Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PERKEMBANGAN MADZHAB DALAM ISLAM

Makalah ini disusun guna untuk memenuhi matakuliah Ushul Fiqih

Dosen pengampuh: Dzulfikar Sholeh, M.Pd

Disusun oleh:

1. Dhea Febriana Sari (22.03.0541)


2. Eva Arifatur Rahmawati (22.03.0539)
3. Ika Nur Fadhilaturrohmah (22.03.0535)

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SYUBBANUL WATHON

MAGELANG

2022/2023
BAB 1

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Pertumbuhan dan perkembangan fiqih menunjukkan pada suatu


dinamika pemikiran keagamaan itu sendiri. Hal tersebut merupakan persoalan
yang tidak pernah usai di manapun dan kapanpun, terutama dalam masyarakat-
masyarakat agama yang sedang mengalami modernisasi. Perkembangan fiqih
secara sungguh-sungguh telah melahirkan pemikiran Islam bagi karakterisitik
perkembangan Islam itu sendiri.[1]

Kehadiran fiqih ternyata mengiringi pasang-surut Islam, dan bahkan


secara amat dominan abad pertengahan mewarnai dan memberi corak bagi
perkembangan Islam dari masa ke masa. Karena itulah, kajian-kajian mendalam
tentang masalah kesejahteraan fiqih tidak semata-mata bernilai historis, tetapi
dengan sendirinya menawarkan kemungkinan baru bagi perkembangan Islam
berikutnya.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertia madzhab dan latar belakangnya?


2. Bagai mana kemunculan madzhb2 dalam fiqih?
3. Bagai mana perkembangan madzhab dalam hukum fiqih?

C.TUJUAN

Makalah ini, akan dijelaskan tentang pengertian mazhab, latar belakang dan
sejarah awal kemunculan mazhab-mazhab dalam fiqih, dikhususkan pada empat
mazhab yaitu Mazhab Hanafi, Mazhab Maliki, Mazhab Syafi’i dan Mazhab
Hanbali serta beberapa hal lain yang berhubungan dengan keempat mazhab
tersebut dan penjelasan madzhab lain selain madzhab empat tersebut, serta
contoh kasus-kasus masalah fikih pada madzhab madzhab tersebut.

BAB 2

PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN MADZHAB

Menurut bahasa Arab, “madzhab” (‫)مذهب‬berasal dari shighah masdar


mimy (kata sifat) dan isim makan (kata yang menunjukkan keterangan tempat)
dari akar kata fiil madhy “dzahaba” (‫ )ذهب‬yang bermakna pergi.[3] Jadi, mazhab
itu secara bahasa artinya, “tempat pergi”, yaitu jalan (ath-thariq).[4] Sedangkan
menurut istilah ada beberapa rumusan:

1. Menurut M. Husain Abdullah, madzhab adalah kumpulan pendapat


mujtahid yang berupa hukum-hukum Islam, yang digali dari dalil-dalil
syariat yang rinci serta berbagai kaidah (qawa’id) dan landasan (ushul)
yang mendasari pendapat tersebut, yang saling terkait satu sama lain
sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh.[5]

2. Menurut A. Hasan, mazhab adalah mengikuti hasil ijtihad seorang imam


tentang hukum suatu masalah atau tentang hukum suatu masalah atau
tentang kaidah-kaidah istinbathnya.[6]

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa yang


dimaksud dengan mazhab adalah pokok pikiran atau dasar yang
digunakan oleh Imam mujtahid dalam memecahkan masalah; atau
mengistinbathkan hukum Islam. Disini bisa disimpulkan pula bahwa
mazhab mencakup;(1) sekumpulan hukum-hukum Islam yang digali
seorang imam mujtahid; (2) ushul fiqh yang menjadi jalan (thariq) yang
ditempuh mujtahid itu untuk menggali hukum-hukum Islam dari dalil-
dalilnya yang rinci.

Dengan demikian, kendatipun mazhab itu manifestasinya berupa


hukum-hukum syariat (fiqh), yang ditempuh mujtahid itu untuk menggali
hukum-hukum Islam dari dalil-dalilnya yang rinci harus dipahami bahwa
mazhab itu sesungguhnya juga mencakup ushul fiqh yang menjadi
metode penggalian (thariqah al-istinbath) untuk melahirkan hukum-
hukum tersebut. Artinya, jika kita mengatakan mazhab Syafi’i, itu artinya
adalah, fiqh dan ushul fiqh menurut Imam Syafi’i.

