Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH AUDIT FORENSIK

Fraud dan Sistem Akuntansi Informasi


CHAPTER 10

Disusun Oleh:

ADI PRAWIRA ARFAN (A014212008)


JUL ZAENAL NURDIN (A014212024)
NANIK YUNITA SARI (A014212017)

PROGRAM STUDI PROFESI AKUNTANSI


UNIVERSITAS HASANUDDIN
2022
BAB 1

PENDAHULUAN

Akuntansi merupakan proses mengidentifikasikan, mengukur dan melaporkan informasi


ekonomi untuk memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang
menggunakan informasi tersebut (Soemarso, 2004). Akuntansi pada dasarnya merupakan sistem
informasi, yang membedakan akuntansi sebagai suatu sistem dengan sistem informasi perusahaan
lainnya adalah sistem informasi akuntansi hanya berkaitan dengan fungsi akuntansi dalam mengolah
data tentang aktivitas organisasi perusahaan yang memiliki nilai ekonomi, sehingga akuntansi
merupakan informasi yang dapat dijadikan petunjuk dalam proses pengambilan keputusan (Susanto,
2008).
Perkembangan ekonomi dan kemajuan teknologi yang sangat pesat pada masa sekarang ini
menuntut kemampuan perusahaan dalam mengalokasikan sumber daya perusahaan secara efektif dan
efisien. Untuk mencapai hal tersebut informasi yang tepat dan akurat memegang peranan yang sangat
penting dari sebuah informasi yang dibutuhkan oleh pihak manajemen perusahaan. Melihat peran
informasi yang begitu tinggi bagi perusahaan maka perusahaan menjadi sangat tergantung kepada
sistem informasi akuntansi dan memperlakukan informasi sebagai sumber daya yang sangat berharga
dalam menghindari resiko sehingga turut menentukan dapat tidaknya suatu perusahaan terus beroprasi
(Susanto, 2008).
Aktivitas penjualan merupakan salah satu tujuan utama perusahaan untuk menghasilkan
keuntungan dan memerlukan suatu sistem yang baik. Dalam aktivitas penjualan, perusahaan
mendapatkan suatu penerimaan kas. Kas sifatnya sangat mudah untuk dipindahtangankan dan tidak
dapat dibuktikan pemiliknya, maka kas mudah untuk digelapkan atau diselewengkan (fraud).
Fraud merupakan kebohongan atau tindak kecurangan yang dilakukan secara sengaja dengan maksud
memperoleh keuntungan secara tidak sah (melawan hukum) dan secara tidak wajar seperti
penyalahgunaan komputer, penyalahgunaan jabatan, pelanggaran prosedur (Susanto, 2008: 92).
Untuk menghindari terjadinya fraud, suatu perusahaan harus menerapkan pengendalian
internal agar dapat mengatur dan mengkoordinasikan kebijakan manajemen dalam perusahaan.
Pengendalian internal akan berjalan dengan lebih baik apabila didukung dengan adanya Sistem
Informasi Akuntansi. Semakin baik penerapan Sistem Informasi Akuntansi (SIA) dalam perusahaan
akan semakin baik pula pengendalian internal dalam perusahaan. Sistem Informasi Akuntansi sangat
penting untuk mencegah, mendeteksi, dan menyelidiki kecurangan (fraud).
Sistem Informasi Akuntansi (SIA) adalah sistem yang mengubah data keuangan menjadi
informasi yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan oleh pihak eksternal dan internal (Hall,
2011). Penggunaan Sistem Informasi Akuntansi akan sangat membantu dalam menjalankan
pengendalian internal karena semua pembagian pengendalian atau tanggung jawab akan terstruktur
dengan baik dan jelas dalam sistem yang telah terintegritas. Apabila terjadi penyelewengan
atau fraud makan perusahaan akan dengan mudah mengetahui divisi yang melakukan penyelewengan
dan dapat menyediakan informasi-informasi yang dibutuhkan oleh para manajemen dalam proses
pengambilan keputusan. Semakin handal dan akurat informasi yang diperoleh dan dihasilkan, maka
semakin tepat keputusan yang akan dihasilkan.
BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1 Akuntansi
2.1.1 Pengertian Akuntansi
Secara sederhana peranan akuntansi di dalam perusahaan adalah menghasilkan informasi yang
digunakan manajer untuk menjalankan operasi perusahaan. Akuntansi juga memberikan informasi
kepada pihak-pihak yang berkepentingan untuk mengetahui kinerja ekonomi dan kondisi perusahaan.
Pengertian akuntansi menurut Fees (2005: 10) adalah sebagai berikut “Akuntansi dapat
didefinisikan sebagai sistem informasi yang menghasilkan laporan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan mengenai kinerja ekonomi dan kondisi perusahaan.”
Sedangkan pengertian akuntansi menurut Soemarsono (2007: 3), adalah sebagai
berikut: “Akuntansi adalah proses mendifinisikan, mengatur dan melaporkan informasi ekonomi untuk
memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang menggunakan
informasi tersebut.”
Pada perkembangan saat ini menurut Hall (1993: 2), akuntansi didefinisikan dengan
mengacu pada konsep informasi: “Akuntansi adalah aktivitas jasa, fungsinya adalah menyediakan
informasi kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan tentang entitas ekonomik yang diperkirakan
bermanfaat dalam pembuatan keputusan-keputusan ekonomik, dalam membuat pilihan di antara
alternatif tindakan yang ada.”
Sedangkan sistem akuntansi merupakan suatu alat bagi perusahaan untuk
mendapatkan informasi. Informasi tersebut disajikan dalam laporan keuanganyang dibutuhkan oleh
manajemen maupun oleh pihak ketiga. Menurut Baridwan (1991: 4) memberikan pengertian sistem
akuntansi sebagai berikut: “Sistem akuntansi adalah formulir-formulir, catatan-catatan, prosedur-
prosedur, dan alat-alat yang digunakan untuk mengolah data mengenai usaha suatu kesatuan ekonomis
dengan tujuan untuk menghasilkan umpan balik dalam bentuk laporan-laporan yang diperlukan oleh
manajemen untuk mengawasi usahanya dan bagi pihak-pihak lain yang berkepentingan seperti
pemegang saham, kreditur, dan lembaga-lembaga pemerintah untuk menilai hasil operasi.”

