Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

“KONSEP KEPERILAKUAN DARI PSIKOLOGI DAN PSIKOLOGI SOSIAL”

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK VII :

LINDA LATRI DJABUMIR (2017-30-197)

HAMIDA MOLLE (2017-30-043)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PATTIMURA

AMBON

2020
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kami naikan ke hadirat Tuhan yang maha Esa Atas rahmat dan karunianya kami
dapat menyelasaikan Tugas Akuntansi Keperilakuan dengan “ judul konsep keperilakuan dari
psikologi dan psikologi sosial” Dengan baik dan tepat waktu.

Kami harap Makalah ini dapat menambah wawasan bagi penulis dan pembaca,dengan Hormat
kami ucapkan Terimakasih.

Ambon,16 November 2020

KELOMPOK VII
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang

I.II Rumusan Masalah

I.III Tujuan Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

A. Sikap
B. Perubahan sikap
C. Motivasi
D. Persepsi
E. Pembelajaran
F. Kepribadian
G. Emosi

BAB III PENUTUP

III.I Kesimpilan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang

Beberapa riset akuntansi mulai mencoba menghubungkan dan menganggap


penting untuk memasukkan aspek keperilakuan dalam akuntansi. Sejak meningkatnya
orang yang sudah memberikan pengakuan terhadap beberapa aspek perilaku dari
akuntansi terdapat suatu kecenderungan untuk memandang secara lebih luas terhadap
bagian akuntansi yang lebih subtansial. Perspektif perilaku menurut pandangan ini telah
dipenuhi dengan baik sehingga membuat sistem akuntansi yang lebih dapat dicerna dan
lebih bisa diterima oleh paramanajer/pimpinan dan karyawannya. Pelayanan akuntansi
mungkin juga telah sampai pada puncak permasalahan yang rumit dan gagasan akuntansi
dapat muncul dari beberapa nilai yang ada. Tetapi, pertimbangan perilaku dan sosial tidak
berarti mengubah dari tugas akuntansi secara radikal. Namun mulai mengembangkan
perspektif dalam mendekati beberapa pengertian yang mendalam mengenai pemahaman
atas perilaku manusia pada organisasi.
Akuntansi keperilakuan berada di balik peran akuntansi tradisional yang berarti
mengumpulkan, mengukur, mencatat dan melaporkan informasi keuangan. Dengan
demikian, dimensi akuntansi berkaitan dengan perilaku manusia dan juga dengan desain,
konstruksi, serta penggunaan suatu system informasi akuntansi yang efisien. Akuntansi
keperilakuan, dengan mempertimbangkan hubungan antara perilaku manusia dan system
akuntansi, mencerminkan dimensi sosial dan budaya manusia dalam suatu organisasi.
Stainer juga menjelaskan secara singkat mengenai definisi keperilakuan, yaitu sebagai
suatu riset ilmiah yang berhadapan secara langsung dengan perilaku manusia. Definisi ini
menangkap permasalahan inti dari ilmu keperilakuan, yaitu riset ilmiah dan perilaku
manusia.
Persamaan dan perbedaan ilmu keperilakuan dan akuntansi keperilakuan
mempunyai kaitan dengan penjelasan dan prediksi keperilakuan manusia. Akuntansi
keperilakuan menghubungkan antara keperilakuan manusia dengan akuntansi. Ilmu
keperilakuan merupakan bagian dari ilmu sosial, sedangkan akuntansi keperilakuan
merupakan bagian dari ilmu akuntansi dan pengetahuan keperilakuan. Namun ilmu
keperilakuan dan akuntansi keperilakuan sama-sama menggunakan prinsip sosiologi dan
psikologi untuk menilai dan memecahkan permasalahan organisasi. Akuntansi
keperilakuan, dengan mempertimbangkan hubungan antara perilaku manusia dan system
akuntansi, mencerminkan dimensi social dan budaya manusia dalam suatu organisasi.
Akuntansi keperilakuan (behavioral accounting) adalah cabang akuntansi yang
mempelajari hubungan antara perilaku manusia dengan system akuntansi yang
mempelajari hubungan antara perilaku manusia dengan system akuntansi (Siegel, G. et
all. 1989), istilah system akuntansi yang dimaksud di sini dalam arti yang luas yang