2.Latar Belakang Munculnya Madzhab

Lahirnya berbagai aliran atau madzhab dalam ilmu fiqih dilatarbelakangi


oleh beberapa faktor antara lain disebabkan oleh :

1. Perbedaan Pemahaman (Pengertian) Tentang Lafadz Nash


2. Perbedaan Dalam Masalah Hadits
3. Perbedaan dalam Pemahaman dan Penggunaan Qaidah
Lughawiyah Nash
4. Perbedaan Dalam Mentarjihkan Dalil-dalil yang berlawanan (
ta’rudl al-adillah)
5. Perbedaan Tentang Qiyas
6. Perbedaan dalam Penggunaan Dalil-dalil Hukum
7. Perbedaan dalam Pemahaman Illat Hukum
8. Perbedaan dalam Masalah Nasakh[8]

3. Sejarah Perkembangan Madzhab


4. Periode Pertumbuhan(Abad ke 0-1 H)

1). Madzhab Pada Masa Rasulullah

Bila diruntut ke belakang, mahzab fiqih itu sudah ada sejak zaman
Rosulullah SAW, Madzhab pada zaman Rosululah adalah sebatas Ijitihad
(pendapat) para sahabat dalam memahami agama, karena pada zaman
itu sumber hukum islam adalah hanya al-Quran dan Hadits, sehingga
ketika para sahabat terjadi perselisihan dan berijtihad masing-masing;
maka mereka langsung melaporkan masalah tersebut kepada Rosulullah.

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

‫ص َأ َحد ُي َص ِّل َ َن‬


‫ي ال‬ َ ْ ‫)ق َر ْي َظة َب ِ َن ِ َف إ نال ْال َع‬
ُ
‫) البخاري رواه‬
ِ ِ ِ

“Janganlah ada satupun yang shalat ‘Ashar kecuali di perkampungan Bani


Quraizhah”

Ketika mereka mendapati waktu shalat yang disebutkan oleh


Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam tersebut di tengah jalan, sebagian
dari mereka mengatakan, “Kita tidak shalat sampai kita tiba di
perkampungan Bani Quraizhah.” Sementara yang lain bersikukuh tetap
melakukan shalat ‘Ashar pada waktunya, karena mereka memandang
bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak bermaksud menyuruh
para shahabat Radhiyallahu anhum menunda shalat ‘Ashar sampai lewat
waktunya. Kemudian dua sikap yang berbeda dalam menyikapi sabda
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini dilaporkan kepada beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak
mencela salah salah satunya.[11]

Pada periode ini, Madzhab hanyalah sebuah pendapat atau Ijtihad para
sahabat dalam memahami sebuah kasus, lalu sahabat melaporkan
kepada Rosul akan kasus tersebut, sehingga Rosulullah SAW langsung
memutuskan kasus tersebut apakah salah satu yang benar atau keduanya
benar.[12]

Madzhab secara sistematis belum terbentuk, hanya berbentuk pendapat-


pendapat para sahabat dan ijtihad-ijtihadnya yang kemudian disampaikan
kepada Rosulullah

2). Madzhab Pada Masa Shahabat

Mahzab fiqih itu pada sejak zaman sahabat mulai tumbuh seiring dengan
meninggalnya Rosulullah SAW; karena ketika di zaman Rosulullah para
Sahabat menemukan sebuah masalah, akan tetapi setelah wafatnya
Rosulullah, Para sahabat masing-masing memiliki pendapatnya. Misalnya
pendapat Aisyah ra, pendapat Ibn Mas’ud ra, pendapat Ibn Umar.
Masing-masing memiliki kaidah tersendiri dalam memahami nash Al-
Qur’an Al-Karim dan sunnah, sehinga terkadang pendapat Ibn Umar tidak
selalu sejalan dengan pendapat Ibn Mas’ud atau Ibn Abbas. Tapi semua
itu tetap tidak bisa disalahkan karena masing-masing sudah melakukan
ijtihad.[13]

Para sahabat melihat Rasulullah Saw mengerjakan suatu tindakan,


sebagian sahabat menafsirkannya sebagai tindakan qurbah (ibadah),
sedangkan sebagian yang lain menyimpulkannya sebagai tindakan mubah
(biasa).