2.2 Sistem Informasi Akuntansi


2.2.1 Pengertian sistem
Pada hakekatnya, akuntansi merupakan sistem informasi yang memberikan laporan keuangan
kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengenai kegiatan ekonomi dan kondisi perusahaan. Dalam
hal ini, informasi merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting bagi suatu perusahaan, terutama
informasi keuangan, sangat dibutuhkan oleh berbagai macam pihak yang berkepentingan di luar
maupun di dalam perusahaan seperti pemilik, manajer, karyawan, pelanggan, kreditur, dan pemerintah,
yang dimaksud pihak di luar perusahaan (eksternal) yaitu pelanggan kreditur dan pemerintah sedangkan
yang di dalam perusahaan (internal) yaitu pemilik manajer dan karyawan. Pihak-pihak yang
berkepentingan (stekholders) menggunakan laporan akuntansi sebagai sumber informasi utama untuk
pengambilan keputusan.
Untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan informasi bagi pihak luar maupun dalam perusahaan,
disusunlah suatu sitem akuntansi Sistem ini direncanakan untuk menghasilkan informasi yang berguna
bagi pihak luar dan dalam perusahaan. Sistem akuntansi ini disusun secara manual atau diproses dengan
komputerisasi.
Pengertian sistem menurut Hariningsih (2006: 2) adalah sebagai berikut: “Sistem adalah suatu
kerangka dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan yang disusun sesuai dengan suatu skema
yang menyeluruh, untuk melaksanakan sutu kegiatan atau fungsi utama dari perusahaan.”
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa sistem adalah kumpulan dari berbagai unsur atau
bagian yang saling berkaitan dan bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

