PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kawasan kuliner Lego-lego adalah sejenis wisata kuliner masyarakat yang terletak di kawasan
Center of Point Indonesia atau sebelah barat kawasan Pantai Losari, kota Makassar. Kawasan kuliner lego-
lego ini ada sejak diresimikan pada 15 Agustus 2020. Jam operasional kawasan kuliner ini adalah setiap
hari yang dimana untuk hari-hari biasa buka pada jam 11.30-21.00 WITA dan dan untuk akhir pekan yakni
sabtu dan minggu mulai buka di jam 06.30 – 21.00 WITA.
Di dalam Kawasan kuliner Lego-lego terdapat sekitar 9 tenda foodcourt dengan puluhan warung
jajanan yang menjual makanan baik makanan masa kini maupun makanan tradisional, tempat area bermain
anak seperti wahana perosotan, ayunan dan jungkat jungkit, penjual aksesoris, serta sejumlah PKL. Tenda-
tenda tersebut dikelola oleh pemerintah kota Makassar dan disewakan kepada sejumlah penjual dengan
harga yang sesuai bagi penjual. Penjual yang menyewa, bisa mengelola tenda sesuka hati. Penjual tidak
harus selalu membuka tendanya untuk hari Sabtu dan Minggu, namun bisa memilih di antara kedua hari
tersebut sesuai dengan jam operasional. Semenjak hadirnya wisata kuliner Lego-lego, jumlah kunjungan
ke kawasan Center of Point Indonesia (CPI) meningkat, hal ini sejalan dengan program pemerintah
setempat. Hal inilah yang mendasari dilakukannya suatu pengamatan behavior setting pada Kawasan
Kuliner Lego-lego.
B. Rumusan masalah
Dari latar belakang di atas, dapat diperoleh beberapa rumusan masalah yaitu sebagai berikut :
1. Siapa saja pelaku aktivitas yang melakukan kegiatan di kawasan kuliner Lego-lego?
2. Apakah bentuk aktivitas yang terjadi di kawasan kuliner Lego-lego?
3. Apa jenis-jenis ruang yang dibutuhkan dalam melakukan kegiatan di kawasan kuliner Lego-lego?
4. Apa saja elemen pendukung aktivitas yang melengkapi ruang-ruang pada di kawasan kuliner Lego-
lego?
5. Bagaimana pemetaan pola perilaku aktivitas yang terjadi di kawasan kuliner Lego-lego?
C. Tujuan
Dari rumusan masalah diatas, dapat diperoleh beberapa tujuan yaitu antara lain sebagai berikut :
1
1. Untuk mengetahui pelaku aktivitas yang melakukan kegiatan di kawasan kuliner Lego-lego
2. Untuk mengetahui bentuk akivitas yang terjadi di kawasan kuliner Lego-lego
3. Untuk mengetahui ruang yang dibutuhkan dalam melakukan kegiatan di kawasan kuliner Lego-
lego
4. Untuk mengetahui elemen pendukung aktivitas yang melengkapi ruang-ruang pada kawasan
kuliner Lego-lego
5. Untuk mengetahui pola pergerakan perilaku aktivitas yang terjadi di kawasan kuliner Lego-lego
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Behavioural setting
Menurut (Laurens, 2007) mendefinisikan Behavioral Setting sebagai suatu kombinasi yang stabil
antara aktivitas, tempat, dan kriteria dengan penjabaran sebagai berikut:
a. Terdapat suatu aktivitas yang berulang dan memiliki pola (standing pattern of behavior).
b. Berada di tata lingkungan tertentu (circumjacent milieu) merujuk pada batas fisik dan temporal
dari sebuah setting yang berkaitan dengan waktu ruang.
c. Membentuk suatu hubungan yang sama antara milieu dan perilaku (synomorphy).
d. Dilakukan pada periode waktu tertentu.