3). Madzhab Pada Masa Tabiin

Di masa tabi’in, kita juga mengenal istilah fuqaha al-Madinah yang tujuh
orang yaitu; Said ibn Musayyib, Urwah ibn Zubair, Al-Qasim ibn
Muhammad, Kharijah ibn Zaid, Ibn Hisyam, Sulaiman ibn Yasan dan
Ubaidillah. Termasuk juga Nafi’ maula Abdullah ibn Umar. Di kota Kufah
kita mengenal ada Al-Qamah ibn Mas’ud, Ibrahim An-Nakha’i guru al-
Imam Abu Hanifah. Sedangkan di kota Bashrah ada al-Hasan Al-Bashri dan
Imam Sufyan as sauri.

Dari kalangan tabiin ada ahli fiqh yang juga cukup terkenal; Ikrimah Maula
Ibn Abbas dan Atha’ ibn Abu Rabbah, Thawus ibn Kiisan, Muhammad ibn
Sirin, Al-Aswad ibn Yazid, Masruq ibn al-A’raj, Alqamah an Nakha’i,
Sya’by, Syuraih, Said ibn Jubair, Makhul ad Dimasyqy, Abu Idris al-
Khaulani.

2. Periode Pembentukan (Abad ke 2-3 H)

a). Mazhab Imam Abu Hanifah

Imam Abu Hanifah, yang dikenal dengan sebutan Imam Hanafi,


mempunyai nama lengkap: Abu Hanifah Al-Nu’man bin Tsabit bin Zutha
Al-Kufi. lahir di Irak pada tahun 80 Hijriah/699 M, bertepatan dengan
masa khalifah Bani Umayyah Abdul Malik bin Marwan. Beliau digelari
dengan nama Abu Hanifah yang berarti suci dan lurus, karena sejak kecil
beliau dikenal dengan kesungguhannya dalam beribadah, berakhlak
mulia, serta menjauhi perbuatan-perbuatan dosa dan keji. Dan mazhab
fiqihnya dinamakan Mazhab Hanafi.[17]

Guru-guru yang pernah beliau temui antara lain adalah : (Hammad bin
Abu Sulaiman Al-Asy’ari (W. : [120 H/ 738]) faqih kota “Kufah”, ‘Atha’ bin
Abi Rabah (W. : (114 H/ 732 M) faqih kota “Makkah”, ‘Ikrimah’ (W104 H/
723 M) maula serta pewaris ilmu Abdullah bin Abbas, Nafi’ (W. : [117 H/
735 M]) maula dan pewaris ilmu Abdullah bin Umar serta yang lain-lain.
Beliau juga pernah belajar kepada ulama’ “Ahlul-Bait” seperti missal : Zaid
bin Ali Zainal ‘Abidin (79-122 H/698-740 M), Muhammad Al-Baqir ([57-
114 H/ 676-732 M]), Ja’far bin Muhammad Al-Shadiq (80-148 H/ 699-765
M) serta Abdullah bin Al-Hasan. Beliau juga pernah berjumpa dengan
beberapa sahabat seperti missal : Anas bin Malik (10 SH-93 H/ 612-712
M), Abdullah bin Abi Aufa (w. 85 H/ 704 M]) di kota Kufah, Sahal bin Sa’ad
Al-Sa’idi (8 SH-88 H/ 614-697 M) di kota Madinah serta bertemu dengan
Abu Al-Thufail Amir bin Watsilah (W 110 H/729 M) di kota Makkah.

Salah satu muridnya yang terkenal adalah Muhammad bin Al-Hassan Al-
Shaibani, guru Imam Syafi’i. Melalui goresan tangan para muridnya itu,
pandangan-pandangan Imam Hanafi menyebar luas di negeri-negeri
Islam, bahkan menjadi salah satu mazhab yang diakui oleh mayoritas
umat Islam.[18]

b). Madzhab Imam Malik

Malik bin Anas bin Malik, Imam maliki di lahirkan di Madinah al


Munawwaroh. sedangkan mengenai masalah tahun kelahirannya
terdapat perbedaaan riwayat. al-Yafii dalam kitabnya Thabaqat fuqoha
meriwayatkan bahwa imam malik dilahirkan pada 94 H. ibn Khalikan dan
yang lain berpendapat bahawa imam Malik dilahirkan pada 95 H.
sedangkan. imam al-Dzahabi meriwayatkan imam malik dilahirkan 90 H.
Ia menyusun kitab Al Muwaththa’, dan dalam penyusunannya ia
menghabiskan waktu 40 tahun, selama waktu itu, ia menunjukan kepada
70 ahli fiqh Madinah.

