Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

Mazhab-Mazhab Fiqih Dan Mazhab Ushul Fiqih

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kuliah


Mata Kuliah:Pengantar Fiqih Dan Ushul Fiqih

Dosen Pengampu:
Muhammad Riza Fahmi

Disusun Oleh:
Kelompok 2

 Albi Khoirul Munawar (12204004)


 Kelas: A Semester 1

SYARIAH PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI


FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK
TAHUN 2022
PEMBAHASAN

A. Definisi Mazhab Fiqih Dan Mazhab Ushul Fiqih

1. Pengertian mazhab
Menurut bahasa mazhab berarti jalan atau tempat yang dilalui.
Sedangkan menurut istilah para fikih mazhab mempunyai dua
pengertian, yaitu pertama, pendapat salah seorang imam mujtahid
tentang hukum suatu masalah. Yang kedua, kaidah-kaidah istimbath
yang dirumuskan oleh seorang imam mujtahid.

Sedang kata mazhab di artikan dengan "haluan", atau ajaran


lengkap mengenai hukum Islam yang dianut golongan umat Islam
tertentu.

Mahmud Yunus mengemukakan bahwa "mazhab" berasal dari


shighat mashdar mimy (kata sifat) dan isim makan (kata yang
nrenunjukkan tempat) yang diambil dari fi’il madhi "dzahaba" yang
berarti "pergi".

Dalam kamus Besar Indonesia Mazhab diartikan sebagai " haluan


atau aliran mengenai hukum fiqh yang menjadi ikutan umat Islam".
Sedangkan secara istilah mazhab diarlikan paham atau aliran pikiran
yang merupakan hasil ijtihad seorang mujtahid tentang hukum Islam
yang digali dari ayat-ayat al-Quran atau Hadits yang dapat
diijtihadkan.

2. Sejarah Perkembangan Mazhab

-Periode Pertumbuhan(Abad ke 0-1 H)


1. Madzhab Pada Masa Rasulullah
Bila diruntut ke belakang, mahzab fiqih itu sudah ada sejak zaman
Rosulullah SAW, Madzhab pada zaman Rosululah adalah sebatas
Ijitihad (pendapat) para sahabat dalam memahami agama, karena pada
zaman itu sumber hukum islam adalah hanya al-Quran dan Hadits,
sehingga ketika para sahabat terjadi perselisihan dan berijtihad masing-
masing; maka mereka langsung melaporkan masalah tersebut kepada
Rosulullah.

Pertama: Dari Abu Sa’id Al Khudri berkata: “Ada 2 Sahabat dalam


perjalanan, ketika waktu sholat tiba dan tidak menemukan air, maka
beliau berdua melakukan Tayammum. Keduanya pun shalat. Setelah
itu mereka menemukan air saat waktu shalat belum habis.” “Satu dari
mereka mengulang shalat dengan berwudhu’. Sahabat yang lain tidak
mengulang shalatnya (cukup dengan Tayammum tadi)” Setelah
mereka datang kepada Rasulullah shalallahu alaihi wasallam dan
bercerita kejadian itu maka Nabi bersabda kepada Sahabat yang
shalat 1 kali saja: “Kamu sudah sesuai Sunnah. Cukup shalatmu itu”.
Dan kepada Sahabat yang shalat 2x (dengan Tayammum dan Wudhu’)
Nabi bersabda: “Kamu dapat 2 pahala”.
Pada periode ini, Madzhab hanyalah sebuah pendapat atau Ijtihad
para sahabat dalam memahami sebuah kasus, lalu sahabat melaporkan
kepada Rosul akan kasus tersebut, sehingga Rosulullah SAW langsung
memutuskan kasus tersebut apakah salah satu yang benar atau
keduanya benar.

Madzhab secara sistematis belum terbentuk, hanya berbentuk


pendapat-pendapat para sahabat dan ijtihad-ijtihadnya yang kemudian
disampaikan kepada Rosulullah.

2. Madzhab Pada Masa Shahabat


Mahzab fiqih itu pada sejak zaman sahabat mulai tumbuh
seiring dengan meninggalnya Rosulullah SAW; karena ketika di
zaman Rosulullah para Sahabat menemukan sebuah masalah, akan
tetapi setelah wafatnya Rosulullah, Para sahabat masing-masing
memiliki pendapatnya. Misalnya pendapat Aisyah ra, pendapat Ibn
Mas’ud ra, pendapat Ibn Umar. Masing-masing memiliki kaidah
tersendiri dalam memahami nash Al-Qur’an Al-Karim dan sunnah,
sehinga terkadang pendapat Ibn Umar tidak selalu sejalan dengan
pendapat Ibn Mas’ud atau Ibn Abbas. Tapi semua itu tetap tidak bisa
disalahkan karena masing-masing sudah melakukan ijtihad.