2.2.2 Pengertian Informasi


Informasi merupakan proses lebih lanjut dari data dan memiliki nilai tambah. Informasi yang dihasilkan
adalah informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan perusahaan. Pengertian informasi
menurut Susanto (2000) adalah informasi diartikan sebagai keluaran (output) dari suatu pengolahan
data yang telah diorganisir dan berguna bagi orang yang menerima.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa informasi adalah data yang berguna yang diolah sehingga
dapat dijadikan sebagai dasar untuk mengambil keputusan yang tepat. Informasi yang bersumber dari
pengolahan data harus relevan, andal, lengkap, tepat waktu, dapat dipahami dan dapat diverifikasi.
Menurut Yusuf (2000), karakterisik dari informasi yang berguna tersebut adalah sebagai berikut.
1. Relevan
Informasi itu relevan jika mengurangi ketidakpastian, memperbaiki kemampuan pengambil keputusan
untuk membuat prediksi, mengkonfirmasikan atau memperbaiki ekspetasi mereka sebelumnya.
2. Andal
Informasi itu andal jika bebas dari kesalahan atau penyimpangan, dan secara akurat mewakili kejadian
atau aktivitas di organisasi.
3. Lengkap
Informasi itu lengkap jika tidak menghilangkan aspek-aspek penting dari kejadian yang merupakan
dasar masalah atau aktivitas-aktivitas yang diukurnya.
4. Tepat Waktu
Informasi itu tepat waktu jika diberikan pada saat yang tepat untuk memungkinkan pengambil
keputusan menggunakannya dalam membuat keputusan.
5. Dapat dipahami
Informasi dapat dipahami jika disajikan dalam bentuk yang dapat dipakai dan jelas.
6. Dapat diverifikasi
Informasi dapat diverifikasi jika dua orang dengan pengetahuan yang baik, bekerja secara independen
dan masing-masing akan menghasilkan informasi yang sama.

2.2.3 Pengertian Sistem Informasi


Menurut Robert (2001: 29) memberi pengertian sistem informasi sebagai berikut: “Sistem
informasi merupakan kombinasi dari manusia, fasilitas atau alat, teknologi, media, prosedur dan
pengendalian yang dimaksud untuk menata jaringan komunikasi yang penting, mengolah transaksi-
transaksi tertentu yang rutin, membantu manajemen dan pemakai intern dan ekstern serta menyediakan
informasi sebagai dasar pengambilan keputusan yang tepat.”
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa informasi dihasilkan oleh suatu sistem informasi
yang bertujuan sebagai berikut.
1. Menyediakan informasi untuk membantu keputusan manajemen,
2. Membantu petugas di dalam melaksanakan operasi perusahaan dari hari ke hari,
3. Informasi yang layak untuk pemakai pihak ekstern perusahaan.
Sedangkan pengertian sistem informasi menurut Hariningsih (2006)
adalah sebuah rangkaian prosedur formal dimana data dikumpulkan, diproses menjadi informasi
dan didistribusikan kepada para pemakai. Sistem informasi sesuai dengan yang dikemukakan oleh
Hariningsih (2006) terdiri dari beberapa kegiatan sebagai berikut.
1. Input
Menggambarkan suatu kegiatan untuk menyediakan data untuk diproses.
2. Proses
Menggambarkan bagaimana suatu data diproses untuk menghasilkan suatu informasi yang
bernilai tambah.
3. Output
Suatu kegiatan untuk menghasilkan suatu informasi dari data tersebut.
4. Penyimpanan
Suatu kegiatan untuk memelihara dan menyimpan data.
5. Control
Suatu aktivitas untuk menjamin bahwa sistem informasi tersebut berjalan sesuai dengan yang
diharapkan.
2.2.4 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi
Pengertian Sistem Informasi Akuntansi menurut Yusuf (2000) adalah kumpulan sumber daya,
seperti manusia dan peralatan yang diatur untuk mengubah data menjadi informasi. Sedangkan menurut
Widjajanto (2001:4) memberikan pengertian sistem informasi akunatansi adalah sebagai
berikut:“Sistem informasi akuntansi adalah susunan formulir, catatan, peralatan, termasuk komputer
dan perlengkapannya serta alat komunikasi, tenaga pelaksanaannya dan laporan yang terkoordinasi
secara erat yang di desain untuk mentranformasikan data keuangan menjadi informasi yang
dibutuhkan manajemen.”
Hal ini dapat pula dikatakan bahwa sistem informasi akuntansi merupakan integrasi atau
koordinasi dari komponen-komponen yang membentuknya yang terdiri dari manusia, alat, prosedur,
data atau informasi dalam bentuk dokumen, catatan, dan laporan. Sistem informasi tersebut harus
berada dalam suatu wadah organisasi yang terstruktur yang memiliki tujuan untuk mengolah data
akuntansi menjadi informasi akuntansi (keuangan dan manajemen).

