Anda di halaman 1dari 7

RMK AUDIT FORENSIK

Fraud Detection
AUDIT FORENSIK
CHAPTER 7

Disusun Oleh:

ADI PRAWIRA ARFAN (A014212008)


JUL ZAENAL NURDIN (A014212024)
NANIK YUNITA SARI (A014212017)

PROGRAM STUDI PROFESI AKUNTANSI


UNIVERSITAS HASANUDDIN
2022
7.1 INTRODUCTION TO FRAUD DETECTION

Dalam pendeteksian fraud, perusahaan butuh pemahaman yang cukup dalam 4 hal berikut:

a. Latar Belakang Fraud (Fraud Background)


b. Prinsip Fraud (Fraud Principles)
c. Skema Fraud (Fraud Schemes)
d. Tanda-tanda Fraud (Red Flags)

Sebagai contoh, pendekatan teori untuk pendeteksian fraud dimulai dengan mengidentifikasi
skema fraud yang mungkin terjadi dan bagaimana skema tersebut dilakukan. Namun, dalam
rangka untuk menguji teori tersebut, pemeriksa fraud harus memahami skema fraud (fraud
tree), segitiga fraud, pengendalian, dan tentang red flags.

7.2 FRAUD DETECTION AXIOMS

Ada beberapa pernyataan mengenai pendeteksian fraud yang penting untuk diingat ketika
merancang program atau kegiatan antifraud. Kunci untuk pendeteksian fraud adalah untuk
mengingat bahwa fraud lebih sering dikaitkan dengan tidak adanya kontrol dibandingkan
dengan kontrol yang lemah; yaitu, kontrol yang lemah umumnya lebih baik daripada tidak
ada kontrol sama sekali. Mereka juga lebih sering dideteksi dengan tindakan reaktif daripada
tindakan proaktif; sehingga ada banyak ruang untuk perbaikan. Ada ketergantungan yang
berlebihan pada audit eksternal untuk mendeteksi fraud. Terakhir, fraud sering dideteksi
oleh intuisi, kecurigaan penyidik, manajer, auditor, atau pengecualian (anomali) yang
terdeteksi dalam catatan akuntansi. Namun, fraud paling sering dideteksi dengan metode
pendeteksian yang terbukti.

7.3 COMMON DETECTION METHODS

Secara periodik, Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) melakukan kajian


terhadap fraud yang diselesaikan dalam kurun waktu 12 hingga 18 bulan terakhir dan
melaporkan statistiknya kepada publik dalam bentuk laporan berjudul Report to the Nation
(RTTN). ACFE telah mengeluarkan RTTN pada tahun 1996, 2002, 2004, 2006, 2008, 2010,
2012, 2014, 2016, 2018, 2020, dan 2022. Di setiap RTTN, statistik menunjukkan metode
deteksi fraud yang lebih umum. Selama bertahun-tahun, metode deteksi yang paling
umum/sering adalah tips (informasi). Dalam beberapa tahun, tips menyumbang sekitar dua
kali dalam persentase deteksi daripada metode yang menempati peringkat kedua. Selama
bertahun-tahun, metode deteksi yang paling tidak efektif, selain penegakan hukum, adalah
audit eksternal. Oleh karena itu tidak logis untuk mengandalkan hanya pada audit eksternal
untuk metode deteksi entitas, namun itulah yang dilakukan oleh sebagian besar entitas yang
mengalami fraud; RTTN 2008 menunjukkan audit eksternal sebagai alat kontrol paling
populer yang digunakan oleh entitas korban fraud (hampir 70 persen entitas menggunakan
audit eksternal, 61,5 persen kode etik, 55,8 persen audit internal). Secara khusus, kontrol
yang paling jarang digunakan oleh korban fraud merupakan kontrol yang paling efektif.
Informasi tersebut merupakan sumber pengetahuan yang berharga dalam mendeteksi fraud.

Gambar berikut menunjukkan hasil dari RTTN 2008.


