Anda di halaman 1dari 17

Mazhab Fiqih

Divansha Kartika M P - 20410004


Pengertian Mazhab Fiqih
Fiqih dan pembahasannya berkutat dalam perbuatan mukallaf dari sisi
konsekuensi hukumnya secara syar’I, tatacara beribadah, prinsip-prinsip
rukun Islam, juga hubungan antar manusia sesuai denga napa yang terdapat
dalam dalil-dalil Al Quran dan Sunah.
Fiqih secara luas adalah salah satu bidang ilmu dalam syariat Islam yang secara khusus
membahas persoalan hukum yang mengatur berbagai aspek kehidupan manusia, baik kehidupan
pribadi, bermasyarakat maupun kehidupan manusia dengan Tuhannya. Imam Abu Hanifah
mendefinisikan fiqih sebagai pengetahuan seorang muslim tentang kewajiban dan haknya sebagai
hamba Allah.
Adapun pengertian mazhab menurut para ulama fiqih, mazhab adalah sebuah metodologi fiqih
khusus yang dijalan oleh seorang ahli fiqih mujtahid, yang berbeda dengan ahli fiqih lain. Lahirnya
mazhab ini tidak bisa terlepas dari perkembangan hukum-hukum Islam sebelumnya yaitu pada
masa Rasulullah dan sahabat. Bila pada masa Nabi sumber fiqih adalah Al-Quran, maka pada masa
sahabat dikembangkan dengan dijadikannya petunjuk Nabi dan Ijtihad sebagai sumber penerapan
fiqih. Sesudah masa sahabat, penetapan fiqih dengan menggunakan Sunnah dan Ijtihad ini sudah
begitu berkembang dan meluas. Yang kemudian kita mengenal mazhab-mazhab fiqih. Mazhab
dalam fiqih ada beberapa macam, hal ini dikarenalan adanya perbedaan pendapat dalam berijtihad
seorang ulama.
Sejarah Mazhab Fiqih
Sejarah Periode Pertumbuhan (Abad 1 H)
Mazhab Periode Pembentukan (Abad 2-3 H)
Periode Keemasan (Abad 3-9 H)
Periode Kemunduran (Abad 10-13 H)
Periode Kebangkitan (Abad 14 H -
sekarang)
Periode Pertumbuhan
1. Mazhab Pada Masa Rasulullah

Mazhab pada zaman Rasulullah masih hanya sebatas ijtihad para sahabat
dalam memahami agama saja. Pada zaman tersebut sumber hukum Islam
hanyalah Al Quran dan hadist, sehingga Ketika para sahabat terjadi
perselisihan dan berijtihad masaing-masing, maka para sahabat langsung
melaporkan masalah tersebut pada Rasulullah.

2. Mazhab Pada Sahabat

Mazhab fiqih pada zaman sahabat tumbuh seiring dengan meninggalnya


Rasulullah. Pada masa ini, para sahabat masing-masing memiliki pendapatnya
sendiri. Namun, terkadang ada beberapa pendapat yang tidak sejalan dengan
pendapat lainnya.
3. Mazhab Masa Tabiin

Dari kalangan tabiin terdapat ahli fiqih yang juga cukup terkenal, yakni
Ikrimah Maula Ibn Abbas dan Atha’ ibn Abu Rabbah, Thawus ibn Kiisan,
Muhammad ibn Sirin, Al-Aswad ibn Yazid, Masruq ibn al-A’raj, Alqamah an
Nakha’i, Sya’by, Syuraih, Said ibn Jubair, Makhul al-Dimasyqy, serta Abu
Idris al-Khaulani.
Periode Pembentukan
1. Mazhab Imam Abu Hanifah