2.2.5 Unsur-unsur Sistem Informasi Akuntansi


Dari definisi mengenai sistem informasi akuntansi yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan
bahwa di dalam sistem informasi akuntansi terdapat beberapa unsur pokok. Menurut Chusung (2000)
yang diterjemahkan oleh Kosasih (2003) terdapat beberapa unsur sistem informasi akuntansi adalah
sebagai berikut.
1. Orang
Orang merupakan salah satu unsur sistem informasi akuntansi yang berperan di dalam
pelaksanaan sistem informasi akuntansi dan menentukan apakah sistem informasi akuntansi
dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya atau tidak serta berperan dalam proses pengambilan
keputusan.
2. Peralatan
Peralatan adalah alat-alat yang digunakan untuk melakukan pencatatan sehingga dapat
dihasilkan laporan yang akurat. Alat-alat yang dimaksud dapat berbentuk mesin-mesin
pembukuan seperti komputer, mesin hitung dan sebagainya.
3. Formulir
Formulir merupakan unsur pokok dalam sistem informasi akuntansi berupa secarik kertas yang
memiliki ruang untuk diisi yang terdiri dari kolom-kolom yang dapat digunakan untuk
mencatatat suatu transaksi pada saat terjadinya sehingga menjadi bukti tertulis, seperti faktur
penjualan, bukti kas keluar dan dapat digunakan juga untuk melakukan pencatatan lebih lanjut.
Dalam merancang suatu formulir prinsip-prinsip ini perlu diperhatikan:
a) Menggunakan tembusan
Untuk memenuhi beberapa tujuan sekaligus dan untuk mengurangi pekerjaan klerikal,
sebaiknya dibuat beberapa lembar formulir yang dengan sekali pekerjaan, beberapa
tujuan tersebut tercapai.
b) Pencatatan nomor urut tercetak
Nomor urut tercetak digunakan untuk mengawasi pemakaian formulir dan untuk
mengidentifikasi transaksi bisnis serta akan dicantumkan dalam catatan akuntansu
sehingga mempermudah pencarian dokumen yang mendukung informasi yang dicatat
dalam catatan tersebut.
c) Rancangan formulir sederhana dan ringkas
Formulir yang dirancang sederhana dan ringkas akan mengakibatkan dapat
dihindarinya perekaman data yang tidak perlu sehingga membantu pencatatan ke dalam
buku jurnal dan buku pembantu.
d) Cantumkan nama dan alamat perusahaan
Formulir untuk antar bagian di dalam perusahaan, tidak perlu memuat nama dan alamat
perusahaan. Namun, untuk formulir yang akan dikirim keluar perusahaan, nama,
alamat dan bahkan logo perusahaan perlu dicantumkan pada formulir untuk
mempermudah identifikasi asal formulir tersebut bagi perusahaan penerima.
e) Nama formulir
Nama formulir biasanya dipilih untuk menggambarkan fungsi formulir tersebut dan
dicatat pada formulir untuk mempermudah identitas formulir. Dalam perusahaan,
formulir bermanfaat untuk:
I. Menetapkan tanggungjawab timbulnya transaksi bisnis perusahaan.
II. Merekam data transaksi bisnis perusahaan.
III. Mengurangi kemungkinan kesalahan dengan cara menyatakan semua
kejadian dalam bentuk tulisan.
IV. Menyampaikan informasi pokok dari satu orang ke orang lain di dalam
organisasi yang sama atau ke organisasi lain.
4. Catatan
Catatan yaitu buku yang digunakan untuk pencatatan atau hasil yang bersumber dari formulir.
Jenis-jenis catatan:
a) Buku jurnal
Merupakan catatan akuntansi pertama (book of original on try) yang diselenggarakan
dalam proses akuntansi
b) Buku besar
Merupakan buku catatan akhir (book of final entry) yang digunakan untuk menyortasi
dan meringkas informasi yang telah dicatat dalam jurnal. Buku besar ini dapat juga
dipisahkan menjadi dua yaitu buku besar umum dan buku besar pembantu.
5. Laporan
Merupakan hasil akhir atau output dari suatu sistem informasi akuntansi dan merupakan alat
yang digunakan untuk mempertanggungjawabkan suatu tugas, informasi ini dapat disajikan
dalam bentuk neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal, laporan arus kas, laporan
saldo ditahan, laporan harga pokok penjualan dan sebagainya. Laporan yang baik harus
memenuhi beberapa syarat berikut:
a) Relevan, yaitu laporan harus dibuat sesuai dengan kebutuhan pemakai, sehingga dapat
digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan.
b) Kepadatan, yaitu laporan harus memuat yang perlu saja. Semua rincian yang tidak perlu
dan tidak relevan harus dihilangkan.
c) Diskriminasi yang memadai, yaitu laporan yang dibuat harus menguraikan rincian
cukup jelas.
d) Lingkup yang tepat, yaitu laporan yang dibuat harus memuat suatu lingkungan sesuai
dengan kebutuhan.
e) Ketepatan waktu, maksudnya bila laporan terlambat, maka laporan itu sudah tidak
bernilai lagi.
f) Keterandalan, yaitu laporan harus dibuat dengan tingkat kecermatan dan ketepatan
yang tinggi sehingga laporan tersebut dapat dipercaya.
6. Prosedur-prosedur
Prosedur-prosedur yaitu urutan pekerjaan yang saling berhubungan satu sama lain.

