Anda di halaman 1dari 9

NAMA : ZAINAL ABIDIN

NIM : 12030117420103
Kelas : B

SKEMA FRAUD
Klasifikasi terbaik (taksonomi) untuk memahami skema kecurangan adalah yang
digunakan oleh Association of Certified Fraud Examiners (ACFE). Ada beberapa alasan
untuk pilihan ini:
1. ACFE muncul sebagai organisasi dengan tujuan utama antifraud. Hanya itu
tujuannya yaitu profesi anti kecurangan, sedangkan American Institute of Certified
Akuntan Publik (AICPA), Institut Auditor Internal (IIA), dan Sistem Informasi Audit
dan Pengendalian Asosiasi (ISACA) memiliki dasar yang berbeda tujuan. Kelompok-
kelompok lain memiliki tujuan serupa, tetapi tidak ada yang memiliki tujuan utama
melawan kecurangan. Dengan demikian, model ACFE berfungsi sebagai standar de
facto untuk profesi anti kecurangan.
2. Kedua, taksonomi ACFE telah stabil dari waktu ke waktu. Ada 49
skema penipuan individual yang diklasifikasikan dalam ACFE fraud tree. Angka itu
sudah tidak berubah selama bertahun-tahun. Pelaku kecurangan menemukan cara
yang berbeda atau bahkan baru untuk melakukan kecurangan, tetapi yang paling
sering salah satunya skema kecurangan kuno yang digunakan oleh pelaku (Internet
dan teknologi lainnya membuka cara baru untuk melakukan beberapa kecurangan
yang ada dan tidak benar-benar menciptakan skema baru).
3. Taksonomi ACFE memiliki sejumlah skema yang terbatas. Di luar jumlah tersebut,
sekitar 20 dari 49 skema membuat lebih dari 80 persen dari semua penipuan
berkomitmen.
4. Kategori skema relatif berbeda dalam ACFE fraud tree, terutama bila dibandingkan
dengan taksonomi lainnya. Banyak klasifikasi yang dikategorikan oleh vendor,
pelanggan, karyawan, dan konsumen. Namun beberapa kecurangan melibatkan
vendor dan karyawan (misalnya, suap), jadi ada tumpang tindih dalam
mengklasifikasikan kecurangan secara tunggal.
5. Model ACFE memiliki karakteristik yang dapat dimengerti, digunakan, dan
karakteristik yang unik untuk tiga kategori utama yang membuatnya mudah untuk
diterapkan pada fraud audit, investigasi, program pencegahan kecurangan, dan
sebagainya.

ACFE Fraud Tree : Karakteristik Unik dari Setiap Oganisasi


Penyalahgunaan Kecurangan
Deskripsi Korupsi
Aset Laporan Keuangan
Pelaku kecurangan Dua pihak Karyawan Manajemen eksekutif
Terbesar : $ 1 juta –
Ukuran kecurangan Medium : $ 250.000 Terkecil : $ 93.000
258 juta
Paling sering terjadi :
Frekuensi Kecurangan Medium : 30 % Jarang terjadi : 7,9 %
92,7 %
Motivasi Tantangan, bisnis Tekanan pribadi Harga saham, bonus
Meterialitas Tergantung Tidak Material Material
Perusahaan dan
Penerima manfaat Pelaku kecurangan Pelaku kecurangan
pelaku kecurangan
Ukuran Korban
Tergantung Kecil Besar
Perusahaan
ACFE Fraud Tree

ACFE mengkategorikan tiga model utama dalam kecurangan individu. (1) korupsi,
(2) penyalahgunaan aset, (3) kecurangan atas laporan keuangan. Selebihnya akan terlihat
dalam bagan berikut: (sebelum tahun 2016)

