pelepah tamar yang dikumpulkannya. Beliau belajar
pada beberapa ulama fiqh. Negara-negara tersebut diantaranya adalah
Indonesia, Turki, Irak, Syria, Mesir, Somalia, Yaman, Thailand, Singapura,
Filipina, dan Sri Lanka. Bahkan Mazhab Syafi’i merupakan mazhab resmi
untuk negara Malaysia dan Brunei Darussalam.
Corak pemikiran hukum madzhab ini adalah antara hadits (tradisional)
dan ra’yi (rasional). Metode fiqh madzhab Syafi’i diambil berdasarkan :
1. Al – Qur’an
2. As – Sunnah
3. Ijma’
4. Qiyas
5. Maslahah Mursalah
6. ‘Urf
7. Istishab
8. Syar’u Man Qablana
9. Dalalatul Iqtiran
10. Istidlal
d. Mazhab Hambali
Imam Hambali (164-241 H/780-855 M) merupakan seorang ulama yang
sarat dengan ilmu fiqh. Karena banyaknya ilmu beliau, maka murid-murid
beliau menggunakan ijtihad Imam Hambali sebagai mazhab dalam ilmu fiqh.
Saratnya ilmu agama yang dimiliki oleh Imam Hambali, membuat banyak
ulama yang berguru kepada beliau. Mazhab Hambali banyak dianut oleh
negara-negara di semenanjung Arab. Salah satu negara yang menganut mazhab
ini adalah Saudi Arabia.
Corak pemikiran madzhab ini adalah hadits (tradisional). Dan metode
fiqhnya diambil dari :
1. Al – Qur’an atau As – Sunnah
2. Fatwa sebagian sahabat
3. Pendapat sebagian sahabat
4. Hadits mursal atau hadits dhaif
5. Qiyas
6. Istishab

2. Mazhab Syiah
Dalam keyakinan utama Syi’ah, Ali bin Abu Thalib dan anak cucunya
dianggap lebih berhak untuk memegang tampuk kepemimpinan sebagai
khalifah dan imam bagi kaum muslimin. Ketiga mahzab Syi’ah yaitu Itsna
Asyariah, Ismailiyah dan Zaidiyah.

a. Mazhab Itsna Asyariah


Mazhab dengan penganut yang terbesar dalam Syi’ah. Dinisbatkan
kepada imam ke-6, yaitu Ja’far ash-Shadiq bin Muhammad bin Ali bin
Husain bin Ali bin Abi Thalib. Keimaman kemudian berlanjut yaitu
sampai Muhammad al-mahdi bin Hasan al-Asykari bin Ali al-Hadi bin
Muhammad al-Jawad bin Ali ar-Ridha bin Musa al-Kadzim bin Ja’far
ash-Shadiq. Mazhab ini menjadi mahzab resmi negara Iran.3

3
Hasbi Ash – Shiddieqy, T.M. 1985. Pengantar Ilmu Fqih. Jakarta : Bulan Bintang
b. Mazhab Ismailiyah
Mazhab ini berpendapat bahwa Ismail bin Ja’far adalah imam
pengganti ayahnya Jafar as-Shadiq, bukan saudaranya Musa al-Kadzim.
Dinisbatkannya kepada Ismail bin Ja’far ash-Shadiq bin Muhammad
bin Ali bin Husain bin Ali bin Abi Thalib. Garis imim Ismailiyah sampai
ke imam-imam Aga Khan, yang mengklaim sebagai keturunannya.

c. Mazhab Zaidiyah
Mazhab ini berpendapat bahwa Zaid bin Ali merupakan pengganti
yang berhak atas keimanan dari ayahnya Ali Zainal Abidin, ketimbang
saudara tirinya, Muhammad al-Baqir. Dinisbatkan kepada Zaid bin Ali
bin Husain bin Ali bin Abi Thalib. Setelah kematian imam ke-4, Ali
Zainal Abidin, yang ditunjuk sebagai imam selanjutnya adalah anak
sulung beliau yang bernama Muhammad al-Baqir, yang kemudian
diteruskan oleh Ja’far ash-shadiq. Zaid bin Ali menyatakan bahwa
imam itu harus melawan penguasa yang zalim dengan pedang. Setelah
Zaid bin Ali Syahid pada masa Bani Umayyah, ia digantikan anaknya
Yahya bin Zaid.

