Anda di halaman 1dari 9

AUDITING

Konsep Dan Teori Fraud

OLEH :
NI LUH GEDE YASTINI 1917051048
KETUT KRISTINA PUAN MAHARANI 1917051055
I GUSTI NGURAH KOMANG ALVIN PUTRAWAN 1917051069

PRODI S1 AKUNTANSI
JURUSAN EKONOMI DAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2021
2
KONSEP DAN TEORI FRAUD

A. Pendeteksian error dan fraud


Sebagian besar bukti-bukti kecurangan merupakan bukti-bukti tidak sifatnya
langsung. Petunjuk adanya kecurangan biasanya ditunjukkan oleh munculnya gejala-
gejala (symptoms) seperti adanya perubahan gaya hidup atau perilaku seseorang,
dokumentasi yang mencurigakan, keluhan dari pelanggan ataupun kecurigaan dari rekan
sekerja. Pada awalnya, kecurangan ini akan tercermin melalui timbulnya karakteristik
tertentu, baik yang merupakan kondisi / keadaan lingkungan, maupun perilaku
seseorang. Karakterikstik yang bersifat kondisi / situasi tertentu, perilaku / kondisi
seseorang personal tersebut dinamakan Red flag (Fraud indicators). Meskipun
timbulnya red flag tersebut tidak selalu merupakan indikasi adanya kecurangan, namun
red flag ini biasanya selalu muncul di setiap kasus kecurangan yang terjadi. Pemahaman
dan analisis lebih lanjut terhadap Red flag tersebut dapat membantu langkah selanjutnya
untuk memperoleh bukti awal atau mendeteksi adanya kecurangan. Berikut adalah
gambaran secara garis besar pendeteksian kecurangan berdasar penggolongan
kecurangan oleh ACFE tersebut di atas.
1. Kecurangan Laporan Keuangan (Financial Statement Fraud).
Kecurangan dalam penyajian laporan keuangan umumnya dapat dideteksi melalui
analisis laporan keuangan sebagai berikut:
 analisis vertikal, yaitu teknik yang digunakan untuk menganalisis hubungan
antara item-item dalam laporan laba rugi, neraca, atau Laporan arus kas dengan
menggambarkannya dalam persentase. Sebagai contoh, adanya kenaikan
persentase hutang niaga dengan total hutang dari rata-rata 28% menjadi 52%
dilain pihak adanya penurunan persentase biaya penjualan dengan total
penjualan dari 20% menjadi 17% mungkin dapat menjadi satu dasar adanya
pemeriksaan kecurangan.
 analisis horizontal, yaitu teknik untuk menganalisis persentasepersentase
perubahan item laporan keuangan selama beberapa periode laporan. Sebagai
contoh adanya kenaikan penjualan sebesar 80% sedangkan harga pokok
mengalami kenaikan 140%. Dengan asumsi tidak ada perubahan lainnya dalam
unsur-unsur penjualan dan pembelian, maka hal ini dapat menimbulkan
sangkaan adanya pembelian fiktif, penggelapan, atau transaksi illegal lainnya.
 analisis rasio, yaitu alat untuk mengukur hubungan antara nilai-nilai item dalam
laporan keuangan. Sebagai contoh adalah current ratio, adanya penggelapan
uang atau pencurian kas dapat menyebabkan turunnya perhitungan rasio
tersebut.

