DISUSUN OLEH:
FAKULTAS SYARIAH
2019
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur sepenuhnya kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan banyak rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan
Makalah Fiqh Muamalah Kontemporer ini dengan lancar. Tak lupa sholawat dan salam
kami haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang selalu kita nantikan syafaatnya
dihari akhir kelak.Ucapan terima kasih kami berikan kepada Bapak Muhammad Taufiq
Zamzami, S.H.I., M.A.. selaku dosen mata kuliah Fiiqh Muamalah Kontemporer yang
telah memberikan banyak ilmu dan bimbingan kepada kami selama perkuliahan di
semester tiga. Kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan
mahasiswa kelas F Program Studi Hukum Ekonomi Syariah Institut Agama Islam
Negeri Salatiga, kepada bapak Ibu kami, dan kepada pihak-pihak yang telah
memberikan banyak kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Semoga apa yang telah
dilakukan mendapatkan ridho dari Allah SWT dan mendatangkan manfaat bagi banyak
orang.
i
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................................ii
BAB I...........................................................................................................................................3
PENDAHULUAN........................................................................................................................3
A. Latar Belakang...............................................................................................................3
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................3
C. Tujuan.............................................................................................................................3
BAB II..........................................................................................................................................4
PEMBAHASAN..........................................................................................................................4
A. Pengertian Jual Beli Online...........................................................................................4
B. Dasar Hukum Jual Beli..................................................................................................5
C. Syarat dan Rukun Jual-Beli Online..............................................................................8
D. Beberapa Pendapat Mengenai Jual Beli Online.........................................................11
1. Menurut Ulama Syafi’iyyah....................................................................................12
2. Menurut Nahdlatul Ulama (NU).............................................................................14
3. Menurut ‘ulama Muhammadiyah...........................................................................14
BAB III......................................................................................................................................17
PENUTUP..................................................................................................................................17
A. Kesimpulan...................................................................................................................17
B. Saran..............................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................18
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era milenial seperti saat ini, perkembangan zaman semakin modern, teknologi
semakin canggih dan terus berkembang. Saat ini segala bentuk aktivitas manusia yang
biasa dikerjakan secara manual, sudah bisa dikerjakan hanya dengan sentuhan-sentuhan
panel saja, termasuk kegiatan jual beli.
Kegiatan perniagaan atau jual beli sudah dilakukan sejak zaman dahulu. Di zaman
Rasulullah SAW, kegiatan jual beli dilakukan dengan bertemu langsung antara penjual
dan pembeli di suatu tempat seperti pasar. Namun saat ini, kegiatan jual beli sudah bisa
dilakukan dengan cara yang lebih ,mudah, bisa dilakukan dimana dan kapanpun selama
24 jam dengan menggunakan sistem online dari smartphone atau gawai yang sudah
terkoneksi dengan internet.
Transaksi barang dan jasa melalui media online ini termasuk kategori mu’amalah
dibidang perdagangan atau bisnis, menggambarkan suatu aktivitas yang dilakukan oleh
seseorang dengan orang lain atau dengan beberapa orang untuk memenuhi kebutuhan
masing-masing. Adapun yang dimaksud dengan fiqh muamalah secara terminologi
didefinisikan sebagai hukum-hulkum yang berkaitan dengan tindakan hukum manusia
dalam persoalan-persoalan kedudukan. Misalnya dalam persoalan jual beli, utang
piutang, kerjasama dagang, perserikatan perkongsian.
Berbagai praktik kecurangan pun banyak terjadi dalam transaksi jual beli online
ini, dimana pihak penjual dan pembeli tidak semaunya bersifat terbuka dan jujur. Untuk
menghindari hal hal yang tidak diinginkan tersebut, terlebih dahulu kita memahami
tentang pengertian jual beli online, dasar hukumnya, syarat-syarat jual beli online, dan
pandangan ulama tentang jual beli online.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian jual beli online?
