(Mengambil keputusan )
Make-or-buy
Gardiner dan Blackstone (1991) membahas pengaruh kapasitas lantai toko pada
keputusan make-or-buy . jika komponen yang dipertimbangkan untuk produksi in-house harus
berbagi sumber daya dengan produk yang ada dan sumber daya ini digunakan sepenuhnya saat
ini, maka satu-satunya cara untuk menghasilkan komponen baru ini adalah dengan mengambil
kapasitas pada sumber daya itu dari yang ada produk. Hal ini dapat mempengaruhi keuntungan
secara negative, Kontribusi per menit kendala.
Probert (1996) mempelajari enam kasus di mana dia menyelidiki penggunaan prosedur
make-or-buy di perusahaan. Dia menemukan bahwa hanya satu perusahaan yang memiliki proses
yang ada, tetapi keputusan ini tidak didasarkan pada rencana jangka panjang. (Bajec dan
Jacomin, 2010) Ford dkk. (1993). menemukan bahwa sebagian besar perusahaan yang disurvei
mengambil pendekatan operasional atau berbasis biaya untuk keputusan, membuat keputusan
individu untuk mencapai penghematan biaya jangka pendek atau keuntungan operasional.
Perusahaan biasanya menghadapi pilihan untuk membuat input kritis sendiri atau membeli hanya
masalah membandingkan biaya produksi internal dengan harga yang dibebankan oleh eksternal
pemasok, dan memilih alternatif yang paling murah. Namun, pilihan buat-atau-beli bisa
jauhlebih kompleks dalam praktiknya. Literatur telah mencatat, misalnya, bahwa keputusan
sumber dapat dipengaruhi oleh ketakutan akan penangguhan pemasok, kekhawatiran tentang
kebocoran informasi hak milik, kebutuhan untuk memastikan pasokan input berkualitas tinggi
yang tepat waktu dan dapat diandalkan, dan keuntungan prospektif dari budidaya aliansi jangka
panjang dengan pemasok. Kami fokus pada pertimbangan kompetitif strategis yang dapat
memengaruhi keputusan sumber, menunjukkan bahwa pertimbangan ini saja dapat membalikkan
kebijaksanaan konvensional. Kami menunjukkan bahwa ketergantungan saingan pada pemasok
dapat mendorong perusahaan untuk melakukan outsourcing ke pemasok yang sama dari pada
menghasilkan input secara internal bahkan ketika outsourcing lebih mahal daripada produksi
internal. (Mohamed et al., 2013) mengidentifikasi sejumlah kriteria yang mempengaruhi
taktik make or buy. Namun, tak satu pun dari studi ini menyelidiki dampak dari setiap kriteria
pada proses make or buy. Dimana tidak ada upaya untuk menyelidiki apakah dampak dari
setiap kriteria bervariasi dari perusahaan ke perusahaan dan tergantung pada sejumlah variabel.
Investigasi ini penting, karena dapat memberi perusahaan kerangka kerja mengenai kriteria
yang harus diperhitungkan dalam menyelesaikan masalah taktis make or buy.
Terlepas dari pentingnya masalah make-or-buy, keputusan tersebut sering dibuat taktis
dengan perspektif jangka pendek dan murni berdasarkan masalah biaya (Bajec dan Jacomin,
2010). Moschuris (2007) berpendapat bahwa perusahaan menerapkan praktik pengambilan
keputusan make-or-buy secara ad hoc, tanpa rencana yang telah ditentukan sebelumnya.
Sejumlah penelitian (Mohamed et al., 2013; Tripathi, 2010; Brannemo, 2006; Mantel et al.,
2006; Momme, 2002; Park et al., 2000) mengidentifikasi sejumlah kriteria yang mempengaruhi
taktik make-or-buy. Fenomena di Yunani tahun 1990 terkait masalah penciptaan produk
ditemukan perusahaan manufaktur memilih untuk membuat sendiri produknya (make in-house),
namun setelah tahun 2000 banyak perusahaan manufaktur di Yunani memilih untuk
mengsubkontraktor produksinya kepada outsource (buy) untuk menghemat biaya produksi (Van
de Water dan Van Peet, 2006)
Kerangka kerja yang dikembangkan oleh Platts et al. (2000) memberikan representasi
alasan mengenai timbulnya keputusan perusahan untuk Make-or-Buy. Salah satu pemicunya,
yakni lingkungan eksternal yang membuat perusahaan sedikit terpengaruh. Misalnya, persaingan
harga yang meningkat di pasar biasanya memaksa perusahaan untuk mengurangi biaya. Dalam
hal ini, pemicu biaya yang tinggi memunculkan dilemma perusahaan untuk Make-or-buy.