Karakteristik Kategori Skema

Dari tiga cabang utama fraud tree masing-masing memiliki karakteristik yang
berbeda. Perbedaan tersebut meliputi:
1. Pelaku Kecurangan
Pelaku kecurangan dalam laporan keuangan cenderung berasal dari manajemen eksekutif
seperti Chief executive officer (CEO), chief financial officer (CFO) dan beberapa manajer
tingkat lainnya. Sedangkan pelaku kecurangan yang melakukan penyalahgunaan aset
biasanya adalah seorang karyawan. Dalam skema korupsi, pelaku kecurangan bisa siapa
saja dan selalu terdapat dua pihak yang terlibat, bahkan jika seseorang enggan
berpatisipasi. Jelas, ini adalah kelompok orang yang sangat berbeda.
2. Ukuran Kecurangan
Kategori kecurangan dengan rata-rata kerugian tertinggi yaitu kecurangan dalam laporan
keuangan. Rata-rata kecurangan laporan keuangan antara $ 1 juta sampai $ 257,9 juta
tergantung pada survey dan tahun.
Statistik RTTN 2008 menunjukkan rata-rata kecurangan laporan keuangan adalah $ 2 juta
tetapi lebih tinggi tahun sebelumnya. KPMG juga melakukan survei kecurangan secara
berkala terhadap ratusan bisnis dan agen pemerintahan. Dalam survei fraud 2003, KPMG
melaporkan rata-rata kecurangan laporan keuangan adalah $ 257,9 juta.
Untuk perbandingan, rata-rata kecurangan dalam kategori penyalahgunaan aset hanya
150.000 Dollar. Rata-rata kecurangan korupsi sebesar 250.000 Dollar.
3. Frekuensi kecurangan
Kategori dengan kecurangan yang paling sering terjadi yaitu penyalahgunaan aset. Lebih
dari 92 % dari semua kecurangan diklasifikasikan dalam kategori ini.
4. Motivasi
Kecurangan laporan keuangan cenderung dimotivasi oleh motif egosentris, seperti
termotivasi oleh harga saham baik secara langsung maupun tidak langsung. Kecurangan
penyelewengan aset biasanya dimotivasi oleh tekanan ekonomi. Sedangkan kecurangan
korupsi dapat dimotivasi oleh hal-hal yang sama seperti penyelewengan aset. Namun
kecurangan korupsi sering didorong oleh motif bisnis (ekonomi), seperti skema
penyuapan untuk mendapatkan akses pada pasar yang tidak bisa diakses. Motif politik
juga bisa dikaitkan dengan kecurangan korupsi.
5. Materialitas
Materialitas dalam kategori fraud memiliki tingkatan yang berbeda. Kecurangan laporan
keuangan sering dianggap material bagi organisasi dalam jutaan dollar, dan kadang-
kadang dalam milliaran dollar (misalnya Enron dan WorldCom). Penyalahgunaan aset
kemungkinan besar tidak material bagi laporan keuangan. Korupsi bisa jadi material, bisa
juga tidak material, tergantung ukuran organisasi.
6. Penerima manfaat
Kecurangan laporan keuangan dilakukan atas nama perusahaan, meskipun biasanya
kecurangan semacam itu menguntungkan pelaku kecurangan. Penyalahgunaan aset dan
korupsi sebaliknya, menguntungkan pelaku kecurangan dan diklasifikasikan sebagai
kecurangan terhadap perusahaan. Korupsi juga dapat menguntungkan perusahaan dalam
beberapa skema, seperti suap.
7. Ukuran perusahaan yang menjadi korban
Kecurangan laporan keuangan biasanya dimotivasi oleh harga saham atau sesuatu yang
terkait langsung dengan harga saham. Perusahaan tersebut yang menjadi korban
kecurangan laporan keuangan cenderung yang sahamnya diperdagangkan secara publik
atau perusahaan dengan ukuran besar.
Meskipun perusahaan semacam itu lebih kompleks dan sulit dikendalikan, juga
cenderung memiliki banyak sumber daya untuk diterapkan dalam pengendalian internal,
audit internal dan program antifraud. Perusahaan yang seperti ini juga cenderung tunduk
pada peraturan lain, yang umumnya mengarah pada lingkungan yang lebih terkontrol.
Dan yang demikian memiliki resiko kecil terkait dengan penyalahgunaan aset.
Kebalikannya adalah mengenai penyalahgunaan aset dan organisasi korban.
Karena organisasi yang dipengaruhi oleh kecurangan semacam ini cenderung organisasi
kecil, mereka memiliki sumber daya yang langka untuk mencegah dan mendeteksi
kecurangan (tidak peduli, tidak sadar akan risiko, dll.). Seringkali sebuah perusahaan
kecil hanya memiliki satu akuntan dan tidak bisa membenarkan pemisahan tugas yang
tepat sehingga selalu dikaitkan dengan skema penyalahgunaan aset.