(Laurens, 2007) mengungkapkan bahwa desain behavior setting yang baik adalah yang sesuai atau
pas dengan struktur perilaku penggunanya. Hal ini membuat sebuah desain arsitektur dapat diadaptasikan,
fleksibel atau terbuka (open-ended). Terdapat tiga tipe dasar pola ruang yang direkomendasikan untuk
menunjang fleksibilitas suatu ruang untuk macam-macam setting yaitu ruang berbatas tetap, ruang berbatas
semi tetap, dan ruang informal.
C. Teori Spasial
Spasial merupakan hubungan simbolik antara massa padat dan volume ruang dalam desain
lingkungan dapat didapati dalam beberapa skala. Spasial dalam skala ruangan, spasial dalam skala
bangunan dan spasial dalam skala perkotaan. Spasial skala perkotaan, ruang/tempat yang terbentuk antara
formasi bangunan dan konteks tata ruang bangunan itu berada (Ching, Menggambar Desain. Edisi II.
Terjemahan B. Sendra Tanuwijaya, 2010). Spasial/ruang terbentuk dengan adanya pergerakan yang
memiliki urut-urutan jalur sebagai elemen penyambung dan menghubungkan antar ruang-ruang sebuah
bangunan atau serangkaian ruang eksterior maupun interior. Pergerakan melalui ruang itu disebut dengan
sirkulasi (Ching, Arsitektur: Bentuk, Ruang, dan Tatanan Edisi Ketiga. Cetakan I. Terjemahan Hanggan
Situmorang, 2008) . Adapun elemen sirkulasi yaitu pencapaian dan pintu masuk, yang terbagi lagi menjadi
konfigurasi jalur, hubungan-hubungan jalur ruang dan bentuk sirkulasi. Bentuk spasial/ruang mengalami
perubahan secara aditif dan subtraktif
3
BAB III
METODE PENGAMATAN
1. Subjek pengamatan
Yang dimaksud subyek pengamatan, adalah orang, tempat, atau benda yang diamati dalam rangka
pembumbutan sebagai sasaran ( Kamus Bahasa Indonesia, 1989: 862). Adapun subyek pengamatan dalam
tulisan laporan ini, adalah pelaku aktivitas pada kawasan kuliner lego-lego yang terdiri dari pengunjung
dan penjual
2. Objek pengamatan
Yang dimaksud obyek pengamatan, adalah hal yang menjadi sasaran pengamatan ( Kamus Bahasa
Indonersia; 1989: 622). Menurut (Supranto 2000: 21) obyek pengamatan adalah himpunan elemen yang
dapat berupa orang, organisasi atau barang yang akan diamati. Kemudian dipertegas (Anto Dayan 1986:
21), obyek pengamatan, adalah pokok persoalan yang hendak diamati untuk mendapatkan data secara lebih
terarah. Adapun Obyek pengamatan dalam tulisan laporan ini meliputi: (1) Pelaku aktivitas, (2) Aktivitas
kegiatan, (3) Kebutuhan ruang, (4) Elemen pendukung, (5) Pola perilaku aktivitas
1. Waktu pengamatan
Pengamatan dilakukan dalam jangka waktu dua hari, yakni di hari sabtu 22 januari 2022 dan di hari
minggu 23 januari 2022. Pengamatan juga dilakukan di tiga waktu berbeda per hari nya yakni pukul 06.00-
09.00 WITA, pukul 16.00-18.00 WITA, dan pukul 19.00-21.00 WITA.
2. Lokasi pengamatan
Lokasi pengamatan adalah tempat atau objek untuk diadakan suatu pengamatan. Lokasi
pengamatan ada di Kawasan kuliner Lego-lego Center of Point Indonesia, jalan Metro tanjung bunga, kota
Makassar, Sulawesi selatan.
