Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KONSEP AKUNTANSI DAN HIPOTESIS

KEPERILAKUAN

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK VII

LINDA LATRI DJABUMIR (2017-30-197)

HAMIDA MOLLE (2017-30-043)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PATTIMURA

AMBON

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sebagai pencipta atas segala
kehidupan yang senantiasa memberikan rahmat sehingga saya dapat menyelesaikan tugas
makalah ini.

Dalam kesempatan ini, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih dengan hati
yang tulus kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini
semoga Tuhan senantiasa membalas dengan kebaikan yang berlipat ganda.

Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua
pihak guna perbaikan di masa yang akan datang. Harapan kami semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.

Ambon,11 November 2020

Kelompok VII
a

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Persepsi Berbeda Tentang Perusahaan


B. Teori – Teori Ekonomi Perusahaan
C. Beberapa Hipotesis Keperilakuan Dan Konsep Yang Berbeda
D. Usaha – Usaha Untuk Merekonsiliasi Konsep Dasar

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Disiplin ilmu akuntansi memiliki banyak cara untuk menggunakan,
menyimpulkan, atau membangun suatu teori umum yang didasarkan pada banyak
teori sederhana mengenai kejadian-kejadian spesifik yang berkaitan dengan
operasi, organisasi, dan sebagainya. Sampai teori umum ini dihasilkan, kita terus
beroperasi dengan berbagai teori yang tidak dapat dihubungkan atau disesuaikan
terhadap beberapa kerangka kerja akuntansi secara logis. Tidak banyak yang
mengetahui bahwa banyak perdebatan tentang teori-teori, praktik, dan prosedur
akuntansiyang muncul dari perbedaan dalam asumsi dasar akuntansi.
Penjelasan ini adalah sebuah usaha untuk membuka pintu guna menyoroti
masalah tersebut dengan harapan agar kita dapat melangkah lebih lanjut menuju
teori akuntansi umum . setelah mengkaji apa yang tampaknya menjadi konsep
akuntansi utama dan sikap serta konsekuensi berbeda yang terlibat, berikutnya
kita akan menganalisis beberapa faktor perilaku yang mendasari, yang
menyebabkan terdapatnya perbedaan persepsi. Faktor-faktor perilaku yang
mendasari tersebut meniadakan usaha untuk memberikan solusi terhadap
dilemma itu dan alasan yang tidak dapat direkonsiliasikan dengan bermacam-
macam konsep dasar.
B. RUMUSAN MASALAH
Sesuai dengan latar belakang yang dikemukakan maka permasalahan yang akan
dibahas dalam makalah ini adalah sabagai berikut:
1. Apakah perbedaan persepsi tentang perusahaan ?
2. Apakah teori-teori ekonomi perusahaan ?
3. Apakah hipotesis keperilakuan untuk konsep berbeda ?
4. Apakah usaha untuk merekonsiliasi konsep dasar ?
C. TUJUAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Menjelaskan perbedaan persepsi tentang perusahaan.
2. Menjelaskan teori-teori ekonomi perusahaan.
3. Menjelaskan beberapa hipotesis keperilakuan untuk konsep berbeda.
4. Menjelaskan usaha untuk merekonsiliasi konsep dasar.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Persepsi Berbeda Tentang Perusahaan


