Anda di halaman 1dari 11

Dwiewulan's

Rasulullah SAW entrepreneur Sejati



dwiewulan 8 tahun yang lalu

I.PENDAHULUAN

Allah SWT tidak membenci kecenderungan manusia dalam mencintai harta benda
miliknya. Selama mereka tidak berlebihan dalam mencintai harta benda melebihi
kecintaan kepadaAllah SWT. Berwirausaha adalah salah satu cara untuk menjemput
rejeki dari Allah SWT. Manusia dalam berdagang tentu saja memiliki tujuan untuk
memperoleh keuntungan yang banyak, namun hal itu tentu saja harus diiringi oleh etika
dalam berusaha.

Wirausaha dahulu dikenal dengan istilah wiraswasta . Kata “wiraswasta” adalah


terjemahan dari sebuah kata dalam bahasa asing (Perancis) “Entrepreneur” yang dapat
diartikan sebagai figur seseorang yang menjalankan usaha secara mandiri, dilandasi sifat
yang luhur.

Perkembangan kewirausahaan di Indonesia cukup menggembirakan. Meski pun pada


kenyataannya, penerimaan Pegawai Negeri Sipil (PNS) masih diminati pelamar yang
datang berduyun-duyun, namun di balik itu, ada fenomena mencengangkan. Kini banyak
sekali angkatan muda yang berminat, bahkan sangat terobsesi menerjuni bidang
kewirausahaan. Kursus-kursus kewirausahan tumbuh bak jamur di musim hujan, bisnis
waralaba terus merebak, tidak saja yang global, tapi yang lokal bertebaran di mana-
mana. Klub-klub dan milis-milis entrepreneur juga bermunculan.

Terlebih lagi, ternyata sudah banyak tokoh-tokoh muda Indonesia yang menjadi pakar
bisnis, mentor-mentor kewirausahaan, konsultan-konsultan entrepreneurship yang naik
ke panggung-panggung seminar. Bisnis rumahan secara online juga mewabah baik dalam
skala besar maupun bisnis retail yang dilakukan ibu-ibu rumahtangga dengan berbagai
motivasi yang berbeda.
Rasulullah SAW adalah seorang Entrepreneur Sejati. Sebagian besar kehidupannya
sebelum menjadi utusan Allah SWT , Rasulullah Muhammad SAW adalah wirausahawan
yang sukses. Keteladanan beliau dalam berdagang menjadi contoh para sahabat dalam
berwirausaha.

Dari paparan sejarah Rasulullah SAW dalam berwirausaha dapat banyak sekali contoh
dan teladan yang seharusnya di terapkan dalam dunia perekonomian dan bisnis dimasa
sekarang. Para wirausahawan selayaknya mempelajari petunjuk-petunjuk dan Teladan
Rasulullah SAW yang sangat gamblang sehingga dapat dipergunakan dalam menjalankan
usahanya secara bersih dan bermartabat.

Dan selayaknya kita yang hidup dijaman modern ini dapat mencontoh prilaku yang telah
disunnahkan sehingga selain meraih keuntungan dalam berusaha, memberi manfaat
bagi orang yang banyak juga mendapatkan berkah yang berlimpah dari Allah SWT atas
rejeki yang kita raih.

II.SIRAH NABAWIYAH:

RASULULLAH SAW – ENTREPRENEUR SEJATI

Kesuksesan Rasulullah SAW sudah banyak dibahas dan diulas oleh para ahli sejarah
Islam maupun Barat. Namun ada salah satu sisi Muhammad SAW ternyata jarang dibahas
dan kurang mendapat perhatian oleh para ahli sejarah maupun agama yaitu sisinya
sebagai seorang pebisnis ulung. Padahal manajemen bisnis yang dijalankan Rasulullah
SAW hingga kini maupun di masa mendatang akan selalu relevan diterapkan dalam
bisnis modern.