4
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Pelaku aktivitas
Pelaku aktivitas pada kawasan kuliner lego-lego berdasarkan fungsi tempat makan dan rekreasi
adalah pengunjung. Selain pengunjung, pelaku aktivitas yang ada di kawasan kuliner lego-lego adalah
penjual. Pengunjung terdiri dari masyarakat umum baik masyarakat lokal maupun luar. Penjual adalah
pelaku yang menyewa stand yang ada di foodcourt yang menyediakan makanan, meracik makanan serta
memasak juga penyewa stand yang menyediakan kebutuhan lain pengunjung. Pelaku kegiatan dapat dilihat
pada tabel 1.1 berikut.
2 Penjual
Kelompok pelaku aktivitas yang merupakan
penjual dari jajanan di lego-lego. Pelaku
aktivitas ini teridentifikasi melakukan kegiatan
jual-beli seperti menerima pesanan, membuat
pesanan, dan mengantarkan pesanan.
5
Pelaku aktivitas pada kawasan kuliner lego-lego dikelompokkan berdasarkan usia yang terdiri dari
anak-anak, remaja, dewasa dan lansia
2 Remaja
Pelaku aktivitas yang merupakan pengunjung
dengan rentang usia sekitar 11-17 tahun. Pelaku
aktivitas ini terdentifikasi melakukan kegiatan
berbelanja dan bersosialisasi
3 Dewasa
Pelaku aktivitas yang merupakan pengunjung
dengan rentang usia sekitar 18-60 tahun. Pelaku
aktivitas ini teridentifikasi melakukan kegiatan
belanja dan bersosialisasi
4 Lansia
Pelaku aktivitas yang merupakan pengunjung
dengan rentang usia 60 tahun keatas. Pelaku
aktivitas ini teridentifikasi melakukan kegiatan
berbelanja dan bersosialisasi
2. Aktivitas kegiatan
Aktivitas pada kawasan kuliner lego-lego mewadahi kegiatan sosial, fisik dan ekonomi. Sedangkan
foodcourt menjadi fasilitas pendukung dari kegiatan yang ada didalamnya meliputi aktivitas seperti makan
dan minum, singgah ataupun mengabadikan momen. Hasil analisa aktivitas kegiatan dapat dilihat pada
tabel 2 berikut
6
Pelaku aktivitas melakukan kegiatan berupa
menyimpan kendaraan yakni mobil dan
motor di parkiran kendaraan yang telah
tersedia.
2 Duduk
Pelaku aktivitas melakukan kegiatan lainnya
berupa duduk santai. di akhir pekan dan jam
di sepanjang pelataran lego-lego mudah
dijumpai penduduk melakukan sosialisasi
maupun sekedar bersantai.
3 Berjalan-jalan
Kegiatan pelaku aktivitas lainnya yaitu
berjalan-jalan di sekitaran pelataran lego-
lego.
7
Di jam sore maupun malam di hari sabtu dan
minggu merupakan tingkat tertinggi jumlah
kepadatan pelaku aktivitas memenuhi
jalanan sekitaran pelataran.
4 Bersepeda
Kelompok pelaku aktivitas yang didominasi
remaja dan dewasa ini melakukan kegiatan
berupa bersepeda di sekitaran pelataran
lego-lego. Pesepeda biasanya menjadikan
lokasi lego-lego sebagai destinasi ketika
bersepeda.
5 Bersosialisasi
Pelaku aktivitas melakukan kegiatan berupa
bersosialisasi di beberapa titik di lokasi
lego-lego. Kegiatan sendiri berlangsung di
pelataran maupun di foodcourt lego-lego.
8
Di jam sore dan malam merupakan waktu
dengan tingkat kepadatan yang sama untuk
pelaku aktivitas melakukan kegiatan
sosialisasi dan bercengkrama, di hari sabtu
maupun minggu. Sedangkan untuk di jam
pagi hanya diwaktu tertentu seperti jam
07.00-08.30 pelaku aktivitas melakukan
kegiatan dikarenakan di jam setelahnya
cuaca di pelataran cukup panas dan terik
6 Bermain
Pelaku aktivitas melakukan kegiatan berupa
bermain di taman bermain yang tersedia di
beberapa titik sekitaran pelataran.
