Anda di halaman 1dari 16

LINDA GRACE LOUPATTY, SE.,M.AK.

,AK
FRAUD DAN KORUPSI

1. Fraud Dalam UU di Indonesia

2. Beberapa Statistik Kejahatan di


Indonesia

3. Fraud Tree dan Manfaatnya

4 Akuntansi Forensik dan Jenis Fraud

5. Definisi Korupsi

6. Pendekatan Sosiologis

7. Korupsi dan Tinjauan Sosiologi

8. Delapan Pertanyaan Tentang Korupsi


FRAUD DALAM PERUNDANGAN KITA

Pengumpulan dan pelaporan statistic tentang kejahatan di suatu negara


dapat dilakukan sesuai dengan klasifikasi kejahatan dan pelanggaran
(atau tindak pidana) menurut ketentuan perundang-undangan negara
tersebut.

Dalam membaca dan menggunakan statistic kejahatan di Indonesia, perlu


diingat rendahnya kesadaran untuk melaporkan kejahatan. Banyak faktor
yang menyebabkan masyarakat enggan melaporkan kejahatan. Di
antaranya, tercermin dari ungkapan sehari-hari “ melapor kehilangan
kambing, berakhir dengan kehilangan kerbau “. Oleh karena itu, beberapa
kajian luar negeri tentang data kejahatan di indonesia memberi
peringatan “crimes may be unreported”. Gejala ini dilaporkan BPS dalam
Statistik Politik dan Keamanan 2002.
Rangkaian statistik kejahatan di awali dari pakar Indonesia yang
mempublikasikan penelitiannya di jurnal ilmiah internasional.

Kolom berjudul Crime Rate menunjukan jumlah kejahatan unuk setiap


100.000 berdasarkan sumber data yang sama, tingkat kerawanan
setiap provinsi di Indonesia berbeda. Selama tahun 2003 diketahui
bahwa DKI Jakarta paling rawan tindak kejahatan ( peringkat BEBERAPA
pertama ) dengan total kasus mencapai 37.895 kejadian dan resiko STATISTIK
kemungkinan mengnalami tindak mencapai 228 orang per 100.000 KEJAHATAN DI
penduduk.peringkat kedua yang dinilai rawan kejahatan adalah provinsi INDONESIA
Jawa Timur dengwan total kasus 26.347 kejadian kejahatan.
FRAUD TREE (POHON FRAUD)
Corruption Asset Misappropration Fraudulent Statments

Conflicts of Ilegal Economic Non-


Bribery Financial
Interest Graduities Extortion Financial

Cash Non-Cash

Pohon ini menggambarkan cabang-cabang


dari fraud dalam hubungan kerja,
beserta ranting dan anak rantingnya.
Occupational fraud tree ini mempunyai
tiga cabang utama, yakni corruption,
asset misappropriation, dan fraudulent
statements.
Fraud tree yang dibuat ACFE sangat bermanfaat. Fraud tree memetakan
fraud dalam lingkungan kerja. Peta ini membantu akuntan forensik
mengenali dan mendiagnosis fraud yang terjadi. Ada gejala-gejala
“penyakit” farud yang dalam auditing dikenal sebagai red flags. Dengan
memahami gejala-gejala ini dan menguasai teknik-teknik audit
investigatif, akuntan forensic dapat mendeteksi fraud tersebut.