meliputi system pengendalian, system penganggaran, desain akuntansi pertanggung
jawaban, desain organisasi seperti desentralisasi atau sentralisasi, desain pengumpulan
biaya, desain penilaian kinerja sertaserta pelaporan keuangan. Secara lebih rinci ruang
lingkup akuntansi keperilakuan meliputi :
1. Mempelajari pengaruh antara perilaku manusia terhadap desain, konstruksi dan
penggunaan system akuntansi yang diterapkan dalam perusahaan, yang berarti
bagaimana sikap dan gaya kepemimpinan manajemen mempengaruhi sifat
pengendalian akuntansi dan desain organisasi.
2. Mempelajari pengaruh system akuntansi terhadap perilaku manusia, yang berarti
bagaimana system akuntansi mempengaruhi motivasi, produktifitas, pengambilan
keputusan, kepuasan kerja dan kerja sama.
3. Metode untuk memprediksi perilaku dan strategi untuk mengubahnya, yang berarti
bagaimana system akuntansi dapat dipergunakan untuk mempengaruhi perilaku.
Sebagai bagian dari ilmu keperilakuan (Behavioral Science), teori-teori akuntansi
keperilakuan dikembangkan dari ilmu keperilakuan dikembangkan dari penelitian
empirisnya perilaku manusia di organisasi. Dengan demikian, peranan penelitian
dalam pengembangan ilmu itu sendiri sudah tidak diragukan lagi. Ruang lingkup
penelitian di bidang akuntansi sangat luas sekali, tidak hanya meliputi bidang
akuntansi manajemen saja, tetapi juga menyangkut penelitian dalam bidang etika,
auditing (pemeriksaan akuntan), system informasi akuntansi bahkan juga akuntansi
keuangan.
Konsep keprilakuan dari psikologi dan psikologi social ini adalah bertujuan untuk
memberikan pengakuan terhadap beberapa aspek perilaku dari akuntansi untuk
memandang secara lebih luas terhadap bagian akuntansi yang lebih substansial
Menurut Robbins (2003), Ketiga hal tersebut, yaitu psikologi, sosiologi dan psikologi
sosial menjadi kontribusi utama dari ilmu keperilakuan. Ketiganya melakukan
pencarian untuk menguraikan dan menjelaskan perilaku manusia, walaupun secara
keseluruhan mereka memiliki perspektif yang berbeda mengenai kondisi manusia.
terutama merasa tertarik dengan bagaimana cara individu bertindak. Fokusnya
didasarkan pada tindakan orang-orang ketika mereka bereaksi terhadap stimuli dalam
lingkungan mereka, dan perilaku manusia dijelaskan dalam kaitannya dengan ciri,
arah dan motivasi individu.
Keutamaan psikologi didasarkan pada seseorang sebagai suatu organisasi.
Psikologi, merupakan ilmu pengetahuan yang berusaha mengukur, menjelaskan dan
kadang mengubah perilaku manusia.
Para psikolog memperhatikan studi dan upaya memahami perilaku individual.
Mereka yang telah menyumbangkan dan terus menambah pengetahuan tentang
perilaku organisasional teoritikus pembelajaran, teoritikus keperibadian,
psikologikonseling dan psikologi industri dan organisasi. Bila psikologi
memfokuskan perhatian mereka pada individu, sosiologi mempelajari sistem sosial di
mana individu-individu mengisi peran-peran mereka, jadi sosiologi mempelajari
orang-orang dalam hubungan denganmanusia-manusia sesamanya.
Psikologi sosial merupakan disiplin yang telah ada sejak lama. Namun, secara
resmi disiplin ini baru menjadi satu ilmu yang mandiri sejak tahun 1908. Pada tahun
itu terdapat 2 buku teks yang terkenal, yaitu Introduction to Social Psychology yang
di tulis oleh William McDougall, seorang psikolog, dan Social Psychology: An
Outline and Source Book yang di tulis oleh E.A.Ross, seorang sosiologi. Berdasarkan
latar belakang penulisnya, dapat dipahami bahwa psikologi sosial bisa diklaim
sebagai bagian dari psikologi maupun sosiologi.
I.II Rumusan Masalah

1. Bagaimana Konsep-konsep yang ada pada wilayah Psikologi dan Psikologi sosial dapat
diterapkan terhadap system secara teoritis pada Akuntansi keperlakuan ?