2. Apakah dasar hukum dari jual beli online?
3. Apa saja syarat dan rukun jual beli online?
4. Bagimanakah pandangan ulama tentang jual beli online?
C. Tujuan
1. Memahami pengertian jual beli online.
2. Mengetahui dasar hukum dari jual beli online.
3. Mengerti syarat-syarat dari jual beli online.
4. Mengetahui dan memahami pandangan ulama tentang jual beli online.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Jual Beli Online
Transaksi secara online merupakan transaksi pesanan dalam model bisnis
era global yang tanpa bertatap muka langsung, melainkan cukup dengan hanya
melakukan transfer data lewat dunia maya (data interchange) via internet antara
kedua belah pihak yaitu penjual dan pembeli.Perkembangan teknologi infomasi
inilah yang memungkinkan transaksi jarak jauh, dimana siapapun dapat
berinteraksi meskipun tanpa tatap muka (face to face).
Di dalam transaksi online yang sangat penting adalah ketersediaan
informasi dan adanya keuntungan. Atau yang sekarang lebih dikenal dengan
istilah e-business atau e-commerce. Adapun mengenai definisi mengenai e-
commerce secara umum adalah semua bentuk transaksi komersial, yang
menyangkut organisasi dan transmisi data yang yang digeneralisasikan dalam
bentuk teks, suara, dan gambar secara lengkap.
Beberapa definisi e-bussines lainnya, diantaranya:
a. E-bussiness adalah praktek pelaksanaan dan pengelolaan proses bisnis
utama melalui penggunaan teknologi komunikasi, computer, dan data
yang telah terkomputerisasi.
b. E-bussiness meliputi semua hal yang harus dilakukan menggunakan
teknologi informasi dan komunikasi untuk melakukan kegiatan bisnis
c. Penggunaan internet dan teknologi digital lainnya untuk komunikasi,
koordinasi, dan manajemen organisasi.
Berdasarkan ketiga definisi di atas maka jelas bahwa e-bussiness benar-
benar memanfaatkan teknologi informasi yang serba digital dalam kegiatan jual
beli sehingga secara fisik penjual dan pembeli tanpa bertemu atau bertatap muka
langsung.1
1
Rodame Monitorir Napitupulu, Pandangan Islam terhadap Jual Beli Online, At-Tijaroh ( Vol.1 No.2, 2015)
hlm.130
2
B. Dasar Hukum Jual Beli
Sebelum membahas lebih lanjut mengenai dasar hukum jual bel online
menurut ajaran Islam, maka akan dijelaskan dasar hukum dari jual beli.
Dalam Al-Qur’an terdapat ayat yang manjadi dasar hukum atas kehalalan jual-
beli :
- Q.S. An-Nisa : 29
ِ ِ ِ ِ يا أَيُّها الَّ ِذين آمنُوا اَل تَأْ ُكلُوا أَموالَ ُكم بينَ ُكم بِالْب
ِ ٍ اط ِل إِاَّل أَ ْن تَ ُكو َن جِت ار ًة عن َتر
ً اض مْن ُك ْم ۚ َواَل َت ْقُتلُوا أَْن ُف َس ُك ْم ۚ إ َّن اللَّهَ َكا َن ب ُك ْم َرح
يما َ َْ ََ َ ْ َْ ْ َ ْ َ َ َ َ
Artinya: ”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah
kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu.”
3
Dari kedua ayat di atas, dapat disimpulkan bahwa jual-beli diperbolehkan
oleh Syari’at Islam.
الر ُج ِل بِيَ ِد ِه َو ُك ُّل َبْي ٍع َمْب ُر ْو ٍر ِ ُّ صلَّى اهلل َعلَْي ِه َو َسلَّ َم أ
ُ ََي الْ َك ْسب أَطْي
َّ ب ؟ قَ َال َع َم ُل ِ
َ ُّ ُسئ َل النَّيِب
َِّة والْب ُّر بِالْب ِّر والشَّعِري بِالشَّعِ ِري والتَّمر بِالتَّم ِر والْ ِملْح بِالْ ِملْ ِح ِمثْاًل مِبِثْ ٍل سواء بِسو ٍاء ي ًدا بِي ٍد فَإِذَا اختلَ َفت ه ِذه
ِ ِ ِ َّ ب والْ ِف
ِ َّ ِالذ َهب ب
َ ْ َْ َ َ ََ ً ََ ُ َ ْ ُْ َ ُ َ ُ ُ َ ضةُ بالْفض َ الذ َه ُ َّ
ف ِشئْتُ ْم إِذَا َكا َن يَ ًدا بِيَ ٍد
َ اف فَبِيعُوا َك ْي
ُ ََصن
ْ اأْل
4
