Anda di halaman 1dari 12

Imam Mazhab Fiqih

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah ilmu fikih
Dosen pengampu
Abil Asg,M.Ag

Disusun oleh
Halwa Urwatulwutsqo 21110007

JURUSAN ILMU HADITS


FAKULTAS USHULUDDIN
INSTITUT DAARUL QUR’AN
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini
dengan lancar. Saya selaku penyusun makalah Ulumul Qur’an mengucapkan
terima kasih kepada pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.
Semoga dengan selesainya makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua,
khususnya pembaca.

Tentunya dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan dan


jauh dari sempurna, maka dari itu saya sebagai penyusun makalah ini
mengharap kritik dan saran yang membangun dari pembaca sehingga penyusun
mampu membuat makalah dengan lebih baik lagi.

Cikarang, 14 April 2022

Penyusun
Daftar Isi

Cover ……………………………………………………………………………………….

Kata Pengantar …………………………………………………………………………….

Daftar Isi ……………………………………………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang masalah………………………………………………………………...


B. Rumusan masalah……………………………………………………………………….
C. Tujuan penulisa…………………..…………………………………………………….

BAB II PEMBAHASAN

A. Institusi mazhab dan pengertiannya


B. Empat mazhab yang terkenal
C. Faktor-faktor terjadinya perbedaan dalam mazhab fikih
D. Menyikapi perbedaan pendapat dalam ranah fkih
BAB III PENUTUP

Kesimpulan……………………………………………………………………………………...
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Fikih adalah sebuah disiplin ilmu yang sangat luas. Sebab satu
masalah dalam fikih bisa berkembang dan bercabang hingga menjadi
banyak. Mempelajari banyak pandangan ulama seputar masalah fikih
tentu tidak dimaksudkan untuk membangun perbedaan diantara umat
islam. Tapi, ia merupakan cara untuk memperkaya alternatif, terutama
untuk konteks kekinian. Para ulama dahulu, setelah menguasai ilmu Al-
Qur’an dan sunnah, maka ilmu fikihlah yang harus didalami. Bahkan,
tradisi ini juga diturunkan kepada anak keturunan dan murid-murid
mereka.
Mazhab ialah sebutan dari bahasa arab yang berarti jalur yang
dilalui serta dilewati. Suatu yang menjadi tujuan seorang baik secara
konkrit ataupun secara abstrak. Mazhab ialah jalan yang diseleksi
sehingga tersambung dengan risalah yang dibawa Nabi Muhammad
SAW.
Paling tidak terdapat 3 ruang lingkup yang kerap memakai
sebutan mazhab didalamnya. Yaitu mazhab akidah, mazhab politik, serta
mazhab fikih. Dalam makalah kali ini penulis akan sedikit menjelaskan
terkait apa itu mazhab dalam ilmu fikih. Dalam hukum islam ataupun
fikih ada 4 mazhab besar yang diakui oleh kalangan pakar sunnah wal
jama’ah, ialah Hanafi, Maliki, Syafi’i, serta Hambali.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Institusi mazhab dan pengertiannya
2. Empat mazhab yang terkenal
3. Faktor-faktor terjadinya perbedaan dalam mazhab fikih
4. Menyikapi perbedaan pendapat dalam ranah fkih
BAB II
PEMBAHASAN

1. INSTITUSI MAZHAB DAN PENGERTIANNYA

Mazhab adalah istilah dari bahasa Arab yang berarti jalan yang
dilalui dan dilewati, sesuatu yang menjadi tujuan seseorang baik konkrit
maupun abstrak. Sesuatu dikatakan mazhab bagi bagi seseorang jika
cara atau jalan tersebut menjadi ciri khasnya. Menurut para uama dan
ahli agama islam, yang dinamakan mazhab adalah metode (manhaj) yang
dibentuk setelah melalui pemikiran dan penelitian, kemudian orang yang
menjalaninya menjadikannya sebagai pedoman yang jelas batasan-
batasannya, bagian-bagiannya, dibangun diatas prinsip-prinsip dan
kaidah-kaidah.
Mazhab menurut ulama fiqih, adalah sebuah metedologi fiqih khusus
yang dijalani oleh seorang ahli fiqih mujtahid, yang berbeda dengan ahli
fiqih lain, yang menghantarkannya memilih sejumlah hukum dalam
kawasan ilmu furu’. Ini adalah pengertian mazhab secara umum, bukan
suatu mazhab khusus.