2. Mazhab Imam Malik

3. Mazhab Imam Syafi'i

4. Mazhab Imam Ahmad

5. Mazhab Lainnya

Terdapat beberapa mazhab lain yang juga terkenal. Mazhab tersebut pada abad ke-2 sampai abad ke-3
hijriyah. Mazhab tersebut antara lain adalah Mazhab Atha, Mazhab Ibnu Shirin, Mazhab Zhahiriyyah,
Mazhab As Ya’bi, dan Mazhab Imam an-Nakha’i. namun, mazhab tersebut tidak berkembang dengan
seiring berjalannya waktu.
Periode Keemasan
Pada masa periode ini, muncul ulama-ulama
besar yang menisbatkan diri ke mazhab
tertentu, diantaranya adalah dari kalangan
Syafiiyyah seperti Imam An-Nawawi, Imam a-
Muzani, Imam Ibnu hajar al Asqolani, Ibnu
hajar al haistami dan lain-lain.
History
Periode Kemunduran
Pada periode ini, Madzhab mengalami
kemunduran karena faktor penjajahan di dunia
islam, dan tidak kuatnya kekuasaan muslim pada
saat itu di bawah kepemimpinan daulah
usmaniyyah pada periode akhir.
Periode Kebangkitan
Pada periode ini, madzhab mengalami kebangkitan
kembali, dimulai dengan munculnya para ulama
dengan kitab-kitabnya yang terkenal seperti Syekh
Wahbah Zuhaili, Syekh Muhammad bin Sholeh al
Usaimin, Syekh Yusuf al Qordhowi, Syekh Ali Jum’ah
dan lain lain, ada yang masih mengukuti dan selaras
dengan metodologi para Imam mazhab yang empat,
serta adapula yang mulai berusaha keluar dari
metodologi para ulama terdahulu karena
pertimbangan zaman.
Empat Tokoh Besar
1.
Imam Abu Hanifah Nu'man
bin Tsabit (80 H - 150 H)

2. Imam Malik bin Anas (93 H -


179 H)

3. Imam Muhammad bin Idris al


Syafi'i (150 H - 204 H)

4.
Imam Ahmad bin Muhammad
bin Hanbal (164 H - 241 H)
Imam Abu Hanifah Nu'man bin Tsabit

Imam Abu Hanifah lebih dikenal sebagai Imam Hanafi. Mazhab fiqih yang diajarkan
dinamakan sebagai Mazhab Hanafi. Beliau diberi gelar dengan nama Abu Hanifah yang berarti
suci dan lurus. Sejak belia, beliau dikenal sebagai pribadi yang bersungguh-sungguh dalam
beribadah, berakhlak mulia, serta menjauhi perbuatan dosa dan keji.
Imam Hanafi diketahui memiliki salah satu murid yang terkenal, yakni Muhammad bin Al-
Hassan Al-Shaibani, yaitu guru dari Imam Syafi’i. melalui muridnya, pandangan-pandangan
Imam Hanafi lantas menyebar luas ke negeri-negeri Islam dan menjadi salah satu mazhab
yang diakui oleh mayoritas umat muslim.
Imam Malik bin Anas
Malik bin Anas bin Malik atau kerap disebut sebagai Imam Malik. Imam Malik menerima
hadits dari 900 orang (guru), 300 dari golongan Tabi’in dan 600 dari tabi’in tabi’in, ia
meriwayatkan hadits bersumber dari Nu’main al Mujmir, Zaib bin Aslam, Nafi’, Syarik bin
Abdullah, az Zuhry, Abi az Ziyad, Sa’id al Maqburi dan Humaid ath Thawil, muridnya yang
paling akhir adalah Hudzafah as Sahmi al Anshari.

