Anda di halaman 1dari 11

POKOK-POKOK PEMIKIRAN MADZHAB IMAM MALIK BIN

ANAS

Makalah ini Diajukan sebagai salah satu tugas pada mata kuliah
REKONSTRUKSI PEMIKIRAN ISLAM
Dosen : DR.H.ASEP AHMAD FATHUROHMAN, Lc. M.Ag

Disusun oleh Kelompok 10 : Arie Adriyan Haqi, S.Pd.I

JURUSAN S2 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PASCA FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA
BANDUNG
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada masa sekarang ini umat islam dalam melakukan amaliah ibadah
khususnya pada masalah furu sering terjadi perbedaan, baik itu sedikit
ataupun banyak, baik tidak begitu kelihatan maupun yang jelas kelihatan, hal
ini sangat berpengaruh dengan kehidupan masyarakat islam khususnya orang
awam yang belum begitu mengerti dengan permasalahan ini. Sehingga sering
terjadi perselisihan antara mereka dan menganggap bahwa pendapat mereka
paling benar.
Dari begitu banyaknya para imam fikih yang menjadi pedoman bagi
para ulama fikih dalam metode penetapan hukum, disini kami membahas
salah satu ulama fikih yaitu Imam Malik yang dimana dalam metode
penetapan hukum islam banyak diikuti oleh ulama fikih baik pada masa Imam
Malik masih hidup maupun ulama fikih sekarang, dari metode penetapan
hukum ataupun pendapatnya, hal ini dikarenakan beliau dikenal dengn ahlul
hadis dan ulama fikih terkemuka pada jamannya dan kehati-hatian dalam
memutuskan suatu persoalan hukum.
Untuk itu, walaupun sering terjadi perbedaan dalam pendapat baik
dulu maupun sekarang, hal itu jangan menjadi salah satu sebab perpecahan
umat islam akan tetapi menjadi suatu khazanah keilmuan islam, Rasul berkata
“ perbedaan pendapat dalam umatku adalah rahmat”
Al- Muwatta’ merupakan salah satu kitab yang sering di gunakan
untuk merujuk hukum-hukum islam terutama dalam bidang fikih. Al-
Muwata’ merupakan salah sati kitab yang paling momental pada abad
pertama setelah generasi tabi’in.
Bahkan imam syafi’i pernah mengatakan bahwasanya di dunia ini
tidak ada kitab yang paling sahhih setelah al-qur’an kecuali kiatab ini. Untuk
mengetahui bagaimana lebih jelasnya mengenai kitab ini dan pengarangnya
untuk itu saya disini mencoba untuk membahasnya.
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana biografi Imam Malik bin Anas?
b. Siapa saja pengikut dalam mahdzab?
c. Apa Apa saja sumber-sumber hukumnya?
d. Apa metodologi istinbath hukum?

