NIM : 12030117420103
Kelas : B
DETEKSI FRAUD
Ada beberapa aksioma mengenai deteksi fraud yang penting untuk diingat saat
merancang program atau kegiatan antifraud. Kunci untuk mendeteksi fraud adalah mengingat
bahwa fraud lebih sering dikaitkan dengan tidak adanya kontrol daripada kontrol yang lemah.
Artinya, kontrol yang lemah umumnya lebih baik daripada tidak sama sekali. Mereka juga
lebih sering dideteksi oleh tindakan reaktif daripada tindakan proaktif, sehingga ada banyak
ruang untuk perbaikan. Terdapat banyak ketergantungan pada audit eksternal untuk
mendeteksi fraud. Terakhir, fraud sering dideteksi oleh intuisi, kecurigaan para penyelidik,
manajer, auditor, atau pengecualian (anomali) yang terdeteksi dalam catatan akuntansi.
Namun, fraud lebih sering dideteksi dengan metode deteksi yang terbukti. Bab ini
dikhususkan untuk membuktikan fraud secara dini yang telah terbukti.
Dalam semua tahun, metode deteksi yang paling umum adalah tips. Dalam beberapa
tahun, tips dicatat sekitar dua kali lipat dalam persentase deteksi sebagai metode apa pun
yang menempati peringkat kedua. Dalam semua tahun, metode deteksi yang paling tidak
efektif, selain penegakan hukum adalah audit eksternal. Oleh karena itu, tidaklah logis
bergantung pada audit eksternal sebagai metode deteksi sebuah entitas, namun itulah
sebenarnya yang dilakukan oleh sebagian besar entitas yang mengalami fraud. RTTN 2008
menunjukkan audit eksternal sebagai kontrol paling populer yang digunakan oleh entitas
korban (hampir 70 persen entitas menggunakan audit eksternal, 61,5 persen kode etik, 55,8
persen audit internal). Tampilan 7.1 menunjukkan hasil dari RTTN 2008.
Metode dapat dikembangkan untuk fraud secara umum, atau kelompok fraud
tertentu (misalnya kategori), atau bahkan skema individu. Beberapa metode yang dapat
digunakan untuk deteksi umum, terlepas dari skemanya adalah:
Pencurian Kas
1. Menyelidiki kekurangan di laci kas, deposito, register.
2. Menyelidiki catatan penjualan yang hilang atau berubah.
3. Memiliki dua orang yang independen dalam memverifikasi setoran pada laporan bank
untuk diposting ke buku besar.
4. Meninjau jumlah ketersediaan kas harian
5. Setoran dikirim ke bank dibawah kontrol ganda.
6. Secara rahasia menentukan setoran sebelum pengiriman ke bank dan kemudian secara
independen mengkonfirmasi dengan bank jumlah setoran.
7. Memastikan setoran dalam perjalanan adalah yang pertama untuk menjelaskan pernyataan
selanjutnya (flag yang terkait dengan setoran lapping)
8. Melakukan penghitungan kas secara kejutan
9. Meninjau kas dan memeriksa rasio atas setoran bank harian (bagi mereka yang hanya
mencuri kas)
10. Meninjau ketepatan waktu setoran dari lokasi terpencil ke fungsi bendahara pusat.
11. Memperhatikan penerimaan kas di semua titik masuk.
Pass-Through Vendor
1. Memeriksa semua faktur di bawah tingkat persetujuan, diurutkan berdasarkan vendor atau
karyawan yang menyutujui faktur
2. Membandingkan harga pasar untuk harga faktur, menggunakan CAAT dan beberapa
penelitian
3. Meninjau faktur untuk apa yang dibeli dan harganya
Nonaccomplice vendor
1. Menyortir faktur berdasarkan vendor dan mencari nomor faktur yang tidak biasa
2. Mengklasifikasi vendor berdasarkan jumlah faktur dan mencari jumlah yang tidak biasa
3. Memverifikasi faktur yang menyebabkan pengembalian dana vendor
4. Meminta agar bank memberi tahu orang yang tepat jika seseorang mengesahkan cek
dimana perusahaan adalah penerima pembayaran, dan menggunakan cap ”For Deposit
Only” untuk semua pengesahan.
Skema Penggajian
Karyawan Hantu (Ghost Employee)
1. Jika memungkinkan, rekonsiliasi karyawan dalam database penggajian dengan karyawan
dalam database Human Reserach (HR), hantu harus hilang dalam HR.