1. Skema Laporan Keuangan


Kategori skema laporan keuangan dibagi menjadi dua subkategori: finansial dan non
finansial. Skema kecurangan laporan keuangan yang paling sering ditemui adalah terkait
pendapatan yang berlebihan (revenue overstatement). Terdapat lima skema subkategori
dibawah ini didalam fraud tree:
1. Perbedaan waktu/perlakuan tidak tepat terhadap penjualan (timing differences)
Ada berbagai cara untuk membuat skema perbedaan waktu dengan membesar-
besarkan pendapatan pada periode fiskal tahun berjalan. Salah satu caranya adalah
mendorong kelebihan persediaan ke penjualan atau konsinyasi dimana persediaan
diperlakukan sebagai penjualan, total tersebut akan dikembalikan pada periode
berikutnya. Metode ini dikenal sebagai saluran isian (channel stuffing).
2. Pendapatan fiktif (fiktitious revenues)
Pendapatan fiktif dibuat dengan mencatat penjualan yang tidak pernah terjadi.
Dengan melibatkan pelanggan nyata atau palsu. Hasil akhirnya adalah peningkatan
pendapatan dan laba, dan biasanya aset.
3. Kewajiban tersembunyi (concealed liabilities)
Salah satu cara untuk melakukan kecurangan ini adalah dengan menunda pencatatan
kewajiban di bulan kedua belas tahun berjalan dan mencatat kewajiban tersebut di
bulan pertama periode berikutnya. Sehingga laporan keuangan tahun berjalan akan
memiliki sedikit biaya. Justru karena kemungkinan ini auditor keuangan melakukan
pengujian substantif periode berikutnya dengan mencari faktur yang tertanggal tahun
diaudit tetapi diposting dibulan pertama tahun berikutnya.
Cara lain untuk melakukan kecurangan ini adalah memindahkan kewajiban di
tempat lain. Jika perusahaan besar dan memiliki anak perusahaan, kecurangan ini
dapat dicapai dengan memindahkan kewajiban kepada anak perusahaan.
4. Pengungkapan yang tidak benar (improper disclosures)
Salah satu prinsip fraud adalah bahwa segala sesuatu dilakukan secara diam-diam.
Pelaku kecurangan berusaha untuk menutupi kecurangan dalam buku-buku untuk
menutup-nutupi pengungkapan.
5. Penilaian aset yang tidak benar (improper asset valuation)
Dengan menggelembungkan jumlah aset (umumnya piutang, persediaan, dan aset
jangka panjang), mengkapitalisasi biaya, atau mengecilkan akun kontra seperti
penyisihan piutang tak tertagih, depresiasi, amortisasi, dll), laporan keuangan akan
menunjukkan ekuitas dan laba yang lebih tinggi daripada yang sebenarnya.
2. Skema Korupsi
Skema korupsi adalah suatu bentuk kerangka secara garis besar yang memuat
gambaran umum tentang bagaimana suatu korupsi itu terjadi. Menurut ACFE skema korupsi
terbagi dalam 4 subkategori, yaitu:
1. Konfilik kepentingan (conflict of interest)
Konflik kepentingan terjadi ketika karyawan, manajer, atau eksekutif memiliki
kepentingan ekonomi atau pribadi yang dirahasiakan dalam suatu transaksi sehingga
berdampak merugikan perusahaan. Konflik kepentingan terdiri dari tiga
mikrokategori diantaranya: skema pembelian, skema penjualan dan skema lainnya.
2. Penyuapan (bribery)
Penyuapan dapat didefinisikan sebagai penawaran, pemberian, permintaan
atau penerimaan berbagai hal yang bernilai untuk mempengaruhi keputusan
bisnis/tindakan seseorang.
Bentuk suap terdiri dari:
a. Komisi (kick back) pemberian atau penerimaan sesuatu untuk mempengaruhi
keputusan bisnis.
b. Kecurangan lelang (bid rigging) kecurangan yang dilakukan dengan berbagai
cara untuk memenangkan penyedia barang/jasa tertentu yang dilatarbelakangi
akan adanya pemberian sesuatu yang bernilai dari penyedia yang dimenangkan.
3. Gratifikasi ilegal (illegal gratuities)
Gratifikasi ilegal serupa dengan penyuapan, namun gratifikasi ilegal tidak ada
maksud untuk mempengaruhi keputusan bisnis. Misalnya, seseorang bisa diberikan
hadiah mahal, liburan gratis, dan sebagainya untuk mempengaruhinya dalam bentuk
negosiasi atau kesepakatan bisnis, tetapi hadiah tersebut diberikan setelah
kesepakatan selesai.
4. Pemerasan ekonomi (economic extortion)
Pada dasarnya, pemerasan ekonomi adalah kebalikan dari penyuapan.
Pemerasan ekonomi adalah permintaan dari seseorang atau kelompok dalam
organisasi kepada pihak tertentu dimana pihak tersebut telah diuntungkan oleh
keputusan bisnis yang dibuat oleh organisasi.