Segala peristiwa yang terkait dengan Rasulullah SAW seakan tidak terhubung sama sekali
dengan kinerja dan dunia perekonomian kita. Bahkan ada sebagian yang beranggapan
bahwa ajaran Nabi Muhammad SAW adalah faktor penghambat pembangunan dunia
perekonomian dan aktifitas bisnis modern.

Padahal jika para pelaku bisnis mau mencermati, mempelajari dan mengamati , bahwa
Rasulullah SAW telah memberikan contoh pola bisnis yang sangat luhur. Beliau
mencontohkan bahwa kepercayaan adalah modal yang paling berharga dalam usaha.

Muhammad Syafi’i Antonio pakar ekonomi syariah indonesia mengatakan : Rasulullah


memberikan pelajaran bahwa Bisnis harus dijalankan dengan value driven yang
bermanfaat untuk semua stake holders dan harus gesit dalam melakukan positioning di
pasar global. Beliau bukan jago kandang seraya meminta proteksi cukai dan tax holiday.
Dalam tataran individu, Rasul juga menganjurkan untuk menjadi wirausahawan yang
tangguh dan manajer terpercaya.

SEJARAH KARIR BISNIS RASULULLAH SAW

Rasulullah mendapatkan jiwa entrepreneur sejak beliau usia 12 tahun. Ketika itu
pamannya Abu Thalib mengajak melakukan perjalanan bisnis di Syam negeri yang
meliputi Syiria, Jordan dan Lebanon saat ini. Sebagai seorang yatim piatu yang tumbuh
besar bersama pamannya beliau ditempa untuk tumbuh menjadi wirausahawan yang
mandiri.

Ketika usia 17 tahun Muhammad telah diserahi wewenang penuh untuk mengurusi
seluruh bisnis pamannya. Ketika usia menginjak 20 tahun adalah merupakan masa
tersulit dalam perjalanan bisnis rasulullah SAW. Beliau harus bersaing dengan pemain
senior dalam perdagangan regional. Namun kemudian titik keemasan entrepreneurship
Muhammad SAW tercapai ketika usia antara 20-25 tahun.

Muhammad SAW adalah sosok pengusaha sukses dan kaya. Di antara informasi tentang
kekayaan beliau sebelum kenabian adalah jumlah mahar yang dibayarkan ketika
menikahi Khadijah Binti khuwalaid. Konon, beliau menyerahkan 20 ekor unta muda
sebagai mahar. Dalam riwayat lain, ditambah 12 uqiyah (ons) emas. Suatu jumlah yang
sangat besar jika dikonversi ke mata uang kita saat ini.

Dengan demikian, Muhammad SAW telah memiliki kekayaan yang cukup besar ketika
beliau menikahi Khadijah. Dan kekayaan itu kian bertambah setelah menikah., karena
hartanya digabung dengan harta Khadijah dan terus dikembangkan melalui bisnis
(perdagangan).

Prof. Aflazul Rahman dalam bukunya Muhammad as a Trader mencatat bahwa


Rasulullah SAW sering terlibat dalam perjalanan bisnis ke berbagai negeri seperti
Yaman,Oman dan Bahrain. Disebutkan juga bahwa , Rasulullah SAW adalah pebisnis
yang jujur dan adil dalam membuat perjanjian bisnis.

Ia tidak pernah membuat para pelanggannya mengeluh. Dia sering menjaga janjinya dan
menyerahkan barang-barang yang dipesan dengan tepat waktu. Muhammad SAW pun
senantiasa menunjukkan rasa tanggung jawab yang besar dan integritas yang tinggi
dalam berbisnis.

Dengan kata lain, beliau melaksanakan prinsip manajemen bisnis modern yaitu :

• Kepuasan pelanggan (customer satisfaction)


• Pelayanan yang unggul (service exellence): efisiensi, persaingan yang sehat dan
kompetitif.