jualbeli sangat kuat, karena ketiganya adalah sumber utama dalam penggalian
hukum Islam.2
2
Sri Sudiarti, Fiqh Mu’amalah Kontemporer, (Medan : FEBI-UIN SU Press, 2018) hlm.82
3
Rodame Monitorir Napitupulu, Op. Cit., hlm.127
5
“Dari Abdullah bin Abbas, ia berkata, Nabi datang ke Madinah, dimana
masyarakat melakukan transaksi salam (memesan) kurma selama dua tahun
dan tiga tahun, kemudian Nabi bersabda, barang siapa melakukan akad salam
terhadap sesuatu, hendaklah dilakukan dengan takaran yang jelas, timbangan
yang jelas, dan sampai batas waktu yang jelas”
3. Kirim 4.Terima
Barang Pesanan
(Muslim fiih)
1. Rukun Jual-Beli
Adapun rukun dari jual-beli, ada perbedaan pendapat mengenai rukun jual beli,
a. Menurut ulama Hanafiyah rukun jual beli hanya satu, yaitu ijab (ungkapan
membeli dari pembeli) dan qabul (ungkapan menjual dan menjual). Mereka
berpendapat seperti ini, karena menurut mereka rukun dalam jual beli itu
hanyalah kerelaan antara penjual dan pembeli, akan tetapi karena unsur
kerelaan itu merupakan unsur hati yang sulit untuk diindera sehingga tidak
kelihatan, maka diperlukan indikator yang menunjukkan kerelaan tersebut dari
kedua belah pihak dapat dalam bentuk perkataan, yaitu ijab dan qabul atau
dalam bentuk perbuatan, yaitu saling memberi (penyerahan barang dan
penerimaan uang).
b. Sedangkan Jumhur Ulama’ berpendapat bahwa rukun jual beli ada empat,
yaitu:
6
Orang yang berakad atau al-muta’aqidain (penjual dan pembeli)
Shigat (lafal ijab dan qabul)
Ma’qud 'alaih (barang yang dibeli)
Nilai tukar pengganti barang
2. Syarat Jual Beli Online
a. Pertama, persyaratan yang berkaitan dengan pelaku praktek jual beli, baik
penjual maupun pembeli, yaitu:
Hendaknya kedua belah pihak melakukan jual beli dengan ridha
dan sukarela, tanpa ada paksaan.
Kedua belah pihak berkompeten dalam melakukan praktek jual
beli, yakni dia adalah seorang mukallaf dan rasyid (memiliki
kemampuan dalam mengatur uang), sehingga tidak sah transaksi
yang dilakukan oleh anak kecil yang tidak cakap, orang gila atau
orang yang dipaksa. Hal ini merupakan salah satu bukti keadilan
agama ini yang berupaya melindungi hak milik manusia dari
kezaliman, karena seseorang yang gila, safiih (tidak cakap dalam
bertransaksi) atau orang yang dipaksa, tidak mampu untuk
membedakan transaksi mana yang baik dan buruk bagi dirinya
sehingga dirinya rentan dirugikan dalam transaksi yang
dilakukannya.
b. Kedua, yang berkaitan dengan objek/barang yang diperjualbelikan, syarat-
syaratnya yaitu:
Objek jual beli (baik berupa barang jualan atau harganya/uang)
merupakan barang yang suci dan bermanfaat, bukan barang
najis atau barang yang haram, karena barang yang secara dzatnya
haram terlarang untuk diperjualbelikan.
Objek jual beli merupakan hak milik penuh, seseorang bisa
menjual barang yang bukan miliknya apabila mendapat izin dari
pemilik barang.
7
Objek jual beli dan jumlah pembayarannya diketahui secara jelas
oleh kedua belah pihak sehingga terhindar dari gharar
(ketidakjelasan).4
c. Ketiga, lafadz ijab dan qabul
Ulama fiqh sepakat, bahwa unsur utama dalam jual beli adalah kerelaan
antara penjual dan pembeli. Karena kerelaan itu berada dalam hati, maka harus
diwujudkan melalui ucapan ijab (dari pihak penjual) dan qabul (dari pihak
pembeli).
Apabila rukun atau syaratnya yang tidak terpenuhi maka jual beli tersebut
dianggap tidak sah.