3. Skema Penyalahgunaan Aset


Pada dasarnya, penyalahgunaan aset adalah mengkonversi kepemilikan aset yang
sah menjadi keuntungan pribadi yang tidak sah. Definisi penyalahgunaan aset menurut
Black’s Law Dictionary adalah tindakan menyalahgunakan, pengalihan aset dengan tujuan
yang tidak dibenarkan, perampasan yang tidak dibenarkan, istilah ini tidak selalu pasti
berkaitan dengan pemborosan. Istilah ini juga mencakup pengambilan dan penggunaan
properti pihak lain dengan tujuan khusus untuk mengkapitalisasi secara tidak adil atas
goodwill dan reputasi pemilik properti yang bersangkutan.

Joe Wells mendefinisikan penyalahgunaan aset lebih dari sekedar pencurian atau
penggelapan, tetapi juga mencakup penyalahgunaan aset perusahaan untuk keuntungan
pribadi. Skema penyalahgunaan aset memiliki 2 subkategori yaitu 1) kas, 2) persediaan dan
aset lainnya:
3.1. Kas
Skema kas meliputi pengambilan kas dari pemilik. Menurut statistik dari
ACFE, skema kas mendominasi kasus penyalahgunaan aset. RTTN 2008, 85 persen
dari kecurangan penyalahgunaan aset meliputi penyalahgunaan kas. Skema kas pada
ACFE fraud tree dibagi menjadi tiga kelompok: pencurian, kecurangan pengeluaran
kas, dan skimming.
1. Pencurian (larceny)
Joe Wells mendefinisikan pencurian kas sebagai pengambilan kas milik
perusahaan secara sengaja tanpa persetujuan dan bertentangan dengan
keinginan pemilik. Kas yang dicuri oleh karyawan dalam skema pencurian,
kas tersebut telah dicatat dalam sistem akuntansi. Tidak adanya kas
seharusnya lebih mudah terdeteksi daripada skema skimming. Skema
pencurian kas dibagi menjadi tiga kelompok: kas ditangan, kas dari deposito,
dan lainnya.
2. Kecurangan pengeluaran kas (fraudulent disbursements)
Skema kecurangan pengeluaran kas adalah skema mendistribusikan dana
yang dibuat dari beberapa akun perusahaan dalam cara yang tampak normal
tetapi sebenarnya curang. Skema kecurangan pengeluaran kas terdiri dari
lima:
a. Skema penagihan (billing schemes)
Skema penagihan menggunakan sistem akuntansi perusahaan untuk
mencuri dana dengan mengirimkan klaim palsu dalam satu formulir
atau lainnya. Yang termasuk skema penagihan:
 Shell company schemes adalah menciptakan perusahaan fiktif
untuk menghasilkan cek dari sumber daya perusahaan yang
akan diarahkan kepada pelakunya, untuk keuntungannya.
 Nonaccomplice Vendor Schemes melibatkan pelaku
sengaja memesan barang dagangan tidak diperlukan,
mengembalikan barang dagangan untuk kredit ke vendor yang
sah, dan mencegat cek pengembalian uang dari vendor.
 Personal purchase schemes adalah membeli barang-barang
pribadi dengan uang perusahaan (personal purchase schemes).
b. Skema penggajian (payroll schemes)
Skema penggajian hampir sama dengan skema penagihan. Jika skema
penagihan membayar vendor, sedangkan skema penggajian
membayar gaji karyawan.
 Ghost employee schemes adalah pemalsuan atau penipuan
catatan gaji atas nama karyawan yang sebenarnya tidak ada di
perusahaan.
 Commission schemes adalah pelaku kecurangan menggunakan