• Kejujuran (Transparasi), dalam menjalankan bisnis, Muhammad SAW selalu


melaksanakan prinsip kejujuran

Kejujurannya telah diakui oleh penduduk Makkah sehingga beliau digelari Al Shiddiq.
Selain itu, Muhammad SAW juga dikenal sangat teguh memegang kepercayaan (amanah)
dan tidak pernah sekali-kali mengkhianati kepercayaan itu. Tidak heran jika beliau juga
mendapat julukan Al Amin (Terpercaya).

Beliau mulai mengurangi kegiatan bisnisnya ketika mencapai usia 37 tahun. Kemudian
ketika usia 40 tahun beliau lebih banyak terlibat dalam perenungan perbaikan masalah
sosial masyarakat sekitarnya yang jahiliyah.

Jika kita perhatian, rentang usia beliau berbisnis selama 25 tahun ternyata lebih lama
dibandingkan dengan rentang usia kenabian beliau yang selama 23 tahun. Hal ini
tentunya telah membentuk business skill yang sangat penting bagi proses pengambilan
hukum perdata dan komersial kelak dikemudian hari.

Mungkin ada sebagian yang berpendapat bahwa pengalaman beliau dalam berbisnis
sebagian besar terjadi ketika beliau belum menjadi rasul, sehingga teladan beliau tidak
bisa dijadikan sunnah oleh kita.

Pendapat ini akan kehilangan pijakannya seadainya kita menelaah hukum dan sabda
Rasul SAW yang berkaitan dengan bisnis dan ekonomi. Sangat jelas sekali bahwa
kejelasan Rasul SAW dalam memutuskan masalah bisnis dan ekonomi sangat banyak
dipengaruhi oleh kepiawaian dan intuisi bisnis masa mudanya. Oleh karena itu business
laws rasul yg sifatnya ijtihadi sangat banyak dipengaruhi oleh pengalaman bisnis masa
mudanya.

Dalam buku Beginilah Rasulullah berbisnis (hal.166) oleh Hepi Andi Bastono mengupas
secara mendalam “citra” lain seorang Muhammad SAW. Disebutkan bahwa beliau adalah
sosok entrepreneur sukses yang sangat dipercaya dan disegani rekan-rekan bisnisnya.

“Beliau adalah seorang yang berhasil dalam bisnisnya tanpa menggunakan cara-cara
yang tidak baik. Beliau meyakini bahwa kesuksesan bisnis berkelanjutan hanya dapat
dicapai dengan cara-cara sehat,” ungkap penulis.

Keberhasilan Nabi Muhammad SAW dalam berbisnis dilandasi oleh prinsip-prinsip yang
kuat. Jika tidak, usahanya akan rapuh dan takkan bertahan lama. Rasulullah SAW tak
hanya mengajarkan bagaimana melaksanana ibadah yang baik, tapi juga bagaimana
berbisnis yang sesuai dengan nilai-nilai Islam.

III.ETIKA WIRAUSAHA ISLAM

Dari paparan sejarah Rasulullah SAW dalam berwirausaha dapat banyak sekali contoh
dan teladan yang seharusnya di terapkan dalam dunia perekonomian dan bisnis dimasa
sekarang. Para wirausahawan selayaknya mempelajari petunjuk petunjuk yang sangat
gamblang sehingga dapat dipergunakan dalam menjalankan usahanya secara bersih dan
bermartabat seperti di contohkan Rasulullah SAW.

Rasulullah kerap memotivasi para sahabat untuk berwirausaha dan mandiri.

“Tidak ada yang lebih baik dari apa yang dimakan seseorang kecuali memakan makanan
dari hasil keringatnya…” (HR. Bukhari).

Beberapa sahabat yang berwirausaha dan meneladani pola entrepreneur Rasulullah SAW
sehingga meraih kesuksesan dalam usahanya antara lain :

• Abu Bakar As Shidiq, Khalifah pertama dari Khulafaur Rasyidin memiliki usaha dagang
pakaian.

