Anda di halaman 1dari 1

Teori kepengurusan

Brooks and dunn (2012:362-363) menjelaskan teori lain dalam pengelolaan perusahaan. Teori yang di
sebut dengan teori kepengurusan (stewardship theory) ini tidak mengasumsikan adanya benturan
kepentingan (comflict of interst) antara prinsipiel, yang dalam teori ini di sebut investor dan agen yang
di sebut pengurus.terjadi kongruensi antara tujuan individu dan tujuan organisasi. Menurut teori yang di
kembangkan oleh james H davis, F. David Schoorman, dan lee donaldsun dalam artikelnya ítoward
stewardship theory in management” 1997 ini menggap bahwa pengurus tidak harus berprilaku
mementingkan diri sendiri.

Proilaku agen yang di asumsikan dalam teori ini adalah keinginan untuk berkontribusi, memilih sesuatu
yang benar, gemar berinovasi, keinginan untuk bekerja dengan baik dan tertarik untuk kehidupan yang
seimbang. Terjadi kesejajaran antara kepentingan pengurus sebagaiagen dan investor sebagai prinsipel.
Filososfi manajemen yang di anut berorientasi pada keterlibatan dan bukannya pengendalian. Selain itu
imbalan yang diinginkan agen lebih bersifat intrinsikdaripada ekstrinsik.

Teori kepengurusan tampaknya,mensyaratkan bahwa para agen adalah manusia-manusia yang menurut
MC Grefor (fahmi,2013:183) termasuk dalam tipe y. Dalam bukunya ia mengategorikan manusia dalam 2
tipe yaitu X dan Y. Manusia tipe X adalah mereka yang tidak memiliki motivasi, semangat kerjakeras,
kedisiplinan, kreativitas, kepemimpinan. Dan lain sebagainya. Sementara itu, manusia tipe Y adalah yang
memiliki sifat-sifat yang berkebalikan dengan manusia tipe X. Karena tidak semua karyawan adalah
manusia tipe Y, pertanyaannya bisakah manusia yang termasuk dalam tipe X di ubah menjadi tipe Y.
jawabanya bias dengan syarat yang bersangkutan memiliki semangat dan keinginan yang kuat untuk
melakukannya. Perusahaan dapat menyusun program-program yang tepat guna proses perubahan
tersebut.

Secara normative teori kepengurusan sangat bagus, namun, prilaku yang dikemukakan adalah prilaku
ideal yang di harapkan (das sollen).prilaku-prilaku itu berbeda dengan sifat dasar manusia yang di
asumsikan dalam teori keagenan,yaitu egois dan oportunitis.untuk kelompok budaya tertentu prilaku
tersebut barang kali sudah mendarah daging sejak kecil dan telah terbangun sejak lama.model life time
empliment.misalnya, merupakan contoh yang baik untuk penerapan teori ini.

Namun model ini harus di dukung oleh sikap masyarakat yang berpandangan bahwa pinadah-pindah
pekerjaan adalah suatu celah dan model ini juga harus di dukung oleh sikap pemilik yang secara sadar
berusaha untuk melindungi semua kariawan (termasuk managemen) dan memperhatikan kesejahteraan
mereka.

Anda mungkin juga menyukai