Perusahaan merupakan organisasi yang memiliki berbagai sistem yang saling
terkait. Sistem tersebut dibuat oleh sejumlah orang guna mempermudah proses
operasi perusahaan serta pengendalian aktivitas perusahaan secara keseluruhan.
Salah satu aspek terpenting dalam organisasi melibatkan proses akuntansi
perusahaan. Akan tetapi, subjek ‘konsep dasar akuntansi’ merupakan suatu hal
yang sering diabaikan. Subjek tersebut terkadang hanya didasarkan pada
akademisi lain dan ditarik dari pojok ‘pengetahuan’ lain sebelum diabaikan lagi.
Dengan beberapa pengecualian, buku teks dasar telah mengabaikan masalah ini,
dan jarang membahasnya di luar lingkaran akademik. Dua konsep utama yaitu
konsep kepemilikan dan konsep entitas, telah berulang kali dimuat dalam
literature dan terkadang mengalami perbaikan, modifikasi, dan refleksi sudut
pandang alternative sebagai usaha rekonsiliasi.
1. Konsep Kepemilikan
Konsep entitas, sama seperti konsep kepemilikan, merupakan
sebuah sudut pandang, sebuah sikap dalam pikiran yang tidak hanya
dibatasi terhadap akuntan. Ini merupakan esensi dari konsep akuntansi
entitas. Penganut konsep ini melihat entitas sebagai sesuatu yang terpisah
dan berbeda dari pihak-pihak yang memberikan kontribusi modal kepada
entitas tersebut. Mereka memandang asset dan kewajiban sebagai milik
dari entitas itu sendiri dan bukan milik dari pemegang saham atau pemilik
perusaahaan. Ketika keuntungan diperoleh oleh entitas tersebut,
keuntungan tersebut juga menjadi milik entitas yang akan diserahkan
kepada pemegang saham hanya jika dividen diumumkan. Dalam
pandangan para penganut konsep ini, keuntungan yang tidak dibagi tetap
milik entitas dan membentuk bagian dari ekuitas entitas sendiri,dan ini
tidak dipengaruhi oleh penggunaan keuntungan tak terdistribusi yang
dicantumkan pada bagian pemegan saham di neraca.
Pada tahap ini, harus ditekankan bahwa mereka yang menganut
sudut pandang entitas benar-benar melihat aset bersih sebagai milik dari
entitas itu sendiri dan bukan pemilik saham. Bebrapa penulis telah
menunjukkan bahwa sistem akuntansi terpisah untuk aktivitas entitas
memberikan bukti dari eksistensi konsep entitas. Namun perlu disampaikan
disini bahwa mereka tidak memahami perusahaan sebagaimana para
penganut konsep entitas murni. Indeks atau pemisahan catatan akuntansi
entitas umumnya disebut “konvensi entitas”, bukan “ konsep entitas “.
2. Konsep Entitas
Penganut konsep ini melihat entitas sebagai sesuatu yang terpisah
dan berbeda dari pihak-pihak yang memberikan kontribusi modal kepada
entitas tersebut. Mereka memandang asset dan kewajiban sebagai milik
dari entitas itu sendiri dan bukan milik dari pemegang saham atau pemilik
perusaahaan. Dalam pandangan para penganut konsep ini, keuntungan
yang tidak dibagi tetap milik entitas dan membentuk bagian dari ekuitas
entitas sendiri
Pada tahap ini, harus ditekankan bahwa mereka yang menganut
sudut pandang entitas benar-benar melihat aset bersih sebagai milik dari
entitas itu sendiri dan bukan pemilik saham.
3. Konsep Tanggung Jawab Sosial
Konsep tanggung jawab sosial adalah bagaimana entitas bertindak
dan melakukan aktivitasnya, seperti halnya dengan etika dalam hal tujuan,
sasaran dan cara mendapatkan atau mencapai tujuan serta bukan dengan
usaha untuk mengubah persepsi perusahaan sebagai entitas yang memiliki
aset bersih.
Beberapa orang memahami perusahaan sebagai lembaga social
yang beroperasi untuk memajukan seluruh anggota dan kelompok dalam
masyarakat.Mereka melihat perusahaan bertanggung jawab kepada
pemegang saham, manajemen, pegawai, pemasok, konsumen, pemerintah
dan anggota public lainnya.

