Oleh:
Kewirausahaan dan kepemimpinan Islam dapat dikaitkan dengan populasi muslim yang besar di
Indonesia Semangat untuk menumbuh kembangkan jiwa entrepreneur menjadi fenomena yang
menarik akhir-akhir ini. Hal itu tercermin dari masalah kewirausahaan memang sangat
dibutuhkan di tengah kondisi pertumbuhan ekonomi yang oleh Sebagian kalangan dianggap
cenderung mengalami “stagnasi”. Entrepreneurship menghadirkan jiwa keberanian dan kemauan
menghadapi problema hidup dan kehidupan secara wajar, jiwa kreatif, jiwa mandiri yang tidak
bergantung pada orang lain termasuk pada pemerintah sekalipun untuk mencari solusi itu.
Hampir seluruh umat manusia di seluruh belahan dunia, khususnya umat Islam mengetahui
bahwa Nabi Muhammad SAW adalah Nabi Akhir zaman yang telah diangkat oleh Allah SWT
menjadi utusan (Rasul)nya untuk memimpin umat manusia dan membimbing untuk selalu berada
di jalan Allah. Sifat kepemimpinannya yang mulia berupa kejujuran dan sifat amanahnya dalam
segala hal, melahirkan kesenangan dan kepercayaan penuh terhadap dirinya dari semua orang
yang berinteraksi dengannya, tak terkecuali kerabat dan orang yang memusuhinya. Dan sangat
pantaslah beliau dijuluki Al-Shiddiq yang berarti Benar (dalam perkataan dan perbuatannya) dan
Al-Amin yang berarti (dapat dipercaya).
Nabi Muhammad SAW tak hanya dari segi kepemimpinan beliau, tetapi juga dari kehidupan
sehari-hari beliau sebagai entrepreneur yang sukses. Jiwa entrepreneur beliau telah dibangun
sejak beliau berumur 12 tahun yang pada ketika itu paman beliau, Abu Thalib telah mengajak
melakukan perjalanan bisnis di Syam yang meliputi negeri Syiria, Jordan dan Lebanon. Sebagai
seorang yatim piatu yang tumbuh besar bersama pamannya beliau ditempa untuk tumbuh
menjadi wirausahawan yang mandiri. Hingga beliau mencapai puncak keemasan
entrepreneurshipnya pada usia 20-25 tahun.
Rasulullah SAW tak hanya mengajarkan bagaimana melaksanana ibadah yang baik, tapi juga
bagaimana berbisnis yang sesuai dengan nilai-nilai Islam.Beberapa sahabat yang berwirausaha
dan meneladani pola entrepreneur Rasulullah SAW sehingga meraih kesuksesan dalam usahanya
antara lain :
• Abu Bakar As Shidiq, Khalifah pertama dari Khulafaur Rasyidin memiliki usaha dagang
pakaian.
• Umar bin Khattab, pemimpin kaum beriman sang penakluk kekaisaran Persia dan Byzantium
memiliki usaha dagang Jagung.
Dari paparan sejarah Rasulullah SAW dalam berwirausaha banyak sekali contoh dan teladan
yang seharusnya di terapkan dalam dunia perekonomian dan bisnis dimasa sekarang.
Dalam Islam digunakan istilah kerja keras, kemandirian (biyadihi), dan tidak cengeng.
Setidaknya terdapat beberapa ayat al-Qur’an maupun Hadis yang dapat menjadi rujukan pesan
tentang semangat kerja keras dan kemandirian ini, seperti; “Amal yang paling baik adalah
pekerjaan yang dilakukan dengan cucuran keringatnya sendiri Dalam Islam digunakan istilah
kerja keras, kemandirian (biyadihi), dan tidak cengeng.