2.2.6 Tujuan Utama Sistem Informasi Akuntansi


Sistem informasi akuntansi harus dapat menjaga keamanan harta perusahaan. Dengan adanya
pengendalian dan pengecekan yang baik di dalam informasi akuntansi, maka penyelewengan,
penggelapan harta perusahaan dan kesalahan dapat ditekan seminimal mungkin.
Tujuan penyusunan sistem informasi akuntansi menurut Susanto (2001) adalah sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan kualitas informasi.
Yaitu informasi yang tepat guna, lengkap dan terpecaya. Dengan kata lain sistem informasi
akuntansi harus dengan cepat dan tepat, dapat memberikan informasi yang diperlukan secara
lengkap.
2. Untuk meningkatkan kualitas internal cek atau sistem pengendalian internal.
Ini berarti bahwa sistem informasi akuntansi yang disusun harus juga mengandung kegiatan
sistem pengendalian internal.
3. Untuk dapat menekan biaya-biaya tata usaha.
Ini berarti biaya tata usaha untuk sistem informasi akuntansi harus seefisien mungkin dan harus
jauh lebih murah dari manfaat yang akan diperoleh dari penyusunan sistem akuntansi.

2.2.6 Siklus Dalam Sistem Informasi Akuntansi


Komponen-komponen sistem informasi akuntansi digunakan untuk menangani berbagai
transaksi yang ada di dalam perusahaan. Menurut Susanto (2008), transaksi-transaksi yang terjadi di
dalam perusahaan dapat dikelompokkan menjadi enam kelompok.
1. Siklus pengeluaran
Berhubungan dengan usaha mendapatkan sumber-sumber ekonomis yang diperlukan oleh
perusahaan, terutama dalam bentuk barang dan jasa. Baik dari pemasok luar maupun dari
karyawan dalam perusahaan. Siklus ini meliputi sistem pembelian, sistem hutang dan
penggajian. Siklus pengeluaran mempunyai dua sistem utama, yaitu sistem pembelian dan
sistem pembayaran kas. Sistem pembelian mencakup pengadaan sumber daya (misalnya barang
dagang, suku cadang, alat tulis kantor) dan jasa (misalnya listrik, telpon); sedangkan
pembayaran kas meliputi penyiapan pembayaran sampai penyerahan uang kepada pemasok
atau penjual.
2. Siklus pendapatan
Berhubungan dengan pendistribusian sumber-sumber ekonomi yang telah diubah bentuknya
kepada pembeli dan mendapatkan pembayarannya dari mereka. Siklus ini meliputi sistem
pemesanan, sistem penjualan dan sistem piutang dagang.
3. Siklus produksi
Berhubungan dengan pengumpulan, penggunaan dan pengubahan bentuk suatu sumber
ekonomi. Siklus ini meliputi sistem produksi dan sistem pengawasan persediaan.
4. Siklus keuangan
Berhubungan dengan pencarian atau pengumpulan dana atau modal dari para pemilik
perusahaan dan para kreditur, serta para penggunanya, Dalam hal ini meliputi investasi jangka
pendek, sebelum dana tersebut digunakan untuk keperluan operasi, siklus ini juga disebut
dengan siklus pengelolaan sumber daya.
5. Siklus perencanaan
Tidak berhubungan langsung dengan transaksi yang terjadi di dalam perusahaan. Siklus ini
berfungsi untuk menentukan transaksi apa yang akan terjadi pada suatu siklus dan bagaimana
siklus transaksi itu akan ditangani dan diawasi. Siklus perencanaan meliputi jangka panjang
dan jangka pendek.
6. Siklus pelaporan
Berhubungan dengan pembuatan laporan, baik kepada pihak luar yaitu pembuatan laporan
rutin, maupun pembuat laporan reguler. Laporan untuk kepentingan manajemen memang dapat
dimasukkan kedalam siklus pelaporan, tetapi akan lebih cepat dan lebih tepat bila dihasilkan
oleh siklus operasi, karena siklus inilah yang langsung berhubungan dengan transaksi dan
datanya. Siklus ini sering disebut juga siklus buku besar dan laporan keuangan. Siklus buku
besar dan laporan keuangan merupakan muara bagi semua siklus yang lain. Sistem ini
menerima data yang mengalir dari sistem yang lain untuk kemudian menyusun laporan ditiap
periode yang telah ditetapkan.