Imam Malik menerima hadits dari 900 orang (guru), 300 dari golongan
Tabi’in dan 600 dari tabi’in tabi’in, ia meriwayatkan hadits bersumber dari
Nu’main al Mujmir, Zaib bin Aslam, Nafi’, Syarik bin Abdullah, az Zuhry,
Abi az Ziyad, Sa’id al Maqburi dan Humaid ath Thawil, muridnya yang
paling akhir adalah Hudzafah as Sahmi al Anshari.

Adapun yang meriwayatkan darinya adalah banyak sekali diantaranya ada


yang lebih tua darinya seperti az Zuhry dan Yahya bin Sa’id. Ada yang
sebaya seperti al Auza’i, Ats Tsauri, Sufyan bin Uyainah, Al Laits bin Sa’ad,
Ibnu Juraij dan Syu’bah bin Hajjaj. Adapula yang belajar darinya seperti
Asy Safi’i, Ibnu Wahb, Ibnu Mahdi, al Qaththan dan Abi Ishaq.

Di antara guru beliau adalah Nafi’ bin Abi Nu’aim, Nafi’ al Muqbiri,
Na’imul Majmar, Az Zuhri, Amir bin Abdullah bin Az Zubair, Ibnul
Munkadir, Abdullah bin Dinar, dan lain-lain. Di antara murid beliau adalah
Ibnul Mubarak, Al Qoththon, Ibnu Mahdi, Ibnu Wahb, Ibnu Qosim, Al
Qo’nabi, Abdullah bin Yusuf, Sa’id bin Manshur, Yahya bin Yahya al
Andalusi, Yahya bin Bakir, Qutaibah Abu Mush’ab, Al Auza’i, Sufyan Ats
Tsaury, Sufyan bin Uyainah, Imam Syafi’i, Abu Hudzafah as Sahmi, Az
Aubairi, dan lain-lain.[19]

c). Mazhab Imam Syafii


Mazhab Syafi’i didirikan oleh Abu Abdullah Muhammad bin ldris as-syafi’i.
Ia wafat pada 767 masehi 158 H. Selamahidup Beliau pernah tinggal di
Baghdad, Madinah, dan terakhir di Mesir. Corak pemikirannya adalah
konvergensi atau pertemuan antara rasionalis dan tradisionalis. Imam
Syafi`i mempunyai dua dasar berbeda untuk Mazhab Syafi’i. Yang
pertama namanya Qaulun Qadim dan Qaulun Jadid[20]

Di Makkah, Imam Syafi’i berguru fiqh kepada mufti di sana, Muslim bin
Khalid Az Zanji sehingga ia mengizinkannya memberi fatwah ketika masih
berusia 15 tahun. Demi ia merasakan manisnya ilmu, maka dengan taufiq
Allah dan hidayah-Nya, dia mulai senang mempelajari fiqih setelah
menjadi tokoh dalam bahasa Arab dan sya’irnya. Remaja yatim ini belajar
fiqih dari para Ulama’ fiqih yang ada di Makkah, seperti Muslim bin khalid
Az-Zanji yang waktu itu berkedudukan sebagai mufti Makkah. Kemudian
dia juga belajar dari Dawud bin Abdurrahman Al-Atthar, juga belajar dari
pamannya yang bernama Muhammad bin Ali bin Syafi’, dan juga
menimba ilmu dari Sufyan bin Uyainah.

Guru yang lainnya dalam fiqih ialah Abdurrahman bin Abi Bakr Al-Mulaiki,
Sa’id bin Salim, Fudhail bin Al-Ayyadl dan masih banyak lagi yang lainnya.
Dia pun semakin menonjol dalam bidang fiqih hanya dalam beberapa
tahun saja duduk di berbagai halaqah ilmu para Ulama’ fiqih sebagaimana
tersebut di atas.