Kepemimpinan dalam kondisi apapun sangat diperlukan, baik baik bagi diri sendiri, lingkungan
keluarga, masyarakat, dan lainnya. Apalagi kepemimpinan yang berhubungan dengan orang
banyak seperti misalnya di sektor bisnis. Dalam menjalankan bisnis, seseorang sangat dituntut
untuk memiliki kemampuan khusus, sebab itu akan berpengaruh pada keberhasilan bisnis yang
sedang dijalankannya. Jika ia salah dalam memimpin, maka kehancuran akan menimpa
bisnisnya.
Sebesar atau sekecil apapun bisnis atau perusahaan Anda, tentu memerlukan kepiawaian seorang
pemimpin. Bagaimana mungkin sebuah kapal berlayar tanpa nahkoda. Bagaimana mungkin ada
sebuah negara tanpa seorang presiden, raja, atau pemimpin. Setiap perusahaan mempunyai gaya
dan jenis kepemimpinan yang berbeda dalam menjalankan bisnisnya. Namun disini kami akan
menjelaskan kepemimpinan sebuah bisnis dalam sudut pandang Islam.
Jika Anda memimpin sebuah bisnis, maka ingatlah pada Allah dan agama-Nya. Buatlah
visi bisnis Anda yang sesuai dengan Islam, jangan hanya berorientasikan kepada dunia
semata. Visi yang berorientasi hanya kepada dunia itu bersifat scmu, tidak mampu
memberikan motivasi abadi. Sedangkan visi yang berorientasi kepada keabadian, seperti
surga dan keridhaan Allah, akan mampu memberi motivasi yang bersifat abadi pula.
Menciptakan lingkungan yang baik.
Sebagai pemimpin yang mempunyai pegangan Islam yang kuat, maka anda harus mampu
memberikan warna kepada lingkungan bisnis anda. Kepemimpinan yang anda pegang
akan memmpcrmudah anda dalam memberikan warna Islam kepada bisnis anda.
Membangun tenaga kerja.
Untuk keberhasilan anda dalam memimpin, maka yang perlu anda lakukan selanjutnya
adalah membangun tenaga kerja. Pembangunan tenaga kerja yang dilakukan oleh seorang
pemimpin yang Islarni berbeda dengan pernimpin lainnya. Dalam membangun tenaga
kerjanya tidak hanya melihat pembangunan dari segi jasmani saja. Tetapi juga
memperhatikan hal - hal penting lainnya.
Memperbanyak program peningkatan iman.
Lingkungan bisnis adalah lingkungan yang paling rawan yang dapat menyebabkan
penurunan iman seseorang. Sebagaimana yang pernah dijelaskan oleh Rasulullah SAW
bahwa pasar merupakan lingkungan yang paling buruk. Karena itu seorang pemimpin
harus memperbanyak program peningkatan iman untuk dirinya dan juga terhadap
bawahannya. Sehingga kesucian agama tetap terjaga, dan keberkahan tidak akan lepas
daripadanya.
Menjadi teladan dalam setiap kondisi dan lingkungan.
Seorang pemimpin bisnis yang Islami harus menjadi teladan dimanapun dia berada.
Tidak hanya menjadi teladan di lingkungan bisnisnya saja. Tetapi juga di lingkungan
keluarga, teman, organisasi, masyarakat dan lingkungan lainnya yang berhubungan
dengan dirinya.
Meyakini pentingnya ilmu.
Bukan mempakan pemimpin bisnis yang Islami yang tidak peduli terhadap ilmu,
khususnya ilmu bisnis seperti ilmu manajemen, ilmu akuntansi, ilmu negosiasi, ilmu
ekonomi, dan lainnya. Semua ilmu tersebut harus mengacu pada Islam, jika tidak maka
ditakutkan akan membawa kehancuran. Ilmu ekonomi yang dipakai haruslah ekonomi
Islam, akuntansinya adalah akuntansi Islam, manajemennya hams menajemen Islami dan
ilmu-ilmu lainnya sesuai dengan syariat Islam. Seorang pemimpin bisnis Islami jika
hanya memperhatikan ilmu agama saja, tanpa mempedulikan ilmu-ilmu dunia
yang berhubungan dengan bisnisnya. Maka tidak akan pernah dapat mengem
bangkan bisnisnya. Justru terkadang ketidakpeduliannya terhadap ilmu dunia
tersebut membawa dampak buruk pula terhndap agamanya. Jujur saja, kesan yang
sudah memasyarakat terhadap, pengusaha muslim yang berjanggut tebal, berkumis
tipis sekarang ini adalah kesan buruk seperti kesan tidak professional, tidak disiplin, tidak
ahli dalam bidang bisnisnya, dan lain-lain.