C. Tujuan
a. Untuk mengetahui biografi Imam Malik bin Anas
b. Untuk mengetahui pengikut dalam mahdzab
c. Untuk mengetahui sumber-sumber hukum yang digunakan Imam Malik
bin Anas
d. Untuk mengetahui bagaimana metodologi istinbath hukum?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Imam Malik
Nama lengkapnya adalah Abu Abdillah bin Malik bin Anas bin Malik bin
Abu Amir bin Harits, ibunya bernama Siti al-'aliyha binti Syuraik bin
Abdurrahman ibn Syuraik al-azdiyah, dia lahir di Madinah pada tahun 93 AH /
712 M dan meninggal pada hari Minggu Pada tanggal 10 Robiul pada awal 179
H / 798 M berusia 90 tahun pada masa pemerintahan Abazia di bawah kekuasaan
Harun al-rasyid. Dalam sebuah sejarah dikatakan bahwa dia berada di rahim
ibunya selama 2 tahun, beberapa bahkan mengatakan 3 tahun. Dia dididik di
antara teman-teman Anshar dan Muhajirin yang cerdas dan terdidik dalam bidang
hukum Islam, dalam situasi seperti itu dia tumbuh dan mendapatkan pendidikan
dari beberapa guru terkenal, pasien pertama yang menerima adalah membaca,
memahami makna dan interpretasi al-quran, Kemudian dilanjutkan dengan
menghafal dan beralih ke batasan bidang hadis, jadi dia dijuluki sebagai ahli
hadis. Guru pertama dan rekan dekatnya bersamanya adalah Imam Abdurrahman
bin Hurmuz, salah satu sarjana besar di Madinah, kemudian dia mempelajari fiqih
salh seorang sarjana besar di kota Madinah bernama Rabi'ah al-Rayi dan meluas
ke Nafi 'Maula bin Umar dan Imam Ibnu Syihab al-zuhry untuk mempelajari
hadits tersebut, bahkan dalam penelitian bahwa gurunya tidak kurang dari 700
orang, 300 di antaranya tabi'in.[1]
Saat belajar, imam Malik berkonsentrasi dalam empat macam sains, yaitu
1. Bagaimana mendebat pengikut nafsu, orang yang mengembangkan penyebab
yang menyesatkan dan berbeda dalam yurisprudensi fiqh, pengetahuan ini
dipelajari dari Ibnu Hurmuz.
2. Fatwa-teman dan tabi'in
3. Fiqih ijtihad (cara menggunakan qiyas dan mashlahah)
4. Hadis Rasulullah, dengan mengunjungi orang-orang yang kredibel dalam
sejarahnya dan yang memiliki pengetahuan mendalam. [2]
Beliau dikenal sebagai ulama yang beraliran ahli hadits, namun beliau tidak
menolak anggota ra'yu secara keseluruhan, ini terbukti dengan metode qiyas,
maslahah mursalah dan istihsan yang digunakan sebagai metode istidlal dalam
menentukan hukum suatu perkara. Begitu kuat keyakinan imam Malik tentang apa
yang dipebuat oleh penduduk ahli madinah terutama dalam bidang agama, karena
ia yakin bahwa semua yang dilakukan orang madinah adalah hasil mencontoh
praktek Nabi SAW, dengan alasan bahwa Madinah adalah kota terakhir yang
ditinggali Nabi, dan para sahabat pun banyak yang menetap di sana, sehingga jika
dibandingkan dengan kota lain, Madinahlah kota yang paling banya
perbendaharaan haditsnya, artinya seseorang akan lebih mudah mengenal hadits di
Madinah ketimbang di kota lain saat itu, sehingga Madinah dijuluki sebagai Dar