B. Teori – Teori Ekonomi Perusahaan


Mc Guire mengatakan area ini telah ditutupi oleh ekonom yang
memandang perusahaan (Enterprise) dan wirausahawan (Entrepreneur) sebagai
suatu kesatuan atau sebagai sesuatu yang sama. Dengan demikian, pada suatu
waktu menyebut keuntungan sebagai pengembalian (Return) bagi perusahaan,
sementara pada saat yang lain menyebut keuntungan sebagai pengembalian
(Return) kepada pemilik perusahaan.
Straus dan Davis adalah wakil dari ekonom yang mengadopsi konsep
entitas serta melihat perusahaan itu sendiri sebagai wirausahawan dan
keuntungan sebagai penghasilan bersih dari perusahaan.
Konsep kepemilikan tercermin dalam pernyataan ekonom, Milton
Friedman, yang menyampaikan konsep tanggung jawab sosial yang banyak di
adopsi oleh pejabat perusahaan.
Konsekuensi Dari Sudut Pandang Yang Berbeda
Menurut Lorig konsep entitas tidak tertarik pada penilaian kembali aset
ketika terjadi perubahaan tingkat harga kebalikan dari konsep kepemilikan yang
mempraktikan penilaian kembali aset ketika terjadi perubahan tingkat harga.
Revaluasi aset sering dibutuhkan, daru sudut pandang entitas reevaluasi aset akan
menambah ekuitas entitas dengan sendirinya atau mengarahkan pada sisi aset
dari neraca.
Lorig menampilkan perbedaan akuntansi dan pelaporan yang menurutnya
disebabkan oleh eksistensi dari dua sudut pandang utama. Misalnya, dia
mengatakan orang yang menganut konsep entitas akan mencatat biaya untuk
dividen atas saham preferen karena mereka memandang para pemegang saham
preferen sebagai orang yang berbeda diluar kelompok kepemilikan, tetapi berbeda
dalam kategori yang sama dengan pemegang obligasi. Sementara, orang yang
menganut konsep kepemilikan.Tidak memandang demikian. Mereka yang
memandang sudut pandang Husband dan Staubus yang berada pada kontinum
konsep kepemilikan akan menyesuaikan item-item yang sama ini sesuai dengan
sudut pandangnya. Disisi lain, Lorig memandang pemegang saham preferen
sebagai wirausahawan. Dengan demikian, akan sulit membuat daftar perbedaan
komprehensif guna melukiskan seluruh sudut pandang dalam dua kategori utama.