Para sahabat melihat Rasulullah Saw mengerjakan suatu


tindakan, sebagian sahabat menafsirkannya sebagai tindakan qurbah
(ibadah), sedangkan sebagian yang lain menyimpulkannya sebagai
tindakan mubah (biasa). Contohnya, para sahabat melihat Nabi
Shallalahu Alaihi wa Sallam melakukan lari-lari kecil saat thawaf.
Oleh karena itu, mayoritas mereka berpendapat hal tersebut adalah
sunnah dalam tawaf. Sedangkan Ibnu Abbas, mengintepretasikan
tindakan beliau sebagai kebetulan karena ada motivasi yang muncul.

Rasulullah SAW mengerjakan ibadah haji dan orang-orang


menyaksikannya. Sebagian sahabat berpendapat bahwa beliau
mengerjakan ibadah haji secara tamattu’, sementara sebagian sahabat
yang lain menganggapnya mengerjakan ibadah haji secara qiran.
Sebagian sahabat lain menyangka beliau mengerjakan ibadah haji
secara ifrad.

3. Madzhab Pada Masa Tabiin


Di masa tabi’in, kita juga mengenal istilah fuqaha al-Madinah yang
tujuh orang yaitu; Said ibn Musayyib, Urwah ibn Zubair, Al-Qasim ibn
Muhammad, Kharijah ibn Zaid, Ibn Hisyam, Sulaiman ibn Yasan dan
Ubaidillah. Termasuk juga Nafi’ maula Abdullah ibn Umar. Di kota
Kufah kita mengenal ada Al-Qamah ibn Mas’ud, Ibrahim An-Nakha’i
guru al-Imam Abu Hanifah. Sedangkan di kota Bashrah ada al-Hasan
Al-Bashri dan Imam Sufyan as sauri.
Dari kalangan tabiin ada ahli fiqh yang juga cukup terkenal;
Ikrimah Maula Ibn Abbas dan Atha’ ibn Abu Rabbah, Thawus ibn
Kiisan, Muhammad ibn Sirin, Al-Aswad ibn Yazid, Masruq ibn al-
A’raj, Alqamah an Nakha’i, Sya’by, Syuraih, Said ibn Jubair, Makhul
ad Dimasyqy, Abu Idris al-Khaulani.

Dalam kasus iddah wanita hamil karena berzina, Para ulama di


kalangan Tabiin berbeda pendapat :

a). Imam Sufyan as Sauri dan sebagain tabiin berpendapat bahwa tidak
ada iddah bagi wanita hamil karena berzina. Karena iddah untuk
menjaga nasab, sedangkan Pezina tidak menjaga nasab.
b). Imam Hasan basri, Ibrahim An Nakho’i dan sebagian tabiin lainnya
berpendapat bahwa wanita hamil karena berzina tetap ada iddahnya,
karena iddah itu karena Istibro’ (membersihkan Rahim)

- Periode Pembentukan (Abad ke 2-3 H )


A. Mazhab Imam Abu Hanifah
Imam Abu Hanifah, yang dikenal dengan sebutan Imam Hanafi,
mempunyai nama lengkap: Abu Hanifah Al-Nu’man bin Tsabit bin
Zutha Al-Kufi. lahir di Irak pada tahun 80 Hijriah/699 M, bertepatan
dengan masa khalifah Bani Umayyah Abdul Malik bin Marwan.
Beliau digelari dengan nama Abu Hanifah yang berarti suci dan lurus,
karena sejak kecil beliau dikenal dengan kesungguhannya dalam
beribadah, berakhlak mulia, serta menjauhi perbuatan-perbuatan dosa
dan keji. Dan mazhab fiqihnya dinamakan Mazhab Hanafi.