Ia pergi ke Madinah dan berguru fiqh kepada Imam Malik bin Anas. Ia
mengaji kitab Muwattha’ kepada Imam Malik dan menghafalnya dalam 9
malam. Imam Syafi’i meriwayatkan hadis dari Sufyan bin Uyainah, Fudlail
bin Iyadl dan pamannya, Muhamad bin Syafi’ dan lain-lain. Adapun Murid
beliau yang paling terkenal antara lain adalah Imam ahmad bin
hanbal.[21]

d). Mazhab Imam Ahmad

Beliau adalah Abu Abdillah, Ahmad bin Ahmad bin Muhammad bin
Hanbal asy-Syaibani. Imam Ahmad dilahirkan di ibu kota kekhalifahan
Abbasiyah di Baghdad, Irak, pada tahun 164 H/780 M. Saat itu, Baghdad
menjadi pusat peradaban dunia dimana para ahli dalam bidangnya
masing-masing berkumpul untuk belajar ataupun mengajarkan ilmu.
Dengan lingkungan keluarga yang memiliki tradisi menjadi orang besar,
lalu tinggal di lingkungan pusat peradaban dunia, tentu saja menjadikan
Imam Ahmad memiliki lingkungan yang sangat kondusif dan kesempatan
yang besar untuk menjadi seorang yang besar pula.

Beberapa gurunya yang terkenal, di antaranya Ismail bin Ja’far, Abbad bin
Abbad Al-Ataky, Umari bin Abdillah bin Khalid, Husyaim bin Basyir bin
Qasim bin Dinar As-Sulami, Imam Syafi’i, Waki’ bin Jarrah, Ismail bin
Ulayyah, Sufyan bin `Uyainah, Abdurrazaq, serta Ibrahim bin Ma’qil.

Adapun muridnya adalah Shalih bin Imam Ahmad bin Hambal Abdullah
bin Imam Ahmad bin Hambal Keponakannya, Hambal bin Ishaq.[22]

e). Mazhab lainnya

Ada beberapa mazhab lain yang terkenal yang muncul pada abad 2
sampai dengan 3 hijriyyah antara lain Madzhab Atho, Madzhab Ibnu sirin,
Madzhab Zhohiriyyah yang di pelopori Imam Daud az zhohiri, Madzhab As
ya’bi, Mazhab Imam an-Nakho’i; akan tetapi madzhab-madzhab tersebut
tidak begitu berkembang seiring berjalannya zaman dari masa ke masa.

3.Periode Keemasan (Abad ke 3-9 H)

Pada periode ini muncul lah ulama-ulama besar yang menisbatkan diri ke
madzhab tertentu di antaranya : Dari kalangan Syafiiyyah seperti Imam An
Nawawi, Imam a-Muzani, Imam Ibnu hajar al Asqolani, Ibnu hajar al haistami dan
lain-lain. Dari Kalangan Hanafiyyah seperti Imam Abu Yusuf, Imam As syaibani,
Imam al Maruzi dan lain lain. Dari kalangan Hanabilah seperti Imam Ibnu Qoyyim,
Ibnu taimiyyah, Ibnu Rojab dan lain lain. Dari kalangan Malikiyyah seperti Imam
Ibnu Qosim, Imam Syahnun, Imam Ibnu Rusyd dan lain lain.[25]

Mengenai perbedaan pendapat di kalangan ulama abad ke 3 -9 telah banyak


kitab yang membahasnya, masing masing menguatkan prndapat Imam
mazhabnya, walau tak jarang ada sebagian ulama yang berbeda dengan imam
mazhabnya.

4.Periode Kemunduran ( Abad ke 10 – 13 H )

Pada periode ini, Madzhab mengalami kemunduran karena faktor


penjajahan di dunia islam, dan tidak kuatnya kekuasaan muslim pada saat
itu di bawah kepemimpinan daulah usmaniyyah pada periode akhir.

