Anda di halaman 1dari 13

AKUNTANSI FORENSIK

RESUME

SKEMA FRAUD (FRAUD SCHEMES)

OLEH KELOMPOK 3 :

1) Eka Putri Anggraeni (12030118420043)


2) Fathurrohmah (12030118420059)
3) Hanna Trusty Satila (12030118420067)

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI


PASCASARJANA UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2018
Persentase Kontribusi Kelompok:
1) Eka Putri Anggraeni ( 33% )
2) Fathurrohmah ( 33% )
3) Hanna Trusty Satila ( 33% )

A. ASSOCIATION OF CERTIFIED FRAUD EXAMINERS (ACFE) FRAUD TREE


Association of Certified Fraud Examiners (ACPE) Fraud Tree mengkategorikan
secara tersendiri skema fraud kedalam model kategori, subkategori, dan mikrokategori.
Tiga pola (Top-level) kategori: (1) Fraud Korupsi (Currrption), (2) Fraud
Penyalahgunaan Aset (Asset Misappropriation), (3) Fraud Laporan Keuangan
(Fraudulent Statement). Dimana, karakteristik kategori yang menggambarkan atau
mendefinisikan fraud laporan keuangan berbeda dari karakteristik yang menggambaran
penyalahgunaan aset, ketika menggunakan deskriptor yang sama. Mengapa itu penting ?
pengetahuan mendalam tentang kategori dan karakteristik spesifik mereka sangat penting
dalam keberhasilan merancang dan melakukan fraud audit serta program pencegahan dan
deteksi kecurangan. Association of Certified Fraud Examiners (ACPE) Fraud Tree dapat
digambarkan sebagai berikut :
Pada tiga ketegori fraud tree memiliki karakteistik-kaakteristik yang berbeda-
beda dan memiliki keunikan dengan dua yang lainnya yaitu dapat digambarkan pada

Penyalahgunaan
Keterangan Korupsi Laporan Keuangan
Aset
Fraudster Dua Pihak Karyawan Executive Management
Ukuran dari Fraud Sedang: $250.000 Kecil: $93.000 Besar: $1 Juta ke $258 Juta
Paling Sering:
Frakuensi dari Fraud Sering: 30% Kadang-kadang: 7,9%
92.7%
Motivasi Bisnis Tuntutan Pribadi Harga Saham dan Bonus
Material Tergantung Mungkin Kemungkinan Besar
Fraudster
Benefactor Fraudster Perusahaan dan Fraudster
(Perusahaan)
Ukuran dari Korban
Tergantung Kecil Besar
Perusahaan
tabel sebagai berikut :

Untuk mencegah, mendeteksi, atau menginvestigasi fraud auditor harus mengerti pola
atau skema dari fraud yang digunakan oleh Association of Certified Fraud Examiners
(ACFE) adalah sebagai berikut :
1. Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) merupakan satu-satunya
organisasi antifraud yang primer yang dimana ACFE ini berbeda dengan organisasi
AICPA, IIA, ISACA.
2. Taksonomi ACFE telah stabil seiring berjalannya waktu.
3. ACFE memiliki sejumlah taksonomi yaitu sekitar 20 dari 49 skema yang membuat
80 persen dari semua fraud yang dilakukan. Sehingga, skema fraud yang paling
umum memungkinkan auditor atau akuntan forensik untuk mendeteksi atau
mencegah sebagian besar skema fraud.
4. Skema dari dari Fraud Tree banyak diklasifikasikan oleh vendor, pelanggan,
karyawan dan konsumen namun dalam fraud dapat juga melibatkan vendor dan
karywan. Sehingga ada tumpang tindih dalam mengklasifikasian fraud tunggal.
5. Model AFCE memiliki karakteristik mudah dimengerti, digunakan, dan baik
digunakan dalam tiga ketegori fraud yaitu korupsi, penyalahgunaan aset, dan fraud
laporan keuangan.