E. Contoh Perbandingan Mahzab.


1. Membaca Al – Fatihah dalam Shalat Jama’ah
a. Madzhab Hanafi
Menurut pendapat madzhab ini membaca di belakang Imam baik Al –
Fatihah atau surat yang lain hukumnya makruh yang mendekati haram, baik
shalat jahr ataupun sirri.
b. Madzhab Maliki
Menurut pendapat madzhab ini membaca di belakang Imam bagi makmum
adalah sunnah hukumnya pada shalat sirri. Dan pada shalat jahr makruh
hukumnya.
c. Madzhab Syafi’i
Menurut madzhab Syafi’i membaca Al – Fatihah hukumnya adalah wajib
bagi setiap makmu di belakang Imam kecuali pada shalat jahr, maka diam
mendengarkan bacaan shalat Imam lebih wajib.

d. Madzhab Hambali
Pendapat madzhab ini tentang bacaan surat Al – Fatihah sama hukumnya
seperti madzhab Maliki.
2. Bersentuhan Kulit Laki – Laki dan Perempuan
a. Madzhab Hanafi
Menurut madzhab Hanafi, bersentuhan kulit antara laki – laki dan perermpuan
tidak membatalkan wudlu, kecuali apabila bersentuhan itu menyebabkan laki
– laki terangsang.

b. Madzhab Maliki dan Madzhab Hambali

Apabila bersentuhan itu menimbulkan syahwat maka membatalkan wudlu,


tapi apabila tidak menimbulkan syahwat maka tidak membatalkan wudlu.

b. Madzhab Syafi’i
Apabila bersentuhan itu tidak ada penghalang (aling – aling) maka
membatalkan wudlu, kecuali dengan mahram sendiri. Tapi, apabila ada
penghalang maka tidak membatalkan wudlu.

3. Sujud Syahwi
a. Madzhab Hanafi
Menurut madzhab Hanafi, apabila seseorang lupa dalanm jumlah raka’at shalat
umapamanya, maka sujud syahwi itu dikerjakan setelah salam.

b. Madzhab Maliki
Sujud syahwi itu dilakukan melihat jumlah raka’at yang lupa. Apabila sujud syahwi
itu karena kekurangan raka’at, maka sujud syahwi harus dikerjakan sebelum salam.
Apabila kelebihan raka’at, maka sujud syahwi dikerjakan setelah salam.

c. Madzhab Syafi’i
Sujud syahwi dengan alasan apapun, lupa jumlah raka’at atau yang lainnya, maka
dikerjakan sebelum salam.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Dari pembahasan makalah di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa :


proses lahirnya madzhab pada dasarnya adalah usaha para murid Imam madzhab yang
menyebarkan dan menanamkan pendapat para Imam kepada masyarakat dan juga
disebabkan adanya pembukuan pendapat para Imam madzhab sehingga memudahkan
tersebarnya di kalangan masyarakat karena para Imam madzhab terdebut tidak
mengakui atau mengklaim sebagai madzhab.

Sejarah lahirnya madzhab fiqh dimulai dari dua madrasah yaitu : Ra'yi dan
Hadits. Madrasah Hadits kemudian juga dikenal sebagai madrasah Hijaz yang dikenal
sangat kuat berpegang pada hadits karrna mereka banyak mengetahui hadits - hadits
Rasul. Adapaun madrasah Ra'yi atau madrasah Irak lebih mengedepankan logika dalam
berijtihad.

Perkembangan selanjutnya, madzhab kini dibagi menjadi tiga besar. Yakni :


Sunni (madzhab 4 Imam), Syi'ah (Zaidiyah dn Imamiyah), dan Khawarij. Tujuan
adanya madzhab bukan untuk saling kafir meng - kafirkan. Melainkan, untuk
mempermudah kaum muslim dalam menjalankan syari'at islam tanpa ada kesulitan
meski berbeda situasi dan kondisinya.

Anda mungkin juga menyukai