I.III Tujuan Penulisan

2. Agar Pembaca dapat memahami Konsep-konsep yang ada pada wilayah Psikologi dan
Psikologi sosial dan bagaimana cara agar dapat diterapkan terhadap system secara teoritis
pada Akuntansi keperlakuan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sikap
Sikap adalah suatu hal mengenai kecenderunagn bereaksi baik dengan cara yang
menguntungkan maupun tidak menguntungkan secara konsisten pada orang, objek,
ide/gagasan, atau situasi. Istilah objek sikap digunakan untuk menggabungkan seluruh
objek terhadap seseorang yang mungkin bereaksi. Sikap dipelajari, dibangun dengan
baik, dan sulit untuk diubah. Seseorang belajar tentang/ mendapat sikap dari pengalaman
pribadi, orang tua, teman sebaya, dan kelompok sosial. Akuntansi keperilakuan harus
tahu tentang sikap untuk memahami dan memprediksi perilaku seseorang.
Akuntansi keperilakuan mungkin juga berkepentinagn dalam sikap para karyawan
terhadap sebuah paket kompensasi yang diusulkan, sikap auditor internal terhadap
pengenalan paket perangkat lunak yang baru, dan sikap pelanggan terhadap sebuah
perubahan pengemasan.
1. Komponen Sikap
Sikap memiliki komponen kognitif, emosional, dan perilaku. Komponen kognitif
disempurnakan dari gagasan, pandangan, dan kepercayaan salah satunya mengenai
objek sikap komponen emosional atau afektif mengarah pada perasaan terhadap objek
sikap. Perasaan positif meliputi rasa suka, hormat, atau empati. Perasaan negative
termasuk rasa tidak suka, rasa takut, atau benci. Komponen keperilaku mengarah
pada bagaimana seseorang bereaksi terhadap objek sikap.
2. Konsep Terdekat Sikap
Yang berhubungan dekat dengan sikap adalah konsep kepercayaan, pendapat,
nilai, dan kebiasaan. Secara luas, kepercayan mungkin didefenisikan sebagai
komponen kognitif atas sikap. Kepercayaan mungkin didasarkan pada dugaan bukti
ilmiah, atas prasangka atau sebaih intuisi.
Opini atau pendapat kadang-kadang didefenisikan sebagai sinonim untuk sikap
dan kepercayaan. Secara umum, opini dipandang sebagai konsep yang lebih sempit
dari sikap. Seperti halnya kepercayaan, pendapat dihubungkan dengan komponen
kognitif atas sikap dandikaitkan dengan bagaimana seseorang menilai atau
mengevaluasi sebuah objek.
Nilai adalah sasaran hidup yang penting dan standar keperilakuan. Nilai adalah
dan perasaan dasar yang mana orang-orang mengorientasikan diri mereka ke arah
sasaran yang lebih tinggidan mereka membedakan apa yang bermanfaat dan indah
dari apa yang jorok dan tidaksopan. Nilai ini akan mempengaruhi sikap dan perilaku.
Kebiasaan adalah pola yang tanpa disadari, otomatis, dan berulang dari tanggapan
perilaku.
3. Fungsi Sikap
Sikap memberikan empat fungsi utama :
1. Pemahaman/pengetahuan/fungsi membantu seseorang memberi arti, menyusun
pengertian dari, informasi atau kejadian baru.
2. Kebutuhan akan kepuasan. Misalnya, orang cenderung untuk membentuk sikap
positif terhadap objek saat memperoleh apa yang mereka inginkan dan bersifat
negative terhadap objek saat dihalangi untuk mendapatkan apa yang mereka
butuhkan.
3. Ego yang Defensif Pembelaan diri melalui pengembangan atau perubahan untuk
melindungi orang dari dasar pengakuan kebenaran tentang diri mereka atau dunia.
4. Ekspresi nilai, orang-orang memperoleh kepuasan dengan mengekspresikan diri
mereka melalui sikapnya.
4. Pembentukan dan Perubahan Sikap
Pembentukan sikap mengarah pada pengembangan sebuah sikap terhadap sebuah
objek ketika tidak terdapat sikap sebelumnya. Perubahan sikap mengarah pada
penggantian sebuah sikap yang telah ada sebelumnya dengan sikap baru. Sikap
terbentuk atas dasar factor psikologi, pribadi/personal, dan sosial.
5. Sikap dan Konsistensi
Riset umumnya telah menyimpulkan bahwa orang-orang yang mengusahakan
konsistensi antara sikap-sikapnya serta antara sikap dan perilakunya.ini berarti
individu-individu berusaha untuk menghubungkan sikap-sikap mereka yang terpisah
yang menyelaraskan sikap dengan perilaku mereka sehingga mereke kelihatan
rasional dan konsisten.
6. Formasi Sikap dan Perubahan
Sikap dibentuk berdasarkan karakter faktor psikologis,pribadi,dan factor sosial.

B. Beberapa Teori Terkait dengan Sikap


1. Teori perubahan sikap
Teori perubahan sikap membantu kita memperkirakan permohonan apa yang
paling efektif, yang mana sikap kemungkinan besar berubah sebagai hasil dari
permohonan, dan dalam keadaan tersebut yang mana sebuah permohonan tidak
menjadi efektif. Kita harus mengingat bahwa sikap mungkin berubah tanpa dorongan
dari luar. Sebagai contoh, jika seseorang diarahkan terhadap informasi baru mengenai
objek, maka perubahan sikap mungkin dihasilkan. Karyawan yang setia yang
mempelajari bahwa karyawan keuangan puncak perusahaan telah menggelapkan dana
untuk beberapa tahun yang lalu mungkin mengubah kecenderungannya terhadap
perusahaan, eksekutif perusahaan secara umum, dan pekerjaannya sendiri.