• Umar bin Khattab, pemimpin kaum beriman sang penakluk kekaisaran Persia dan
Byzantium memiliki usaha dagang Jagung.

• Usman bin Affan, memiliki usaha dagang bahan pakaian.

• Imam Abu Hanifah, memiliki usaha dagang bahan pakaian.

Ketika para pengikut nabi hijrah ke Madinah bersama-sama Nabi, mereka dinasehati
oleh Rasul agar berdagang untuk penghidupan mereka. Banyak lagi contoh yang
membuktikan bahwa setiap Muhajjir yang saleh telah melakukan berbagai jenis
perdagangan untuk memenuhi nafkahnya sehari-hari.

Sangat banyak teladan etika berwirausaha yang diajarkan Rasulullah SAW, di bawah ini
diambil dari tulisan Badrudin dalam buku ETIKA Berbisnis (2001: 167-172):

• Kejujuran

Dalam berbisnis tidak boleh menyembunyikan kecacatan barang, karena akan


menghilangkan keberkahan.
Dalam tataran ini Rasullah bersabda, ‘Tidak dibenarkan seorang muslim menjual barang
yang mempunyai aib, kecuali ia menjelaskan aibnya” (HR Al Quzwani).

• Pencatatan Utang Piutang

Dalam dunia bisnis lazim terjadi pinjam-meminjam. Alquran mengajarkan pencatatan


utang piutang yang berguna untuk mengingatkan salah satu phak yang mungkin suatu
waktu lupa dan khilaf.

“Hai orang-orang yang beriman, kalau kalian berutang-piutang dengan janji yang
ditetapkan waktunya, hendaklah kalian tuliskan. Dan seorang penulis di antara kalian,
hendaklah menuliskannya dengan jujur. Janganlah penulis itu enggan menuliskannya,
sebagaimana telah diajarkan oleh Allah kepadanya.”

(QS al-Baqarah [2] : 282)

• Orientasi Ta’awun

Pelaku bisnis yang Islami hendaknya tidak hanya mengejar keuntungan sebanyak –
banyaknya sebagaimana yang diajarkan bapak ekonomi kapitalis, Adam Smith. Namun
sikap ta’awun (menolong orang lain) sebagai implikasi sosial kegiatan bisnisnya. Dengan
kata lain dalam berbisnis bukan mencari keuntungan semata namun hendaknya didasari
oleh kesadaran-memberi kemudahan bagi orang lain.

• Tidak Sumpah Palsu

Nabi Muhammad sangat intens melarang para pelaku bisnis melakukan sumpah palsu
dalam melakukan transaksi bisnisnya. Dalam sebuah hadist riwayat Bukhori, ia
bersabda, “Dengan melakukan sumpah palsu, barang-barang memang terjual, tetapi
hasilnya tidak berkah.”

Banyak dikalangan pelaku bisnis yang berani melakukan sumpah palsu yang pada
gilirannya dia tidak menyadari bahwa hasil jerih payahnya tidak mendapatkan
keberkahan.

• Sikap Longgar dan Ramahtamah

Dalam berbisnis hendaknya selalu bersikap ramah tamah dan murah hati terhadap mitra
bisnisnya.

Hal itu selaras dengan sabda Rasulullah, “Allah mengasihi orang yang bermurah hati saat
menjual, membeli, dan menagih utang” (HR Bukhari).
Kemudian dalam hadits lain, Abu Hurairah memberitakan bahwa Rasulullah bersabda,
“Ada seorang pedagang yang mempiutangi orang banyak. Apabila dilihatnya orang yang
ditagih itu dalam kesempitan, dia diperintahkan kepada pembantu-pembantunya,
‘Berilah kelonggaran kepadanya, mudah-mudahan Allah memberikan kelapangan
kepada kita’. Maka Allah pun memberikan kelapangan kepadanya.” Selain itu, Nabi
Muhammad SAW pun mengatakan, “Allah merahmati seseorang yang ramah dan toleran
dalam berbisnis” (HR Bukhari dan Tarmizi).