Guru-guru yang pernah beliau temui antara lain adalah : (Hammad


bin Abu Sulaiman Al-Asy’ari (W. : [120 H/ 738]) faqih kota “Kufah”,
‘Atha’ bin Abi Rabah (W. : (114 H/ 732 M) faqih kota “Makkah”,
‘Ikrimah’ (W104 H/ 723 M) maula serta pewaris ilmu Abdullah bin
Abbas, Nafi’ (W. : [117 H/ 735 M]) maula dan pewaris ilmu Abdullah
bin Umar serta yang lain-lain. Beliau juga pernah belajar kepada
ulama’ “Ahlul-Bait” seperti missal : Zaid bin Ali Zainal ‘Abidin (79-
122 H/698-740 M), Muhammad Al-Baqir ([57-114 H/ 676-732 M]),
Ja’far bin Muhammad Al-Shadiq (80-148 H/ 699-765 M) serta
Abdullah bin Al-Hasan. Beliau juga pernah berjumpa dengan beberapa
sahabat seperti missal : Anas bin Malik (10 SH-93 H/ 612-712 M),
Abdullah bin Abi Aufa (w. 85 H/ 704 M]) di kota Kufah, Sahal bin
Sa’ad Al-Sa’idi (8 SH-88 H/ 614-697 M) di kota Madinah serta
bertemu dengan Abu Al-Thufail Amir bin Watsilah (W 110 H/729 M)
di kota Makkah.

Salah satu muridnya yang terkenal adalah Muhammad bin Al-


Hassan Al-Shaibani, guru Imam Syafi’i. Melalui goresan tangan para
muridnya itu, pandangan-pandangan Imam Hanafi menyebar luas di
negeri-negeri Islam, bahkan menjadi salah satu mazhab yang diakui
oleh mayoritas umat Islam.
B.Madzhab Imam Malik
Malik bin Anas bin Malik, Imam maliki di lahirkan di
Madinah al Munawwaroh. sedangkan mengenai masalah tahun
kelahirannya terdapat perbedaaan riwayat. al-Yafii dalam kitabnya
Thabaqat fuqoha meriwayatkan bahwa imam malik dilahirkan pada
94 H. ibn Khalikan dan yang lain berpendapat bahawa imam Malik
dilahirkan pada 95 H. sedangkan. imam al-Dzahabi meriwayatkan
imam malik dilahirkan 90 H. Ia menyusun kitab Al Muwaththa’,
dan dalam penyusunannya ia menghabiskan waktu 40 tahun,
selama waktu itu, ia menunjukan kepada 70 ahli fiqh Madinah.

Imam Malik menerima hadits dari 900 orang (guru), 300


dari golongan Tabi’in dan 600 dari tabi’in tabi’in, ia meriwayatkan
hadits bersumber dari Nu’main al Mujmir, Zaib bin Aslam, Nafi’,
Syarik bin Abdullah, az Zuhry, Abi az Ziyad, Sa’id al Maqburi dan
Humaid ath Thawil, muridnya yang paling akhir adalah Hudzafah
as Sahmi al Anshari.

Adapun yang meriwayatkan darinya adalah banyak sekali


diantaranya ada yang lebih tua darinya seperti az Zuhry dan Yahya
bin Sa’id. Ada yang sebaya seperti al Auza’i, Ats Tsauri, Sufyan
bin Uyainah, Al Laits bin Sa’ad, Ibnu Juraij dan Syu’bah bin
Hajjaj. Adapula yang belajar darinya seperti Asy Safi’i, Ibnu
Wahb, Ibnu Mahdi, al Qaththan dan Abi Ishaq.

Di antara guru beliau adalah Nafi’ bin Abi Nu’aim, Nafi’ al


Muqbiri, Na’imul Majmar, Az Zuhri, Amir bin Abdullah bin Az
Zubair, Ibnul Munkadir, Abdullah bin Dinar, dan lain-lain. Di
antara murid beliau adalah Ibnul Mubarak, Al Qoththon, Ibnu
Mahdi, Ibnu Wahb, Ibnu Qosim, Al Qo’nabi, Abdullah bin
Yusuf, Sa’id bin Manshur, Yahya bin Yahya al Andalusi, Yahya
bin Bakir, Qutaibah Abu Mush’ab, Al Auza’i, Sufyan Ats
Tsaury, Sufyan bin Uyainah, Imam Syafi’i, Abu Hudzafah as
Sahmi, Az Aubairi, dan lain-lain.

C. Mazhab Imam Syafii


Mazhab Syafi’i didirikan oleh Abu Abdullah Muhammad
bin ldris as-syafi’i. Ia wafat pada 767 masehi 158 H. Selamahidup
Beliau pernah tinggal di Baghdad, Madinah, dan terakhir di Mesir.
Corak pemikirannya adalah konvergensi atau pertemuan antara
rasionalis dan tradisionalis. Imam Syafi`i mempunyai dua dasar
berbeda untuk Mazhab Syafi’i. Yang pertama namanya Qaulun
Qadim dan Qaulun Jadid.