2. Teori Penguatan dan Tanggapan Stimulus


Teori peguatan dan tanggapan stimulus Perubahan sikap fokus pada bagaimana
seseorang menanggapi stimulus khusus. Penempatan teori lebih menegaskan
komponen stimulus dari pada respon.

3. Teori pertimbangan Sosial


Riset umumnya telah menyimpulkan bahwa orang-orang mengusahakan konsistensi
antara sikap-sikapnya serta antar sikap dan perilakunya.

4. Konsistensi dan Teori Perselisihan


Beberapa teori perubahan sikap mengasumsikan bahwa seseorang mencoba untuk
mempertahankan sebuah konsistensi, atau kesesuaian, antara sikap dan perilaku
mereka.Teori ini menegaskan pentingnya gagasan dan kepercayaan seseorang. Teori
konsistensi menyatakan bahwa hubungan antara sikap dan perilaku seimbang ketika
tidak terdapat stress kognitif dalam system. Teori ini berkaitan dengan hubungan
antara unsure kognitif (informasi, kepercayaan, dan gagasan). Ketidaksesuaian
kognitif terjadi ketika seseorang mempunyai dua kondisi yang bertentangan.
5. Teori Disonansi kognitif
Disonasi tidak bisa dilepaskan dari lingkungan kerja Organisasi.oleh karena
itu,setiap orang dapat saja terlinat dalam hal ini.
Apakah implikasi teori disonasi kognitif bagi organisasi ? Teori ini dapat membantu
memprediksikan kecenderungan untuk mengambil bagian dalam perubahan sikap dan
perilaku.
6. Teori Persepsi Diri
Teori ini menyatakan bahwa orang-orang mengembangkan sikap mereka
berdasarkan cara mereka mengobservasi dan menginterpretasikan perilakunya dengan
kata lain, teori menempatkan bahwa sikap tidak menentukan perilaku, tetapi lebih
kepada sikap dibentuk setelah perilaku terjadi sehingga sikap akan menjadi konsisten
dengan perilaku. Teori fungsional menyatakan bahwa sikap membantu orang untuk
memperoleh kebutuhannya, seperti diskusi ada awal bab. Sehinggan untuk mengubah
sikap sesorang kita harus menemukan apa kebutuhan dari orang tersebut.

C. Motivasi
Motivasi adalah proses memulai kesadaran dan tindakan dengan maksud tertentu.
Motivasi adalah kunci untuk memulai, manjalankan, memelihara dan mengarahkan
perilaku. Motivasi juga terkait dengan reaksi subjektif yang terjadi selama proses ini.
Manajer dan akuntan perilaku harus memotivasi orang-orang pada level ini pada kinerja
yang diharapkan agar tujuan organisasi tercapai. (Siegel;1989:34)
Motivasi adalah konsep yang penting untuk akuntan perilaku karena efektivitas
organisasi tergantung pada performa orang-orang sebagaimana mereka diharapkan
bekerja. Manajer dan akuntan perilaku harus memotivasi orang-orang ke tingkat
performa yang diharapkan ini agar sasaran organisasi dapat dicapai.
1. Teori Motivasi dan Aplikasinya

Mengarahkan dan memotivasi orang lain adalah pekerjaan manajer.Terdapat keyakinan


bahwa perilaku manusia ditimbulkan oleh motivasi.

2. Teori motivasi Awal


Tiga Teori Spesifik dirumuskan selama kurun waktu ini meskipun ketiga teori tersebut
telah diserang dengan keras dan saat ini validitasnya dipertanyakan.ketiga teori ini
adalah Teori hierarki (anak tangga) Kebutuhan, X dan Y,serta teori motivasi Higiene.

3. Teori kebutuhan dan kepuasaan


Moslow menjelaskan suatu bentuk teori kelas. Teorinya menjelaskan bahwa masing-
masing individu mempunyai beraneka ragam kebutuhan yang dapat mempengaruhi
perilaku mereka.
Hierarki kebutuhan manusia oleh Moslow

 Kebutuhan fisiologis (physiologis needs ), yaitu kebutuhan fisik , seperti rasa lapar, rasa
haus, kebutuhan akan perumahan, pakaian, dan lain sebagainya.
 Kebutuhan akan keamanan (safety needs ), yaitu akan kebutuhan keselamatan dan
perlindungan dari bahaya, ancaman, perampasan atau pemecatan.
 Kebutuhan sosial (social needs ), yaitu kebutuhan akan rasa cinta dan kepuasan dalam
menjalin hubunnga dengan orang lain, kebutuhan akan kepuasan dan perasaan memiliki
serta diterima dalam suatu kelompok, rasa kekeluargaan, persahabatan, dan kasih sayang.
 Kebutuhan akan penghargaan (esteem needs ), yaitu kebutuhan akan status atau
kedudukan, kehormatan diri, reputasi, dan prestasi.
 Kebutuhan akan aktualisasi diri (self actualization needs ), yaitu kebutuhan pemenuhan
diri untuk mempergunakan potensi ekspresi diri dan melakukan apa yang paling sesuai
dengan dirinya.