4
Munir Salim, Jual Beli Secara Online Menurut Pandangan Hukum Islam, Al-Daulah Vol. 6. No. 2, Desember
2017. Hal. 376-377.
5
Sri Sudiarti, Op. Cit., hlm.83
8
Harga hendaknya dipegang ditempat akad berlangsung6
6
Munir Salim, Op. Cit., hlm.380
9
atau muamalah. Maka berdasarkan hadist “Sesungguhnya sahnya perbuatan
tergantung niatnya. Dan sesungguhnya perbuatan manusia tergantung
niatnya. Barangsiapa hijrahnya menuju Allah dan rasul-Nya, maka hijrahnya
menuju Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa hijrahnya agar mendapatkan
hal duniawi atau agar perempuan menikahinya, maka hijrahnya hanya
kepada hal tersebut.” (HR. Al-Bukhari) suatu akad dinyatakan batal apabila
terdapat indikasi dari niat atau itikad yang tidak baik di dalamnya. Hal
terpenting dalam prinsip ini adalah kejujuran antara penjual dan pembeli atas
objek yang diperjual-belikan. Kerelaan (an taradlin) merupakan hal yang
paling esensi dalam perjanjian Islam. Sebab dalam perdagangan Islam
dinyatakan bahwa perdagangan harus dilakukan dengan penuh kesepakatan
dan kerelaan, sehingga jauh dari unsur memakan harta pihak lain secara
bathil.
b. Shighat
Pengucapan ijab dan qabul dalam jual-beli, menurut madzhab syafi’I
adalah salah satu dari rukun jual-beli. Namun beberapa ahli fiqh madzhab
membolehkan jual beli tanpa mengucapkan shigat apabila dalam hal barang
yang tidaklah mahal dan berharga.
c. Objek yang diperjual belikan (ma’qud alaihi)
Menurut jumhur ‘ulama dari kalangan sahabat dan tabi’in jual beli
yang tidak dapat disaksikan langsung, jual belinya tidak sah karena
mengandung unsur penipuan yang membahayakan salah satu pihak
Namun madzhab Asy-Syafi’i membolehkan jual beli dengan syarat
barang telah disaksikan terlebih dahulu. Ataupun hanya
memperjualbelikan barang yang diketahui ciri-ciri dan sifatnya,
serta barang ada dalam jaminan penjual.
d. Pelafalan ijab dan qabul
Dalam transaksi online, akad terjadi pada saat kesepakatan terjadi pada
saat penawaran transaksi yang dikirim oleh pembeli telah diterima dan
disetujui oleh penjual, atau sebalikya. Persetujuan tersebut dinyatakan dalam
penerimaan secara elektronik. Maka dalam transaksi online, tidak ada
10
penyebutan ijab dan qabul, namun hanya terdapat kesepakatan atas harga
barang dan jenis barangnya (mu’athah). Dalam Madzhab Asy-Syafi’I lainnya
seperti Ibn Suraij dan Ar-Ruyani mengkhususkan bahwa dibolehkannya jual
beli mu’athah dalam barang yang murah, seperti sekarat roti dan lainnya,
sedangkan An-Nawawi berpendapat bahwa mu’athah dapat dilaksanakan
dalam semua transaksi jual-beli, baik atas barang murah atau bukan. Namun,
penerimaan akad secara tertulis lebih kuat daripada hanya dengan isyarat,
malah lebih utama karena lebih kuat dalam menunjukkan keinginan dan
kerelaan.
e. Serah-terima Objek (Ma’quud ‘alaihi)
7
Retno Dyah Pekerti, Eliada Herwiyanti, Transaksi Jual Beli Online dalam Perspektif Syariah Madzhab Asy-
Syafi’i. Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Akuntansi (JEBA). (Vol. 20 No.2, 2018) hlm.8-9
11
dan qabul yang taradhin (suka sama suka). Sehingga, jual-beli secara online
dianggap sah, dengan syarat-syarat yang telah disebutkan sebelumnya.8
Selain itu, terdapat beberapa langkah yang dapat kita tempuh agar jual beli
secara online diperbolehkan, halal, dan sah menurut syariat islam:
12
dalam hadis: “Sesungguhnya bila Allah telah mengharamkan atas suatu kaum
untuk memakan sesuatu, pasti Ia mengharamkan pula hasil penjualannya.”
