ANAS
Makalah ini Diajukan sebagai salah satu tugas pada mata kuliah
REKONSTRUKSI PEMIKIRAN ISLAM
Dosen : DR.H.ASEP AHMAD FATHUROHMAN, Lc. M.Ag
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui biografi Imam Malik bin Anas
b. Untuk mengetahui pengikut dalam mahdzab
c. Untuk mengetahui sumber-sumber hukum yang digunakan Imam Malik
bin Anas
d. Untuk mengetahui bagaimana metodologi istinbath hukum?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Imam Malik
Nama lengkapnya adalah Abu Abdillah bin Malik bin Anas bin Malik bin
Abu Amir bin Harits, ibunya bernama Siti al-'aliyha binti Syuraik bin
Abdurrahman ibn Syuraik al-azdiyah, dia lahir di Madinah pada tahun 93 AH /
712 M dan meninggal pada hari Minggu Pada tanggal 10 Robiul pada awal 179
H / 798 M berusia 90 tahun pada masa pemerintahan Abazia di bawah kekuasaan
Harun al-rasyid. Dalam sebuah sejarah dikatakan bahwa dia berada di rahim
ibunya selama 2 tahun, beberapa bahkan mengatakan 3 tahun. Dia dididik di
antara teman-teman Anshar dan Muhajirin yang cerdas dan terdidik dalam bidang
hukum Islam, dalam situasi seperti itu dia tumbuh dan mendapatkan pendidikan
dari beberapa guru terkenal, pasien pertama yang menerima adalah membaca,
memahami makna dan interpretasi al-quran, Kemudian dilanjutkan dengan
menghafal dan beralih ke batasan bidang hadis, jadi dia dijuluki sebagai ahli
hadis. Guru pertama dan rekan dekatnya bersamanya adalah Imam Abdurrahman
bin Hurmuz, salah satu sarjana besar di Madinah, kemudian dia mempelajari fiqih
salh seorang sarjana besar di kota Madinah bernama Rabi'ah al-Rayi dan meluas
ke Nafi 'Maula bin Umar dan Imam Ibnu Syihab al-zuhry untuk mempelajari
hadits tersebut, bahkan dalam penelitian bahwa gurunya tidak kurang dari 700
orang, 300 di antaranya tabi'in.[1]
Saat belajar, imam Malik berkonsentrasi dalam empat macam sains, yaitu
1. Bagaimana mendebat pengikut nafsu, orang yang mengembangkan penyebab
yang menyesatkan dan berbeda dalam yurisprudensi fiqh, pengetahuan ini
dipelajari dari Ibnu Hurmuz.
2. Fatwa-teman dan tabi'in
3. Fiqih ijtihad (cara menggunakan qiyas dan mashlahah)
4. Hadis Rasulullah, dengan mengunjungi orang-orang yang kredibel dalam
sejarahnya dan yang memiliki pengetahuan mendalam. [2]
Beliau dikenal sebagai ulama yang beraliran ahli hadits, namun beliau tidak
menolak anggota ra'yu secara keseluruhan, ini terbukti dengan metode qiyas,
maslahah mursalah dan istihsan yang digunakan sebagai metode istidlal dalam
menentukan hukum suatu perkara. Begitu kuat keyakinan imam Malik tentang apa
yang dipebuat oleh penduduk ahli madinah terutama dalam bidang agama, karena
ia yakin bahwa semua yang dilakukan orang madinah adalah hasil mencontoh
praktek Nabi SAW, dengan alasan bahwa Madinah adalah kota terakhir yang
ditinggali Nabi, dan para sahabat pun banyak yang menetap di sana, sehingga jika
dibandingkan dengan kota lain, Madinahlah kota yang paling banya
perbendaharaan haditsnya, artinya seseorang akan lebih mudah mengenal hadits di
Madinah ketimbang di kota lain saat itu, sehingga Madinah dijuluki sebagai Dar
al-sunnah.