4. Teori X dan teori Y


Teori X dan Teori Y diungkapkan oleh Douglas McGregor yang mengemukakan
strategi kepemimpinan efektif dengan menggunakan konsep manajemen partisipasi.
Konsep terkenal dengan menggunakan asumsi-asumsi sifat dasar manusia. Pemimpin
yang menyukai teori X cenderung menyukai gaya kepemimpinan otoriter dan
sebaliknya, seorang pemimpin yang menyukai teori Y lebih menyukai gaya
kepemimpinan demokratik. Untuk kriteria karyawan yang memiliki tipe teori X adalah
karyawan dengan sifat yang tidak akan bekerja tanpa perintah, sebaliknya karyawan
yang memiliki tipe teori Y akan bekerja dengan sendirinya tanpa perintah atau
pengawasan dari atasannya. Tipe Y ini adalah tipe yang sudah menyadari tugas dan
tanggung jawab pekerjaannya.

5. Teori Kebutuhan McClelland


Teori ini pada awalnya dikembangkan oleh McClelland pada awal tahun 1990. Teori
McClelland mempunyai suatu faktor hierarki yang memotivasi perilaku. Dalam kasus
ini, terdapat tiga faktor yaitu prestasi, kekuatan dan afiliasi. Riset yang dilakukan oleh
McClellandmembri hasil bahwa terdapat tiga karakreristik dari orang yang memiliki
kebutuhan prestasi yang tinggi, yaitu :

1. Orang yang memiliki kebutuhan prestasi yang tinggi memiliki rasa tanggung jawab yang
tinggi terhadap pelaksanaan suatu tugas atau pencarian solusi atas suatu permasalahan.
2. Orang yang memiliki kebutuhan prestasi yang tinggi cenderung menetapkan tingkat
kesulitan tugas yang moderat dan menghitung risikonya.
3. Orang yang memiliki kebutuhan prestasi yang tinggi memiliki keinginan yang kuat untuk
memperoleh umpan balik (feed back ) atau tanggapan atas pelaksanaan tugasnya.

6. Teori Dua Factor

Pada pertengehan tahun 1960-an Herzberg mengajukan suatu teori motivasi yang di bagi
kedalam beberapa faktor. Asumsi terpenting dari bentuk teori Herzberg adalah factor
yang mempunyai pengaruh positif dalam motivasi dan menjadi bahan perbedaan yang
menyenangkan dari seluruh pengaruh negatif. Faktor-faktor ini meliputi : kebijakan
perusahaan , kondisi pekerjaan, hubungan perseorangan, keamanan kerja dan gaji. Faktor
motivasi meliputi : prestasi, pengakuan, tantangan pekerjaan, promosi, dan tanggung
jawab.

D. Teori Kotemporer Motivasi


1. Teori keadilan
Teori keadilan pertama kali dipublikasikan oleh Adam pada tahun1963. Dalam teori
keadilan, kunci ketidakpuasan terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh seorang individu
adalah jika orang tersebut membandingkannya dengan lingkungan lainnya.

2.Teori ERG
Teori ERG (existence, relatedness, growth ) menganggap bahwa kebutuhan akan
manusia memilki tiga hierarki kebutuahan, yaitu kebutuhan akan eksistensi ( existence
needs), kebutuhan akan keterikatan ( relatedness needs ) dan kebutuhan akan
pertumbuhan (growth needs ).

3. Teori harapan

Teori ini dikembangkan sejak tahun 1930-an oleh Kurt Levin dan Edward Tolman.
Teori harapan disebut juga teori valensi atau teori instrumentalis. Variabel-variabel kunci
dalam teori harapan adalah: usaha (effort), hasil (income),harapan (expectancy),
instrumen-instrumen yang berkaitan dengan hubungan antara hasil tingkat pertama
dengan hasil tingkat kedua,hubungan antara prestasi dan imbalan atas pencapaian
prestasi, serta valensi yang berkaitan dengan kader kekuatan dan keinginan seseorang
terhadap hasil tertentu.

