Anda di halaman 1dari 9

POTENSI KEWIRAUSAHAAN DAN

KEWIRAUSAHAAN ZAMAN ROSULULLAH DAN PARA SAHABAT

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Entrepreneurship
Dosen pengampu
Pebrisa Amrina

Disusun oleh
Ima Hamidatul 21110010
Halwa Urwatul 21110007
Misbah abdul aziz 21110014

JURUSAN ILMU HADITS


FAKULTAS USHULUDDIN
INSTITUT DAARUL QUR’AN
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Kewirausahaan (Entrepreneurship) adalah proses


mengidentifikasi, mengembangnkan, serta membawa visi kedalam
kehidupan. Seorang wirausaha dapat menjadi sukses apabila
mempunyai karakteristik sukses dengan semangat tinggi, dan pastinya
mempunyai visi misi tersendiri dalam mengembangkan bisnisnya. Visi
tersebut bisa berupa ide inovatif, peluang, cara yang lebih baik dalam
menjalankan sesuatu. Hasil akhir dari proses tersebut adalah penciptaan
usaha baru yang dibentuk pada kondisi risiko atau ketidakpastian.

Sebenarnya, teori-teori bisnis modern yang diungkapkan oleh para


ahli sebenarnya jauh lebih dulu sudah diterapkan pada zaman Rosulullah
SAW dan para sahabat, pada 14 abad silam. Kesuksesan bisnis Rasulullah
dan para sahabat sangat erat kaitannya dengan praktik bisnis yang
bersih. Tidak bersinggung dengan riba, menyayangi pelanggan,
menghormati pesaing, jujur dalam menimbang dan lain sebagainya.

Pada makalah ini penulis akan menjelaskan sedikit tentang potensi


kewirausahaan dan kewirausahaan pada zaman Rasulullah dan para
sahabat. Semoga dengan adanya makalah ini yang jauh dari kata
sempurna ini dapat memberikan pencerahan kepada kita.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian dasar tentang potensi kewirausahaan?
2. Apa ciri-ciri dan karakteristik kewirausahaan
3. Bagaimana Kewirausahaan pada zaman Rasul dan para sahabat
4. Apa saja etika berbisnis yang diajarkan oleh Rosul dan para sahabat
BAB II
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN DASAR TENTANG POTENSI KEWIRAUSAHAAN

Berasal dari kata Entrepreneur yang berarti orang yang


membeli barang dengan harga pasti meskipun orang itu belum
mengetahui berapa harga barang yang akan dijual. Wirausaha
sering juga disebut wiraswasta yang artinya sifat-sifat keberanian,
keutamaan, dan keteladanan dalalm mengambil resiko yang
bersumber pada kemampuan sendiri. Meski demikiian,wirausaha
dan wiraswasta sebenernya memiliki arti yang berbeda.
Wiraswasta tidak memiliki visi pengembangan usaha sedangkan
wirausaha mampu terus berkembang dan mencoba usaha lainnya.
Kewirausahaan memiliki arti yang berbeda-beda antar para
ahli atau sumber acuan karena berbeda-beda titik berat dan
penekanannya. Richard Cantillon (1775) misalnya, mendefinisikan
kewirausahaan sebagai berkerja sendiri (self-employment).
Seorang wirausahawan membeli barang saat ini pada harga
tertentu dan menjualnya pada masa yang akan datang dengan
harga yang tidak menentu. Jadi definisi inti kewirausahaan adalah
lebih menekankan pada bagaimana seseorang menghadapi resiko
atau ketidakpastian. Berbeda dengan para ahli lainnya, menurut
penrose (1963) kegiatan kewirausahaan mencangkup identifikasi
peluang-peluang didalam sisem ekonomi, sedangkan menurut
Harvey Leibestein (1968, 1979) kewirausahaan mencangkup
kegiatan yang dibutuhkan untuk menciptakan atau melaksanakan
perusahaan pada saat semua pasar belum terbentuk atau beum
teridentifikasi dengan jelas, atau komponen fungsi produksinya
belum diketahui sepenuhnya dan menurut peter Drucker,
kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu
yang baru dan berbeda.
2. CIRI CIRI DAN KARAKTERISTIK KEWIRAUSAHAAN