B. SKEMA LAPORAN KEUANGAN (FINANCIAL STATMENT SCHEMES)


Pada skema laporan keuangan merupakan skema yang sering dilakukan oleh
Executive Management dengan frakuensi fraud yaitu sebesar 7,9%, kerugian yang
ditanggung sebesar $1 Juta sampai dengan $258 Juta, motivasinya dilakukannya fraud ini
yaitu harga saham dan dibagi menjadi dua subkategori berupa laporan keuangan
(Financial) dan Non Keuangan (Non Financial). Pada skema laporan keuangan
(Financial) terbagi lagi menjadi dua yaitu pelaporan keuangan yang dilaporkan secara
berlebihan dan laporan keuangan yang tidak laporkan. Laporan keuangan yang
dilaporkan secara berlebihan terbagi lagi menjadi beberapa bagian yaitu sebagai berikut:
- Timming Differences
Skema Timming Differences merupakan skema beda untuk membesar-besarkan
pendapatan untuk periode fiskal saat ini. Cara kerja skema ini adalah mendorong
kelebihan persediaan untuk penjual atau konsinyasi dimana persediaan diperlukan
sebagai penjualan.
- Pendapatan Fiktif
Skema pendapatan fiktif merupakan skema dengan mencatat penjualan atau
pendapatan yang tidak pernah terjadi sehingga fraudster dapat menghindari
pembayaran pajak kepada pemerintah.
- Concealed Liabilities (Improper Recording of Liabilities)
Skema fraud ini adalah hanya menunda pencatatan kewajiban di bulan kedua belas
tahun fiskal sehingga tahun berjalan akan memiliki kekurangan biaya, dan mencatat
kewajiban yang di bulan pertama dari tahun fiskal.
- Pengungkapan yang Tidak Benar (Improper Disclosures)
Skema fraud pengungkapan yang tidak benar merupakan skema yang dimana
fraudster dalam pengunggakapan pencatatan akuntansi tidak sesuai dengan GAAP,
contoh kasus Enron menggelembungkan hutangnya ke dalam perusahaan SPE yang
tidak diungkapkan ke dalam laporan keuangan induk perusahaan yaitu Enron.
- Penilaian Tidak Benar terhadap Asset
Skema fruad penilaian tidak benar terhadap aset merupakan skema dengan cara
menggelembungkan jumlah aktiva (piutang umum, persediaan, dan aset jangka
panjang) sehingga di dalam laporan keuangan terlihat baik.
Selamjutnya laporan non keuangan (non financial) merupakan fraud yang biasanya
dilakukan dengan cara pemalsuan surat percayaan karyawan, dokumen internal, dan
dokumen eksternal.

C. SKEMA KORUPSI (CORRUPTION SCHEMES)


Menurut ACFE 2008 RTTN, skema korupsi memberikan kontribusi sebesar 27,4
persen dari total kasus penipuan dengan rata-rata kerugian sebesar $ 375.000. Kasus
korupsi mencakup distorsi ekonomi, gratifikasi ilegal, konflik kepentingan, dan
penyuapan. Kasus penyuapan sendiri dibagi menjadi tiga kategori yaitu : kickback,
tender kolusif, dan lainnya. Kickback adalah pemberian hadiah dari pemasok untuk
petugas atau staff bagian pembelian untuk memengaruhi pilihan, atau dengan kata lain
vendor bermaksud menyuap staff agar barangnyalah yang dipilih. Tender kolusif adalah
bentuk perjanjian kerjasama diantara para peserta tender yang seharusnya bersaing
dengan tujuan memenangkan peserta tender tertentu.
Skema korupsi dilakukan oleh seseorang di dalam sebuah perusahaan (misalnya
karyawan) yang bekerjasama dengan seseorang di dalam maupun di luar perusahaan.
Aktivitas ini biasanya tidak diketahui manajemen maupun editor. Karena pada awalnya
mereka menjalankan bisnis secara etis tetapi seiring berjalannya waktu maka karyawan
ini akan mulai terlibat dengan suap atau skema korupsi lainnya.
- Konflik Kepentingan
Konflik kepentingan adalah situasi dimana seorang karyawan, manajer, maupun
eksekutif memiliki kepentingan ekonomi atau pribadi yang dirahasiakan dalam suatu
transaksi yang berdampak buruk pada perusahaan. Contoh konflik kepentingan ke
dalam undang-undang yang mempunyai keuntungan, yakni pembuktian tindak tindak
pidana korupsi yang mengandung unsur (bestandded) seperti kasus-kasus pengadaan
barang dan jasa.
- Penyuapan
Suap didefinisikan sebagai penawaran, pemberian, penerimaan, atau permintaan
sesuatu yang bernilai untuk memengaruhi suatu tindakan atau keputusan bisnis.
- Gratifikasi Ilegal
Gratifikasi ilegal mirip dengan suap, tetapi gratifikasi ilegal tidak selalu ada niat
untuk memengaruhi keputusan bisnis. Contohnya pemberian terselubung dalam hal
bentuk hadiah perkawinan, hadiah ulang tahun, hadiah perpisahan, dan hadiah
kenaikan jabatan.
- Pemerasan Ekonomi
Pada dasarnya, pemerasan ekonomi adalah kebalikan dari suap. Alih-alih vendor
menawarkan suap, yang ada justru karyawan menuntut pembayaran dari vendor
untuk mendukung vendor.