4. Teori penguatan
Teori penguatan memiliki konsep dasar yaitu :

1. Pusat perhatian adalah pada perilaku yang dapat diukur, seperti jumlah yang dapat
diproduksi, kualitas produksi, ketepatan pelaksanaan jadwal produksi, dan sebagainya.
2. Kontinjensi penguatan (contingencies of reinforcement), yaitu berkaitan dengan urutan-
urutan antara stimulus, tanggapan, dan konsekuensi dari perilaku yang ditimbulkan.
3. Semakin pendek interval waktu antara tanggapan atau respon karyawan (misalnya
prestasi kerja) dengan pemberian penguatan (imbalan), maka semakin besar pengaruhya
terhadap perilaku.

5. Teori penetapan tujuan


Teori ini dikembangkan oleh Edwin Loceke(1986) konsep dasar dari teori ini adalah
bahwa karyawan yang memahami tujuan (apa yang diharapkan organisasi terhadapnya)
akan terpengaruh perilaku kerjanya.

6. Teori Atribusi

Teori ini dikembangkan oleh Fritz Heider yang berargumentasi bahwa perilaku
seseorang ditentukan oleh kombinasi antara kekuatan internal(internal forces), yaitu
faktor-faktor yang berasal dari dalam diri seseorang, seperti kemampuan atau usaha, dan
kekuatan eksternal (eksternal forces), yaitu factor-faktor yang berasal dari luar seperti
kesulitan dalam pekerjaan atau keberuntungan. Peran – peran atribusi trdapat tiga bagian
yaitu.

1. Perbedaan (distinctiveness)
2. Consensus (consensus)
3. Konsistensi (consistency)

7. Teori agensi

Teori ini mengasumsikan kinerja yang efisien dan bahwa kinerja organisasi ditentukan oleh
usaha dan pengaruh kondisi lingkunngan. Teori ini secara umum mengasumsikan bahwa
principal bersikap netral terdadap risiko sementara agen bersikap menolak usaha dan risiko.

8. Pendekatan dyadic
Pendekatan tersebut menyatakan bahwa ada dua pihak, yaitu atasan (superior) dan
bawahan (subordinate), yang berperan dalam [proses evaluasi kinerja. Pendekatan ini
dikembangkan oleh Danserau et al. pada tahun 1975. Danserau menyatakan bahwa
pendekatan ini tepat untuk menganalisis hubungan antara atasan dan bawahan karena
mencerminkan proses yang menghubungkan keduanya.
E. Persepsi
Persepsi adalah Bagaimana orang-orang melihat atau menginterprestasikan peristiwa,
objek, serta manusia. Menurur kamus Bahasa Indonesia Persepsi adalah sebagai tanggapan
(penerimaan) langsung dari sesuatu atau proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui
panca indra. Sedang dalam lingkup yang lebih luas Persepsi merupakan suatu proses yang
melibatkan pengetahuan sebelumnya dalam memperoleh dan menginterprestasikan stimulus
yang ditunjukkan oleh panca indra.

1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi adalah Faktor Dalam Situasi


2. Yang terdiri dari waktu, keadan (tempat kerja), keadan social adalah Faktor Pada
Pemersepsian
3. Yang terdiri dari sikap, motif, kepentingan, pengalaman dan pengharapan adalah Faktor
Pada Target dan juga yang terdiri dari hal baru, gerakan, bunyi, ukuran, latar belakang,
kedekatan.

1. Rangsangan fisik versus kecenderungan individu

Rangsangan Fisik adalah input yang berhubungan dengan perasaan, seperti pegelihatan dan
sentuhan. Sedang Kecenderungan Individu meliputi alas an, kebutuhan, sikap, pelajaran dari
masa lalu dan harapan. Perbedaan persepsi antar orang-orang disebabkan karena perasaan
individu yang menerimanya berbeda fungsi dan hal ini terutama disebabkanoleh kecenderungan
perbedaan. Empat factor lain yang berhubungan dengan kecenderungan individu adalah
kekerabatan, perasaan, arti penting dan emosi.

2. Pilihan, organisasi, dan penafsiran rangsangan

Pilihan untuk merasakan sesuatau tergantung pada rangsangan yang dialami, harapan, dan alasan
dari individu yang bersangkutan.

3. Keterkaitan persepsi bagi para akuntan

Perilaku para akuntan dapat menerapkan pengetahuan persepsi terhadap banyak aktifitas
organisasi. Misalnya dalam evaluasi kinerja, cara penilaian atas seseorang mungkin dipengaruhi
oleh ketelitian persepsi penyeia. Kesalahan atau bias penilaian mungkin diakibatkan oleh
sandiwara yang mencoba untuk menakut-nakuti sehingga karyawan mrasa tidak puas dan
meninggalkan perusahaan. Oleh karena itu para penyelia perlu mengenali perasaan mereka
terhadap bawahannya. Bawahan tertentu dapat mempengaruh evaluasi mereka, dan harus
waspada terhadap sumber penyimpangan persepsi ini. Kesalahan persepsi dapat juga mendorong
kearah ketegangan hubungan antar pribadi karyawan. Ketika sesuatu dilihat sebagai sesuatu yang
menegangkan seorang penyelia perlu menentukan penyebab terjadinya peristiwa bisnis yang
dipandang berbeda oleh orang-orang yang berbeda.
4. Persepsi orang : membuat penilaian mengenai orang lain

