Anda di halaman 1dari 10

BERMADZHAB DALAM FIQIH

Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas


Mata Kuliah : Fikih
Dosen Pengampu :Muhammad Ismail,S.Ag.,M.A

Disusun Oleh:
1. Ahmat Andre Setiawan (2220151297)
2. Khoirun Nisa (2220151205)

SEMESTER II
PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM KHOZINATUL ULUM BLORA
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Bermadzhab dalam fikih" dengan tepat
waktu.Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Multikultural.
Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang apa Manusia dan Kebudayaan .
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Muhammad Ismail,S.Ag.,M.A
selaku pengampu Mata Pelajaran Fikih. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua
pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini. Penulis menyadari makalah ini
masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan
demi kesempurnaan makalah.

Blora, 2023

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan Makalah
BAB II PEMBAHASAN
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dalam melaksanakan perintah agama, umat Islam tentu harus berlandaskan
pada aturan dalam Al-Qur’an dan Hadis. Ada begitu banyak ibadah, dan tata caranya,
yang mendasari lahirnya ilmu fiqih, yaitu ilmu tentang hukum dan tata cara
melakukan ibadah yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadis. Hukum mengatur halal
dan haram, sunat dan makruh, tata cara sholat, cara bersuci dan sebagainya. Dalam
agama Islam terutama dalam hal fiqih mengenal adanya Mazhab. Mazhab yaitu
sesuatu yang menjadi pendapat imam atau ahli agama tentang hukum suatu perkara
baik dalam urusan agama, masalah ibadah ataupun permasalahan lainnya. Ada banyak
Mazhab dalam perkembangannya, namun ada empat Mazhab yang paling masyhur,
yaitu Mazhab Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hambali. Mayoritas umat Islam Indonesia
menganut Mazhab Syafi'i, hal tersebut tidak lepas dari peran penyebar Islam pertama
kali ke Indonesia yang juga menganut Mazhab Syafi'i. Mazhab Syafi’i memiliki
pengaruh besar dalam tradisi hukum Islam di Indonesia.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka kami menyimpulkan rumusan
masalah di bawah ini:
1. Apa itu madzhab?
2. Bagaimana sejarah terbentuknya madzhab ?
3. Macam-macam madzhab?
4. Urgensi bermadzhab?
5. Ketentuan bermadzhab?

C. Tujuan Penulisan Makalah


Berdasarkan Rumusan masalah di atas, maka kelompok kami menyimpulkan
tujuan makalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui ap aitu madzhab
2. Untuk mengetahui Bagaimana sejarah terbentuknya madzhab
3. Untuk mengetahui macam-macam madzhab
4. Untuk mengetahui urgensi bermadzhab
5. Untuk mengetahui ketentuan bermadzhab

BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengertian Madzhab
Menurut M. Husain Abdullah, madzhab adalah kumpulan pendapat
mujtahid yang berupa hukum-hukum Islam, yang digali dari dalil-dalil syariat
yang rinci serta berbagai kaidah (qawa’id) dan landasan (ushul) yang
mendasari pendapat tersebut, yang saling terkait satu sama lain sehingga
menjadi satu kesatuan yang utuh.1
Menurut A. Hasan, mazhab adalah mengikuti hasil ijtihad seorang
imam tentang hukum suatu masalah atau tentang hukum suatu masalah atau
tentang kaidah-kaidah istinbathnya.2
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan mazhab adalah pokok pikiran atau dasar yang digunakan
oleh Imam mujtahid dalam memecahkan masalah; atau mengistinbathkan
hukum Islam. Disini bisa disimpulkan pula bahwa mazhab mencakup;(1)
sekumpulan hukum-hukum Islam yang digali seorang imam mujtahid; (2)
ushul fiqh yang menjadi jalan (thariq) yang ditempuh mujtahid itu untuk
menggali hukum-hukum Islam dari dalil-dalilnya yang rinci.