C. Beberapa Hipotesis Keperilakuan Untuk Konsep Yang Berbeda


Perusahaan yang sama, misalnya mengumpulkan fakta yang sama. Namun, fakta
tersebut sering dipandang secara berbeda. Contoh ini semata-mata
mengilustrasikan masalah yang telah diperhatikan oleh para psikolog selama
bertahun-tahun. Apa yang disebut sebagai fakta objektif biasanya hanya
merupakan sesuatu yang dipahami oleh seorang individu. Kita melihat dunia
dengan cara yang agak berbeda dengan cara orang lain sehingga perbedaan dalam
persepsi sangat mungkin terjadi.
Memang didasari bahwa persepsi yang berbeda sering menghasilkan toleransi dan
memungkinkan seseorang untuk meneriama sudut pandang orang lain sebagai
sesuatu yang sah (legitimate). Namun, sebagaimana disampaikan oleh Stagner,
orang-orang sering menjadi sangat terlibat pada situasi di mana mereka gagal
membedakan keterlibatan mereka sendiri dengan fakta spsifik. Secara khusus, ini
terjadi pada situasi yng melibatkan konflik.
1. Alasan Terjadinya Perbedaan Persepsi
Secara jelas, persepsi, sikap, kerangka referensi, nilai, kelompok referensi,
norma kelompok, lingkungan, budaya, sistem kepribadian berhubungan
dengan pola interaksi secara tumpang tindih. Sikap ini adalah pembentukan
psikologis yang kita pelajari sejalan dengan perkembangan kita; ketika
dipelajari, sikap tersebut menuntut kita bertindak menurut karakteristik
tertentu.Ini menunjukkan dampak keluarga perkembangan sikap dari setiap
individu. Banyak orang menganggap faktor keluarga adalah pengaruh langsung
utama karena keluarga merupakan filter biasa dimana budaya , kelas, agama,
dan sumber-sumber lainnya mengalir keseorang individu diawal
perkembangan usianya. Namun, terdapat peangaruh penting lain terhadap
perkembangan sikap selain keluarga. Budaya adalah pengaruh paling penting
yang sangat berbeda antara satu masyarakat dengan masyarakat lain. Ahli
antropologi telah menunjukkan bagaimana perbedaan budaya bertanggung
jawab atas bermacam-macam perbedaan sikap terhadap banyak hal.Namun,
dalam pembahasan ini, budaya total tidak menjadi faktor penting karena
terdapat perbedaan persepsi dalam satu budaya.
Selanjutnya, harus dinyatakan bahwa manusia tidak sepenuhnya
menyadari seluruh aspek dari struktur nilai mereka atau bermacam-macam
sikap yang masuk ke struktur tersebut. Oleh karena itu, mereka tidak
sepenuhnya menyadari persepsi mereka terhadap lingkungan tertentu.
Setiap individu dalam masyarakat yang kompleks dipengaruhi oleh banyak
kelompok baik geografis, agama, pendidikan, teman sebaya dan kelompok
sosio ekonomi. Hal tersebut memberikan pengaruh dala hal norma kelompok
dan standar sikap , banyak dari sikap yang berhubungan dengan situasi kerja
dan masyarakt industrial.
Ini membuat yang membuat sudut pnadang berbeda.Bagi mereka, hal ini
merupakan pembahasan masalah seperti kepemilikan dalam aset bersih,
keuntungan, bunga, dividen, dan apjak penghasilan yang memungkinkan
mengklasifikasikan persepsi perusahaan.
2. Beberapa Hipotesisi Mengenai Konsep Kepemilikan
Terdapat hipotesis bahwa sebagian besar pemegang saham yang memiliki
saham dari suatu perusahaan dalam jumlah yang substansial menganut
pandanagan kepemilikan.Secara khusus, hal ini terjadi pada pemegang saham
yang memiliki saham biasa dalam kuantitas yang substansial.Selanjutnya
pengaruh dalam keluarga. Banyak istri dan anak dari pemegang saham yang
besar juga menjadi pemegang saham, dan konsep kepemilikan diserap dalam
atmosfer rumah. Banyak akuntan public mengikuti jejak ayahnya, dan bahkan
ketika anaknya masuk kepekerjaan berbeda , mereka sering menggunakan
banyak nilai orang tua sebagai bagian dari nilai yang dianutnya.
Sebagian besar pemegang saham yang memiliki saham dari perusahaan
dalam yang jumlah yang substansial menganut pandangan kepemilikan.Diakui
bahwa sebagian besar praktik akuntan publik didasarkan pada pandangan
kepemilikan. Di Australia auditor ditunjuk oleh pemegang saham pada setiap
rapat tahunan perusahaan dan laporan audit mereka pada catatan kaki neraca
diberikan kepada pemegang saham. Pemeriksaan yang dilakukan oleh badan
akuntansi professional cenderung berorientasi pada konsep kepemilikan dan
memandang aset bersih sebagai sesuatu yang benar-benar dimiliki oleh
pemegang saham.
3. Beberapa Hipotesis Berkaitan Dengan Konsep Entitas
Terdapat hipotesis bahwa sebagian besar pegawai perusahaan yang
tanggung jawabnya didelegasikan menganut konsep entitas; semakin tinggi
skala hierarkis dari pegawai ini, semakin kuat mereka menganut konsep ini.
Mayoritas dari pegawai semacam ini, baik secara sadar maupun tidak,
memandang entitas sebagai pemilik dari keuntungan ketika mereka
mendapatkan aset bersih. Mereka cenderung memandang pemegang saham
sebagai bagian yang penting bagi perusahaan, tetapi bukan bagi pemiliknya.
Pengaruh lingkungan dalam organisasi, seperti norma kelompok eksekutif,
memasukkan dasar-dasar konsep entitas, dan pengaruh ini segera
diinternalisasi oleh anggota kelompok yang terrlibat secara psikologis di posisi
mereka masing-masing. Bahkan, fakta bahwa anggota kelompok tersebut
mungkin menduduki posisi rendah sampai menengah di perusahaan sepertinya
tidak menghalangi mereka untuk memiliki sudut pandang entitas yng sama
dengan yang dipegang oleh eksekutif tersebut. Selain itu, juga disampaikan
hipotesis bahwa isu saham psikologis bagi eksekutif tidak akan mengubah
pandangan bahwa kesejahteraan mereka bergantung pada kehidupan dan
keberhasilan entitas. Mereka tidak akan memandang dirinya sebagai pemilik.