2. EMPAT MAZHAB YANG TERKENAL

Pada dasarnya, keempat mazhab tersebut dapat diikuti oleh seluruh


umat islam karena telah memenuhi syarat mujtahid, serta ilmu, amal,
dan akhlak yang mereka miliki. Untuk itu, setelah dilansir dari beberapa
sumber saya akan menjelaskan sedikit mengenai keempat mazhab yang
terkenal dalam islam.

A. IMAM ABU HANIFAH


(80-150 H/699-767 M)
Imam Abu Hanifah, pendiri mazhab Hanafi, adalah Abu Hanifah
An-Nu’man bin Tsabit bin zufi At-Tamimi. Beliau masih mempunyai
hubungan kekeluargaan dengan Ali bin Abi Thalib ra. Imam Ali bahkan
pernah berdoa bagi Tsabit, yakni agar Allah memberkahi keturunannya.
Tak heran, jika kemudian dari keturunan Tsabit ini muncul seorang
ulama besar seperti abu hanifah.
Dalam kisahnya, beliau dikenal sebagai sorang ulama yang cerdas
pengasih, ahli tahajud, dan fasih dalam membaca Al-Qur’an. Mazhab ini
dikenal sebagai mazhab qiyas (akal). Sebab, metode pelajaran yang
digunakan lebih banyak mengoptimalkan logika dan banyak berdiskusi
dan merangsang logika. Selain memperdalam Al-Qur’an, beliau juga aktif
mempelajari ilmu fikih. Dalam hal ini kalangan sahabat Rasul,
diantaranya kepada Anas bin Malik, Abdullah bin Aufa dan Abu Tufail
Amir, dan lain sebagainya.
Dasar yang dipakai oleh mazhab Hanafi adalah sunnah, Al-Qur’an
dan fatwa para sahabat yang merupakan penyampai. Selain itu, imam
Hanafi pun menggunakan kesepakatan para mujtahid mengenai kasus
hukum. Mazhab Hanafi menjadi salah satu mazhab yang cukup
berkembang dan terkenal di berbagai pelosok. Namun, jika
dikategorikan, mazhab ini tersebar di daerah yang memiliki tradisi
berbeda. Mazhab Hanafi sempat beberapa saat menjadi mazhab resmi
Dinasti Abbasiyah. Dan tersebar di berbagai negara yang dikuasai Dinasti
Otonom, daerah Anatolia (Asia Tengah), India, Turkistan, Asia Tenggara,
dan berkembang di Suriah.
Semasa hidupnya, imam abu Hanifah dikenal sebagai seorang
yang sangat dalam ilmu nya, ahli zuhud, sangat tawadhu, dan sangat
teguh memegang ajaran islam. Beliau tidak tertarik kepada jabatan-
jabatan resmi kenegaraan, sehingga beliau pun sempat menolak tawaran
menjadi hakim yang ditawarkan oleh Al-Mansur. Konon, karena
penolakannya itu beliau kemudian dipenjarakan hingga akhir hayatnya.
Imam Abu Hanifah wafat pada tahun 150 H/767 M, pada usia 70 tahun.
Beliau dimakamkan di perkuburan Khizra. Pada tahun 450 H/1066 M,
didirikanlah sebuah sekolah yang diberi nama Jami’ Abu Hanifah.
Sepeninggal beliau, ajaran dan ilmunya tetap tersebar luas melalui
murid-muridnya yang cukup banyak. Diantara murid-murid Abu Hanifah
yang terkenal adalah Abu Yusuf, Abdullah bin Mubarak, Waki’ bin Jarah
ibn Hasan Al-Syaibani, dan lain-lain. Sedangkan diantara kitab-kitab
imam abu Hanifah adalah: Al-Musnad (kitab hadis, dikumpulkan oleh
muridnya), Al-Makharij (buku yang dinisbahkan kepada imam abu
hanifah, diriwayatkan oleh abu yusuf), dan Fiqh Akbar (kitab fiqih yang
lengkap).
B. IMAM MALIK BIN ANAS
(93-179 H/712-795 M)