Menjadi seorang wirausaha tentunya membutuhkan


keterampilah khusus. Sementara beberapa kemampuan mungkin
ada secara alami, dan yang lain nya dapat dipelajari atau
dikembangkan melalui latihan yang cermat untuk membentuk
karakteristik kewirausahawan yang baik. Memahami kualitas yang
dibutuhkan oleh wirausahawan dapat membantu anda tumbuh
menjadi pemimpin bisnis yang baik. Berikut merupakan ciri-ciri
dan karakteristik kewirausahawan:
a) Percaya diri
b) Berorientasikan tugas dan hasil
c) Pengambil resiko
d) Kepemimpinan
e) Beriorentasi ke masa depan
f) Jujur dan tekun
g) Memiliki tekad yang kuat
h) Memiliki inovasi dan kreativitas tinggi,fleksibel serta
memiliki jaringan bisnis yang luas
i) Memiliki keyakinan bahwa hidup itu sama dengan kerja
keras.
Kemudian menjadi seorang wirausahawan yang sukses
dengan semangat tinggi juga harus memiliki karakter sebagai
berikut:
 Kemampuan inovatif.
Inovasi memerlukan pencarian kesempatan baru. Hal
tersebut berarti perbaikan barang dan jasa yang ada,
menciptakan barang dan jasa baru, atau mengkombinasikan
unsur-unsur produksi yang ada denga cara baru yang lebih
baik.
 Keinginan untuk berprestasi
Hal ini menandai bahwa para pemiliknya sebagai orang yang
tidak mengenal menyerah didalam mencapai tujuan yang
telah mereka tetapkan sendiri.
 Kemampuan beradaptasi
Para wirausahawan mampu menyesuaikan diri dan
beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Ketika
wirausahawan terhambat oleh kondisi yang berbeda dari
apa yang mereka harapkan, mereka tidak menyerah, namun
melihat situasi secara obyektif
 Kemampuan sebagai pengorganisasi dan administrator
Wirausahawan mempunyai kemampuan mengorganisasi
dan administrasi didalam mengidentifikasi dan
mengelompokkan orang-orang berbakat untuk mencapai
tujuan. Mereka menghargai kompetensi dan akan memilih
para spesiais untuk mengerjakan tugas dan efisien.

3. KEWIRAUSAHAAN PADA ZAMAN ROSUL DAN PARA SAHABAT


Teori-teori bisnis modern yang diungkapkan oleh para ahli
sebenernya jauh lebih dulu sudah diterapkan oleh Rasulullah SAW
pada abad ke 14 silam. Hal yang perlu diketahui adalah beliau dan
sahabat memulai bisnis tanpa modal uang, sementara saat ini
orang selalu menunda untuk menjadi pembisnis karena tidak
mempunyai modal uang yang cukup. Meski tanpa modal uang,
pada akhirnya beliau sukses menjadi pembisnis yang sukses.
Imperium bisnis Khadijah ra. Pun dipegang oleh beliau. Beliau
hanya bermodalkan kepercayaan untuk bisa mendekati para
investor kelas kakap Makkah pada waktu itu, termasuk Khadijah
ra.
Kesuksesan berbisnis Rosulullah dan sahabat sangat erat
kaitannya dengan praktik bisnis yang bersih. Beliau dan sahabat
tidak pernah bersinggung dengan riba, menyayangi pelanggan,
menghormati pesaing, jujur dalam menimbang dan lain
sebagainya. Kegiatan berdagang atau berbisnis sangatlah
dianjurkan dalam islam. Jika dilihat dari sejarah, Nabi Muhammad
SAW., para sahabat, dan bahkan nabi-nabi sebelumnya sudah
sangat lekat dengan dunia bisnis. Rosulullah sendiri memulai
bisnisnya sejak kurang lebih saat umur 12 tahun, yaitu ketika
ketika Abu Thalib mengajaknya berdagang ke negri Syam. Tidak
sedikit pula para sahabat yang sukses dalam bisnis, seperti
Abdurrahman bin Auf dan Abu Bakar Ash-Shiddiq.
Diluar dari sisi sejarah, tidak sedikit ayat Al-Qur’an yang
menganjurkan pemeluknya untuk berdagang atau berbisnis. Salah
satunya adalah ayat dalam Al-Qur’an surat Al-Jumu’ah ayat 10
yang artinya “Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah
kamu di muka bumi, dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah
sebanyak banyaknya supaya kamu beruntung.” Kemudian di surat
Al-Baqarah ayat 275 yang artinya “Allah telah menghalalkan jual
beli dan mengharamkan riba.”
Selain beberapa ayat diatas, tidak sedikit hadits yang membahas
tentang bisnis, baik secara umum maupun khusus, diantaranya
sebagai berikut.
Hadits riwayat Al-Ashbahani dan Baihaqi:
7 sifat pedagang yang kelak bersama Rosulullah SAW yaitu:
1. Apabila berbicara, mereka tidak dusta
2. Apabila berjanji, mereka tidak mengingkarinya
3. Apabila dipercaya, mereka tidak menghianati
4. Apabila menjual barang, mereka tidak memuji-muji barangnya
5. Apabila membeli barang, mereka tidak mencelanya
6. Apabila mempunyai hak (piutang) tidak mempersulitnya
7. Apabila memiliki hutang, mereka tidak menunda-nunda
membayarnya.