2. Mendapatkan salinan file Security Social Number (SSN) dan, setidaknya setahun sekali,
rekonsiliasi file dengan SSN karyawan Anda.
3. Secara berkala dan tanpa pemberitahuan, mendistribusikan cek secara manual,
membutuhkan ID untuk mengambil cek.
4. Investigasi cek penggajian dengan pengesahan ganda (tanda bahwa karyawan bekerja
dengan orang yang nyata yang melayani sebagai ghost)
5. Merotasi tugas penanganan gaji dicetak, atau membutuhkan liburan waktunya dengan
penerbitan gaji (hari berbayar)
6. Memutar tugas yang menangani slip gaji tercetak, atau membutuhkan waktu berlibur
dengan penerbitan gaji (pay day)
7. Menggali data penggajian untuk mencari red flags :
PO Box versus alamat fisik
Alamat fisik cocok dengan karyawan lain (yaitu, 'duplikat')
Nomor account setoran langsung yang cocok dengan karyawan lain
Nomor telepon hilang, atau nomor telepon yang cocok dengan karyawan lain atau
telepon kantor
Tanggal gaji dibandingkan dengan tanggal terakhir kerja (karyawan yang dibayar
setelah diberhentikan, dan digunakan sebagai hantu oleh karyawan yang ada)
Karyawan yang tidak pernah berlibur atau cuti sakit (jika tidak diambil, ini sangat
mencurigakan). (Fraud dengan menggunakan karyawan hantu, sebagai contoh,
akan mengakibatkan karyawan fiktif itu tidak memiliki keduanya, kecuali jika
pelaku fraud menciptakan cuti fiktif)
Karyawan yang tidak memiliki potongan gaji
Karyawan tanpa SSN, SSN tidak valid, atau SSN duplikat
Komisi
1. Memeriksa secara acak semua transaksi yang terlibat dalam komisi penjualan untuk
periode pembayaran atau tenaga penjualan
2. Investigasi pengembalian atau kredit yang lebih tinggi untuk tenaga penjual
3. Membuat dan meninjau hubungan linear antara penjualan dan komisi yang dibayarkan
untuk karyawan
4. Melacak penjualan yang tidak terkumpul oleh karyawan
5. Membuat laporan pengecualian untuk karyawan yang kompensasinya telah meningkat
dari tahun lalu dengan persentase yang tidak biasa
6. Memiliki pejabat yang ditunjuk & independen untuk memverifikasi semua perubahan
dalam tarif komisi.
Skimming
Skimming terjadi sebelum pencatatan dibuat. Karena itu adalah fraud off the-book,
jenis fraud ini adalah salah satu yang paling sulit dideteksi. Satu metodologi untuk
mendeteksi skimming adalah melakukan invigilation. Skema Skimming individu terkait
dengan penjualan (penjualan yang tidak dicatat, atau penjualan dilaporkan lebih rendah),
piutang (skema penghapusan, skema lapping, dan skema yang tidak disembunyikan), dan
pengembalian kas.
Metode yang disarankan untuk digunakan pada jenis skema ini yaitu:
1. Pengawasan karyawan di tempat penjualan (misalnya, kamera di atas register dan meja
makan)
2. Penemuan ‘penanda’ dekat dengan register (pelaku fraud menggunakan penanda untuk
menyelesaikan jumlah yang diskimming; misalnya, satu penny untuk $ 100, nikel
seharga$ 500)
3. Investigasi kesenjangan (gaps) dalam penerimaan yang diberi nomor.
4. Memeriksa register karena tidak ada transaksi penjualan, pembatalan, atau pengembalian
uang
5. Posting tanda pada register atau terlihat jelas dari pelanggan: ” Jika Anda tidak menerima
tanda terima, silahkan hubungi manajer dan makanan anda akan gratis”
6. Menggunakan pembelanja rahasia yang dilatih untuk mencari tanda-tanda fraud
7. Menggunakan invigilation untuk perkiraan uang yang hilang, atau untuk menentukan
apakah skimming terjadi
8. Mengukur varians pendapatan berdasarkan karyawan dan berdasarkan shift
9. Membuat laporan laba rugi pro forma, dengan menggunakan harga pokok penjualan dan
markup standar untuk memastikan tingkat penjualan yang seharusnya ada, kemudian
membandingkannya dengan aktual untuk perkiraan uang yang hilang.
10. Melakukan audit kejutan atau penghitungan kas setelah menutup shift.
Lapping
1. Melakukan panggilan telepon layanan pelanggan: menindaklanjuti keluhan pelanggan,
atas keterlambatan dalam posting check independen dari personil piutang (AR)
2. Menggunakan analisis tren jumlah-hari piutang, oleh unit usaha atau petugas AR
menindaklanjuti hal-hal di atas standar atau rata-rata organisasi.