Kerangka kerja Platts et al. (2000) menyarankan empat area untuk pengelompokan faktor yang
relevan dengan pilihan Make or Buy diantaranya teknologi dan proses manufaktur, biaya,
manajemen rantai pasokan, serta logistik dan sistem pendukung. Menurut Probert (1997),
keadaan teknologi sebagai titik awal untuk keputusan Make-or-buy.
Menurut McIvor (2000), kegiatan non-core (non value added) harus dialihdayakan ke
outsource dan kegiatan inti (core) harus dianalisis terlebih dahulu sebelum membuat keputusan
akhir. Jika tolok ukur pemasok bahan baku atau pesaing perusahaan menunjukkan bahwa
perusahaan berkinerja buruk, maka meskipun aktivitas inti harus dialihdayakan secara strategis.
Beberapa elemen kunci dari biaya yang timbul ketika perusahaan membuat sendiri
produknya (make) diantaranya biaya bahan yang dibeli, biaya tenaga kerja langsung, biaya
penyimpanan persediaan tambahan, dan biaya modal tambahan. Di sisi lain, beberapa elemen
kunci dari biaya yang timbul ketika perusahaan membeli produknya dari luar adalah harga
pembelian, biaya transportasi, dan biaya pembelian tambahan (Burt et al., 2010). Selain cost and
benefit, keputusan make-or-buy melibatkan kriteria seperti kualitas, waktu tunggu, dan kinerja
pengiriman. Ketika semua faktor tersebut diambil bersama-sama, keputusan sumber dapat
menjadi sangat kompleks yang berdampak pada profitabilitas perusahaan (Kamble dan Ghosh,
2010).
Permasalahan lainnya yang timbul ketika perusahaan memilih untuk membeli (buy),
adalah faktor kualitatif seperti pemasok yang tidak dapat diandalkan, kebutuhan untuk
mengontrol produksi dan kualitas barang/jasa, serta mempertahankan pengetahuan di dalam
perusahaan dapat menyebabkan pengambilan keputusan (Tayles dan Drury, 2001). Pertimbangan
lain yang mendukung perusahaan untuk membuat sendiri (buy) adalah kerahasiaan desain dan
kecenderungan untuk menstabilkan produksi dan fluktuasi tenaga kerja (Burt et al., 2010).
Keputusan make-or-buy berkaitan dengan produk dan proses manufaktur tetapi lebih
umum berkaitan dengan layanan dan proses bisnis juga (Vallespir dan Kleinhans, 2001). Jenis
keputusan yang terkait dengan make or buy diantaranya keputusan mengenai suku cadang yang
dibutuhkan produksi, gedung baru, peralatan baru, perkakas, dan sebagainya. (Seyedhosseini et
al., 2012). Keputusan lainnya yang tidak berwujud terkait make or buy diantaranya pemasaran,
pergudangan, transportasi, teknologi informasi, quality control, pembersihan, dan keamanan
maupun pemeliharaan (Redmer, 2014; Stojanovic dan Nikolic-Doric, 2014; Jha dkk., 2013; Sena
dan Sena, 2011; Hsiao dkk., 2009; Rogers, 2009; Espino-Rodriguez dkk., 2008; Peng dkk.,
2006).
Azaddin Salem Khalifa, (2021) ‘’ Strategy and what it means to be strategic: redefining strategic,
operational, and tactical decision’’ 381-396
Balakrishnan, J. and Cheng, C.H. (2005), “The theory of constraints and the make-or- buy
decision: an update and review”, The Journal of Supply Chain Management, Vol. 41
No. 1, pp. 40-47.
Bajec, P. and Jacomin, I. (2010), “A make-or-buy decision process for outsourcing”, Promet –
Traffic & Transportation, Vol. 22 No. 4, pp. 285-291.Bidwell, M. (2010), “Problems
deciding: how the structure of make-or-buy decisions leads to transaction
misalignment”, Organization Science, Vol. 21 No. 2, pp. 362-379.
Matthews, J. (2000), “More, better, faster: demand forces manufacturers to outsource”, Silicon
Valley North, June, pp. 1-3
Van de Water, H. and Van Peet, H.P. (2006), “A decision support model based on the analytic
hierarchy process for the make or buy decision in manufacturing”, Journal of
Purchasing and Supply Management, Vol. 12 No. 5, pp. 258-271.
Toma´s F. Espino-Rodrı´guez, Pei-Chun Lai, Tom Baum, (2007), "Asset specificity in make
or buy decisions for service operations An empirical application in the Scottish hotel
secto”, International Journal of Service Industry Management Vol. 19 No. 1, 2008