Imam Muhammad bin Idris al-Syafi'i


Ia pergi ke Madinah dan berguru fiqh kepada Imam Malik bin Anas. Ia mengaji kitab Muwattha’
kepada Imam Malik dan menghafalnya dalam 9 malam. Imam Syafi’i meriwayatkan hadis dari
Sufyan bin Uyainah, Fudlail bin Iyadl dan pamannya, Muhamad bin Syafi’ dan lain-lain. Adapun
Murid beliau yang paling terkenal antara lain adalah Imam Ahmad Bin Hanbal.
Imam Ahmad bin Muhammad bin
Hanbal
Beliau adalah Abu Abdillah, Ahmad bin Ahmad bin Muhammad bin
Hanbal asy-Syaibani. Beberapa gurunya yang terkenal, di antaranya
Ismail bin Ja’far, Abbad bin Abbad Al-Ataky, Umari bin Abdillah bin
Khalid, Husyaim bin Basyir bin Qasim bin Dinar As-Sulami, Imam
Syafi’i, Waki’ bin Jarrah, Ismail bin Ulayyah, Sufyan bin `Uyainah,
Abdurrazaq, serta Ibrahim bin Ma’qil
Mazhab Syafi'i
Mazhab adalah mazhab
Terbesar di terbesar di
Indonesia
Indonesia
Mazhab Syafi'i adalah mazhab
terbesar di Indonesia
Selain awal masuknya Islam ke Nusantara, sejarah lain yang menjadi faktor mazhab Syafi`ibanyak
diikuti oleh muslim Indonesia yaitu proses penyebarannya (proses Islamisasi).

Mazhab Syafi`i adalah salah satu mazhab dari empat mazhab Imam lainnya, telah berpengaruh besar
terhadap perkembangan hukum di Indonesia. Mazhab ini telah lama berkembang dan mengakar pada
mayoritas muslim di Indonesia. Mazhab Syafi`I adalah mazhab yang sangat tepat diterapkan kepada
penduduk Nusantara dengan tidak memandang mazhab Imam yang lain salah. Keunggulan mazhab
Syafi`idengan mazhab Imam yang lain salah satunya adalah dari segi pengambilan hukum yang
seimbang menggunakan nass dan ra’yu (logika) dalm penetapan hukum.

Dinamika pemikiran hukum Islam Indonesia yang di gagas beberapa tokoh bermazhab
Syafi`imenjadikan bermazhab Syafi`i terus eksis dan digunakan sebagai rujukan dalam penetapan
hukum Islam Indonesia. Walaupun demikian bukan berarti Indonesia hanya mengakui bermazhab
Syafi`i sebagai sumber hukum Islam melainkan Indonesia membebaskan masyarakat muslim dalam
mengikuti mazhab tertentu.
Sikap Terhadap Keberagaman Mazhab
Fiqih
Perbedaan ulama yang menghasilkan banyak varian pandangan sebagai alternatif untuk memilih pendapat sesuai kondisi
masing-masing orang bahkan kelompok. Keragaman pendapat para ulama tersebut adalah satu dari sekian banyak poin
yang menunjukkan bahwa hukum Islam adalah hukum yang sangat dinamis. Merupakan tugas kalangan intelektual
muslim untuk memberikan pemahaman yang menyeluruh tentang praktek-praktek keagamaan yang ada, memberikan
informasi, keilmuan dan pengetahuan yang benar dengan melihat setiap masalah dari sisi yang berbeda-beda dan
beragam, sehingga memungkinkan adanya pemahaman dan sikap yang arif dalam menghadapi perbedaan pendapat

Masyarakat yang homogeny menuntut setiap orang mengetahui dasar pemikiran dan pemahaman orang lain dan dapat
menyikapinya dengan lebih baik, tidak mengklaim bahwa kebenaran hanya ada pada dirinya dan selalu luput dari orang
lain. Setiap individu memilki tanggungjawab untuk bisa bergaul, berhubungan dan bekerjasama dengan orang lain yang
berbeda pendapat, termasuk dalam pemahaman keagamaan. Pengetahuan dan pemahaman tentang sebab perbedaan
merupakan sebuah keniscayaan untuk mewujudkan sebuah masyarakat masa kini yang bisa saling memahami adanya
perbedaan, saling menghormati dan bekerjasama.
Thankyou!

Anda mungkin juga menyukai