3. Mendapatkan konfirmasi independen atas saldo piutang dan penuaan piutang secara
khusus
4. Melakukan audit kejutan dan/atau penghitungan kas
5. Mengklasifikasi write-off dan memo kredit berdasarkan karyawan, dan menyelidiki setiap
penyimpangan (yaitu transaksi yang tidak terdistribusi secara acak)
6. Melakukan survei kepuasan pelanggan secara acak dan tanpa pemberitahuan-secara
khusus mengajukan pertanyaan tentang lamanya waktu dari cek yang dikirim untuk
diposting ke account.
7. Mengawasi karyawan yang menghabiskan banyak waktu setelah jam kerja
8. Melakukan kejutan ”penggerebegan meja” mencari kumpulan buku yang kedua (sistem
lapping) yang disimpan di meja kerja
9. Memeriksa setoran harian ke AR, memverifikasi bahwa nama pada cek sesuai dengan
yang diposting
10. Membandingkan tanggal posting AR sampai tanggal cek atau tanggal pembayaran
dikirim
Skema Korupsi
1. Mengklasifikasi transaksi vendor dan memeriksa hal yang tidak biasa, yang tidak dapat
dijelaskan lebih lanjut dari volume yang diharapkan.
2. Investigasi acak dari semua vendor, termasuk pemilik, pemegang saham utama, dan
hubungan apa pun dengan karyawan.
3. Mereview kontrak dan persetujuan faktur secara berkala, meskipun hanya sampel setiap
audit.
4. Memverifikasi keaslian vendor sebagai bagian dari audit internal, meskipun hanya
sampel.
5. Mencari transaksi pihak terkait dimana hubungan tersebut tersembunyi.
6. Mereview persetujuan untuk transaksi dengan pihak terkait setiap tahun.
Suap dan Pemerasan Ekonomi
1. Merotasi tugas dalam menyetujui kontrak dan/atau vendor dan tawaran tanggung jawab.
2. Memisahkan tugas dalam menyetujui vendor dan memberikan kontrak atau menyetujui
faktur
BENEISH’S RATIO
Analisis rasio yang dipercobakan oleh Messod Daniel Beneish menunjukkan
harapan bagus dalam mengidentifikasi kemungkinan fraud. Menurut penelitian Messod
Beneish, rasio berikut memiliki potensial untuk membedakan antara laporan keuangan yang
dimanipulasi dan laporan keuangan non-manipulasi. Rasio-rasio berikut ini juga dapat
membantu pendeteksian dini potensi fraud di dalam laporan keuangan:
No Indeks Keterangan
1 < 1,031 Non Manipulator
2 1,031 < indeks < 1,465 Grey
3 > 1,465 Manipulator
No Indeks Keterangan
1 < 1,014 Non Manipulator
2 1,014 < indeks < 1,1193 Grey
3 > 1,193 Manipulator
No Indeks Keterangan
1 < 1,039 Non Manipulator
2 1,039 < indeks < 1,254 Grey
3 > 1,254 Manipulator
Penjualan t
SGI =
Penjualan t-1
No Indeks Keterangan
1 < 1,134 Non Manipulator
2 1,134 < indeks < 1,607 Grey
3 > 1,607 Manipulator
No Indeks Keterangan
1 < 0,018 Non Manipulator
2 0,018 < indeks < 0,031 Grey
3 > 0,031 Manipulator
* Hak Cipta 1999, CFA Institute. Diproduksi dan diterbitkan ulang dari Financial Analyst
Journal dengan izin dari CFA Institute.
KASUS TOSHIBA
Hisao Tanaka adalah seorang yang telah menjabat di toshiba sebagai Presiden
Eksekutif dan CEO. Perusahaan toshiba sendiri sudah berdiri selama 140 tahun namun
hancur begitu saja dikarnakan perilaku etika yang tidak baik yang dilakukan tanaka, karena
pangkat tinggi dan mempunyai kewenangan atas data yang diberikan untuk di laporkan
namun menyalahgunakan data untuk mendapatkan keuntungan perusahaan dikarenakan target
yang tidak tercapai. Ia bertanggung jawab atas perbuatannya dengan cara mengundurkan diri
dari jabatannya pada tanggal 21 juni 2015 dengan kasus toshiba yang melebihkan keuntungan
senilai US$ 1,2 Miliar untuk menutupi yang kurang dalam pencapaian target dikarenakan
pressure yang sangat tinggi untuk memenuhi target performance unit tidak dapat sesuai target
yang diharapkan sehingga terlihat adanya angka besar dilaporan tersebut sebagai keuntungan
yang didapat oleh perusahaan demi menghindari dari kebangkrutan.
