OLEH :
NI LUH GEDE YASTINI 1917051048
KETUT KRISTINA PUAN MAHARANI 1917051055
I GUSTI NGURAH KOMANG ALVIN PUTRAWAN 1917051069
PRODI S1 AKUNTANSI
JURUSAN EKONOMI DAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2021
2
KONSEP DAN TEORI FRAUD
C. Fraud
Fraud Auditing merupakan proses audit yang memfokuskan pada
keanehan/keganjilan (sesuatu yang tampaknya di luar kebiasaan kemudian menlusuri
dan mendalami transaksi untuk merekonstruksi bagaimana terjadinya dan apa akibat
yang ditimbulkannya). Dalam Fraud audit, proses pengumpulan bukti audit lebih fokus
pada apakah fraud memang tejadi, dan jika terjadi, maka audit mengarah pada
pengumpulan bukti untuk mengetahui dan membuktikan siapa pelakunya (pejabat yang
terlibat), bagaimana fraud itu terjadi (modus operandinya), dimana tempat terjadinya
fraud tersebut, kapan waktu terjadinya, hukum apa yang dilanggar, berapa kerugian
yang diakibatkannya, siapa yang dirugikan dan diuntungkan, serta hal lain yang
berkaitan dengan bukti investigasi.
Peran penting fraud auditor meliputi preventing fraud (mencegah fraud), detecting
(mendeteksi fraud), dan investigating fraud (melakukan investigasi fraud). Dalam
perkembangannya, investigasi akan mengarah pada profesi tersendiri, yaitu akuntan
forensik. Akuntan forensik membutuhkan kombinasi keahlian seorang auditor terlatih
dan penyelidik kriminal. Selain itu, akuntan forensik juga harus memiliki sifat berikut.
1. Sifat waspada dan skeptis dalam arti kewaspadaan dan kehati-hatian terhadap
setiap hal yang menunjukkan kemungkinan adanya fraud.
2. Kemauan yang keras untuk mencari kebenaran dan bukti pendukungnya.
3. Rasa ingin tahu dan suka tantangan pada hal yang tidak lazim, bertentangan
dengan logika, dan apa yang diharapkan secara wajar.
Untuk menjadi akuntan forensik, seorang fraud auditor setidak-tidaknya harus
menguasai hal berikut.
Kemampuan untuk mengidentifikasikan masalah (isu) keuangan, misalnya
money laundring, transfer pricing, pembukaan perusahaan fiktif di luar negeri,
pemindahan dana antarrekening bank.
Memiliki pengetahuan mengenai teknik investigasi dari yang paling dasar
sampai yang rumit.
Memiliki pengetahuan tentang bukti, mencakup pula untuk kepentingan
pengadilan (sebagaimana diatur dalam KUHAP/Hukum Acara Pidana).
Mampu menginterprestasikan informasi keuangan dalam arti informasi
keuangan merupakan kunci untuk mengarah pada investigasi dan bukti yang
diperlukan.
Mampu menginterprestasikan temuan, yaitu bila proses investigasi telah selesai,
akuntan forensic dituntut untuk mampu mengungkap temuan (finding) dengan
jelas, akurat, dan menyakinkan.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas seorang fraud auditor yang efektif, antara
lain harus mampu melakukan hal berikut.
1. Menilai kekuatan dan kelemahan sistem pengendalian intern.
2. Mengidentifikasikan potensi kecurangan dari kelemahan sistem pengendalian
intern dan potensi kecurangan akibat kerentanan/kerawanan kelompok transaksi
atau aktivitas organisasi auditan.
3. Mengindentifikasikan hal yang menimbulkan tanda tanya dan transaksi
istimewa.
4. Memahami praktek, prosedur, dan kebijakan manajemen.
5. Dapat menghitung dan menetapkan besarnya kerugian, dan menyusun laporan
atas kerugian karena fraud untuk kepentingan atau tujuan penyidikan,
penuntutan di pengadilan, atau kepentingan lain (misalnya untuk klaim
asuransi).