7.3.1. Metode Umum yang Efektif

RTTN ACFE mengklasifikasikan pengendalian fraud berdasarkan efisiensi untuk


mendeteksi atau mencegah fraud. Secara khusus, RTTN 2008 meminta responden untuk
mengidentifikasi tindakan pencegahan fraud yang dilakukan ketika fraud yang dilaporkan
ditemukan, serta jumlah kerugiannya. Kemudian rasio sederhana yang menggambarkan
pengurangan kerugian fraud dihitung pada setiap tindakan pencegahan dan kontrol
antifraud, berdasarkan apakah kontrol itu ada atau tidak, dan kerugian rata-rata dari masing-
masing dua kelompok tersebut.
Gambar di atas menggambarkan analisis kontrol bersama dengan rasio, yang menunjukkan
surprise audits sebagai kontrol antifraud yang paling efektif, jika diukur dalam
kemampuannya untuk mengurangi jumlah kerugian yang terjadi. Diikuti dengan rotasi
pekerjaan/cuti wajib, hotline secara anonim (tips dan keluhan), program pendukung
karyawan, pelatihan penipuan untuk manajer dan eksekutif, audit internal atau departemen
fraud examination, dan pelatihan fraud untuk karyawan. Setiap kontrol tersebut mengurangi
kerugian setidaknya hingga 50 persen. Banyak dari metode ini akan dianggap sebagai
detective controls, dan akan berguna dalam penyebaran kontrol antifraud yang dapat
memberikan deteksi dini.

7.3.2. Metode Umum Lainnya

Metode-metode dapat dikembangkan untuk fraud secara umum, atau kelompok fraud
tertentu atau bahkan untuk skema individu. Beberapa metode yang dapat digunakan untuk
deteksi umum adalah:

- Fungsi audit internal secara aktif terlibat dalam kegiatan antifraud yang proaktif;
- Sarbanes-Oxley Act (SOX) section 404 dapat mengarah pada identifikasi kelemahan
dalam pengendalian internal yang dapat menyebabkan risiko fraud yang lebih tinggi
di area atau proses bisnis tersebut;
- Analisis horizontal dan vertikal dari laporan keuangan, terutama ketika perbandingan
dibuat antara unit bisnis dan data unit bisnis tersebut;
- Analisis rasio, terutama tren selama beberapa tahun, dan berdasarkan unit bisnis jika
dibandingkan dengan unit lain dan entitas secara keseluruhan;
- Surprise audits dan/atau penghitungan uang tunai;
- Anonymous tips dan sistem pengaduan secara anonim yang nyaman, mudah
digunakan dan dapat diakses oleh seluruh karyawan, vendor, dan pelanggan;
- Data mining untuk red flags yang terjadi dengan menggunakan Computer-Assisted
Auditing Tools (CAAT).

7.4 SPECIFIC DETECTION METHODS

Bagian ini menjelaskan beberapa metode deteksi yang dirancang untuk mendeteksi skema
atau kelompok yang berbeda dari penipuan secara umum

7.4.1. Skema Laporan Keuangan

Fraudulent Statement atau fraud pada laporan keuangan umumnya dilakukan oleh
pejabat atau eksekutif perusahaan untuk menutupi kondisi keuangan yang sebenarnya. Hal
yang paling umum adalah melakukan rekayasa terhadap data transaksi atau laporan
keuangan untuk memperoleh keuntungan. Contoh fraud yang biasa terjadi adalah Earning
management (manajemen laba) yaitu melakukan fraud dengan meningkatkan tingkat laba
agar terlihat seperti target laba perusahaan tercapai, lalu selanjutnya ada income smoothing,
perusahaan memindahkan pos-pos beban dan pendapatan ke beberapa periode untuk
mengurangi fluktuasi laba dan fraud lainnya contohnya adalah window dressing.

Bentuk pencegahan yang bisa dilakukan:

a. Analisis laporan keuangan horizontal dan vertikal

b. Analisis rasio-rasio keuangan, terutama tren selama beberapa tahun terakhir

c. Lima rasio manipulasi pendapatan oleh Beneish


d. Komite audit yang memenuhi syarat dan mumpuni

e. Menjalankan pemeriksaan latar belakang pada eksekutif

f. Auditor eksternal mempertahankan skeptisisme profesional pada setiap klien.

7.4.2 Skema Penyalahgunaan Aset

Kecurangan dalam penyalahgunaan aset dibagi menjadi dua: (a) Cash Fraud, bentuk
kecurangan yang meliputi pencurian kas perusahaan baik kas kecil, penerimaan kas atau
pemalsuan cek. (b) Inventory Fraud, dimana melakukan pencurian terhadap inventory atau
pemakaian untuk kepentingan pribadi.

Bentuk pencegahan yang bisa dilakukan:

a. Rotasi tugas atau pemberian cuti liburan pada karyawan personel kunci
b. Memeriksa semua jenis transaksi yang memiliki review atau approval
c. Melakukan rekonsilitasi persediaan dan konfirmasi piutang secara teratur

7.4.3 Cash Larceny (Pencurian Uang)

Cash Larceny atau pencurian uang merupakan kecurangan yang dilakukan oleh oknum
yang sebenarnya tidak memiliki otoritas atas fungsi yang dicuranginya. Contoh: pembuatan
cek kosong, pengeluaran uang kas tanpa izin pemilik otoritas

Bentuk pencegahan yang bisa dilakukan:

a. Menyelidiki kekurangan uang kas di laci kas dan pada register

b. Menyelidiki catatan pernjualan yang hilang atau sengaja diubah

c. Memiliki pemisahan tugas pada perusahaan, pemisahan tugas pada bagian yang
memverifikasi setoran pada laporan bank dan yang melakukan posting di buku besar

d. Mempertahankan dan meninjau jumlah ketersediaan kas harian.

e. Melakukan cash opname secara kejutan

f. Mengamati penerimaan kas di semua titik masuk kas.