al-sunnah.
Awalnya mazhab Maliki muncul dan berkembang di Madinah tempat
kelahiran beliau, kemudian berkembang ke Hijaz, dan sempat surut di Mesir
karena kalah pamor dengan pendapat imam Syafi'i, dan kemudian pada zaman
pemerintahan Ayubiyyah mazhab Maliki kembali hidup, sedangkan di Andalusia
mazhab Maliki berkembang pesat karena mendapatkan dukungan dari kantor
Negara, dan sampai sekarang mazhab maliki masih diikuti oleh beberapa Negara
diantaranya Maroko, Algers, Tunisia, Tripoli, Lybia, mesir, Irak, Palestina, Hijaz
dan daerah sekitar jazirah Arabia. Semua ini berkat para sahabat imam Maliki
yang gigih dalam menyebarkan dan mengembangkan mazhabnya, diantara
sahabat-sahabatnya adalah: Usman bin al-hakam al-juzami, Abdurrahman bin
Khalid bin Yazid bin Yahya, Abdurrahman bin al-Qasim, Asyhab bin Abdul aziz,
Ibnu Abduk Hakam,
B. Guru Dan Murid Imam Malik
1. Gurunya
Imam Malik belajar dan mempelajari ilmu Hadis kepada Madinah 'Madinah. Di
antara gurunya adalah Abdurrohaman bin Harmuz dan rekan panjang Imam Malik
dengan guru ini, kemudian belajar dengan Nafi 'a Maula Ibn Umar dan Ibnu
Shihab al-Zuhri. Selanjutnya, Imam Malik belajar fiqh kepada gurunya bernama
Rabi'ah Ibn Abdirrohman yang dikenal sebagai ahli Ro'yu. Setelah tujuh belas
tahun, Imam Malik lebih tertarik untuk mempelajari hadis selain sains fiqh.
Dikatakan bahwa Imam Malik telah belajar dan menerima pengetahuan dari 100
ilmuwan Ulama 'yang ahli di berbagai cabang.
2. Murid-muridnya
Di antara murid-murid Imam Malik dari kelompok Mesir adalah Abu Abdullah,
Abdurrahman bin Qasim (wafat 191 H), Abu Muhammad, Abdullah bin Wahb bin
Muslim (w. 197 H), 'Asyhab bin Abdul Aziz al-Qaisy (w. 204), Abu Muhammad,
Abdullah bin Abdul Hakam (wafat 214 H), Ashbagh bin Faraj (w 225,),
Muhammad bin Ibrahim bin Abdul Hakam (weda 268 H), Muhammad bin
Ibrahim al-Iskandary bin Ziyad dengan Ibn Muwwaz (w 269 H). Dan dari
kelompok Maghrib (barat) adalah Abul Hasan, 'Ali bin Ziyad Al-Tunisy (w.161
H), Abu Abdillah, Ziyad bin Abdirrahman al-Qurthuby (w. 193 H),' Isa bin Dinar,
al-Qurthuby al -Andalusy (w, 212 H), Asad bin Farat bin Sinan al-Tunisy (w. 213
H), Yahya bin Yahya bin Katsit al-Laitsy (w w, 234 H), Abdul Malik bin Habib
bin Sulaiman al-Sulamy 238 H), Sahnun, Abdul al-Salam bin Said al-Tanukhy
(wafat 240 H). Murid-muridnya di Hijaz dan Irak adalah Abu Marwan, Abdul
Malik bin Abi Salamah al-Majisyun (w 212 H), Ahmad bin Mu'adzdzal bin
Ghailan al-'Abdy, Abu Ishaq, Ismail bin Ishaq al-Qadhy ay 282 H). Dan di antara
murid-muridnya yang terkenal dan hebat dalam mengembangkan sekte Maliki
adalah Muhammad Ibn al-Hasan, Abdulloh Ibn Wahab (125-197). Mahasiswa
terakhir ini menulis banyak buku yang berhubungan dengan fiqh. Karya yang
paling populer adalah al-muwanah al-book. Kemudian murid Imam Malik
lainnya, yang kemudian menjadi pemimpin sekolah tersebut, adalah Imam al-
Syafi'i.