Kemudian, apa yang membuat para sahabat sukses sebagai


pengusaha kelas internasional dengan tumpukan kekayaan?
Jawabannya tentu bukan hanya karena mereka adalah sahabat
terdekat Rasulullah, dengan berbagai kelebihan yang mereka
miliki, melainkan kerja keras, profesionalisme, kejujuran, keahlian
yang tinggi, manajemen yang baik dan amanah juga yang sangat
menentukan kesuksesan mereka. Abdurrahman bin Auf pernah
membocorkan rahasia sukses nya melalui wawancara intensifnya
dengan seorang laki-laki. “ Apa yang menyebabkan usaha anda
menjadi mudah?” tanya seorang laki laki kepadanya.
Abdurrahman bin Auf menjelaskan, “ada tiga. Pertama, saya tidak
pernah menolak untung meski tidak banyak. Kedua, saya tidak
pernah menunda pesanan orang meski hanya satu hewan. Ketiga,
saya tidak menjual barang apapun dengan sistem riba.”
Di Madinah, Muawiyah bin Abi sufyan dan Talhah bin
Ubaidillah adalah petani yang pertama membudidayakan gandum
di Wadi Qanah, sebelah utara Madinah. Mu’awiyah
menginvestasikan 10 kebun yang ditanami padi-padian dan kurma
disekitar Mekkah dan Madinah, yang hasilnya setiap tahun bisa
mencapai 150.000 muatan unta kurma dan 100.000 muatan unta
gandum. Amr bin Ash, memiliki tanaman anggur di Thaif sebanyak
1 juta pohon. Hamzah bin Abdullah bin Zubair memiliki 20.000
pohon kurma di Al-Furu. Al-Samhudi bekerja sama dengan Ja’far
bin Talhah membeli tanah Umm Iyyal seharga 200.000 dinar.
Tanah itu memiliki 20.000 pohon kurma dengan irigasi yang baik
dengan pendapatan 4.000 dinar pertahun.
4. ETIKA BERBISNIS YANG DIAJARKAN RASULULLAH DALAM ISLAM.
Islam merupakan sumber segala urusan, termasuk dalam
hal bisnis, mulai dari prinsip dasar bisnis, upah pegawai,
manajemen bisnis, hingga cara menjalankan bisnis yang
menguntungkan. Hal yang akan dibahas disini adalah etika
berbisnis. Islam menganjurkan untuk berbisnis, namun harus
dilakukan dengan etika, bukan bisnis yang menggunakan segala
cara untuk keuntungan semata. Tidak sedikit yang berpendapat
bahwa bisnis itu kejam, penuh persaingan tidak sehat, aksi
penipuan, kecurangan, dan lain sebagainya. Pesimisme kerap
menyerang sebagian masyarakat karena mereka berpendapat
bahwa tidak ada bisnis yang bersih, mereka beranggapan bahwa
bisnis itu kotor. Hal ini bisa jadi disebabkan karena adanya doktrin
dari ekonomi kapitalis bahwa bisnis hendaknya bebas dari etika
karena hanya menghambat perolehan keuntungan.
Etika bisnis dalam islam berorientasi kepada ajaran tauhid,
yaitu bahwa dalam menjalankan urusan hendaknya bersandar
kepada Alah, semua berawal dan berakhir kepada Allah. Dengan
demikian, selain untuk meraih keuntungan, berbisnis merupakan
wasilah untuk mencapai keberkahan. Etika sendiri dapat diartikan
sebagai kaidah untuk mengatur kehidupan manusia. Berikut
adalah etika-etika bisnis dalam islam yang selanjutnya menjadi
karakteristik bisnis dalam islam.
 Harus jujur mengenai takaran dan timbangan
 Barang yang dijual harus halal
 Menjual barang yang bermutu baik dan tidak
mencampurnya dengan yang buruk demi keuntungan
 Dilarang menyembunyikan kecacatan barang yang
dijual
 Jangan mudah mengucapkan sumpah palsu demi
melariskan dagangan
 Bermurah hati
 Mencatat utang piutang
 Dilarang melakukan riba
 Menunaikan zakat
 Saling meridhai antara penjual dan pembeli
 Dapat dipercaya atau amanah
 Memenuhi janji, adil, serta saling jujuf
 Dan ada akad yang jelas.

BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Potensi diri dalam kewirausahaan adalah kemampuan, kekuatan
diri baik yang terwujud maupun yang belum dimiliki setiap pribadi
dalam hal melakukan suatu usaha. Dan wirausaha adalah
seseorang yang berani berusaha secara mandiri dengan
mengerahkan segala sumber daya dan upaya meliputi kepandaian
mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, serta
memasarkannya dan mengatur permodalan operasinya untuk
menghasilkan suatu yang bernilai lebih tinggi.
Orientasi bisnis hendaknya tak hanya pada keuntungan materi
saja, karena bisnis yang berorientasi pada materi saja hanya akan
membuat pelaku bisnis melakukan segala cara untuk
mengumpulkan laba semaksima mungkin. Bisnis yang diajarkan
Rosul adalah bisnis dengan etika. Hal tersebut merupakan bukti
bahwa berbisnis dengan etika tidak akan menghambat untuk
memperoleh laba. Justru sebaliknya, berbisnis dengan etika akan
mendorong kita untuk mendapat laba yang maksimal, selain itu
juga dapat memperoleh keberkahan dan keridhaan Allah SWT.

Anda mungkin juga menyukai