B. Sejarah Terbentuknya Madzhab fikih


Secara umum, proses lahirnya mazhab yang paling utama adalah faktor usaha
para murid imam mazhab yang menyebarkan dan menanamkan pendapat para
imam kepada masyarakat dan juga disebabkan adanya pembukuan pendapat
para imam mazhab sehingga memudahkan tersebarnya pendapat tersebut di
kalangan masyarakat. Karena pada dasarnya, para Imam mazhab tidak

1
Husain Abdullah, Al-Wadhih fi Usul al-Fiqh, (Beirut: Darul Bayariq, 1995), hal 200
2
Ahmad Hasan, Nasyatul Fiqh al_Islamiy, ( Damaskus : Dar al Hijroh,1996) hal 79
mengakui atau mengklaim sebagai “mazhab”. Secara umum, mazhab
berkaitan erat dengan nama imam atau tempat.3
Perkembangan berbagai mazhab, selain didukung oleh fuqaha serta para
pengikut mereka, juga mendapat pengaruh dan dukungan dari penguasaan
politik. Mazhab Hanafi mulai berkembang ketika Abu Yusuf, murid abu
Hanifah diangkat menjadi Qadhi dalam pemerintahan tiga khalifah Abbasyiah:
Al-mahdi, Al-hadi dan Al-Rasyid. Al-Kharaj adalah kitab yang disusun atas
permintaan khalifah Al-Rasyid dan kitab ini adalah rujukan pertama rujukan
Hanafi.4
Mazhab Malik berkembang di khilafah timur atas dukungan al-Mansyur dan di
khilafah barat atas dukungan Yahya Ibnu Yahya ketika diangkat menjadi
qadhi oleh para khalifah Andalusia. Di Afrika, Al-Mu’iz Badis mewajibkan
seluruh penduduk untuk mengikuti Mazhab Maliki. Mazhab Syafi’i membesar
di Mesir ketika Shalahuddin al-Ayubi merebut negeri itu. Mazhab Hanbali
menjadi kuat pada masa pemerintahan Al-Mutawakkil. Waktu itu al-
Mutawakkil tidak mengangkat seorang qadhi kecuali dengan persetujuan
imam Ahmad Ibnu hambal. 5
Dari mata rantai sejarah ini jelas terlihat korelasi pemikiran fiqh dari zaman
sahabat, tabi’in hingga munculnya mazhab-mazhab fiqih pada periode berikutnya.
Meskipun jumlah mazhab tidak terbatas kepada empat mazhab besar yaitu:
Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali.6

C. Macam-macam Madzhab

1. IMAM ABU HANIFAH (80-150 H/699-767 M)

Imam Abu HAnifah, pendiri mazhab Hanafi, adalah abu Hanifah An-Nukman
bin Tsabit bin Zufi At-Tamimi. Beliau masih memiliki pertalian hubungan
kekeluargaan dengan Imam Ali bin Abi Thalib ra. Imam Ali bahkan pernah berdoa
bagi Tsabit, yakni agar Allah memberkahi keturunannya. Tak heran, jika kemudian
dari keturunan Tsabit ini muncul seorang ulama besar seperti Abu Hanifah.7

a.   Sistematika Sumber Hukum Mazhab Hanafi


Abu Bakar Muhammad Ali Thaib Al-Baghdadi dalam kitabnya, Al-
Baghdadi menjelaskan bahwa dasar-dasar pemikiran fiqih Abu Hanifah
sebagai berikut: “aku (Abu Hanifah) mengambil kitab Allah. Bila tidak
ditemukan didalamnya, aku ambil dari sunnah Rasul, jika aku tidak
menemukan pada kitab dan sunnahnya, aku ambil pendapat-pendapat
sahabat. Aku ambil perkataan yang aku kehendaki dan aku tinggalkan
pendapat-pendapat yang tidak aku kehendaki. Dan aku tidak keluar dari
pendapat mereka kepada pendapat orang lain selain mereka. Adapun
apabila telah sampai urusan itu atau telah datang kepada Ibrahim, As-
Syaibani, Ibnu Sirin, Al-Hasan, Atha, Sa’id, dan abu Hanifah menyebut
beberapa orang lagi mereka orang-orang yang telah berijtihad”.8
3
Dedi Supriadi, Perbandingan mazhab,... 33
4
Jalaluddin Rakhmat, “Dahulukan Akhlak di Atas Fiqh”, (Bandung : PT. Mizan, 2007), 183
5
Jalaluddin Rakhmat, “Dahulukan Akhlak ,…183
6
Dedi Supriadi, Perbandingan mazhab,...  39
7
 M. Ali Hasan, “Perbandingan Mazhab”,( Jakarta : PT. Grafindo Persada, 2002), 184
8
Dedi Supriadi, Perbandingan mazhab,... 157
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa dasar-dasar Mazhab Hanafi
adalah:
1.      Kitab Allah (al-Quran)
2.      Sunnah Rasulullah yang sahih serta telah mahsyur diantara para
ulama yang ahlu.
3.      Fatwa-fatwa dari sahabat.
4.      Al-Qiyas
5.      Al-Istihsan
6.      Al-‘Urf9