D. SKEMA PENYALAHGUNAAN ASET (ASSET MISAPPROPRIATION


SCHEMES)
Penyalahgunaan aset adalah sebuah bentuk kecurangan atas hilangnya aset suatu
entitas. Penyalahgunaan aset biasanya terkait dengan pencurian yang dilakukan oleh
oknum-oknum tertentu seperti pegawai dan pihak-pihak internal di perusahaan.
Sejauh ini kasus penipuan yang paling umum adalah penyelewengan aset per RTTN
2008 yaitu sebesar 88,7 persen dari semua jenis penipuan. motivasinya dilakukannya
fraud ini yaitu tuntutan pribadi dan dibagi menjadi dua subkategori berupa Kas dan Non -
Kas.
Cash
Skema Cash yaitu proses penipuan dengan cara mengambil uang tunai dari
perusahaan. Skema cash mendominasi kasus-kasus penyalahgunaan aset. Menurut data
statistik ACFE dalam RTTN 2008, 85 persen dari semua penipuan penyalahgunaan aset
melibatkan penyalahgunaan skema Cash. Skema Cash dalam fraud tree ACFE dibagi
menjadi, skimming, larceny (Pencurian), dan fraudlendt disbursement.
a. Skimming
Skimming merupakan skema uang dijarah sebelum uang tersebut secara fisik
masuk kedalam perusahaan. Cara lapping merupakan salah satu skema yang
dilakukan dalam skema Skimming contohnya adalah karyawan pada bagian
penerimaan pelusanan menerima uang pelunasaan piutang dari konsumen A sebesar
Rp 5JT, karyawan tersebut tidak mencatatnya pelusan piutang yang seolah-olah
konsumen A belum melunasi piutangnya. Uang yang sebesar Rp 5JT dipakai oleh
karyawan, saat berikutnya kosumen B membayar piutangnya sebesar Rp 6JT.
Karyawan akan mencatat pelunasan konsumen A sebesar Rp 5JT, sementara sisanya
Rp 1JT diambil oleh karyawan dan seterusnya sampai datangnya pelusan dari
konsumen C. Sehingga skema lapping merupakan skema bom waktu yang cepat atau
lambat akan mencuat kepermukaan.
- Skimming as a sales schemes
Merupakan penggelapan penjualan yang mudahkarena tidak meninggalkan catatan
penjualan dan tidak menimbulkan kecurigaan. Skimming sales unrecorded biasanya
dilakukan oleh karyawan yang menjual barang dan jasa kepada pelanggan dengan
tidak mencatat penjualan tersebut. Sedangkan skimming sales understated biasanya
dilakukan dengan mencatat penjualan tetapi dengan nominal yang lebih kecil
daripada aslinya yang dilakukan oleh pelaku.
- Skimming receivables
Apabila penggelapan piutang dilakukan, kekososngan pembayaran muncul didalam
pembukuan sebagai akun tunggakan. Penggelapan piutang dapat dilakukan dengan
cara lapping yaitu mengkredit rekeningsatu pelanggan dengan pembayaran yag
diterima dari pelanggan lain. Dapat juga dilakukan dengan cara force balancing yaitu
apabila posting ke akun pelanggan tanpa menyetorkan cek dapat menimbulkan
ketidakseimbangan. Maka, rekening kas akan berlebih sehingga jumlah yang
digelapkan dipaksa untuk menyeimbangkan akun. Cara yang terakhir adalah
uncocealed yaitu karyawan mencuri atau mengubah pernyataan akun atau
menghasilkan laporan palsu.
- Skimming as a refund schemes
Merupakan pengembalian dana dari pihak ketiga tidak diserahkan kepada
perusahaan.
b. Larceny
Larceny merupakan skema kalau uang sudah masuk ke perusahaan dan
kemudian dijarah. Pencurian uang tunai ini merupakan pengambilan uang perusahaan
yang disengaja (mata uang dan cek) tanpa persetujuan dan bertentangan dengan
kehendak perusahaan.
c. Fraudlendt Disbursement
Skema pencairan dana adalah skema distribusi dana yang dibuat dari beberapa
akun perusahaan dengan cara yang tampaknya baik atau normal namun sebernarnya
tidak. Dengan kata lain, sekali uang sudah terekam dalam (atau sudah masuk) ke
sistem, maka skema fraud ini disebut dengan fraud pencairan dana atau dengan