(HR Ahmad, dan lainnya).
b. Kejelasan Status. Di antara poin penting yang harus diperhatikan dalam
setiap perniagaan adalah kejelasan status Anda. Apakah sebagai pemilik, atau
paling kurang sebagai perwakilan dari pemilik barang, sehingga berwenang
menjual barang. Ataukah Anda hanya menawarkan jasa pengadaan barang,
dan atas jasa ini Anda mensyaratkan imbalan tertentu. Ataukah sekadar
seorang pedagang yang tidak memiliki barang namun bisa mendatangkan
barang yang Anda tawarkan.
c. Kesesuaian Harga Dengan Kualitas Barang. Dalam jual beli online, kerap
kali kita jumpai banyak pembeli merasa kecewa setelah melihat pakaian yang
telah dibeli secara online. Entah itu kualitas kainnya, ataukah ukuran yang
ternyata tidak pas dengan badan. Sebelum hal ini terjadi kembali pada Anda,
patutnya anda mempertimbangkan benar apakah harga yang ditawarkan telah
sesuai dengan kualitas barang yang akan dibeli. Sebaiknya juga Anda
meminta foto real dari keadaan barang yang akan dijual.
d. Kejujuran Anda. Berniaga secara online, walaupun memiliki banyak
keunggulan dan kemudahan, namun bukan berarti tanpa masalah. Berbagai
masalah dapat saja muncul pada perniagaan secara online. Terutama masalah
yang berkaitan dengan tingkat amanah kedua belah pihak.10
10
Munir Salim, Op. Cit., hlm.384
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Jual-Beli online adalah jual-beli yang memanfaatkan teknologi informasi digital
dalam kegiatan jual beli sehingga secara fisik penjual dan pembeli tanpa bertemu
atau bertatap muka langsung.
2. Dasar hukum jual-beli terdapat dalam Al-Qur’an (Q.S. Al-Baqarah 275) (Q.S.
An-Nisa 29), al-Hadits, dan Ijma’.
3. Syarat dan Rukun Jual-Beli Online, sesuai dengan syarat dan rukun jual-beli pada
umumnya, disertai dengan beberapa syarat tambahan, yaitu : (a) ketika melakukan
akad disebutkan sifat-sifatnya yang mungkin dijangkau oleh pembeli, baik berupa
barang yang dapat ditukar, ditimbang maupun diukur, (b) barang yang hendak
diserahkan hendaknya barang-barang yang biasa di dapat dipasa, dan (c) harga
hendaknya disepakati saat akad berlangsung.
4. Adapun beberapa pandangan mengenai jual-beli online, dari berbagai pendapat
itu, ditemui sebuah kesamaan pendapat mengenai sah atau tidaknya jual-beli
online, yaitu : (a)memenuhi syarat dan rukun dari jual-beli sesuai syari’at, (b)
tidak mengandung unsur gharar (ketidakjelasan, penipuan, kebohongan), dan
(c)jual-beli dilakukan dengan taradhin (kerelaan dari kedua belah pihak). Serta
hal-hal yang perlu diperhatikan ketika melakukan transaksi jual-beli online,
adalah : kehalalan produk, kejelasan status, kesesuaian harga dengan kualitas
barang, dan kejujuran.
B. Saran
Demikian makalah Fiqh Mu’amalah Kontemporer tentang “Hukum Jual
Beli Online”. yang bisa kami paparkan. Makalah ini jauh dari kata sempurna,
namun penyusun berharap makalah ini membantu memperkaya wawasan
pembaca mengenai “Hukum Jual Beli Online”.
14
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur'an.
Napitupulu, Rodame Monitorir. "Pandangan Islam Terhadap Jual Beli Online." At-Tijaroh Vol.I
No.2 (2015). Berkas PDF.
Pekerti, Retno Dyah and Eliada Herwiyanti. "Transaksi Jual Beli Online dalam Perspektif
Syariah Madzhab Asy-Syafi'i." Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Akuntansi (JEBA) Vol.20
No.2 (2018). Berkas PDF.
Salim, Munir. "Jual Beli Secara Online Menurut Pandangan Hukum Islam." Al-Daulah Vol.6
No.2 (2017). Berkas PDF.
Sudiarti, Sri. Fiqh Mu'amalah Kontemporer. Medan: FEBI-UIN SU Press, 2018. Berkas PDF.
Warahmaniyah, Mawadata. Skripsi :Hukum Jual Beli Online Menurut Nahdlatul Ulama (NU),
Muhammadiyah, dan Hukum Positif. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2017. Berkas
PDF.
15
16