b.      Pola Pikir dan Faktor Yang Mempengaruhi Imam Hanafi


Secara geografis Imam Hanafi lahir di Kuffah (Iraq) yang
penduduknya merupakan masyarakat yang sudah banyak mengenal
kebudayaan dan peradaban. Fuqaha daerah ini sering dihadapkan pada
persoalan hidup yang beragam. Untuk mengatasinya, mereka terpaksa
memakai ijtihad dan akal. Keadaan ini berbeda dengan hijaz.
Masyarakat daerah ini masih dalam suasana kehidupan sederhana
seperti keadaan pada masa Nabi. Untuk mengatasinya, para fuqahah
hijaz cukup mengandalkan al-Quran, Sunnah, dan Ijma’ para sahabat.
Oleh karena itu mereka tidak merasa perlu untuk berijtihad seperti
fuqaha Iraq.
Sebaliknya Imam Abu Hanifah menghadapi persoalan
kemasyarakatan di Iraq, yaitu daerah yang sarat dengan budaya dan
peradaban, tetapi jauh dari pusat informasi hadist Nabi. Jadi “terpaksa”
atau “selalu” menggunakan akal atau rasionya.10
Dapat penulis simpulkan bahwasannya imam hanafi dalam
memutuskan hukum lebih dominan menggunakan ijtihad dan akal yang
berbeda dengan Imam-Imam Ahlul Hadis, yang adakalanya tidak
menerima ijtihad. Ini dikarnakan masyarakat di iraq telah mengenal
kemajuan peradaban dan jauh dari jauh kota sumber hadis.

2.      IMAM MALIK BIN ANAS (93-179 H/712-795 M)


Imam Malik bin Anas, pendiri mazahab Maliki, dilahirkan di
Madinah, pada tahun 93 H. baliau berasal dari Kablah Yamniah. Sejak
kecil beliau telah rajin menghadiri majlis-majlis ilmu pengetahuan,
sehingga sejak kecil itu pula beliau telah hafal Al-Qur’an. Tak kurang
dari itu , ibundanya sendir yang mendorong Imam Malik untuk
senantiasa giat menuntut ilmu.11

a.      Sistematika Sumber Hukum Mazhab


Sistematika sumber hukum atau istinbath Imam Malik, pada
dasarnya ia tidak menulis secara sistematis. Akan tetapi para muridnya
atau mazhabnya meyusun sistematika imam Malik. Sebagaimana
qadhi’iyyad dalam kitabnya Al-Mudharrak, sebagai berikut:
“sesungguhnya manhaj imam Dar-Alhijrah, pertama ia mengambil
kitabullah, jika tidak ditemukan dalam kitabullah nash-nya ia

9
M. Ali Hasan, “Perbandingan Mazhab”,( Jakarta : PT. Grafindo Persada, 2002), 188
10
Dedi Supriadi, Perbandingan mazhab,...206
11
Muhammad Jawad Mughniyah, “Fiqh Lima Mazhab”,… xxvii
mengambil As-sunnah (katagori As-Sunnah menurutnya hadits-hadits
nabi dan fatwa-fatwa sahabat, amal Ahli-Almadinah, al-qiyas, al-
mashlahah al-mursalah, sadd adz-dzara’i, al-‘urf, dan al-‘adat”.12