2. Asset Misappropriation (Penyalahgunaan aset).


Teknik untuk mendeteksi kecurangan-kecurangan kategori ini sangat banyak
variasinya. Namun, pemahaman yang tepat atas pengendalian intern yang baik dalam
pos-pos tersebut akan sangat membantu dalam melaksanakan pendeteksian kecurangan.
Dengan demikian, terdapat banyak sekali teknik yang dapat dipergunakan untuk
mendeteksi setiap kasus penyalahgunaan aset. Masing-masing jenis kecurangan dapat
dideteksi melalui beberapa teknik yang berbeda. Misalnya, untuk mendeteksi
kecurangan dalam pembelian ada beberapa metode deteksi yang dapat digunakan.
Metode-metode tersebut akan sangat efektif bila digunakan secara kombinasi gabungan,
setiap metode deteksi akan menunjukkan anomalies / gejala penyimpangan yang dapat
diinvestigasi lebih lanjut untuk menentukan ada tidaknya kecurangan. Selain itu,
metode-metode tersebut akan menunjukkan kelemahan-kelemahan dalam pengendalian
intern dan mengingatkan / memberi peringatan pada auditor akan adanya potensi
terjadinya kecurangan di masa mendatang.
B. Error
Kesalahan (errors) adalah salah saji atau kealpaan dalam laporan keuangan yang
tidak disengaja, yang dalam keadaan tersebut para pengambil keputusan dapat berubah
keputusannya, keadaan-keadaan berikut yang termasuk dalam kriteria kesalahan (errors)
adalah :
1. Kesalahan - kesalahan dalam pengumpulan atau pemerosesan data akuntansi
yang menjadi dasar pembuatan laporan keuangan.
2. Taksiran akuntansi yang tidak benar yang berasal dari salah penfsiran.
3. Kesalahan-kesalahan dalam penerapan (aplikasi) prinsip-prinsip akuntansi,
yang berkenaan dengan jumlah, klasifikasi, dan cara-cara penyajiannya ataupun
pengungakapannya.
Penyimpangan (irregularities) adalah salah saji atau penghapusan dalam laporan
keuangan yang disengaja, yang dalam keadaan demikian para pengambil keputusan
berubah keputusannya. Penyimpangan dalam laporan keuangan ini biasanya
menyesatkan bagi pemakai. Istilah yang biasa digunakan adalah kecurangan manajemen
(management fraud). Kriteria-kriteria yang termasuk dalam penyimpangan, meliputi :
1. Manipulasi, falsifikasi, dan alterasi catatan-catatan akuntansi atau dokumen
pendukung yang menjadi dasar pembuatan laporan keuangan.
2. Salah penyajian (misrepresentations) atau penghapusan (omissions) yang
sengaja atas transaksi-transaksi dan informasi penting lainnya.
3. Salah penerapan (misapplication) prinsip-prinsip akuntansi terhadap jumlah,
klasifikasi, cara penyajian, dan pengungkapan yang disengaja.