istilah penggelapan dalam bahasa Indonesia. Jenis-jenis Fraundulent Disbursements
adalah :
1. Billing scheme
Skema dengan menggunakan proses pembebanan tagihan sebagai sarananya.
Pelaku dapat mendirikan perusahaan bayangan yang seolah-olah merupakan
pemasok atau rekan atau kontraktor sungguhan.
 Skema shell company
Shell company merupakan perpanjangan dari billing scheme, dimana pelaku
mendirikan “perusahaan bayangan” yang seolah-olah sebagai vendor.
Contohnya adalah dengan membuat vendor fiktif untuk membuat tagihan
palsu.
 Skema pass-through
Skema ini adalah versi dari vendor shell skema dimana pelaku membuat
sebuah perusahaan, tetapi dalam skema ini dia benar-benar membeli produk
melalui vendor pass-through. Pelaku menjual barangnya kepada karyawan,
tetapi pada harga yang melambung. Karyawan akan membayar dengan harga
tinggi barang-barang ini karena pelaku berada dalam posisi menyetujui faktur
atau vendor untuk pembelian. Dengan melambungnya harga ini, pelaku dapat
menyedot dana dari sebuah karyawan ke vendor semu.
 Non accomplice vendor
Skema ini mirip dengan shell company, tetapi dalam skema ini vendor
mengirimkan barang yang ipesan, tetapi harga yang dibayar terlalu tinggi.
Pelaku membuat perusahaan semu untuk menipu karyawan agar membayar
sejumlah barang atau jasa yang dipesan dan kelebihannya diambil pelaku.
Contohnya membayar kelebihan kepada vendor untuk diam-diam
dikompensasikan di penagihan berikutnya (dan mengantongi pengembalian
berikutnya).
 Personal purchases
Merupakan tindak kecurangan yang sederhana, pelaku membuat perusahaan
membayar untuk kepentingan pribadinya. Contohnya menggunakan kartu
kredit atau procurement card perusahaan secara tidak sah (bukan untuk
kepentingan perusahaan dan tanpa ijin yang berwenang dalam perusahaan),
mencuri identitas dan passwor yang bukan kewenangannya untuk melakukan
transaksi internet banking.
2. Payroll Schemes
Payroll schemes adalak skema fraud dalam pembayaran gaji. Bentuk
kecurangannya antara lain dengan pegawai atau karyawan fiktif. Jumlah gaji yang
dilaporkan lebih besar dari gaji yang dibayarkan.
 Ghost employee scheme
Dalam skema ini karyawan tak kasat mata menerima gaji tetapisebenarnya dia
tidak bekerja di perusahaan tersebut.
 Commission schemes
Dalam commission schemes penipu menggunakan beberapa metode yaitu
membuat penjualan palsu, melebihkan penjualan, meningkatkan komisi, atau
menggunakan cara lain untuk mendapatkan lebih banyakkomisi daripada
yang diperoleh secara riil.
 False workers’ compensation schemes
Skema ini melibatkan pekerja yang berpura-pura cedera dan mengklaim
pembayaran asuransi dari perusahaan
 Falsified wages schemes
Fraudster kadang-kadang menggunakan jam kerja yang dipalsukan agar gaji
yang didapat dari hasil lembur sangat besar atau tingkat upah mnjadi lebih
tinggi.
 Expense reimbursment schemes
Skema melalui pembayaran berulang biaya-biaya, misalnya biaya perjalanan.
Contoh seorang salesman mengambil uang muka perjalanan dan
sekembalinya dari perjalanan dia membuat perhitungan biaya perjalanan
kembali.
3. Check tampering
Pemalsuan cek
 Forged maker scheme
Skema yang melibatkan penempatan tanda tangan resmi di cek perusahaan.
 Forged endorsement scheme
Skema yang terdiri dari penempatan dukungan tanda tangan dari penerima
yang dimaksud pada cek perusahaan.
 Altered payee scheme
Skema yang melibatkan pengubahan pembayaran dari cek ke pelaku atau kaki
tangannya.
 Authorized maker scheme
Skema yang terjadi apabila karyawan dengan otoritas tanda tanagan membuat
cek palsu untuk kepentingan mereka sendiri.