b.   Pola Pikir Dan faktor Yang Mempengaruhi Imam Malik


Berbeda dengan Imam Abu Hanifah, Imam Malik lahir di
Madinah yang di kenal sebagai daerah Hadits dan tempat tinggal
sahabat Nabi. Fuqaha di sini lebih mengerti hadits daripada fuqaha
lainnya. Madinah pun merupakan suatu tempat yang masih bernuansa
kampung dan sederhana, suatu kehidupan yang menjadikan Al-Quran
dan As-Sunnah serta Ijma’ sahabat sudah cukup untuk dijadikan
sebagai dasar acuan keputusan hukum. Di sini jelas, para fuqaha tidak
perlu lagi ijtihad dan rasio karena Madinah sebagai tempat asal dan
dekat dengan Mekkah. Atas hal ini wajarlah kalau Imam Malik lebih
cenderung lebih menguasai hadits dan kurang menggunakan rasio di
banding Imam Abu Hanifah, karena faktor sosial dan budaya
masyarakat.13
3.      IMAM SYAFI’I (150-204 H/769-820 M)
Imam Syafi’i, yang dikenal sebagai pendiri mazhab Syafi’i adalah:
Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i Al-Quraisyi. Beliau dilahirkan di
Ghazzah, pada tahun 150 H, bertepatan dengan wafatnya Imam Abu
Hanifah.14
Meski dibesarkan dalam keadaan yatim dan dalam satu keluarga
yang miskin, tidak menjadikan beliau rendah diri, apalagi malas.
Sebaliknya, beliau bahkan giat mempelajari hadits dari ulama-ulam
hadits yang banyak terdapat di Mekkah. Pada usianya yang masih
kecil, beliau juga telah hafal Al-Qur’an.15
Pada usianya yang ke-20, beliau meninggalkan Mekkah
mempelajari Ilmu Fiqh dari Imam Malik. Merasa masih harus
memperdalam pengetahuannya, beliau kemudian pergi ke Iraq, sekali
lagi mempelajari fiqh, dari murid Imam Abu Hanifah yang masih ada.
Dalam perantauannya tersebut, beliau juga sempat mengunjungi
Persia, dan beberapa tempat lain.
      Setelah wafat Imam Malik (179 H), beliau kemudian pergi ke
Yaman, menetap dan mengajarkan ilmu disana, bersama Harun Al-
Rasyid, yang telah mendengar tentang kehebatan beliau, kemudian
meminta beliau untuk datang ke Baghdad. Imam Syafi’i memenuhi
undangan tersebut. Sejak saat itu beliau dikenal secara lebih luas, dan
banyak orang belajar kepadanya. Pada waktu itulah mazhab beliau
mulai dikenal.16
      Tak lama setelah itu Imam Syafi’i kembali ke Mekkah dan
mengajar rombongan jamah haji yang datang dari berbagai penjuru.
Melalui mereka inilah mazhab Syafi’i menjadi tersebar luas ke seluruh
dunia.

12
Dedi Supriadi, Perbandingan mazhab,...  167
13
Dedi Supriadi, Perbandingan mazhab,...  167
14
Jalaluddin Rakhmat, “Dahulukan Akhlak ,…190
15
 Muhammad Jawad Mughniyah, “Fiqh Lima Mazhab”,… xxix
16
 Muhammad Jawad Mughniyah, “Fiqh Lima Mazhab”,… xxix
      Pada tahun 198 H, beliau pergi ke Negara Mesir. Beliau mengajar
di Mesjid Amru bin As. Beliau juga menulis kitab Al-Um,
Amaliqubra, Kitab Risalah, Ushul Al-fiqh, dan memperkenalkan Waul
Jadid sebagai mazhab baru. Adapun dalam penyusunan kitab Ushul
Fiqh, Imam Syafi’i dikenal sebagai orang pertama yang mempelopori
penulisan dalam bidang tersebut. 17
      Di Mesir inilah akhirnya Imam Syafi’i wafat setelah menyebarkan
ilmu dan manfaat kepada banyak orang. Kitab-kitab beliau hingga kini
masih di baca orang, dan makam beliau di Mesir sampai detik ini
masih ramai di ziarahi orang. Sedang murid-murid beliau yang terkenal
diantaranya adalah: Muhammad bin Abdullah bin Al-Hakam, Abu
Ibrahim bin Ismail bin Yahya Al-Muzani, Abu Ya’kub Yusuf bin
yahya Al-Buwaiti dan lain sebagainya.18