7 Berbelanja
Pelaku aktivitas melakukan kegiatan
berbelanja di titik lego-lego. Pelaku
melakukan kegiatan di dua spot yang
berbeda yakni di foodcourt dan pedagang
kaki lima.
9
8 Makan dan
minum Kegiatan makan dan minum dilakukan oleh
pelaku aktivitas setelah melakukan kegiatan
berbelanja. Makan dan minum dilakukan di
foodcourt lego-lego. Tak sedikit juga
dilakukan di sekitaran pelataran lego-lego
dikarenakan yang dikumsumsi merupakan
makanan ringan.
3. Kebutuhan ruang
Kawasan kuliner lego-lego ini terdiri dari beberapa ruang atau fasilitas yang diperoleh berdasarkan
aktivitas pelaku di dalamnya, ruangan tersebut secara umum terdiri dari foodcourt, taman bermain,
pelataran lego-lego, area PKL, sirkulasi pedestrian, parkiran, toilet dan musholla. Adapun hasil analisis
ruang dapat dilihat pada tabel 3 berikut.
2 Taman bermain
Ruang ini merupakan tempat pelaku
aktivitas melakukan kegiatan bermain
10
3 Pelataran lego-
lego Ruang ini merupakan tempat pelaku
aktivitas melakukan kegiatan seperi
bersosialisasi dan bercengkrama
4 Area pedagang
kaki lima Ruang ini merupakan tempat pelaku
aktivitas melakukan kegiatan seperti jual
beli
5 Sirkulasi
pedestrian Ruang ini berupa sirkulasi pedestrian yang
merupakan tempat pelaku aktivitas
melakukan kegiatan seperti berjalan dan
bersepeda
6 Parkiran
Ruang ini merupakan tempat pelaku
aktivitas melakukan kegiatan seperti
menyimpan kendaraan
7 Toilet
Ruang ini merupakan area servis tempat
pelaku aktivitas melakukan kegiatan seperti
buang air.
8 Musholla
Ruang ini merupakan tempat pelaku
aktivitas melakukan kegiatan seperti
beribadah sholat
11
Tabel 3 : Analisis kebutuhan ruang
4. Elemen pendukung
Berdasarkan dari teori Carr (1992) dapat disimpulkan elemen fisik ruang publikyang perlu di
perhatikan adalah vegetasi, furniture, dan jalur pedestrian. Menurut Hakim dan Utomo (2004), elemen fisik
yang mendukung sebuah kawasan adalah jaringan jalan dan parkir. Dan menurut Shivrani (1985), signage
juga merupakan elemen fisik pendukung pada sebuah kawasan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan elemen
fisik ruang public yang harus di perhatikan yaitu (1) Sirkulasi jalan dan parkir, (2) Signage, (3) Vegetasi,
(4) furniture.
2 Wahana bermain
Elemen pendukung berupa wahana
bermain yang digunakan pelaku aktivitas
melakukan kegiatan bermain
3 Tenda foodcourt
Elemen pendukung berupa tenda jajanan
yang digunakan pelaku aktivitas
melakukan kegiatan makan dan minum
serta berbelanja
4 Jalan aspal
Elemen pendukung berupa jalan sirkulasi
yang digunakan pelaku aktivitas
melakukan kegiatan seperti berjalan-jalan
dan bersepeda
5 Stand PKL
12
Elemen pendukung berupa stand dan tenda
pedagang kaki lima yang digunakan pelaku
aktivitas melakukan kegiatan seperti jual
beli jajanan.
6 Softscape
Elemen pendukung berupa elemen
perancang tapak lokasi berupa tanaman
dan rumput
7 Hardscape
Elemen pendukung berupa elemen
perancang tapak lokasi berupa perkerasan
pelataran seperti paving block dan pasir
13