D. Usaha Untuk Merekonsiliasi Konsep Dasar


Bagian ini akan menjelaskan dua usaha untuk merekonsiliasikan konsep
kepemilikan dengan konsep entitas dalam teori akuntansi.
1. Teori Akuntansi Dana
Akuntansi dana dicetuskan oleh Vatter dapat diterapkan pada usaha
swasta, badan pemerintah, lembaga sosial dan instansi lainya. Akuntansi dana
merupakan cara memandang aset, ekuitas dan hutang dimana dana yang
diperoleh dari ekuitas dan hutang penggunanya dibatasi pada aset. Akuntansi
dana melaporkan penggunaan dari dana dan cara memandang dana ketika
aliran masuk meningkat setelah dikurangi dengan pembelanjaan.
Teori akuntansi dana dari Vatter dirancang menjadi sebuah ekspresi dari
cara seseorang memahami perusahaan walaupun sebagian besar menganggap
teori dana sebagai pengembangan dari teori entitas yang dirancang untuk
menggunakan gagasan personalistik, yang merupakan usaha yang semakin
banyak dilakukan dari sudut pandang statistik guna menangani masalah
akuntansi.
2. Penghapusan Faktor-Faktor
Menurut Hendriksen penganut sudut pandang entitas, asset
mencerminkan hak perusahaan untuk menerima barang dan jasa. Ketika
menilai ulang persediaan dan aset non lancar , entitas akan menggunakan nilai
pasar untuk mendapat keuntungan yang diterima perusahaan. Mereka
berpandangan pergerakan total dalam nilai pasar dari aset operasi sebagai
modal.
Sedangkan penganut sudut pandang kepemilikan juga menilai ulang
persediaan dan asset non lancar dengan bantuan nilai pasar.Mereka mengakui
penyimpanan keuntungan (gain) atau kerugian (loss) terhadap kenaikan nilai
pasar dari asset yang lebih besar (atau lebih kecil) tersebut dibandingkan
dengan pergerakan indeks harga umum yang merubah daya beli ekuitas
pemegang saham.
Bagi mereka yang melihat perusahaan dari sudut pandang kepemilikan,
keuntungan dihitung berdasarkan modal yang dikontribusikan oleh pemegang
obligasi ketika harga naik karena hutang tetap dan akan dilunasi dalam mata
uang pada nilai yang lebih rendah. Bagi mereka yang menganut pandangan
kepemilikan ekstrim, keuntungan dihitung dengan cara yang serupa untuk
modal dikontribusikan oleh pemegang saham preferen. Namun, bagi mereka
yang menganut konsep entitas, seluruh kewajiban dianggap sebagai kewajiban
perusahaan itu sendiri, dan tidak ada perbedaan signfikan yang dibuat antara
pemegang saham biasa, pemegang saham preferen, pemegang obligasi, dan
kreditor jangka panjang lainnya.
3. Teori Komando
Menurut Goldberg “tidak ada teori entitas atau teori kepemilikan” semua
teori didasarkan pada ide kepemilikan tetapi kepemilikan adalah konsep yang
sangat sulit didefinisikan dan dianalisis secara memadai untuk digunakan ide
dasar akuntansi. Meskipun begitu sulit menghindari persepsi tetang
kepemilikan karena ide kepemilikan properti dalam budaya sudah sangat
meresap dan sebagian besar orang melihat asset bersih dan keuntungan
perusahaan sebagai milik pemegang saham atau pemilik pada satu sisi ataupun