6. Mengikuti arus dokumen yang mendukung transaksi dan dokumen pendukung
untuk transaksi yang dipertanyakan.
7. Me-review dokumen yang sifatnya aneh
D. Cabang-cabang fraud
1. Corruption
Korupsi disini merupakan penyalahgunaan wewenang. Maka dari itu pelaku
korupsi ini biasanya merupakan orang-orang yang memiliki kedudukan dalam suatu
instansi maupun organisasi. Contohnya bisa kita lihat sendiri pada banyak kasus yang
terjadi di Indonesia. Biasanya koruptor tersebut merupakan pejabat negara atau instansi
yang memiliki kewenangan tertentu. Corruption memiliki empat bentuk, yaitu:
a. Conflict of interest (konflik kepentingan).
Konflik kepentingan bisa terjadi dalam berbagai bentuk. Perusahaan harus
mengharapkan karyawannya akan melakukan pekerjaan dengan cara yang dapat
memenuhi berbagai kepentingan perusahaan. Konflik kepentingan terjadi ketika seorang
karyawan bertindak atas nama pihak ketiga dalam melakukan pekerjaannya atau
memiliki kepentingan pribadi dalam pekerjaannya yang dilakukannya. Jika konflik
kepentingan karyawan tidak dikehaui oleh perusahaan dan mengakibatkan kerugian
keuangan, maka telah terjadi kecurangan.
b. Bribery ( Penyuapan)
Penyuapan sendiri merupakan pemberian, penawaran, permohonan untuk
menerima, atau penerimaan berbagai hal yang bernilai untuk mempengaruhi seorang
pejabat dalam melakukan kewajiban sahnya. Biasanya orang melakukan ini karena
menginginkan apa yang dikehendakinya berjalan dengan lancar dan sesuai dengan
keinginannya.
c. Illegal gratuities (Hadiah Ilegal)
Hadiah ilegal (illegal gratuity) melibatkan pemberian, penerimaan, penawaran ,
atau permohonan untuk menerima sesuatu yang bernilai karena telah melakukan
tindakan yang resmi. Skema ini hamper sama dengan penyuapan, tetapi transaksinya
terjadi setelah tindakan resmi tersebut dilakukan.
d. Economic Extortion (Pemerasan Ekonomi)
Pemerasan secara ekonomi adalah penggunaan (atau ancaman untuk melakukan)
tekanan (termasuk sanksi ekonomi) terhadap seseorang atau perusahaan, untuk
mendapatkan sesuatu yang berharga. Istilah berharga dapat berupa aset keuangan atau
ekonomi, informasi, atau kerja sama untuk mendapatkan keputusan yang berguna
mengenai sesuatu yang sedang dipermasalahkan.
2. Asset Misappropriation
Asset Misappropriation merupakan penyalahgunaan aset perusahaan yang
dilakukan oleh manager atau karyawan sebuah perusahaan. Aset yang disalahgunakan
bisa berupa kas dan non-kas seperti persediaan ataupun aset lainnya.
Pada penyalahgunaan aset berupa kas terdapat tiga jenis yaitu larceny,
fraudulent disabursement, dan skimming. Larceny yaitu menyalahgunakan uang ketika
uang sudah masuk di perusahaan. Seperti menyalahgunakan uang kas yang ada di
perusahaan, dari deposito dan lain-lain. Fraudulent disbursement (penipuan pencaian)
ada lima jenis, yaitu skema pembebanan tagihan (billing schemes), skema pembayaran
gaji (payroll schemes), skema penggantian biaya (expense reimbursement schemes),
pemalsuan cek (check tampering) dan pengeluaran yang sudah masuk dalam cash
register (register disbursement). Sedangkan skimming yaitu menyalahgunakan uang
sebelum uang tersebut masuk ke perusahaan. Penyalahgunaan dalam skimming bisa
melalui penjualan, penerimaan, pengembalian dan lain-lain.Pada penyalahgunaan aset
berupa non-kas seperti persediaan dan lain-lain terdapat dua jenis yaitu
menyalahgunakan (misuse) dan larceny.