C. Karya Imam Malik


Di antara karya-karya imam Malik yang pertama adalah al-muwaththa yang
ditulis pada tahun 144 H atas saran Khalifah Ja'far Mansur. Buku ini berisi dua
aspek, yaitu hadits dan fiqh. Hadis yang ada dalam buku tersebut berjumlah 4.000
hadits yang diperoleh dari 95 teman yang tinggal di Madinah, kecuali 6 orang dari
daerah lain, namun hadits yang didapat dari keenam orang tersebut tidak terlalu
banyak, namun dari kualitas hadits ada Dalam buku tersebut adalah hadis lengkap,
mursal, muttasil, dan beberapa munqothi ', bahkan ada balaghah yang tidak
menyebutkan sanadnya, namun menggunakan kata-kata imik Malik, seperti
"balaghani" (telah sampai kepada saya).
Dan yang kedua adalah buku al-mudawwanah al-kubra, buku ini adalah
kumpulan brosur yang berisi tidak kurang dari 1.036 masalah fatwa Imam Malik
yang dikumpulkan oleh Asad bin al-furat al-desababury (salah satu murid imam
Maliki) dari Tunis. Awalnya Asad bin alfurat bertemu dengan murid-murid Imam
Hanafi di masjid, Abu yusuf dan Muhammad dan mendengar banyak masalah
terkait aliraniran (ahli ra'yu), lalu dia menemui murid Maliki yang bernama Ibn al-
qasim untuk meminta jawabannya. masalah yang diajukan oleh kedua siswa imam
Hanafi, dan jawaban tersebut kemudian ditulis dan ditulis sebagai buku al-
mudawranah.
Selain dua buku tersebut, ada beberapa buku lain yang ditulis oleh imam
Malik, seperti yang dijelaskan oleh As-suyuti dalam bukunya Tazniyul Mamalik,
imam Malik memiliki beberapa buku lagi, di antaranya ada sebuah risalah yang
ditulis untuk Ibn Wahab sebagai protes terhadap qodiriyah, sebuah pamflet untuk
Hijaz, sebuah risalah tentang perhitungan dan peredaran matahari dan bulan dan
sebuah risalah di pengadilan dan sebuah risalah tentang fatwa tersebut. Hanya saja
buku-buku ini tidak diceritakan oleh masyarakat, jadi yang telah berkembang
hingga saat ini adalah al-muwaththa.
C. Metode Ijtihad Imam Malik dalam Menetapkan Hukum Islam Untuk:
1. Al-qur'an
2. Sunnah
3. Ijma 'ahli madinah
Madrasah Ijma dibagi menjadi beberapa tingkatan, yaitu:
a. Kesepakatan ahli Madinah dari Al-naql
b. Praktisi Madinah sebelum meninggalnya Utsman bin Affan, Karena saat
itu belum pernah dipraktekkan pakar Madinah terhadap sunnah Rasulullah
SAW.
c. Praktek ahli Madinah sebagai pendukung dalam propagasi salah satu
dari dua argumen yang berlawanan
4. Teman hebat Fatwa yang pengetahuannya berbasis al-naql,
5. Khabar ahad dan qiyas
Minggu depan adalah apa yang tidak bertentangan dengan apa yang orang
Medina lakukan. Dalam penggunaannya, Imam Malik tidak selalu
konsisten, terkadang dia menempatkan qiyas dalam penggunaannya, jika
kabar hari Minggu tidak diketahui atau tidak populer di kalangan orang-
orang Madinah
6. Al-istihsan
Istihsan adalah berpindah dari satu lawan satu ke argumen lain yang
dianggap lebih menimbulkan kemalangan atau untuk menghindari bahaya
7. Al-mashlahah al-mursalah
Almaslahah mursalah adalah maslahah yang tidak ada ketentuannya, baik
secara tersurat atau sama sekali tidak disinggung oleh nash, namun tidak
pula bertentangan dengannya, hanya saja tujuannya untuk memelihara
tujuan diturunkannya syariat, yang tujuan tersebut hanya dapat diketahui
melalui al-quran dan sunnah.
8. Sadd al-zariah
Menurutnya semua jalan atau sebab yang menuju kepada yang haram atau
terlarang, hukumnya haram atau terlarang, dan semua jalan atau sebab
yang menuju kepada yang halal, halal pula hukumnya.
9. Istishab
Istishab meresepkan ketentuan hukum untuk masa sekarang dan masa
depan, berdasarkan ketentuan hukum yang ada di masa lalu. Dan jika
sesuatu telah terungkap, maka terjadilah keraguan akan kehilangan sesuatu
yang telah diyakini ada. Misalnya, pria yang percaya dirinya berwudhu,
dan alasannya diperkuat dengan ingatan bahwa ia baru saja melakukan
shalat, beberapa saat kemudian meragukan apakah ia berwudhu atau tidak,
maka hukumnya berwudhu.
10. Syar'u man qablana syar'un lana
Ini adalah saat al-Qur'an dan As-sunah ash-shahihah menceritakan sebuah
hukum yang telah diterapkan kepada orang-orang sebelum kita melalui
utusan-utusan-Nya, maka hukum Taurat juga berlaku bagi kita, sebuah
contoh perintah cepat dalam surat al-baqarah 183:

ۡ‫ين ِمن قَ ۡبلِ ُكمۡ لَ َعلَّ ُكم‬


َ ‫ب َعلَى ٱلَّ ِذ‬
َ ِ‫ب َعلَ ۡي ُك ُم ٱلصِّ يَا ُم َك َما ُكت‬
َ ِ‫وا ُكت‬ َ ‫ٰيََٓأيُّهَا ٱلَّ ِذ‬
ْ ُ‫ين َءا َمن‬
١٨٣ ‫ون‬ َ ُ‫تَتَّق‬
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. "
D. Pendapat Imam Malik tentang Masalah di Wilayah Tertentu,
Diantaranya:
1. Pandangan Imam Malik dan posisinya di lapangan aqa'id
Hal terbaik tentang agama adalah bahwa hal itu telah menjadi masalah sunnah
dan tercela adalah orang-orang yang diciptakan. Oleh karena itu dia menolak
segala macam kepercayaan oleh partai-partai Islam dan keyakinannya terhadap
apa yang dia maksud. Dia berpendapat bahwa iman adalah kombinasi dari
iktikad hati, ucapan lidah dan amal anggota dan iman itu bisa bertambah dan
bisa berkurang. Tentang qodar, beliau berdiri seimbang artinya bahwa segala
perbuatan manusia terjadi dengan ciptaan Allah, tetapi manusia punya daya
upaya untuk mengusahakannya, karenanya manusia dibalas kelak segala
perbuatannya. Dan ia berpikir tentang orang yang berdosa besar dipandang
mukmin yang fasik, dan jika Allah menghendaki akan dimaaafkan dan tidak
diazab.
2. Dalam politik
Dalam bidang politik, ia tidak banyak bicara, dia tidak ingin mencampuri
persengkataan dan perselisihan, kita hanya menemukan pendapatnya bahwa
khalifah itu tidak harus dipegang oleh keluarga Hasyim (Alawi), dan jalan
memilih khalifah menurut Maliki adalah dengan jalan isikhlaf, asal yang
menunjuk itu tidak dipengaruhi oleh nafsu, atau dengan musyawarah komite
negara yang didirikan untuk itu, dan pengangkatannya dilakukan dengan bai'at
kaum muslimin.
Menurut pendapat maliki saat seseorang merebut kekuasaan, tapi adil dan
orang senang menerimanya, maka kita tidak bisa memberontak melawannya,
kita harus mematuhinya. Tapi jika tidak adil dia juga tidak membiarkan
memberontak terhadapnya. Dia mengambil jalan yang lebih politis dan
menghindari bencana yang lebih besar.
3. Pesan Imam Malik tentang Bid'ah
Dialah yang mencintai sunnah Nabi dan membenci orang yang menciptakan
model baru urusan keagamaan dan perbuatan yang dalam istilah agama disebut
bid'ah. Dia pernah menulis: "Sebaiknya urusan agama mengikuti sunnah nabi
dan hinaan urusan agama tidak dicontohkan oleh Nabi". Dan pada kesempatan
lain dia pernah berkata: "Barangsiapa mengaku melakukan tindakan baru
dalam urusan agama dan menganggapnya sebagai sesuatu yang baik, dia
memang telah menuduh bahwa sang nabi telah menyembunyikan sebuah
risalah, namun Allah berfirman:" Hari ini saya selesaikan karena kamu akan
menjadi agamamu ... ".
4. Nasihat Imam Malik
Sebagai mufti besar dia tidak pernah mengajarkan atau memberi paksaan
kepada murid-muridnya untuk taqlid pendapat atau pemikirannya, dia berkata:
"Saya adalah orang yang kadang keliru, jadi lihat dan pikirkan baik-baik saya,
jika sesuai dengan al dan quran dan sunah kemudian ambil dan jika
bertentangan atau tidak pantas maka tinggalkan saja ". Bahkan dalam
kesempatan lain dia pernah berkata: "Tidak semua kata harus dipatuhi bahkan
jika dia memiliki kelebihan, ketinggian, atau karakter mulia, jika kata itu jelas-
jelas bertentangan atau melanggar hukum Rasulullah, maka kita tidak dapat
mengikutinya".
Daftar Pustaka

K.H. Munawar Cholil,Biografi Empat Serangkai Imam Madzab, Jakarta Bulan


Bintang
Huzaemah Tahido yamago,Pendahuluan Perbandingan Mazhab, (Jakarta: Logos,
1997), h.102-104
Teungku M. Hasbi Ash-shiddiqy,Kepala Imam Mazhab, (Semarang: PT Pustaka
Rizki Putra, 1997), hal. 463
Huzaemah Tahido yamago,Pendahuluan Perbandingan Mazhab, ..., hal. 106-115
Teungku M. Hasbi Ash-shiddiqy,Kepala Sekolah Imam Mazhab, ..., hal. 474-475
M Ali Hasan,Perbandingan Mazhab, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002),
cet. Keempat, h. 200-202

Anda mungkin juga menyukai