Tugas lain dari seorang pemimpin adalah melakukan transformasi. Transformasi dalam
adalah “profound knowledge” yang menyediakan peta teori untuk memahami perusahaan dimana
kita bekerja didalamnya. Oleh karena itu langkah pertama adalah transformasi individual yang
tujuan utamanya tak lain agar mereka merasakan arti hidup yang baru, untuk kejadian-kejadian,
untuk berinteraksi antara orang. Sehingga sekali individu mengerti sistem “profound knowledge”
maka ia akan mengaplikasikan prinsip tersebut dalam setiap bentuk hubungan dengan orang lain.
Ia akan mempunyai penilaian dasar atas keputusan yang diambil dan transformasi dari
perusahaan yang ia miliki.
Bila tidak dikelola dengan benar atau tanpa manajemen pengetahuan, maka perusahaan
menjadi rapu. Setiap karyawan yang pergi atau pindah kerja, mereka membawa serta semua
kompetensi yang dimiliki Dengan demikian, relasi antara kepemimpinan dengan sprit
kewirausahaan terletak pada upaya manajemen menjadikan organisasi sebagai “madrasah” untuk
pengembangan pengetahuan bisnis bagi karyawannya. Realitas ini dapat dilihat pada beberapa
orang yang membuka usaha berasal dari pengalaman yang didapatnya saat dia bekerja, seperti
usaha rumah makan, butik, salon dan perbengkelan. Realitas ini menunjukkan bahwa perusahaan
sebagai “madrasah” bagi karyawan untuk menimbah ilmu tentang bisnis pada tempat dimana
mereka bekerja dahulu telah berjalan dengan baik.
Kesimpulan
Dalam berbisnis perusahaan sseharusnya tidak sekedar hanyan menjadikan motivasi
keuntungan materiil sebagai satu-satunya tujuan perusahaan. Akan tetapi, berbagai misi dan
tujuan dapat direalisasikan melalui organisasi bisnis. Perusahaan dapat berfungsi sebagai upaya
perwujudan solidaritas sosial diantara sesama karyawan atau pun dengan konsumen itu sendiri.
Namun demikian, tujuan-tujuan seperti ini dapat diciptakan melalui praktik kepemimpinan Islam
dalam menjalankan aktivitas organisasi. Dengan demikian, akhir dari tujuan bisnis adalah untuk
mengantarkan semua bagian dari organisasi dan siapapun yang berinteraksi di dalamnya dapat
mencapai kebahagiaan di kampung akhirat, dan tujuan jangka pendeknya adalah laba yang
ditentukan dalam laporan keuangan. guna mencapai tujuan-tujuan ini maka organisasi harus
berjalan dalam rel yang benar dan iman yang benar sehingga kelak akan terefleksi dalam
tindakan yang benar, karena itu upaya yang didasari menghalalkan segala cara tidak dikenal
sama sekali dalam konsep maupun praktik kepemimpinan Islam dalam kewirausahaan.
REFERENSI
Mardiana, Andi. "Praktik Kepemimpinan Islam pada Organisasi Bisnis di Kota Gorontalo." Al-
Buhuts 12, no. 1 (2016): 80-100.
https://informasicoins.wordpress.com/2014/05/08/meneladani-warisan-nabi-muhammad-saw-
kepemimpinan-dan-kewirausahaan/