perusahaan itu sendiri pada sisi lain.
Teori komando dari Goldberg bukan satu—satunya teori yang berarti
dalam sudut pandang sebagian besar orang. Ia sepertinya menegaskan hal ini
ketika ia menegaskan bahwa sebagai gantinya ia memfokuskan perhatian pada
perusahaan sebagai sesuatu yang berbeda. Sebagai entitas abstrak kita
seharusnya mengarahkan perhatian langsung pada fungsi pengendalian yang
dapat dilakukan oleh manusia.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Perusahaan merupakan organisasi yang memiliki berbagai sistem yang saling
terkait. Sistem tersebut dibuat oleh sejumlah orang guna mempermudah proses
operasi perusahaan serta pengendalian aktivitas perusahaan secara keseluruhan.
Dari dua teori kepemilikan dan teori entitas tersebut bahwa konsep yang
diterapkan dalam kehidupan masyarakat dan banyak pengaruh-pengaruh social
yang merubah cara pandang mereka yang berbeda-beda. Dalam dua sudut
pandang berbeda ini kita dapat mengambil konsep entitas karena pencatatan
pemegang saham adalah catatan akuntansi pribadi.
2. Teori-teori Ekonomi perusahaan menurut Mc Guire yang mengatakan area ini
telah ditutupi oleh ekonomi yang memandang perusahaan (Enterprise) dan
wirausahawan (Entrepreneur) sebagai suatu kesatuan atau sebagai sesuatu yang
sama. Straus dan Davis adalah wakil dari ekonom yang mengadopsi konsep entitas
serta melihat perusahaan itu sendiri sebagai wirausahawan dan keuntungan
sebagai penghasilan bersih dari perusahaan.
3. Terdapat hipotesis bahwa sebagian besar pemegang saham yang memiliki saham
dari suatu perusahaan dalam jumlah yang substansial menganut pandanagan
kepemilikan. Sebagian besar pemegang saham yang memiliki saham dari
perusahaan dalam yang jumlah yang substansial menganut pandangan
kepemilikan.. Terdapat hipotesis bahwa sebagian besar pegawai perusahaan yang
tanggung jawabnya didelegasikan menganut konsep entitas; semakin tinggi skala
hierarkis dari pegawai ini, semakin kuat mereka menganut konsep ini. Mereka
cenderung memandang pemegang saham sebagai bagian yang penting bagi
perusahaan, tetapi bukan bagi pemiliknya.
4. Akuntansi dana merupakan cara memandang aset, ekuitas dan hutang dimana
dana yang diperoleh dari ekuitas dan hutang penggunanya dibatasi pada aset.
Akuntansi dana melaporkan penggunaan dari dana dan cara memandang dana
ketika aliran masuk meningkat setelah dikurangi dengan pembelanjaan. Dalam
Teori Komando, Menurut Goldberg “tidak ada teori entitas atau teori kepemilikan”
semua teori didasarkan pada ide kepemilikan tetapi kepemilikan adalah konsep
yang sangat sulit didefinisikan dan dianalisis secara memadai untuk digunakan ide
dasar akuntansi.
DAFTAR PUSTAKA

Ikshan Lubis, Arfan Akuntansi Keprilakuan.Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat, 2010.

http://anhyfreedom.blogspot.com/2012/10/makalah-akuntansi-keperilakuan.html

http://mohayworld.blogspot.com/2016/12/konsep-akuntansi-dan-hipotesis.html

Anda mungkin juga menyukai