C. Fraud
Fraud Auditing merupakan proses audit yang memfokuskan pada
keanehan/keganjilan (sesuatu yang tampaknya di luar kebiasaan kemudian menlusuri
dan mendalami transaksi untuk merekonstruksi bagaimana terjadinya dan apa akibat
yang ditimbulkannya). Dalam Fraud audit, proses pengumpulan bukti audit lebih fokus
pada apakah fraud memang tejadi, dan jika terjadi, maka audit mengarah pada
pengumpulan bukti untuk mengetahui dan membuktikan siapa pelakunya (pejabat yang
terlibat), bagaimana fraud itu terjadi (modus operandinya), dimana tempat terjadinya
fraud tersebut, kapan waktu terjadinya, hukum apa yang dilanggar, berapa kerugian
yang diakibatkannya, siapa yang dirugikan dan diuntungkan, serta hal lain yang
berkaitan dengan bukti investigasi.
Peran penting fraud auditor meliputi preventing fraud (mencegah fraud), detecting
(mendeteksi fraud), dan investigating fraud (melakukan investigasi fraud). Dalam
perkembangannya, investigasi akan mengarah pada profesi tersendiri, yaitu akuntan
forensik. Akuntan forensik membutuhkan kombinasi keahlian seorang auditor terlatih
dan penyelidik kriminal. Selain itu, akuntan forensik juga harus memiliki sifat berikut.
1. Sifat waspada dan skeptis dalam arti kewaspadaan dan kehati-hatian terhadap
setiap hal yang menunjukkan kemungkinan adanya fraud.
2. Kemauan yang keras untuk mencari kebenaran dan bukti pendukungnya.
3. Rasa ingin tahu dan suka tantangan pada hal yang tidak lazim, bertentangan
dengan logika, dan apa yang diharapkan secara wajar.
Untuk menjadi akuntan forensik, seorang fraud auditor setidak-tidaknya harus
menguasai hal berikut.
 Kemampuan untuk mengidentifikasikan masalah (isu) keuangan, misalnya
money laundring, transfer pricing, pembukaan perusahaan fiktif di luar negeri,
pemindahan dana antarrekening bank.
 Memiliki pengetahuan mengenai teknik investigasi dari yang paling dasar
sampai yang rumit.
 Memiliki pengetahuan tentang bukti, mencakup pula untuk kepentingan
pengadilan (sebagaimana diatur dalam KUHAP/Hukum Acara Pidana).
 Mampu menginterprestasikan informasi keuangan dalam arti informasi
keuangan merupakan kunci untuk mengarah pada investigasi dan bukti yang
diperlukan.
 Mampu menginterprestasikan temuan, yaitu bila proses investigasi telah selesai,
akuntan forensic dituntut untuk mampu mengungkap temuan (finding) dengan
jelas, akurat, dan menyakinkan.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas seorang fraud auditor yang efektif, antara
lain harus mampu melakukan hal berikut.
1. Menilai kekuatan dan kelemahan sistem pengendalian intern.
2. Mengidentifikasikan potensi kecurangan dari kelemahan sistem pengendalian
intern dan potensi kecurangan akibat kerentanan/kerawanan kelompok transaksi
atau aktivitas organisasi auditan.
3. Mengindentifikasikan hal yang menimbulkan tanda tanya dan transaksi
istimewa.
4. Memahami praktek, prosedur, dan kebijakan manajemen.
5. Dapat menghitung dan menetapkan besarnya kerugian, dan menyusun laporan
atas kerugian karena fraud untuk kepentingan atau tujuan penyidikan,
penuntutan di pengadilan, atau kepentingan lain (misalnya untuk klaim
asuransi).
6. Mengikuti arus dokumen yang mendukung transaksi dan dokumen pendukung
untuk transaksi yang dipertanyakan.
7. Me-review dokumen yang sifatnya aneh

D. Cabang-cabang fraud
1. Corruption
Korupsi disini merupakan penyalahgunaan wewenang. Maka dari itu pelaku
korupsi ini biasanya merupakan orang-orang yang memiliki kedudukan dalam suatu
instansi maupun organisasi. Contohnya bisa kita lihat sendiri pada banyak kasus yang
terjadi di Indonesia. Biasanya koruptor tersebut merupakan pejabat negara atau instansi
yang memiliki kewenangan tertentu. Corruption memiliki empat bentuk, yaitu:
a. Conflict of interest (konflik kepentingan).
Konflik kepentingan bisa terjadi dalam berbagai bentuk. Perusahaan harus
mengharapkan karyawannya akan melakukan pekerjaan dengan cara yang dapat
memenuhi berbagai kepentingan perusahaan. Konflik kepentingan terjadi ketika seorang
karyawan bertindak atas nama pihak ketiga dalam melakukan pekerjaannya atau
memiliki kepentingan pribadi dalam pekerjaannya yang dilakukannya. Jika konflik
kepentingan karyawan tidak dikehaui oleh perusahaan dan mengakibatkan kerugian
keuangan, maka telah terjadi kecurangan.
b. Bribery ( Penyuapan)
Penyuapan sendiri merupakan pemberian, penawaran, permohonan untuk
menerima, atau penerimaan berbagai hal yang bernilai untuk mempengaruhi seorang
pejabat dalam melakukan kewajiban sahnya. Biasanya orang melakukan ini karena
menginginkan apa yang dikehendakinya berjalan dengan lancar dan sesuai dengan
keinginannya.
c. Illegal gratuities (Hadiah Ilegal)
Hadiah ilegal (illegal gratuity) melibatkan pemberian, penerimaan, penawaran ,
atau permohonan untuk menerima sesuatu yang bernilai karena telah melakukan
tindakan yang resmi. Skema ini hamper sama dengan penyuapan, tetapi transaksinya
terjadi setelah tindakan resmi tersebut dilakukan.
d.  Economic Extortion (Pemerasan Ekonomi)
Pemerasan secara ekonomi adalah penggunaan (atau ancaman untuk melakukan)
tekanan (termasuk sanksi ekonomi) terhadap seseorang atau perusahaan, untuk
mendapatkan sesuatu yang berharga. Istilah berharga dapat berupa aset keuangan atau
ekonomi, informasi, atau kerja sama untuk mendapatkan keputusan yang berguna
mengenai sesuatu yang sedang dipermasalahkan.