Dalam bahasan mengenai persepsi orang dalam membuat penilaian terhadap orang lain, hal ini
akan dikaitkan dengan teori atribusi. Pada dasarnya teori ini menyarankan bahwa jika seseorang
mengamati prilaku seorang individu, orang tersebut berusaha menentukan apakah prilaku itu
disebabkan oleh factor internal atau eksternal, tetapi penentan tersebut sebagian besarbergantung
pada tiga factor berikut:

1. Kekhususan (ketersendirian) merujuk pada apakah seorang individu memperlihatkan


prilaku-prilaku yang berlainan dalam situasi yang berlainan.
2. Konsesus yaitu jika semua orang yang menghadapi suatu situasi yang serupa bereaksi
dengan cara yang sama. Contoh perilaku karyawan yang terlambat akan memenuhi
criteria ini jika semua karyawan yang mengambil rute yang sama ke tempat kerja juga
terlambat.
3. Konsistensi. Disini dicari konsistensi dari tindakan seseorang apakah orang tersebut
memberikan reaksi yang sama dari waktu kewaktu.Contoh Apabila seorang karyawan
datang terlambat beberapa menit saja tidak dipersepsikan dengan cara yang sama oleh
karyawan yang baginya keterlambatan itu kasus yang luabiasa (karena tidak pernah
terlambat).

F. Nilai
Nilai secara mendasar dinyatakan sebagai suatu modus perilaku atau keadaan akhir dari
eksistensi yang khas dan lebih disukai secara pribadi atau sosial dibandingkan dengan suatu
modus perilaku atau keadaan akhir yang berlawanaan.

1. Arti penting nilai

Dalam mempelajari perilaku dalam organisasi, nilai dinyatakan penting karena nilai
meletakkan dasar untuk memahami sikap serta motivasi dan karena nilai memengaruhi
sikap manusia.seseorang memasuki organisasi dengan gagasan yang dikonsepkan
sebelumnya mengenai apa yang seharusnya dan apa yang tidak seharusnya.

2. Nilai dan dilema etika


Permasalahan profesi akuntansi sekarang ini banyak dipengaruhi masalah kemerosotan
standar etika dan krisis kepercayaan. Krisis kepercayaan ini seharusnya menjadi pelajaran
bagi para akuntan untuk lebih berbenah diri, memperkuat kedisiplinan mengatur dirinya
dengan benar, serta menjalin hubungan yang lebih baik dengan para klien atau
masyarakat luas. Misal: skandal Enron yang melibatkan Arthur Anderson, serta skndal
Worldcom, Merck, dan Xerox, profesi akuntan menjadi gempar.

3. Nilai – nilai sepanjang budaya


Sejak dini anak-anak amerika diajari nilai individualism dan keunikan sebaliknya
jepang mengajarkan kerjasama tim, bekerja dalam kelompok dan menyesuaikan diri. Ini
hal yang berbeda yang bisa menjadi pembelajaran kita sepanjang hidup bahwa
pembelajaran dini menjadikan jati diri kita.

G. Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses dimana perilaku baru diperlukan. pembelajaran terjadi
sebagai hasil dari motivasi, pengalaman, dan pengulangaan dalam merespon situasi.
Kombinasi dari motivasi, pengalaman dan pengulangan dalam merespons situasi ini
terjadi dalam tiga bentuk: pengaruh keadaan klasik, pengaruh keadaan operant, dan
pembelajaran sosial.
1. Pengondisian keadaan klasik
Dapat diringkaskan bahwa pengondisian klasik pada hakikatnya merupakan
proses pembelajaran suatu respons dan suatu rangsangan yang tidak terkondisi.
Dengan menggunakan rangsangan yang berpasangan, yang satu memaksa yang
lain netral, rangsangan yang netral menjadi suatu rangsangan terkondisi yang
kemudian meneruskan sifat-sifat dari rangsangan tidak terkondisi.
2. Pengondisian operant
Pengondisian operant menyatakan bahwa perilaku merupakan suatu fungsi dari
konsekuensi-konsekuensi. Perilaku operant berarti perilaku yang bersifat sukarela
atau perilaku yang dipelajari sebagai kontras terhadap perilaku semacam itu, yang
dipengaruhi oleh ada atau tidak adanya pungutan yang ditrimbulkan oleh
konsekuensi-konsekuensi dari perilaku tersebut.
3. Pembelajaran social
Walaupun teori pembelajaran sosial merupakan suatu perpanjangan dari
pengondisian operant, di mana teori tersebut mengandalkan perilaku sebagai suatu
fungsi dari konsekuensi-konsekuensi, teori itu juga mengakui eksistensi
pembelajaran observasional(lewat pengamatan) dan pentingya persepsi dalam
belajar.