Tidak hanya Hisao Tanaka selaku Presiden dan CEO yang mengundurkan diri, pihak
lain yang terlibat pada kasus ini seperti wakil CEO toshiba yaitu Norio Sasaki dan Atsutoshi
Nishida selaku Chief Executive yang sekarang menjadi penasihat toshiba juga mengundurkan
diri. Tanaka dan Sasaki ditekan divisi bisnis untuk memenuhi target yang tinggi sehingga
mereka melebihi laba dan menenunda pelaporan kerugian, mereka merancang laporan ini
agar sulit diketahui oleh auditor. Investigasi independen sebenernya menemukan bahwa
pihak manajemen berbohong mengenai jumlah keuntungan yang mereka dapatkan selama
lebih dari 6 tahun karena ingin memenuhi target internal perusahaan setelah terjadi krisis
finansial tujuh tahun lalu. Akibat tindakannya yang dipandang negatif itu toshiba akan
dijatuhkan denda senilai 300-400 miliar yen karena kasus ini dan toshiba pun berencana
untuk menjual properti dan aset lain mereka untuk menstabilkan neraca keuangan mereka.
Selama penyelidikan, telah ditemukan masalah mengenai perlakuan akuntansi
transaksi bagian dalam produk bisnis visual. Adapun gambaran dari transaksi bagian (jual -
beli transaksi) dan perlakuan akuntansi dalam produk bisnis visual, merujuk ke bagian
mengenai transaksi dalam Bisnis PC yang sama berlaku untuk kedua transaksi. Dalam bisnis
produk visual, transaksi bagian dengan ODMs yang dilakukan untuk melengkapi volume
produksi manufaktur, tergantung pada permintaan aktual. Hal ini berbeda dengan praktik di
Bisnis PC (dijelaskan dalam laporan), dengan tidak ada bukti ditemukan yang menunjukkan
bahwa keuntungan yang sengaja dibesar-besarkan.
Dampak perubahan kebijakan akuntansi atau koreksi atas kesalahan mendasar harus
diperlakukan secara retrospektif dengan melakukan penyajian kembali (restatement) untuk
periode yang telah disajikan sebelumnya dan melaporkan dampaknya terhadap masa sebelum
periode sajian sebagai suatu penyesuaian pada saldo laba awal periode. Menunjuk sebuah
komite khusus untuk mencoba memenangkan kembali kepercayaan dan mencegah
penyimpangan lebih lanjut. Toshiba perlu meningkatkan reformasi struktural yang bertujuan
untuk meningkatkan pendapatan secara nyata. Toshiba juga harus mendeskripsikan langkah-
langkah untuk mereformasi budaya perusahaan disalahkan yang menekan manajer untuk
memenuhi target realistis, dan untuk memperkuat fungsi pengawasan komite audit. Teknik
yang digunakan oleh perusahaan baik besar maupun sedang ialah mampu menilai dan
mengatasi resiko salah saji.
Toshiba melakukan berbagai cara baik mengakui pendapatan lebih awal atau
menunda pengakuan biaya pada periode tertentu namun dengan metode yang menurut
investigator tidak sesuai dengan prinsip akuntansi. Seperti kesalahan penggunaan percentage
of completion untuk pengakuan pendapatan proyek, cash based ketika penggunaan provisi
yang seharusnya dengan metode akrual memaksa supplier menunda penerbitan tagihan meski
pekerjaan sudah selesai. Manajemen biasanya mengeluarkan tantangan target yang besar itu
sebelum akhir kuartal/tahun fiskal.
Hal ini mendorong kepala unit bisnis untuk menggoreng catatan akuntansinya.
Laporan itu juga mengatakan bahwa penyalahgunaan prosedur akuntansi secara terus-
menerus dilakukan sebagai kebijakan resmi dari manajemen. Scandal ini juga disebabkan
oleh budaya PT. Toshiba yang kurang baik tidak bisa melawan atasan. Maksudnya melawan
adalah koreksi atas kesalahan manajemen mengambil keputusan. Dari sini lah karyawan PT.
Toshiba meng-akal-akali laporan keuangan agar terlihat profit, padahal tidak mencerminkan
keuangan yang sebenarnya.