5.Periode Kebangkitan ( Abad ke 14 – Sekarang )

Pada periode ini, madzhab mengalami kebangkitan kembali, di


mulai dengan munculnya para ulama dengan kitab-kitabnya yang terkenal
seperti Syekh Wahbah Zuhaili, Syekh Muhammad bin Sholeh al Usaimin,
Syekh Yusuf al Qordhowi, Syekh Ali Jum’ah dan lain lain, ada yang masih
mengukuti dan selaras dengan metodologi para Imam madzhab yang
empat, adapula yang mulai berusaha keluar dari metodologi para ulama
terdahulu karena pertimbangan zaman.

BAB 3

PENUTUP

KESIMPULAN

1.Madzhab adalah kumpulan pendapat mujtahid yang berupa hukum-hukum


Islam, yang digali dari dalil-dalil syariat yang rinci serta berbagai kaidah (qawa’id)
dan landasan (ushul) yang mendasari pendapat tersebut, yang saling terkait satu
sama lain sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh.

2. Latar belakang timbulnya madzhab karena Perbedaan Pemahaman


(Pengertian) Tentang Lafadz Nash, Perbedaan Dalam Masalah Hadits serta
Perbedaan dalam Pemahaman dan Penggunaan Qaidah Lughawiyah Nash dan
lain-lain

Periode perkembangan Madzhab :

a. Periode Pertumbuhan ( abad ke 0 – 1 H )

b. Periode Pembentukan ( abad ke 1-2 H )

c. Periode Keemasan ( abad ke 3-9 H

d. Periode Kemunduran ( abad ke 10-13 H )

e. Periode kebangkitan ( abad ke 14 – sekarang )


DAFTAR PUSTAKA

[1] Ahmad Izzuddin, Sejarah Tarikh Tasyri, ( Jakarta : Pustaka al-Bayyinah,


2015) hal 56

[2] Abdullah Haikal, Sejarah Fikih Islam, ( Semarang : Pustaka Hidayatullah, 2007)
hal 34

[3] Huzaemah Tahido Yanggo, Pengantar Perbandingan Mazhab, (Jakarta: Logos,


1997), hal 71

[6] Ahmad Hasan, Nasyatul Fiqh al_Islamiy, ( Damaskus : Dar al Hijroh,1996) hal
79

[15] Ahmad Ridho, Hukum Islam dalam Sorotan, ( Jakarta : Pustakan Bina karya
Utama, 2015) hal 24

[8] Al-Qordhowi, Yusuf, Fikih Ikhtilaf, ( Kairo : Dar al Fikr al- Islamiy, 1997) hal 65

[9] Ayang Utriza Yakin, Sejarah hukum Islam, (Bandung : Grafika


Intermedia,2014), hal 24
[11] Al-Bukhori, Abu Abdillah Muhammad bin Ismail, Shahih al-Bukhori, (Bairut :
Maktabah al-Isyriyyah ) Cetakan kedua, Jilid 2, hal 124

[16] Imam An Nawawi, Majmu ala Syarhil muhazzab, ( Damaskus : Maktabah al-
Iman, 1996) Juz XVII, Hal 34

[17 Muniroh Mukhtar, Madzhab dan Sejarahnya, ( Pustaka Mghfiroh : 2008) hal
57

[18] Abas Ubaidillah, Sejarah Perkembangan Imam Mazhab, (Jakarta: Pustaka


Bintang Pelajar:2013) , Hal 47

[19] Mahmud Sirojuddin, Hukum Islam Sejarah perkembangannya, ( Jakarta :


Pustaka Lentera Iman, 2013), hal 85

[20] Ahmad Hasan, Nasyatul Fiqh al_Islamiy, ( Damaskus : Dar al Hijroh,1996) hal
104

[21] Abas Ubaidillah, Sejarah Perkembangan Imam Mazhab, (Jakarta: Pustaka


Bintang Pelajar:2013) , Hal 67

[22] M. Ali Al-Sayis, Fiqih ijtihad Pertumbuhan dan Perkembangannya,(Nasy’ah


al-Fiqh al-Ijtihadi wa Athwaruhu) terj. M.Muzamil, (Solo:
Pustaka Mantiq, 1997), 146.
[23] Huzaemah Tahido Yanggo, Pengantar Perbandingan Mazhab, (Jakarta:
Logos, 1997), hal 85

[25] Mahmud Sholah, Hukum Islam dan Perkembangannya, ( Jakarta: Pustaka


Iman jama,2004) hal

Anda mungkin juga menyukai