H. Kepribadian
Aplikasi utama dari teori kepribadian dalam organisasi adalah memprediksikan perilaku.
Pengujian terhadap perilaku ditentukan oleh banyaknya efektivitas dalam tekanan pekerjaan,
siapa yang akan menanggapi kritikan dengan baik, siapa yng pertama harus dipuji dahulu
sebelum berbicara mengenai perilaku tidak diinginkan, siapa yang menjadi seorang pemimpin
potensial. Semuanya itu merupakan bentuk-bentuk pemahamaan atau kepribadian.

>> Penentu kepribadian
Suatu argumen dini dalam riset kepribadian adalah apakah kepribadian seseorang merupakan
hasil keturunan atau lingkungan. Kepribadian tampaknya merupakan hasil dari kedua pengaruh
tersebut. Selain itu, dewasa ini dikenal faktor ketiga, yaitu faktor situasi

1. Keturunan
Pendekatan keturunan beragumentasi bahwa penjelasan paling akhir dari
kepribadian seseorang individu adalah struktur molekul dari gen yang terletak
dalam kromosom.
2. Lingkungan

Di antara faktor-faktor yang menekankan pada pembentukan kepribadian adalah


budaya dimana seseorang dibesarkan, pengondisian dini, norma-norma di antara
keluarga, temam-teman, dan kelompok-kelompok social, serta pengaruh lain yang
dialmi.
3. Situasi
Faktor ini mempengaruhi dampak keturunan dan lingkungan terhadap
kepribadian. Kepribadian seseorang walaupun kelihatannya mantap dan konsisten
, dapat berubah pada kondisi yang berbeda
4. Kepribadian dan budaya nasional

Terdapat kepastian bahwa tidak ada jenis kepribadian umum untuk satu negara tertentu. Ada
bukti bahwa budaya berbeda dalam istilah dari hubungan seseorang untuk lingkungan mereka.

I. Emosi

Emosi adalah perasaaan intens yang diarahkan kepada sesorang atau sesuatu.Penelitan telah
mengidentifikasi enak komonen emosi secara universal,yaitu
kemarahan,ketakutan,kesedihan,kebahagian,rasa jijik, dan kaget.

1. Memilih emosi : emosi para pekerja


Seseorang terkadang harus mengatur emosi, sebagai contoh anda mungkin
sangat marah dengan rekan kerja atau manajer dalam hal tertentu tetapi terkadang
ingin menekan kemarahan pada tingkat tertentu guna menjaga kedamaian atau
pekerjaan.
2. Emosi tenaga kerja
Emosi tenaga kerja mengacu pada kebutuhan bahwa karyawan mengungkapkan
emosi tertentu ditempat kerja (sebagai contoh gairah atau kegembiraan) guna
memaksimalkan produktivitas organisasi.
3. Intelegensi emosional
Mengacu pada berbagai ketrampilan non kognitif, kemampuan, serta kompetensi
yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil dalam tuntutan
lingkungan dan tekanan. Ahal ini disusun lima dimensi yaitu kesadaran diri,
menejemen diri, motivasi diri, empati dan keterampilan social.
4. Emosi negative di tempat kerja
Emosi negative mengarah pada sejumlah penyimpangan perilaku ditempat
kerja. Siapa pun yang menghabiskan banyak waktu dalam suatu organisasi akan
menyadari dan terlibat dalam tindakan melanggar norma yang ditetapkan serta
mengancam organisasi, anggota atau keduanya.
BAB III

PENUTUP

III.I KESIMPULAN

Dengan Terselasainnya Makalah ini Kita telah menelaah beberapa bidang utama dari konsep-
konsep yang ada pada wilayah psikologi dan psikologi sosial. Juga telah dijelaskan konsep-
konsep utama yang terdapat didalamnya, dimana sikap, perubahan sikap, motivasi, persepsi,
pembelajaran, kepribadian, emosi dibicarakan. Kemudian kita melihat bagaimana hal tersebut
diterapkan terhadap sistem secara teoritis pada akuntansi keperilakuan.Penulis mengharapkan
Agar pembaca Dapat memahami dan Dapat menambah wawasan dalam Membaca Makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Ikshan Lubis, Arfan Akuntansi Keprilakuan.Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat, 2010.

http://anhyfreedom.blogspot.com/2012/10/makalah-akuntansi-keperilakuan.html

http://mohayworld.blogspot.com/2016/12/konsep-akuntansi-dan-hipotesis.html

Anda mungkin juga menyukai