a.      Sistematika Sumber Hukum Mazhab


Pola pikir imam Asy-Syafi’i secara garis besar dapat di lihat dari
kitab Al-Um  yang menguraikan sebagai berikut: “ ilmu itu bertingkat
secara berurutan pertama-tama adalah Al-Quran dan As-Sunnah
apabila telah tetap, kemudian kedua Ijma’ ketika tidak ada dalam Al-
Quran dan As-Sunnah dan ketiga sahabat Nabi ( fatwa sahabi ) dan
kami tahu dalam fatwa tersebut tidak adanya ikhtilaf di antara mereka,
keempat ikhtilaf sahabat Nabi, kelima qiyas yang tidak diqiyaskan
selain kepada Al-Quran dan As-Sunnah karena hal itu telah berada di
dalam kedua sumber, sesungguhnya mengambil ilmu dari yang
teratas. 19

b.      Pola Pikir Dan Faktor Yang Mempengaruhi Imam Syafi’i


Faktor Pluralisme Pikiran : Imam As-Syafi’i lahir dan hidup sangat
jauh berbeda dengan imam sebelumnya. Pada masa Imam Syafi’i
hidup, sudah banyak ahli fiqih, baik sebagai murid Imam abu Hanifah
atau Imam Malik sendiri masih hidup. Akumulasi berbagai pemikiran
fiqh fuqaha, baik dari Mekkah, Madinah, Irak, syam, dan Mesir
menjadikan asy-syafi’i memiliki wawasan yang luas tentang berbagai
aliran pemikiran fiqih.20
Faktor Geografis: faktor ini merupakan faktor secara alamiah negara Mesir tempat Asy-
Syafi’i lahir. Mesir adalah daerah kaya dengan warisan budaya Yunani, Persia, Rumawi dan
Arab. Kondisi budaya yang kosmopolit ini tentu saja memberikan pengaruh besar terhadap
pola pikir Imam Asy-syafi’i. Hal ini terlihat dari kitabnya Ilmu Mantiq yang di pengaruhi
aliran Aristoteles.21
Faktor Sosial Dan Budaya: faktor ini ikut mempengaruhi pola pikir Imam Syafi’i dengan
Qaul Qadhim dan Qaum Jadid. Qaul qadhim di bangun di Irak tahun 195 H. Di mana masa
itu Imam Syafi’i tinggal di Irak pada zaman pemerintahan Al-Amin. Setelah tinggal di Irak
Asy-Syafi’i melakukan perjalanan ke beberapa daerah dan kemudian tinggal di Mesir. Di
Mesir ia bertemu dan berguru kepada ulama Mesir yang pada umumnya adalah rekan Imam
17
Jalaluddin Rakhmat, “Dahulukan Akhlak ,…191
18
 Muhammad Jawad Mughniyah, “Fiqh Lima Mazhab”,… xxxx

19
M. Ali Hasan, “Perbandingan Mazhab”,( Jakarta : PT. Grafindo Persada, 2002),  212
20
Dedi Supriadi, Perbandingan mazhab,... 207
21
Dedi Supriadi, Perbandingan mazhab,... 207
Malik. Karena perjalanan intelektualnya tersebut, Imam Syafi’i mengubah beberapa
pendapatnya yang di sebut dengan Qaul Jadid. Dengan demikian Qaul qadhim adalah
pendapat Imam Syafi’i yang bercorak ra’yi sedangkan Qaul Jadid adalah pendapatnya yang
bercorak hadits.22
D. Urgensi Bermadzhab
Dengan semakin mengakar dan melembaganya doktrin pemikiran hukum, di mana
antara satu dengan yang lainya terdapat perbedaan yang khas, maka ia muncul sebagai
sebuah mazhab atau aliran yang dijadikan sebagai patokan oleh masingmasing pengikut
mazhab tersebut dalam melakukan istinbath hokum, tentu saja, polemik dan terjadinya
produk hasil ketetapan penduduk dalam banyak hal merupakan suatu yang tak dapat
dielakkan.masing-masing mazhab atau aliran saling mempertahankan metodologi dan
teori yang mereka peggangi, dan bahkan lebih jauh23.

E. Ketentuan Bermadzhab

22
 Dedi Supriadi, Perbandingan mazhab,... 208
23
Taqiyatun, An-Nabhani,Asy-Syakshiyah al-Islamiyah,...232

Anda mungkin juga menyukai