Di Makkah, Imam Syafi’i berguru fiqh kepada mufti di


sana, Muslim bin Khalid Az Zanji sehingga ia mengizinkannya
memberi fatwah ketika masih berusia 15 tahun. Demi ia merasakan
manisnya ilmu, maka dengan taufiq Allah dan hidayah-Nya, dia
mulai senang mempelajari fiqih setelah menjadi tokoh dalam
bahasa Arab dan sya’irnya. Remaja yatim ini belajar fiqih dari para
Ulama’ fiqih yang ada di Makkah, seperti Muslim bin khalid Az-
Zanji yang waktu itu berkedudukan sebagai mufti Makkah.
Kemudian dia juga belajar dari Dawud bin Abdurrahman Al-
Atthar, juga belajar dari pamannya yang bernama Muhammad bin
Ali bin Syafi’, dan juga menimba ilmu dari Sufyan bin Uyainah.

Guru yang lainnya dalam fiqih ialah Abdurrahman bin Abi


Bakr Al-Mulaiki, Sa’id bin Salim, Fudhail bin Al-Ayyadl dan
masih banyak lagi yang lainnya. Dia pun semakin menonjol dalam
bidang fiqih hanya dalam beberapa tahun saja duduk di berbagai
halaqah ilmu para Ulama’ fiqih sebagaimana tersebut di atas.

Ia pergi ke Madinah dan berguru fiqh kepada Imam Malik


bin Anas. Ia mengaji kitab Muwattha’ kepada Imam Malik dan
menghafalnya dalam 9 malam. Imam Syafi’i meriwayatkan hadis
dari Sufyan bin Uyainah, Fudlail bin Iyadl dan pamannya,
Muhamad bin Syafi’ dan lain-lain. Adapun Murid beliau yang
paling terkenal antara lain adalah Imam ahmad bin hanbal.

D. Mazhab Imam Ahmad


Beliau adalah Abu Abdillah, Ahmad bin Ahmad bin
Muhammad bin Hanbal asy-Syaibani. Imam Ahmad dilahirkan di
ibu kota kekhalifahan Abbasiyah di Baghdad, Irak, pada tahun 164
H/780 M. Saat itu, Baghdad menjadi pusat peradaban dunia
dimana para ahli dalam bidangnya masing-masing berkumpul
untuk belajar ataupun mengajarkan ilmu. Dengan lingkungan
keluarga yang memiliki tradisi menjadi orang besar, lalu tinggal di
lingkungan pusat peradaban dunia, tentu saja menjadikan Imam
Ahmad memiliki lingkungan yang sangat kondusif dan kesempatan
yang besar untuk menjadi seorang yang besar pula.

Beberapa gurunya yang terkenal, di antaranya Ismail bin


Ja’far, Abbad bin Abbad Al-Ataky, Umari bin Abdillah bin Khalid,
Husyaim bin Basyir bin Qasim bin Dinar As-Sulami, Imam Syafi’i,
Waki’ bin Jarrah, Ismail bin Ulayyah, Sufyan bin `Uyainah,
Abdurrazaq, serta Ibrahim bin Ma’qil.

Adapun muridnya adalah Shalih bin Imam Ahmad bin


Hambal Abdullah bin Imam Ahmad bin Hambal Keponakannya,
Hambal bin Ishaq.

3. Periode Keemasan (Abad ke 3-9 H )


Pada periode ini muncul lah ulama-ulama besar yang
menisbatkan diri ke madzhab tertentu di antaranya : Dari kalangan
Syafiiyyah seperti Imam An Nawawi, Imam a-Muzani, Imam Ibnu
hajar al Asqolani, Ibnu hajar al haistami dan lain-lain. Dari
Kalangan Hanafiyyah seperti Imam Abu Yusuf, Imam As syaibani,
Imam al Maruzi dan lain lain. Dari kalangan Hanabilah seperti
Imam Ibnu Qoyyim, Ibnu taimiyyah, Ibnu Rojab dan lain lain. Dari
kalangan Malikiyyah seperti Imam Ibnu Qosim, Imam Syahnun,
Imam Ibnu Rusyd dan lain lain.

Mengenai perbedaan pendapat di kalangan ulama abad ke 3 -9


telah banyak kitab yang membahasnya, masing masing
menguatkan prndapat Imam mazhabnya, walau tak jarang ada
sebagian ulama yang berbeda dengan imam mazhabnya.