MANFAAT
FRAUD
TREE
Fraud Triangle

Sudut pertama dari segi tiga itu diberi judul pressure yang merupakan
perceived non-sharieable financial need. Perceived opportunity. Sudut
ketiga, rationalization.
AKUNTAN FORENSIK DAN JENIS FRAUD Oleh karena itu, akuntan forensik
atau audit investigative hampir tidak
menyentuh fraud yang menyebabkan
Keluarnya Sarbanes-Oxley laporan keuangan menjadi
Act memaksa independent menyesatkan, dengan dua
auditors di seluruh dunia pengecualian.
Dari tiga cabang fraud di
lebih berhatihati dalam - Pertama, ketika “regulator” seperti
atas, yakni corruption, Baperpam, Securities and Exchange
misappropriation of melakukan general audit,
khususnya dalam upaya Commission, atau Financial Service
asset, dan fraudulent Authority (OJK, Otoritas Jasa
statement akuntan menentukan fraudulent
Keuangan) mempunyai dugaan kuat
forentik memuaskan statements. Kegagalan bahwa laporan audit suatu kantor
perhatian pada dua mereka menemukan fraud akuntan publik mengandung
cabang pertama. yang menyebabkan laporan kekeliruan yang serius (atau kantor
Mengapa? Cabang keuangan menjadi akuntan publik yang bersangkutan
fraudulent statement
menyesatkan, akan mengakui hal tersebut).
menjadi pusat perhatian - Kedua, ketika fraudulent
dalam audit atas laporan membawa konsekuensi
besar, bahkan fatal seperti statements dilakukan dengan
keuangan (general audit pengolahan data secara elektronis,
atau opinion audit). dalam kasus Arthur
terintegrasi, dan besar-besaran atau
Andersen”. penggunaan computer yang dominan
dalam penyiapan laporan.
Korupsi Menurut Ilmu Politik
Dalam ilmu politik, korupsi didefinisikan sebagai
DEFINISI KORUPSI penyalahgunaan jabatan dan administrasi, ekonomi atau
politik, baik yang disebabkan oleh diri sendiri maupun
orang lain, yang ditujukan untuk memperoleh
keuntungan pribadi, sehingga meninmbulkan kerugian
Pengertian Korupsi Menurut Undang-Undang
Menurut Undang-Undang No.31 Tahun 1999
bagi masyarakat umum, perusahaan, atau pribadi
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, lainnya.
yang termasuk dalam tindak pidana korupsi
adalah:
Setiap orang yang dikategorikan melawan
hukum, melakukan perbuatan memperkaya diri
sendiri, menguntungkan diri sendiri atau orang Korupsi Menurut Ahli Ekonomi
lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan
Para ahli ekonomi menggunakan definisi yang lebih
kewenangan maupun kesempatan atau sarana
yang ada padanya karena jabatan atau konkret. Korupsi didefinisikan sebagai pertukaran yang
kedudukan yang dapat merugikan keuangan menguntungkan (antara prestasi dan kontraprestasi,
negara atau perekonomian negara. imbalan materi atau nonmateri), yang terjadi secara
diam-diam dan sukarela, yang melanggar norma-norma
yang berlaku, dan setidaknya merupakan
penyalahgunaan jabatan atau wewenang yang dimiliki
salah satu pihak yang terlibat dalam bidang umum dan
swasta.
P Dalam pendekatan sosiologi, definisi korupsi yang lazim dipergunakan
adalah “penyalahgunaan wewenang pejabat untuk keuntungan pribadi”
E (“the abuse of public power for private gain”).

N Lingkungan perekonomian dan kelembagaan menentukan lingkup


D S korupsi dan insentif untuk melakukan korupsi. Sistem
perekonomian dan kelembagaan yang meningkatkan manfaat
E O atau “keuntungan” korupsi cenderung memiliki empat ciri :

K S A
Individu pejabat mempunyai kekuasaan mutlak
(substantial monopoly power) atas pengambilan keputusan
A I
B C = MP + D - A – Tdm
T O Pejabat yang bersangkutan mempunyai kelonggaran
wewenang (discretion) yang besar Keempat ciri di samping melahirkan
A L rumus atau persamaan:
Di mana:
N O
C
Mereka tidak perlu mempertanggungjawabkan C = corruption (korupsi)
(tidak accountable terhadap) tindakan mereka MP= monopoly power (kekuasaan mutlak)
D = discretion (kelonggaran wewenang)
G A = accountability (akuntabilitas)
Tdm = transparency of decision – making
I D Dan mereka beroperasi dalam lingkungan yang (keterbukaan dalam pengambilan keputusan)
rendah tingkat keterbukaannya.
S
Dari kasus – kasus korupsi
sekitaran tahun 1970 – 1980-an
yang dilaporkan Prof. Alatas,
dapat disimpulkan antara lain  Tipologi korupsinya tidak banyak
berikut ini: berubah. Beberapa di antaranya
merupakan penyakit kekanak – kanakan
alias mencuri terang – terangan.