2.3 Kecurangan (fraud)


2.3.1 Pengertian Kecurangan (fraud)
Fraud (kecurangan) adalah tindakan ilegal yang dilakukan satu orang atau sekelompok orang
secara sengaja atau terencana yang menyebabkan orang atau kelompok mendapat keuntungan, dan
merugikan orang atau kelompok lain. Fraud financial reporting (kecurangan laporan keuangan) adalah
salah saji atau pengabaian jumlah dan pengungkapan yang disengaja dengan maksud menipu para
pemakai laporan. Menurut Karni (2000), kecurangan dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu:
1. Kecurangan Laporan Keuangan (Financial Statement Fraud).
Kecurangan Laporan Keuangan dapat didefinisikan sebagai kecurangan yang dilakukan oleh
manajemen dalam bentuk salah saji material Laporan Keuangan yang merugikan investor dan
kreditor. Kecurangan ini dapat bersifat financial atau kecurangan non financial.
2. Penyalahgunaan aset (Asset Misappropriation).
Penyalahagunaan aset dapat digolongkan ke dalam kecurangan kas dan kecurangan atas
persediaan dan aset lainnya, serta pengeluaran-pengeluaran biaya secara curang (fraud
disbursement).
3. Korupsi (Corruption).
Korupsi dalam konteks pembahasan ini adalah korupsi menurut ACFE, bukannya pengertian
korupsi menurut UU Pemberantasan TPK (Tindak Pidana Korupsi) di Indonesia.
Menurut ACFE (2000), korupsi terbagi ke dalam pertentangan kepentingan (conflict of
interest), suap (bribery), pemberian illegal (illegal gratuity), dan pemerasan (economic
extortion).

2.3.2 Karakteristik Kecurangan (fraud)


Menurut Karni (2000), dilihat dari pelaku fraud auditing maka secara garis besar kecurangan bisa
dikelompokkan menjadi dua jenis.
1. Oleh pihak perusahaan, yaitu manajemen untuk kepentingan perusahaan, yaitu salah saji yang
timbul karena kecurangan pelaporan keuangan. Pegawai untuk keuntungan individu, yaitu salah
saji yang berupa penyalahgunaan.
2. Oleh pihak di luar perusahaan, yaitu pelanggan, mitra usaha, dan pihak asing yang dapat
menimbulkan kerugian bagi perusahaan.

2.3.3 Penyebab Terjadinya Kecurangan (Fraud)


Penyebab terjadinya kecurangan menurut Venables & Impley dalam buku “Internal Audit” (1988: 424)
mengemukakan kecurangan terjadi karena.
1. Penyebab Utama.
a) Penyembunyian (concealment), kesempatan tidak terdeteksi. Pelaku perlu menilai
kemungkinan dari deteksi dan hukuman sebagai akibatnya.

b) Kesempatan/Peluang (Opportunity), pelaku perlu berada pada tempat yang tpat, waktu
yang tepat agar mendapatkan keuntungan atas kelemahan khusus dalam system dan juga
menghindari deteksi.
c) Motivasi (Motivation), pelaku membutuhkan motivasi untuk melakukan aktivitas
demikian, suatu kebutuhan pribadi seperti ketamakan/kerakusan dan motivator yang lain.
d) Daya tarik (Attraction), sasaran dari kecurangan yang dipertimbangkan perlu menarik bagi
pelaku.
e) Keberhasilan (Success), pelaku perlu menilai peluang berhasil, yang dapat diukur baik
menghindari penuntutan atau deteksi.
2. Penyebab Sekunder.
a) “A Perk”, kurang pengendalian, mengambil keuntungan aktiva organisasi
dipertimbangkan sebagai suatu tunjangan karyawan.
b) Hubungan antar pemberi kerja/pekerja yang jelek, yaitu saling kepercayaan dan
penghargaan telah gagal. Pelaku dapat mengemukakan alasan bahwa kecurangan hanya
menjadi kewajibannya.
c) Pembalasan dendam (Revenge), ketidaksukaan yang hebat terhadap organisasi dapat
mengakibatkan pelaku berusaha merugikan organisasi tersebut.
d) Tantangan (Challenge), karyawan yang bosan dengan lingkungan kerja mereka dapat
mencari stimulasi dengan berusaha untuk “memukul sistem”, sehingga mendapatkan suatu
arti pencapaian (a sense of achievement), atau pembebasan frustasi (relief of frustation).
BAB 3