4. Register disbursement schemes


Sebuah skema dimana karyawan membuat catatan palsu pada cash register untuk
menyembunyikan penipuan uang tunai. Register disbursement terdiri dari dua hal
yaitu false refund yag merupakan penipuan terkait dengan pengembalian barang.
Biasanya pelaku melebih-lebihkan dana terkait nilai pengembalian barang.
Selanjutnya false void yaitu pelaku menyimpan salinan tanda terima pelanggan
pada saat penjualan dan menggunakannya untuk berbuat penipuan, seperti saat
pelanggan mengembalikan barang dagangan.

Non-cash (Inventory and Other Assets)


Kecurangan non cash diartikan dengan pelaku yang menargetkan barang
inventaris, peralatan, perlengkapan, aset selain kas untuk dicuri dengan berbagai
cara.
 Misuse
Misuse merupakan skema penyalahgunaan aset organisasi yang dipergunakan
tidak semestinya. Misalnya pengunaan aset kendaran bermotor (mobil dinas)
perusahaan atau aset tetap lainnya yang digunakan untuk kepentingan pribadi.
 Larceny
Pencurian (Larceny) merupakan skema pencurian aset perusahaan. Seperti
pemakian mobil dinas perusahaan yang dipakai oleh fraudster namun massa
jabatan fraudster telah habis dan mobil dinas tersebut tidak dikembalikan ke
perusahaan. Skema tersebut dapat dikatakan ke dalam pencurian aset mobil
dinas perusahaan.
E. ANALISIS KASUS ENRON
 Profil Kasus
Enron merupakan perusahaan dari penggabungan antara InterNorth (penyalur
gas alam melalui pipa) dengan Houston Natural Gas. Kedua perusahaan ini
bergabung pada tahun 1985. Bisnis inti Enron bergerak dalam industri energi,
kemudian melakukan diversifikasi usaha yang sangat luas bahkan sampai pada
bidang yang tidak ada kaitannya dengan industri energi. Diversifikasi usaha tersebut,
antara lain meliputi future transaction, trading commodity non-energy dan kegiatan
bisnis keuangan. Kasus Enron mulai terungkap pada bulan Desember tahun 2001 dan
terus menggelinding pada tahun 2002 berimplikasi sangat luas terhadap pasar
keuangan global yang di tandai dengan menurunnya harga saham secara drastis
berbagai bursa efek di belahan dunia, mulai dari Amerika, Eropa, sampai ke Asia.
Dalam kasus Enron diketahui terjadinya perilaku moral hazard diantaranya
manipulasi laporan keuangan dengan mencatat keuntungan 600 juta Dollar AS
padahal perusahaan mengalami kerugian. Manipulasi keuntungan disebabkan
keinginan perusahaan agar saham tetap diminati investor. Kronologis dan Fakta dari
berbagai sumber yang menyebabkan mencuatnya kasus Enron, antara lain:
1.) Board of Director (dewan direktur, direktur eksekutif dan direktur non eksekutif)
membiarkan kegiatan-kegiatan bisnis tertentu mengandung unsur konflik
kepentingan dan mengijinkan terjadinya transaksi-transaksi berdasarkan
informasi yang hanya bisa di akses oleh Pihak dalam perusahaan (insider
trading), termasuk praktek akuntansi dan bisnis tidak sehat sebelum hal tersebut
terungkap kepada publik.
2.) Enron merupakan salah satu perusahaan besar pertama yang melakukan out
sourcing secara total atas fungsi internal audit perusahaan, yaitu:
 Mantan Chief Audit Executive Enron (Kepala Internal Audit) semula adalah
KAP Andersen yang ditunjuk sebagai akuntan publik perusahaan
 Direktur Keuangan Enron berasal dari KAP Andersen
 Sebagian besar Staf Accounting Enron berasal dari KAP Andersen
3.) Pada tanggal 16 Oktober 2001, Enron menerbitkan laporan keuangan triwulan
ketiga. Dalam laporan itu disebutkan bahwa laba bersih Enron telah meningkat
menjadi $393 juta, naik $100 juta dibandingkan periode sebelumnyaCEO Enron,
Kenneth Lay, menyebutkan bahwa Enron secara berkesinambungan memberikan
prospek yang sangat baik. Ia juga tidak menjelaskan secara rinci tentang
pembebanan biaya akuntansi khusus (special accounting charge/expense) sebesar
$1 miliar yang sesungguhnya menyebabkan hasil aktual pada periode tersebut
menjadi rugi $644 juta.
4.) Enron dan KAP Andersen dituduh telah melakukan kriminal dalam bentuk
penghancuran dokumen yang berkaitan dengan investigasi atas kebangkrutan
Enron (penghambatan terhadap proses peradilan).
5.) Dana pensiun Enron sebagian besar diinvestasikan dalam bentuk saham Enron.
Sementara itu harga saham Enron terus menurun sampai hampir tidak ada
nilainya
6.) KAP Andersen diberhentikan sebagai auditor enron pada pertengahan juni 2002,
sementara KAP Andersen menyatakan bahwa penugasan Audit oleh Enron telah
berakhir pada saat Enron mengajukan proses kebangkrutan pada 2 Desember
2001.