• Tidak menjelekkan bisnis orang lain

Nabi Muhammad SAW bersabda,

“Janganlah seseorang diantara kalian menjual dengan maksud untuk menjelekkan apa
yang dijual oleh orang lain” (HR Muttafaq ‘alaih)

• Jujur dalam takaran dan timbangan

Allah berfirman dalam surah al-Muthafifin (83) ayat 1-3 : “Kecelakaan besarlah bagi
orang-orang yang curang, (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang
lain mereka meminta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk
orang lain, mereka mengurangi.”

• Islam tidak mengenal persaingan namun sinergi

Rasulullah SAW mengajarkan bahwa dalam menjalin hubungan dengan mitra bisnis
hendaklah saling menguntungkan, atau dengan kata lain dilarang saling bersaing.
“Janganlah kamu menjual dengan menyaingi dagangan saudaramu”

(HR Muttafaq ‘alaih).

• Bisnis tidak mengganggu ibadah kepada Allah SWT

firman Allah, “Orang yang tidak dilalaikan oleh bisnis lantaran mengingat Allah, serta
dari mendirikan shalat dan membayar zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang hari
itu, hati dan pelihatan menjadi goncang.”

• Pembayaran upah sebelum keringat karyawan mengering

Rasulullah bersabda, “ Berilah upah kepada karyawab sebelum kering keringatnya “

( al-Hadist).
Pembayaran upah tidak boleh ditunda-tunda. Pembayaran upah harus sesuai dengan
kerja yang dilakukan.

• Tidak memonopoli dalam bisnis

Sistem ekonomi kapitalis melegitimasi monopoli dan ologopoli dalam berbisnis. Contoh
sederhana adalah eksploitasi(penguasaan) individu atas hak milik sosial, seperti air
udara dan tanah yang terkandung didalamnya.

• Bisnis tidak dalam kondisi berbahaya

Dalam hal ini, seorang pedagang atau pengusaha dilarang berbisnis dalam keadaan yang
dapat merugikan dan merusak kehidupan individu dan sosial. Seperti munculnya
kekwatiran menjual anggur akan di kelola untuk diolah sebagai minuman keras.

• Berzakat

Setiap pengusaha dianjurkan untuk menghitung dan mengeluarkan zakat barang


dagangan setiap tahun sebanyak 2,5% sebagai salah satu cara untuk membersihkan harta
yang diperoleh dari hasil usaha.

• Hanya menjual barang yang halal

Jika Allah mengharamkan sesuatu untuk dimakan maka haram pula untuk
diperjualbelikan.

Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah mengharamkan bisnis miras,


bangkai, babi dan ‘patung-patung’” (HR Jabir).

• Segera membayar hutang

Rasulullah memuji seorang muslim yang memiliki perhatian serius dalam pelunasan
utangnya dengan sabda, “Sebaik-baik kamu adalah orang yang paling segera membayar
hutangnya” (HR Hakim)

• Kelonggaran dalam piutang

Hal ini sebagaimana sabda Nabi SAW, “Barang siapa yang menangguhkan orang yang
kesulitan membayar utang atau membebaskannya, Allah akan memberinya naungan di
bawah naungan-Nya pada hari yang tidak ada naungan, kecuali naungan-Nya” (HR
Muslim)

• Larangan riba
Bisnis yang dilaksanakan harus bersih dari unsur riba.