STUDI KASUS

3.1 Kasus Kecurangan PT Kereta Api Indonesia (PT KAI)


PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) terdeteksi adanya kecurangan dalam penyajian laporan
keuangan. Ini merupakan suatu bentuk penipuan yang dapat menyesatkan investor
dan stakeholder lainnya. Diduga terjadi manipulasi data dalam laporan keuangan PT KAI tahun 2005,
perusahaan BUMN itu dicatat meraih keuntungan sebesar Rp6.900.000.000,-. Padahal apabila diteliti
dan dikaji lebih rinci, perusahaan seharusnya menderita kerugian sebesar Rp63.000.000.000,-.
Komisaris PT KAI Hekinus Manao yang juga sebagai Direktur Informasi dan Akuntansi Direktorat
Jenderal Perbendaharaan Negara Departemen Keuangan mengatakan, laporan keuangan itu telah
diaudit oleh Kantor Akuntan Publik S. Manan. Audit terhadap laporan keuangan PT KAI untuk tahun
2003 dan tahun-tahun sebelumnya dilakukan oleh Badan Pemeriksan Keuangan (BPK), untuk tahun
2004 diaudit oleh BPK dan akuntan publik.
Hasil audit tersebut kemudian diserahkan direksi PT KAI untuk disetujui sebelum disampaikan
dalam rapat umum pemegang saham, dan komisaris PT KAI yaitu Hekinus Manao menolak menyetujui
laporan keuangan PT KAI tahun 2005 yang telah diaudit oleh akuntan publik. Setelah hasil audit diteliti
dengan seksama, ditemukan adanya kejanggalan dari laporan keuangan PT KAI tahun 2005: (sumber:
Metro TV News 2005)
1. Pajak pihak ketiga sudah tiga tahun tidak pernah ditagih, tetapi dalam laporan keuangan itu
dimasukkan sebagai pendapatan PT KAI selama tahun 2005.
2. Kewajiban PT KAI untuk membayar surat ketetapan pajak (SKP) pajak pertambahan nilai
(PPN) sebesar Rp95.200.000.000,- yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pajak pada akhir
tahun 2003 disajikan dalam laporan keuangan sebagai piutang atau tagihan kepada beberapa
pelanggan yang seharusnya menanggung beban pajak itu. Padahal berdasarkan Standart
Akuntansi, pajak pihak ketiga yang tidak pernah ditagih itu tidak bisa dimasukkan sebagai aset.
Di PT KAI ada kekeliruan direksi dalam mencatat penerimaan perusahaan selama tahun 2005.
3. Penurunan nilai persediaan suku cadang dan perlengkapan sebesar Rp24.000.000.000,- yang
diketahui pada saat dilakukan inventarisasi tahun 2002 diakui manajemen PT KAI sebagai
kerugian secara bertahap selama lima tahun. Pada akhir tahun 2005 masih tersisa saldo
penurunan nilai yang belum dibebankan sebagai kerugian sebesar Rp6.000.000.000,-yang
seharusnya dibebankan seluruhnya dalam tahun 2005.
4. Manajemen PT KAI tidak melakukan pencadangan kerugian terhadap kemungkinan tidak
tertagihnya kewajiban pajak yang seharusnya telah dibebankan kepada pelanggan pada saat
jasa angkutannya diberikan PT KAI tahun 1998 sampai 2003.
BAB 4

PEMBAHASAN DAN OPINI

Perbedaan pendapat terhadap laporan keuangan antara komisaris dan auditor akuntan publik
terjadi karena PT KAI tidak memiliki pengendalian internal yang baik. Dari hal tersebut dapat
disimpulkan bahwa PT KAI kurang memperhatikan Sistem Informasi Akuntansi yang ada dalam
perusahaan. Ketiadaan pengendalian internal yang baik itu juga membuat komite audit (komisaris) PT
KAI baru bisa dibuka akses terhadap laporan keuangan setelah diaudit akuntan publik. Akuntan publik
yang telah mengaudit laporan keuangan PT KAI tahun 2005 segera diperiksa oleh Badan Peradilan
Profesi Akuntan Publik. Jika terbukti bersalah, akuntan publik itu diberi sanksi teguran atau pencabutan
izin praktik.