Imam Malik bin Anas, pendiri mazhab Maliki, dilahirkan di


Madinah pada tahun 93 H. Beliau berasal dari kabilah Yamaniah.
Sejak kecil beliau telah rajin majlis-majlis ilmu pengetahuan, sehingga
sejak kecil itu pula beliau telah menghafal Al-Qur’an. Tak kurang dari
itu, ibundanya sendiri yang mendorong Imam Maliki untuk senantiasa
giat menuntut ilmu.
Pada mulanya beliau belajar dari Rabi’ah, seorang ulama yang
sangat terkenal pada masa itu. Selain itu, beliau juga memperdalam
hadis kepada Ibn Syihab, disamping itu juga mempelajari ilmu fikih
dari para sahabatnya. Karena ketekunan dan kecerdasannya, Imam
maliki tumbuh sebagai seorang ulama terkemuka, terutama dalam
bidang ilmu hadis dan fiqih. Setelah mencapai tingkat yang tinggi
dalam bidang ilmu itulah Imam Maliki muai mengajar, karena beliau
merasa memiliki kewajibam untuk membagi pengetahuannya kepada
orang lain yang membutuhkannya. Meskipun begitu, beliau dikenal
sangat berhati-hati dalam memberi fatwa. Beliau tak lupa untuk
terlebih dahulu meneliti hadis-hadis Rosulullah SAW, dan
musyawarah dengan ulama lain, sebelum kemudian memberikan
fatwa atas suatu masalah. Diriwayatkan, bahwa beliau mempunyai
tujuh puluh orang yang biasa diajak bermusyawarah untuk
mengeluarkan suatu fatwa.
Imam maik dikenal mempunyai daya ingat yang sangat kuat.
Pernah, beliau mendengar 31 hadis dari Ibn Syihab tanpa menulisnya.
Dan ketika kepadanya diminta mengulangi seluruh hadis tersebut tak
ada satupun yang diupakannya.
Tak pelak, imam malik adalah seorang ulama yang sangat
terkemuka, terutama dalam ilmu hadis dan fiqih. Beliau mencapai
tingkat yang sangat tinggi dalam kedua cabang ilmu tersebut. Imam
Maliki bahkan telah menulis kitab Al-Muwaththa, yang merupakan
kitab hadis dan fiqih,
Imam malik meninggal dunia pada usia 86 tahun. Namun
demikian, mazhab Malik tersebar luas dan dianut dibanyak bagian
diseluruh penjuru dunia.

C. IMAM SYAFI’I
(150-204 H/769-820 M)

Imam Syafi’i, yang dikenal sebagai pendiri mazhab Syafi’i adalah


Muhammad bin Idris As-Syafi’i Al-Quraisyi. Beliau dilahirkan di
Ghazzah, pada tahun 150 H, bertepatan dengan wafatnya imam abu
hanifah.
Meski beliau dibessarkan dalam keadaan yatim dan dalam satu
keluarga yang miskin, tidak menjadikan beliau merasa rendah diri
apalagi malas. Sebaliknya, beliau malah lebih giat mempelajari ilmu
hadis yang banyak terdapat di Makkah. Pada usianya yang masih kecil
beliau juga telah hafal Al-Qur’an. Beliau belajar kepada imam malik
yang dikenal dengan mazhabul hadis, kemudian beliau pergi ke irak
dengan belajar dari ulama Irak yang dikenal sebagai Madzhabul
Qiyas. Beliau berikhtiar menyatukan mazhab terpadu yaitu mazhab
hadis dan mazhab qiyas. Itulah keistimewaan mazhab Syafi’i.
Pada tahun 198 H, beliau pergi ke negri Mesir. Beliau pergi
mengajar di masjud Amru bin As. Beliau juga menulis kitab Al-Um,
Amali Kubro, Kitab Risalah, Ushul Al-Fiqh, dan memperkenalkan, Qaul
Jadid sebagai mazhab baru. Adapun dalam hal menyusun kitab Ushul
Fiqh, Imam Syafi’i dikenal sebagai orang pertama yang mempelopori
penulisan dalam bidang tersebut.
Di Mesir inilah akhirnya Imam Syafi’i wafat, setelah menyebarkan
ilmu dan manfaat kepada banyak orang. Kitab-kitab beliau hingga kini
masih dibaca orang, dan makam beliau di Mesir sampai detik ini
masih ramai di ziarahi orang. Sedangkan murid-murid beliau yang
terkenal diantaranya ialah : Muhammad bin Abdullah bin Al-Hakam,
Abu Ibrahim bin Ismail bin Yahya Al-Muzani, Abu Ya’qub Yusuf bin
Yahya Al-Buwaiti dan lain sebagainya.
D. IMAM AHMAD BIN HANBAL
(164-241 H/780-855 M)