4. Periode Kemunduran ( Abad ke 10 – 13 H )


Pada periode ini, Madzhab mengalami kemunduran karena
faktor penjajahan di dunia islam, dan tidak kuatnya kekuasaan
muslim pada saat itu di bawah kepemimpinan daulah usmaniyyah
pada periode akhir.

5. Periode Kebangkitan ( Abad ke 14 – Sekarang )


Pada periode ini, madzhab mengalami kebangkitan
kembali, di mulai dengan munculnya para ulama dengan kitab-
kitabnya yang terkenal seperti Syekh Wahbah Zuhaili, Syekh
Muhammad bin Sholeh al Usaimin, Syekh Yusuf al Qordhowi,
Syekh Ali Jum’ah dan lain lain, ada yang masih mengukuti dan
selaras dengan metodologi para Imam madzhab yang empat,
adapula yang mulai berusaha keluar dari metodologi para ulama
terdahulu karena pertimbangan zaman.

6. Mazhab Fiqih Dan Mazhab Ushul Fiqih Yang Muktabarah Dan


Ghairu Muktabarah

A. Mazhab Muktabarah
Mu’tabarah menurut bahasa artinya adalah dianggap sah
atau diakui, Menurut Sri Mulyati, salah satu tolok ukur yang
sangat penting bagi sebuah tarekat muktabarah (dianggap sah)
atau tidaknya. adalah unsur silsilah.Mazhab yang muktabarah
biasanya memiliki pengikut yang banyak dan fanatik kepada
mazhab tersebut,

Contohnya mazhab muktabarah:


- Mazhab Hanafi
- Mazhab Maliki
- Mazhab Syafi’i
- Mazhab Hambali
B. Mazhab Ghairu Mutabarah
Pengertian mazhab ghairu muktbarah atau mazhab yang
telah punah menurut ulama fiqih adalah mazhab tersebut tidak
memiliki tokoh dan pengikut yang fanatik.sekalipun ada
sebagian pendapat mazhab tersebut dianut oleh sebagian ulama
atau masyarakat.hal tersebut hanya merupakan salah satu
pendapat yang menjadi alternatif untuk menjawab kasus
tertentu,selain itu,mazhab tersebut dinyatakan punah karena
pendapatnya tidak dibukukan sehingga tidak terpublikasikan
secara luas,sehingga pengikutnya pun tidak ada.

Contoh mazhab ghairu muktabarah:


-Ibrahim ibn khalid yang terkenal dengan nama abu tsaur
-Abdullah ibn Syubrumah
-Muhammad ibn abdir Rahman
-Al-auza’I aldimasyqi

7. Kesimpulan
Istilah mazhab diarlikan paham atau aliran pikiran yang merupakan
hasil ijtihad seorang mujtahid tentang hukum Islam yang digali dari
ayat-ayat al-Quran atau Hadits yang dapat diijtihadkan.
Mazhab dibagi menjadi 3 periode yaitu:Zaman
Rasulullah,Sahabat,dan zaman Tabi’in.
Mu’tabarah menurut bahasa artinya adalah dianggap sah atau
diakui, .Mazhab yang muktabarah biasanya memiliki pengikut yang
banyak dan fanatik kepada mazhab tersebut,sedangkan
Pengertian mazhab ghairu muktbarah atau mazhab yang telah
punah menurut ulama fiqih adalah mazhab tersebut tidak memiliki
tokoh dan pengikut yang fanatik dan factor lain yaitu pendapatnya
tidak dibukukan
Daftar Pustaka

H.syaikhu,Norwil.2019.Perbandingan Mazhab Fiqih.Yogyakarta:Penerbit K-


Media

DR.Yusuf,al-qardawi.2001.Memahami Khazanah Klasik Mazhab dan Iktilaf.Doha

Jawad,mughniyah.2004.Fiqih Lima Mazhab.Beirut:Dar Al-jawad

Sejarah Mazhab-Mazhab dalam Islam


By Rifai Shodiq Fathoni / 27 Sep, 2017 / Sejarah Islam
Sejarah Mazhab-Mazhab dalam Islam - Wawasan Sejarah

Mazhab-mazhab fiqih yang telah punah atau yang ghairu muktabarah


Goresan Pelajaran: MAZHAB-MADZHAB FIQH yang TELAH PUNAH dan
yang GHOIRU MU’TABAROH (zhauzha.blogspot.com)

Anda mungkin juga menyukai