2. Asset Misappropriation  
Asset Misappropriation merupakan penyalahgunaan aset perusahaan yang
dilakukan oleh manager atau karyawan sebuah perusahaan. Aset yang disalahgunakan
bisa berupa kas dan non-kas seperti persediaan ataupun aset lainnya.
Pada penyalahgunaan aset berupa kas terdapat tiga jenis yaitu larceny,
fraudulent disabursement, dan skimming. Larceny yaitu menyalahgunakan uang ketika
uang sudah masuk di perusahaan. Seperti menyalahgunakan uang kas yang ada di
perusahaan, dari deposito dan lain-lain. Fraudulent disbursement (penipuan pencaian)
ada lima jenis, yaitu skema pembebanan tagihan (billing schemes), skema pembayaran
gaji (payroll schemes), skema penggantian biaya (expense reimbursement schemes),
pemalsuan cek (check tampering) dan pengeluaran yang sudah masuk dalam cash
register (register disbursement). Sedangkan skimming yaitu menyalahgunakan uang
sebelum uang tersebut masuk ke perusahaan. Penyalahgunaan dalam skimming bisa
melalui penjualan, penerimaan, pengembalian dan lain-lain.Pada penyalahgunaan aset
berupa non-kas seperti persediaan dan lain-lain terdapat dua jenis yaitu
menyalahgunakan (misuse) dan larceny.

3. Fraudulent Statement (kecurangan pencatatan)


Fraudulent statements atau kecurangan dalam pencatatan laporan merupakan
jenis kecurangan yang berhubungan dengan laporan keuangan. Kecurangan jenis ini
biasanya dilakukan oleh perusahaan ketika perusahaan menginginkan atau hendak
melakukan sesuatu. Jenis kecurangan ini yang biasanya menjadi perhatian lebih oleh
auditor. Kecurangan dalam penulisan laporan ini bisa berupa penulisan catatan
keuangan maupun non-keuangan.
Catatan berupa keuangan itu seperti menyajikan aset aset atau pendapatan lebih
tinggi dari yang sebenarnya dan mencatat aset atau pendapatan lebih rendah dari yang
sebenarnya. Sedangkan non-keuangan seperti kesalahan dalam memberikan kepada
pihak yang salah atau bukan seharusnya. Hal ini berkaitan dengan dokumen internal,
dokumen eksternal dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA

Amrizal. 2004. PENCEGAHAN DAN PENDETEKSIAN KECURANGAN OLEH


INTERNAL AUDITOR. Tersedia pada
http://bpkp.go.id/public/upload/unit/investigasi/files/Gambar/PDF/cegah_deteksi.
pdf. Diakses pada tanggal 30 Maret 2021.
Karyono. 2002. FRAUD AUDITING. Journal The WINNERS. Vol. 3 No. 2, 150-160.
Putri, Anisa. 2012. KAJIAN: FRAUD (KECURANGAN) LAPORAN KEUANGAN.
Jurnal Riset Akuntansi & Komputerisasi Akuntansi. 1-10.
Sudarmono dkk. 2008. FRAUD AUDITING (edisi 5). Bogor, Pusdiklatwas BPKP.

Anda mungkin juga menyukai