Awalnya mazhab Maliki muncul dan berkembang di Madinah tempat
kelahiran beliau, kemudian berkembang ke Hijaz, dan sempat surut di Mesir
karena kalah pamor dengan pendapat imam Syafi'i, dan kemudian pada zaman
pemerintahan Ayubiyyah mazhab Maliki kembali hidup, sedangkan di Andalusia
mazhab Maliki berkembang pesat karena mendapatkan dukungan dari kantor
Negara, dan sampai sekarang mazhab maliki masih diikuti oleh beberapa Negara
diantaranya Maroko, Algers, Tunisia, Tripoli, Lybia, mesir, Irak, Palestina, Hijaz
dan daerah sekitar jazirah Arabia. Semua ini berkat para sahabat imam Maliki
yang gigih dalam menyebarkan dan mengembangkan mazhabnya, diantara
sahabat-sahabatnya adalah: Usman bin al-hakam al-juzami, Abdurrahman bin
Khalid bin Yazid bin Yahya, Abdurrahman bin al-Qasim, Asyhab bin Abdul aziz,
Ibnu Abduk Hakam,
B. Guru Dan Murid Imam Malik
1. Gurunya
Imam Malik belajar dan mempelajari ilmu Hadis kepada Madinah 'Madinah. Di
antara gurunya adalah Abdurrohaman bin Harmuz dan rekan panjang Imam Malik
dengan guru ini, kemudian belajar dengan Nafi 'a Maula Ibn Umar dan Ibnu
Shihab al-Zuhri. Selanjutnya, Imam Malik belajar fiqh kepada gurunya bernama
Rabi'ah Ibn Abdirrohman yang dikenal sebagai ahli Ro'yu. Setelah tujuh belas
tahun, Imam Malik lebih tertarik untuk mempelajari hadis selain sains fiqh.
Dikatakan bahwa Imam Malik telah belajar dan menerima pengetahuan dari 100
ilmuwan Ulama 'yang ahli di berbagai cabang.
2. Murid-muridnya
Di antara murid-murid Imam Malik dari kelompok Mesir adalah Abu Abdullah,
Abdurrahman bin Qasim (wafat 191 H), Abu Muhammad, Abdullah bin Wahb bin
Muslim (w. 197 H), 'Asyhab bin Abdul Aziz al-Qaisy (w. 204), Abu Muhammad,
Abdullah bin Abdul Hakam (wafat 214 H), Ashbagh bin Faraj (w 225,),
Muhammad bin Ibrahim bin Abdul Hakam (weda 268 H), Muhammad bin
Ibrahim al-Iskandary bin Ziyad dengan Ibn Muwwaz (w 269 H). Dan dari
kelompok Maghrib (barat) adalah Abul Hasan, 'Ali bin Ziyad Al-Tunisy (w.161
H), Abu Abdillah, Ziyad bin Abdirrahman al-Qurthuby (w. 193 H),' Isa bin Dinar,
al-Qurthuby al -Andalusy (w, 212 H), Asad bin Farat bin Sinan al-Tunisy (w. 213
H), Yahya bin Yahya bin Katsit al-Laitsy (w w, 234 H), Abdul Malik bin Habib
bin Sulaiman al-Sulamy 238 H), Sahnun, Abdul al-Salam bin Said al-Tanukhy
(wafat 240 H). Murid-muridnya di Hijaz dan Irak adalah Abu Marwan, Abdul
Malik bin Abi Salamah al-Majisyun (w 212 H), Ahmad bin Mu'adzdzal bin
Ghailan al-'Abdy, Abu Ishaq, Ismail bin Ishaq al-Qadhy ay 282 H). Dan di antara
murid-muridnya yang terkenal dan hebat dalam mengembangkan sekte Maliki
adalah Muhammad Ibn al-Hasan, Abdulloh Ibn Wahab (125-197). Mahasiswa
terakhir ini menulis banyak buku yang berhubungan dengan fiqh. Karya yang
paling populer adalah al-muwanah al-book. Kemudian murid Imam Malik
lainnya, yang kemudian menjadi pemimpin sekolah tersebut, adalah Imam al-
Syafi'i.