Firman Allah yang artinya :

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang
belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman”. (al-Baqarah [2] : 278)

IV.HIKMAH :

TELADAN RASULULLAH SEBAGAI ENTREPRENEUR

Bagi kaum Muslimin, jiwa entrepreneur atau wirausaha harus dikembangkan. Apalagi
ketika tingkat kebutuhan tenaga kerja semakin tidak bisa mengimbangi kecepatan
jumlah sumber daya manusia (SDM) yang tersedia. Tenaga kerja yang ada jauh lebih
banyak daripada kebutuhan. Pemerintah pun menyadari keterbatasannya dalam hal
penyediaan lapangan kerja, sehingga meng-kampanye-kan model kewirausahaan kepada
masyarakat dengan harapan dapat menolong dirinya sendiri secara ekonomi.

”Berdaganglah kamu, sebab lebih dari sepuluh bagian penghidupan, sembilan


diantaranya dihasilkan dari berdagang”.

Rahasia keberhasilan berwirausaha adalah jujur dan adil dalam mengadakan hubungan
dagang dengan para pelanggan. Berwirausaha janganlah berorientasi pada keuntungan
semata, namun mengedepankan sisi memberi manfaat bagi sesama maka akan menuai
barakah dan ridha dari Allah SWT. Dengan berpegang teguh pada prinsip ini, Nabi telah
memberi contoh yang terbaik untuk menjadi pedagang yang berhasil. Rasulullah
memiliki sifat jujur, integritas, sikap baik dan kemampuan berdagang yang luar biasa.

Bisnis bagi Rasulullah SAW tidak hanya sebatas perputaran uang dan barang, tapi ada
yang lebih tinggi dari semua itu, yaitu menjaga kehormatan diri. Dengan kata lain, modal
terbesar dari seorang yang menjadi pengusaha sukses, pemimpin sukses, atau ilmuwan
sukses dalam disiplin ilmu apapun adalah mengembangkan jiwa entrepreneur sejak
awal.

Rasulullah SAW mengadakan transaksi bisnis sama sekali tidak untuk memupuk
kekayaan pribadi, tetapi justru untuk membangun kehormatan dan kemuliaan bisnisnya
dengan etika yang tinggi dan hasil yang didapat justru untuk didistribusikan ke sebanyak
umat. Dan inilah yang menyebabkan kepribadian junjungan kita, Rasullah SAW begitu
fenomenal, baik dalam mencari nafkah maupun dalam menafkahkan karunia rizki yang
diperolehnya.
Allah dalam Al Quran juga memberikan motivasi untuk berdagang pada ayat berikut:

”Tidak ada dosa atas kamu mendapatkan harta kekayaan dari Tuhanmu”
…”Bertebaranlah kamu dimuka bumi dan carilah rahmat Allah.” (Qs. Al Jumu’ah: 60).

Semoga kita semua mampu merenungi kejujuran diri, amanah, dan kegigihan dalam
menjaga kehormatan harga diri kita selaku umat Islam.

Sebagai penutup, semoga kita umat islam mampu mengaplikasikan nilai-nilai luhur yang
di contohkan Rasulullah SAW dan para sahabat ke dalam kejujuran berwirausaha dan
menjadi entrepreneur sejati. Wallahua’lam

SUMBER :

1. Sirah Nabawiyah – Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri – penerbit alkautsar


-1414H

2. Beginilah Rasulullah Berbisnis- Hepi Andi Bastoni

3. Muhammad as a Trader – Prof. Aflazul Rahman

4. ETIKA Berbisnis – Badrudin (2001: 167-172)

5. http://thetruthislamicreligion.wordpress.com

6. http://www.republika.co.id

Share this:

  

Terkait

Muhammad SAW Bebenah diri yukk..! Haruskah putus?


Entrepreneur Sejati 16 Juni 2011 10 Juni 2011
15 April 2013
dalam "Seputar diri" dalam "Seputar diri"
dalam "Seputar diri"

Kategori: my paper

Tag: Entrepreneur, interaksi, motivasi islam, Rasulullah, wirausaha islami

Berikan Komentar
Dwiewulan's Kembali ke atas

Anda mungkin juga menyukai