 Analisa Kasus Enron


Kasus yang terjadi pada Enron merupakan moral hazard yang dilakukan oleh
manajemen puncak Enron dan didukung dengan outsourcing dari pihak KAP Arthur
Andersen. Penyebab utama dari kasus ini adalah penggunaan outsourcing secara total
atas fungsi audit perusahaan. Hal ini menyebabkan manajemen dapat mengelola dan
memanipulasi segala bentuk informasi yang akan disajikan ke publik dengan
bekerjasama dengan outsources tersebut. Walaupun telah dilakukan berbagai evaluasi
terhadap Enron, seperti: Pada awal tahun 2001 patner KAP Andersen melakukan
evaluasi terhadap kemungkinan mempertahankan atau melepaskan Enron sebagai
klien perusahaan, mengingat risiko yang sangat tinggi. Hasil yang keluar adalah tetap
mempertahankan Enron sebagai klien KAP Andersen. Dipertengahan 2001, CEO
Enron menugaskan penasehat hukum perusahaan untuk melakukan investigasi atas
kekhawatiran tersebut tetapi tidak memperkenankan penasehat hukum untuk
mempertanyakan pertimbangan yang melatarbelakangi akuntansi yang dipersoalkan.
Hasil investigasi oleh penasehat hukum tersebut menyimpulkan bahwa tidak ada hal-
hal yang serius yang perlu diperhatikan. Kondisi-kondisi tersebut mendukung posisi
Enron untuk terus melakukan kecurangan dalam bidang keuangan perusahaan hingga
akhirnya collaps pada 2002.
Permasalahan yang terjadi dalam kasus Enron berawal dari kerugian yang
diderita Enron. Untuk menjaga reaksi positif dari investornya Manajemen Enron
melakukan manipulasi dengan menerbitkan laporan keuangan yang fiktif. Hal ini
didukung oleh pengelolaan outsourcing tidak independen yang dilakukan oleh KAP
Andersen. Walaupun telah dilakukan pengujian terkait risiko perusahaan dan praktik
yang diterapkan, namun hasil yang keluar tetap mendukung adanya pengelolaan
Enron yang berkelanjutan. Hingga pada akhirnya ditelusuri oleh para analis dan
reporter, dan diketahui telah terjadi moral hazard yang dilakukan oleh manajemen
Enron dan KAP Andersen. Alhasil, nilai saham Enron terjun bebas dan mengalami
kebangkrutan dengan mem-PHK 5000 karyawannya.
Bagaimanapun sebuah perusahaan layaknya Enron melakukan kecurangan dan
manipulasi terhadap laporan keuangan dan praktik yang tidak sehat, lambat laun akan
terungkap entah dengan cara bagaimanapun. Dan ketika sudah diketahui kegagalan
pengelolaan manajemen, saat itulah perusahaan akan menderita kerugian yang tidak
dapat ditutupi dengan keuntungan-keuntungan yang diperoleh ketika menjalankan
praktik tidak sehat tersebut.
Kasus Enron berkaitan dengan fraud tree baik dari skema korupsi,
penyalahgunaan aset dan kecurangan laporan keuangan. Namun, lebih materialistis
tergolong kedalam fraud tree laporan keuangan, karena Enron dan KAP Arthur
Enderson bekerjasama untuk melakukan Window Dreesing dalam laporan keuangan
yang merugikan berbagai pihak terutama investor. Dalam melakukan Window
Dreesing Enron membuat pendapatan fiktif dan konrak panjang yang diakui terlebih
dahulu sebagai pendapatan. Selanjutnya, Enron tidak melaporkan utangnya dalam
neraca sehingga investor berpikir bahwa kondisi perusahaan Enron dalam keadaan
baik dan hal tersebut tergolong kedalam subkategori understatement.

Anda mungkin juga menyukai