beberapa metode: menghasilkan penjualan palsu, melebih-
lebihkan penjualan, meningkatkan tingkat komisi, atau
menggunakan beberapa cara lain untuk mendapatkan lebih
banyak komisi daripada yang diperoleh secara sah.
 False workers compasation schemes adalah seorang pekerja
yang memalsukan luka dan menerima pembayaran dari
asuransi.
 Falsified wages schemes adalah pemalsuan jam kerja dan
skema gaji untuk pembayaran karyawan yang lembur atau
tarif pembayaran yang dilebihkan.
c. Skema penggantian biaya (expense reinburshment)
 Misscharacterized expense adalah kecurangan yang dilakukan
karyawan dengan cara pengajuan penggantian klaim biaya
urusan pribadi kepada perusahaan.
 Ovestated expense adalah melebihkan biaya pengeluaran
urusan bisnis yang sebenarnya.
 Fictitious expense adalah pengajuan klaim keseluruhan biaya
kepada perusahaan dengan didasarkan pada bukti pengeluaran
fiktif.
 Multiple reimburshment adalah penggantian beberapa jenis
bukti pengeluaran yang sebenarnya penggantian itu
merupakan penggantian biaya untuk kegiatan yang sama.
d. Skema perubahan cek atau pembayaran elektronik (check tampering)
 Forged maker schemes adalah kecurangan yang melibatkan
penempaan tanda tangan resmi di cek perusahaan.
 Forged endorsement adalah penempaan dukungan tanda
tangan dari penerima yang dimaksud pada cek perusahaan.
 Altered payee adalah pengalihan tujuan pembayaran dari cek
kepada pelaku atau perwakilannya.
 Authorized maker scheme adalah pembuatan cek palsu dengan
otoritas karyawan yang bersangkutan untuk tujuan
kepentingan pribadi.
e. Skema catatan palsu pada cash register (register disburshment)
 False refund adalah kecurangan terkait pengembalian barang.
Pelaku melebih-lebihkan dana terkait nilai pengembalian
barang.
 False void adalah pelaku menyimpan salinan tanda terima
pelanggan pada saat penjualan barang dan menggunakannya
untuk membuat kekosongan fiktif, seakan-akan pelanggan
mengembalikan barang dagangan.
3. Skimming
Skimming adalah pencurian terhadap penerimaan kas yang belum dicatat.
Sehingga sangat sulit untuk mendeteksi skema skimming. Skimming hal
biasa dalam bisnis seperti bar, restoran, mesin penjual otomatis, pom bensin
dan toko ritel. Skema skimming terdiri dari tiga kelompok: penjualan
(penjualan yang tidak dicatat, atau penjualan dilaporkan lebih rendah),
piutang (skema penghapusan, skema lapping, dan skema yang tidak
disembunyikan), dan pengembalian kas.
a. Skimming pada skema penjualan
Jenis skema skimming adalah skema penjualan. Pendapatan
skimming terjadi pada titik penjualan. Misalnya kasir mengatakan
tidak ada penjualan dan mengantongi kas. Satu motivasi dalam
skimming penjualan adalah untuk menghindari membayar pajak
penghasilan atas penjualan tersebut.
b. Skimming pada skema piutang
 Piutang dihapus padahal piutang tersebut sebetulnya tidak
dihapus tetapi ditagih dan tidak dilaporkan (write off schemes).
 Pengambilan uang hasil penagihan untuk sementara waktu
dengan menunda pencatatan penerimaannya (lapping
schemes).