Laporan Keuangan PT KAI tahun 2005 disinyalir telah dimanipulasi oleh pihak-pihak tertentu
dan penginputan data ke dalam komputer yang tidak benar. Banyak terdapat kejanggalan dalam laporan
keuangannya. Beberapa data disajikan tidak sesuai dengan standar akuntansi keuangan. Hal ini mungkin
sudah biasa terjadi dan masih bisa diperbaiki. Namun, yang menjadi permasalahan adalah pihak auditor
menyatakan Laporan Keuangan itu Wajar Tanpa Pengecualian. Tidak ada penyimpangan dari standar
akuntansi keuangan. Hal ini lah yang patut dipertanyakan.
Dari informasi yang didapat, sejak tahun 2004 laporan PT KAI diaudit oleh Kantor Akuntan Publik.
Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang melibatkan BPK sebagai auditor perusahaan kereta api
tersebut. Hal itu menimbulkan dugaan kalau Kantor Akuntan Publik yang mengaudit Laporan
Keuangan PT KAI melakukan kesalahan.

Kasus ini merugikan banyak pihak, yaitu publik (investor) dirugikan karena memperoleh
informasi yang menyesatkan, sehingga keputusan yang diambil berdasarkan informasi keuagan PT.
KAI menjadi tidak akurat atau salah. Sedangkan pemerintah dirugikan karena dengan rekayasa
keuangan tersebut maka pajak yang diterima pemerintah lebih kecil.
BAB 5

PENUTUP

5.1 Simpulan
Dalam proses penjualan suatu perusahaan, sering dijumpai terjadinya kasus
kecurangan (fraud) dalam laporan keuangan atau kas. Fraud merupakan kebohongan atau tindak
kecurangan yang dilakukan secara sengaja dengan maksud memperoleh keuntungan secara tidak sah
(melawan hukum) dan secara tidak wajar seperti penyalahgunaan komputer, penyalahgunaan jabatan,
pelanggaran prosedur (Susanto, 2008). Oleh karena itu, penting adanya pengendalian internal dalam
suatu perusahaan guna menghindari terjadinya fraud. Pengendalian internal akan berjalan dengan lebih
baik apabila didukung dengan adanya Sistem Informasi Akuntansi. Sistem Informasi Akuntansi sangat
penting untuk mencegah, mendeteksi, dan menyelidiki kecurangan (fraud).
Dari kasus PT KAI dapat disimpulkan, merupakan suatu kecurangan pada PT KAI karena
terjadi kesalahan manipulasi dan terdapat penyimpangan pada laporan keuangan PT KAI tersebut. Pada
kasus ini juga terjadi penipuan maupun kecurangan yang menyesatkan banyak pihak seperti investor
tersebut.

5.2 Saran
Manipulasi laporan keuangan PT KAI, berawal dari pembukuan yang tidak sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan. Seharusnya perusahaan mendukung terciptanya Sistem Informasi
Akuntansi dalam perusahaan agar terhindar dari adanya kecurangan bahkan
dapat terjadinya masalah yang menyesatkan dan merugikan banyak orang.
DAFTAR PUSTAKA

Baridwan, (1991), Sistem Akuntansi: Penyusunan Prosedur dan Metode, Edisi Kelima, Yogyakarta:
BPFE.
Fees. (2005). Accounting Information System Ninth Edition, Sistem Informasi Akuntansi Edisi 9.
Jakarta : Penerbit Andi.
Hariningsih, 2006, Sistem Informasi Akuntansi, Yogyakarta: Penerbit Ardana Media.
Hall. (1993). Sistem Informasi Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.
Karni, Soejono, 2000. Auditing ; Audit khusus dan Audit Forensik Dalam Praktik, Jakarta: Lembaga
penerbit FakultasEkonomi Universitas Indonesia.
Kosasih, 1995, Analisa Sistem Informasi, Yogyakarta: Penerbit Andi
Robert, (2001), Manajemen Persediaan: Aplikasi di Bidang Bisnis, Edisi 2, , Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
Soemarsono, S. R. (2007). Akuntansi Suatu Pengantar. Jakarta: Salemba Empat.
Susanto, Azhar. 2008. Sistem Informasi Akuntansi, Manual Praktika Penyusunan Metode dan Prosedur.
Bandung: Lembaga Informatika.
Widjajanto. (2001). Sistem Informasi Akuntansi, Jakarta: Erlangga.
Yusuf. (2000), Sistem Informasi Akuntansi, Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Anda mungkin juga menyukai