7.4.4 Billing Schemes (Skema Penagihan)

Bentuk pencegahan yang bisa dilakukan:

a. Menyortir pembayaran berdasarkan vendor, jumlah dan nomor-nomor faktur

b. Melihat pada pengeluaran-pengeluaran yang melebihi anggaran, terutama jika jumlahnya


signifikan

c. Memeriksa tagihan di akun pengeluaran terbesar, karena penipu sering membebankan


penagihan di akun-akun terbesar dalam upaya untuk menyembunyikan kejahatan

d. Memverifikasi bahwa vendor tersebut sah dan tidak fiktif

e. Tidak membayar faktur/vendor yang mencurigakan


f. Sebelum membayar, memastikan jika harga pada faktur tersebut sesuai dengan harga
pasar.

7.4.5 Pembelian Pribadi Karyawan

a. Mengecek dan memeriksa pengeluaran kartu kredit, mencari vendor-vendor atau barang
yang tidak biasa dibeli.

b. Melakukan audit kejutan terhadap karyawan yang diberi wewenang untuk menggunakan
kartu kredit atau menandatangani cek

c. Memeriksa analisis tren pembayaran vendor

7.4.6 Skema Payroll

a. Upaya untuk mencegah Ghost Employee, hal ini bisa dicegah dengan melakukan
rekonsiliasi karyawan dan update database karyawan secara berkala oleh bagian SDM

b. Melakukan rotasi tugas untuk bagian yang menangani cek gaji

c. Memeriksa karyawan-karyawan yang tidak mengambil cuti atau cuti sakit, karyawan fiktif
biasanya tidak pernah mengajukan cuti tahunan

d. Memeriksa laporan hasil penjualan dan melakukan pengecekan selanjutnya terhadap


komisi yang diterima oleh para karyawan;

7.4.7 Check-Tampering

a. Memerlukan tanda tangan ganda untuk cek-cek yang di atas ambang batas yang
ditentukan

b. Melakukan rotasi berkala pada karyawan yang melakukan check-tampering

7.4.8 Skimming

Penipuan skimming pada perusahaan contohnya adalah dengan sengaja tidak


mencatat penjualan, tidak menyebutkan penjualan. Pada kasus sederhana, kasir dapat
melaporkan tidak ada penjualan dan kemudian mengambil uang kas dari hasil penjualan
tersebut. Penipuan skimming terjadi sebelum entri pemesanan dibuat. Karena merupakan
penipuan off-the-books, jenis penipuan ini adalah salah satu yang paling sulit untuk
dideteksi. Skema skimming individu terkait dengan penjualan (penjualan yang tidak tercatat,
penjualan yang tidak terlalu tinggi), piutang (skema penghapusan, skema lapping, skema
yang tidak disembunyikan),

7.4.9 Lapping

Lapping merupakan tindak kecurangan dalam bentuk penyalahgunaan hasil


pembayaran tagihan dari pelanggan untuk kepentingan pribadi, seperti pemakaian uang
sewa suatu aset ke rekening pribadi sementara biaya operasional aset tersebut diambilkan
dari anggaran rutin organisasi.

Upaya pencegahan yang dapat dilakukan:


a. Menggunakan analisis tren jumlah hari dalam pelunasan piutang dan melakukan
tindak lanjut pada piutang-piutang yang diatas standar atau rata-rata organisasi
b. Melakukan audit mendadak atau perhitungan kas tunai
c. Membandingkan tanggal posting piutang dengan tanggal cek atau tanggal
pembayaran dikirimkan

7.4.10 Korupsi

a. Melakukan investigasi secara acak terhadap semua vendor, termasuk pemilik, pemegang
saham utama dan hubungan apapun dengan karyawan

b. Meninjau kontrak dan persetujuan faktur secara berkala

7.4.11 Bribery (Suap dan Pemerasan Ekonomi)

Upaya yang dapat dilakukan adalah melakukan rotasi tugas terhadap pihak yang menyetujui
kontrak atau vendor, termasuk pihak yang melakukan penyetujuan terhadap vendor.

Anda mungkin juga menyukai