Imam Ahmad Hanbali adalah Abu Abdullah Ahmad bin


Muhammad bin Hanbal bin Hilal Al-Syaibani. Beliau dilahirkan di
Baghdad pada bulan Rabiul awal tahun 164 H(780 M)
Dinamakan Hanbali , karena pendirinya Al-Imam Ahmad bin
Hanbal As-Syaebani, lahir di Baghdad th 164 H dan wafat th 248 H.
beliau adalah murid Imam Syafi’i yang paling istimewa dan tidak
pernah pisah sampai Imam Syafi’i pergi ke Mesir.
Menurut beliau hadis dho’if dapat dipergunakan untuk perbuatan-
perbuatan yang afdhal (fadhailul a’mal) bukan untuk menentukan
hukum. Beliau tidak mengaku adanya Ijma’ setelah sahabat karena
ulama sangan banyak dan tersebar luas.
Kemudian pada masa pemerintah Al-Mutasim, khalifah Abbasiyah,
beliau sempat dipenjara, karena sependapat dengan opini yang
mengatakan bahwasanya Al-Qur’an itu adalah makhluk. Dan beliau
kemudia dibebaskan pada masa khalifah Al-Mutawakkil.
Imam Ahmad hambali wafat di Baghdad pada usia 77 tahun, atau
tepatnya pada tahun 241 H (855 M) pada masa pemerintahan
Khalifah Al-Watsiq. Sepeninggal beliau, mazhab Hanbali berkembang
luas dan menjadi salah satu mazhab yang memiliki banyak penganut.

3. FAKTOR-FAKTOR TERJADINYA PERBEDAAN DALAM MAZHAB FIKIH

Kita sama-sama mengetahui bahwa pada permulaan islam tidak


Ada mazhab dan tidak ada sekte-sekte, dan pada awal-awal islam
muncul, islam bersih dari pengaruh luar, dan kaum muslim pada
waktu itu mencapai kejayaannya. Juga diketahui dengan pasti bahwa
adanya sekte-sekte dan mazhab-mazhab itu dapat memecah belah
kaum muslimin, serta dapat memperuncing jurang pemisah antara
mereka.
Kemudia, faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya
perbedaan mazhab itu? Dan Bagaimana terbentuknya mazhab-
mazhab itu sendiri?
Menurut syaikh Taqiyuddin An-Nabhani, berbagai mazhab itu
terbentuk karena adanya perbedaan (ikhtilaf) dalam masalah ushul
maupun furu’ sebagai dampak adanya berbagai diskusi (munazharat)
dikalangan ulama. Berikut alasan utama adanya perbedaan dalam
ketetapan hukum dikalangan imam mazhab meliputi:

a) Perbedaan arti dari beberapa lafadz arab


Banyak kata-kata (lafadz) dalam bahasa arab yang memiliki arti ganda
(dua).
b) Perbedaan Riwayat
Ada sebuah hadits yang sampai kepada seseorang diantara para ulama
akan tetapi hadits tersebut tidak diketahui atau tidak sampai kepada
ulama-ulama yang lain. Atau sampainya hadis tersebut melalui jalur
sanad yang lemah (dho’if), sehingga mereka tidak mau menggunakan
sebagai dalil hukum. Sedangkan yang lain menerimanya melalui jalur
sanad yang kuat (shahih) sehingga mereka mau menggunakannya
sebagai dalil hukum.
c) Perbedaan sumber dalil
Dalam berijtihad, terdapat sumber-sumber dalil yang telah disepakati
oleh para ulama Mujtahidin seperti Al-Qur’an, as-sunnah, al-ijma’, dan
al-Qiyas. Namun disamping sumber-sumber dalil tersebut, ada beberapa
sumber yang masih diperselisihkan (al-mukhtalafih).
d) Perbedaan kaidah-kaidah ushul fiqh
e) Ijtihad dengan dasar Qiyas.

4. MENYIKAPI PERBEDAAN PENDAPAT DALAM RANAH FIKIH

Perbedaan pandangan dalam masalah-masalalh fiqih dikalangan


para ulama terjadi karena beberapa alasan dan beberapa kondisi. Sikap
terbaik dalam menghadapi perselisihan diantara para ulama adalah
sebagaimana telah dijelaskan dalam ayat Al-Qur’an surat An-Nisa: 59
yang artinya “kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu,
maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rosul (Sunnahnya),
jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir yang
demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
Ini adalah sikap agung yang mesti dimiliki oleh setiap muslim,
yaiitu mengembalikan semuanya kepada Allah dan Rasul-Nya. Kemudian
jika ada kedua pihak yang merasa pendapatnyalah yang lebih sesuai
dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan penelitiannya masing-masing,
tanpa hawa nafsu dan fanatik, maka hendaknya mereka memegang dan
meyakini pendapat itu, tanpa mengingkari pendapat saudaranya, apalagi
meremehkannya, dan menyerang pihak yang berbeda. Oleh karenanya,
kita perlu perhatikan nasihan dan contoh baik dari para imam terahulu
dalam menyikapi perselisihan atau perbedaan ini.
Imam abu Nu’aim mengutip ucapan imam Sufyan Ats-Tsauri
sebagai berikut: “jika engkau melihat seorang melakukan perbuatan
yang masih diperselisihkan, padahal engkau punya pendapat lain, maka
janganlah engkau melarangnya.” (Imam Abu Nu’aim Al-Asbahany,
Hilyatul Auliya;3/133).
Dalam risalah Al-Khamis beliau juga berkata: “bahwa perselisihan
dalam masalah furu’ (cabang) merupakan masalah yang mesti terjadi.
Hal itu karena dasar-dasar islam dibangun dari ayat-ayat, hadis-hadis dan
amal,yang kadang dipahami beragam oleh banyak pikiran. Karena itu,
maka perbedaan pendapat pun tetap terjadi pada masa sahabat dulu.
Kini masih terjadi dan akan terus terjadi sampai hari kiamat. Alangkah
bijaknya Imam Malik ketika berkata kepada Abu Ja’far, tatkala ia ingin
memaksa semua orang berpegang kepada Al-Muwatha’ (himpunan hadis
karya imam Malik), ingatlah bahwa para sahabat Rasulullah telah
berpancar-pancar di beberapa wilayah. Setiap kaum memiliki ahli ilmu.
Maka apabila kamu memaksa mereka dengan satu pendapat, yang akan
terjadi adalah fitnah sebagai akibatnya.”
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Bukanlah aib dan cela manakala kita berbeda pendapat. Tetapi yang
aib dan cela adalah sikap fanatik (ta’ashub) dengan satu pendapat saja
dan membatasi ruang lingkup berpikir manusia. Menyikapi khilafiyah
seperti inilah yang akan menghimpun hati yang bercerai berai kepada
satu pemikiran. Dan dalam menyikapi perbedaan pendapat perlu
diperhatikan sikap toleran atau menghargai pendapat orang lain, lapang
dada (tasamuh), serta tidak merasa paling benar, apalahi sampai
menyalahkan pendapat lain. Karena kebenaran sepenuhnya milik Allah
SWT.

Anda mungkin juga menyukai