 Pengambilan penerimaan cek dari pelanggan.


c. Skimming pada pengembalian dana
Skimming skema ini lebih jarang terjadi dibandingkan dua skema
lainnya. Biasanya pelaku berada ditempat untuk memperhatikan
kelebihan pembayaran oleh perusahaan, sehingga pengembalian
dananya sesuai. Ketika pengembalian dana dibayarkan kembali ke
perusahaan, pelaku menghalangi pengembalian dana dan
mengkonversikan cek ke kas untung keuntungannya sendiri. Jika
entitas tidak melakukan pengembalian dana, skema ini cukup mudah
untuk disembunyikan.

3.2. Persediaan dan Aset Lainnya (Non Kas)


Skema persediaan dan aset lainnya tidak umum seperti kecurangan kas. Tetapi
keduanya hampir identik dalam rata-rata kerugian. Pada dasarnya terdapat dua cara,
karyawan dapat menyalahgunakan persediaan dan aset non kas lainnya. Aset yang
dapat disalahgunakan (misalnya dipinjam), atau yang dapat dicuri.
1. Penyalahgunaan (misuse)
Kecurangan yang dilakukan dengan menyalahgunakan aset perusahaan tetapi
tidak untuk dicuri. Penyalahgunaan biasanya melibatkan peralatan, terutama
peralatan besar dan atau mahal seperti kendaraan dan komputer.

2. Pencurian (larceny)
a. Rekuisisi dan transfer aset adalah penggunaan dokumen internal
untuk meminta pemindahan aset ke lokasi/cabang lain dalam upaya
pencurian aset.
b. Penjualan dan pengiriman palsu (false sales & shipping) adalah
membuat dokumen pengiriman dan dokumen penjualan palsu
sehingga terlihat seolah-olah terdapat penjualan untuk menutupi
kecurangan yang dilakukan misalnya dengan memalsukan catatan
penjualan.
c. Pembelian dan penerimaan (purchasing & receiving) adalah
pembelian barang yang tidak dibutuhkan dan mencuri aset tersebut
dengan memalsukan catatan penerimaan barang.
d. Penyembunyian pencurian (unconcealed larcency) adalah pencurian
persediaan milik perusahaan tanpa berusaha menyembunyikan
pencuriaan dalam catatan akuntansi. Kejahatan ini biasanya dilakukan
oleh karyawan yang memiliki akses ke persediaan dan aset lainnya,
seperti bagian gudang dan persediaan.

Anda mungkin juga menyukai