 Bahkan “pemain”-nya masih yang itu-itu juga


(meskipun sudah berganti nama) seperti bank – bank
BUMN yang menjadi Bank Mandiri atau Bank BNI,
Pertamina, distributor pupuk, ABRI (sekarang TNI),
dan lain-lain.

KASUS
 Gebrakan membawa sukses “sesaat” seperti DALAM
terlihat dalam hasil kerja Komisi Empat, Opstib, TINJAUAN
Opstibpus, dan lain-lain. SOSIOLOGI
KORUPSI – TINJAUAN SOSIOLOGI ADITJONDRO

Ada beberap kesimpulan yang dibuat Aditjoro mengenai


korupsi kepresidenan di Indonesia, yang perlu diketahui
akuntan forensik:

 Bentuk oligarki berkaki tiga (Istana, Tangsi, dan Partai


penguasa) yang melanggengkan dan mewariskan korupsi
kepada pemerintahan penerus.

 Oligarki yang dipimpin oleh istri (Nyonya Tien Soeharto)


atau suami (Taufiq Kiemas) presiden atau spouse-led
oligarchi. Aditjoro menambahkan bahwa itulah sebabnya
sejumlah penulis mengingatkan Taufiq Kiemas, suami
Megawati Soekarnoputri, untuk menarik pelajaran dari
kasus Mike Arroyo (suami Gloria Macapagal Arroyo) dan
dari Asif Zardari (suami Benazir Bhutto).

 Oligarki dan jejaring bisnis dan politik yang membentengi


keperntingan mantan penguasa dengan segala cara
“pemindahan kekayaan?”
4
1
3 Pertanyaan Keempat
Pertanyaan Pertama Pertanyaan Ketiga What is the 5
Pertanyaan
What is corruption? 2 What are the common magnitude of
Kelima
characteristics of corruption?
Do higher
Pertanyaan Kedua countries with high
wages of
Which countries are corruption?
6 bureaucrats
the most corrupt? reduce
Pertanyaan 7 corruption?
Keenam Pertanyaan
Can competetion Ketujuh 8
reduce Why have there
corruption? DELAPAN been o few Pertanyaan
PERTANYAAN (recent) succesful Kedelapan
TENTANG attempts to fight Does corruption
KORUPSI corruption? adversely affect
growth
What are the common
What is corruption? characteristics of countries with
Korupsi umumnya high corruption? Ada teori – teori
didefinisi adalah yang melihat ciri-ciri umum negara
penyalahgunaan jabatan korup dari peranan lembaga-lembaga
1
di sektor pemerintahan
3 (institutional theories).
pertama memandang mutu lembaga
(misuse of public
dan karenanya juga korupsi dibentuk
office) untuk oleh faktor – faktor ekonomi.
keuntungan pribadi. theories kedua menekankan peran
lembaga – lembaga secara lebih
langsung.

Which countries are


the most corrupt? What is the magnitude of
Bagaimana kita corruption? Peringkat negara-
negara berdasarkan persepsi
mengukur korupsi
tingkat korupsi bersifat
2 sedemikian rupa 4 subjektif. Kesimpulan diambil
sehingga kita bukan dari penelitian yang
memperoleh gambaran mendalam melainkan atas
antar-negara. dasar kesan, dan pengamatan
sekilas (anecdotal).
Do higher wages of bureaucrats
Why have there been o few (recent)
reduce corruption?
succesful attempts to fight corruption?
Bukti sistematis yang menunjukkan
Di banyak negara, termasuk indonesia,
5 hubungan antara kenaikan gaji dan 7 pemberantasan korupsi dilakukan melalui
tingkat korupsi memang meragukan.
gebrakan-gebrakan oleh lembaga atau aparat
Rauch dan Evans (2000) menemukan
(penegak) hukum dan keuangan (para
tidak ada bukti kuat mengenai hubungan
pemeriksa, seperti auditor dan investigator).
antara kenaikan gaji dan turunnya
tingkat korupsi.

Does corruption adversely affect


Can competetion reduce growth ?
corruption?

6 Di era order baru, ada pakar dan


Pertanyaannya mengenai apakah 8 pengamat yang berargumentasi
persaingan dapat menekan bahwa korupsi justru mendorong
korupsi, berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi.
pendekatan untuk menekan
korupsi melalui peningkatan
persaingan.

Anda mungkin juga menyukai