Anda di halaman 1dari 5

UNIVERSITAS TRISAKTI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PROGRAM S1 AKUNTANSI

FRAUD AND FORENSIC AUDIT

“ASSET PLUNDER: NON-CASH ASSET


(PENJARAHAN ASET: NON-CASH ASET)”
(BAB 3)

Disusun oleh:
Kelompok 2
Anggota:
1. Gita Suryandari (023002004506)
2. Adetya Maharani (023002004507)
3. Fyfhy (023002004509)
4. Kurnia Zailastri (023002004531)

TAHUN PELAJARAN 2020/2021


ASSET PLUNDER: NON-CASH ASSET
(PENJARAHAN ASET: NON-CASH ASET)

Aset misappropriation dalam bentuk penjarahan/penyelewengan aset yang berupa non-kas


atau aset lainnya (yang bukan kas dan inventory) biasa disebut Non-Cash Misappropriation. Aset
yang bisa menjadi sasaran adalah persediaan barang (inventory) dan aset tetap, misalnya
menggunakan fasilitas perusahaan/lembaga untuk kepentingan pribadi seperti kendaraan bermotor
yang dimiliki perusahaan. Dalam situasi tertentu, persediaan barang menjadi barang menarik untuk
dijadikan sasaran pencurian.
Aset misappropriation dalam bentuk penjarahan aset atau non-cash appropriation (bukan
uang tunai atau uang di bank) dilakukan dalam dua bentuk: misuse dan larceny.
A. MISUSE (PENYALAHGUNAAN ASET)
Misuse adalah penyalahgunaan aset organisasi tanpa benar-benar mencuri aset tersebut.
Misalnya, penggunaan kendaraan bermotor perusahaan atau aset tetap lainnya untuk
keperluan pribadi. Contohnya, alat transportasi perusahaan atau lembaga pemerintah yang
dipakai untuk mengangkut barang-barang pribadi atau inventaris kantor atau instansi
pemerintah yang “dipinjam” selama seseorang memegang jabatan (misuse).
Misuse (penyalahgunaan) dapat dilakukan dengan ciri-ciri seperti, pinjaman lama tidak
kembali, pemakaian pribadi, dan menyewakan ke pihak lain.
Misuse (Penyalahgunaan) mempunyai kategori sebagai berikut:
✓ Penggunaan aset pada jam kantor untuk kepentingan pribadi.
✓ Cost-nya biasanya tidak material namun bisa juga material.
✓ Berdalih ‘pinjaman’.
B. LARCENY (PENCURIAN ASET)
Larceny adalah pencurian terhadap aset yang dimiliki perusahaan. Contohnya, alat
transportasi perusahaan atau lembaga pemerintah yang dipakai untuk mengangkut barang-
barang pribadi atau inventaris kantor atau instansi pemerintah yang “dipinjam” selama
seseorang memegang jabatan (misuse) dan tidak mengembalikannya sesudah ia tidak lagi
menjabat (larceny).
Skema Larceny dapat dilakukan dengan ciri-ciri seperti, mengambil inventory tanpa
mencoba untuk menyembunyikannya, pelanggaran oleh karyawan yang memiliki akses ke
persediaan, dan mengirimkan persediaan atau membuat penjualan palsu.
Ada 4 jenis pencurian aset, yaitu:
1. Asset Requisition and Transfer
Penipuan yang melibatkan penggunaan internal dokumen seperti persediaan atau peralatan
yang akan dipindahkan dari satu lokasi lain atau dialokasikan untuk proyek tertentu.
Kategorinya sebagai berikut:
✓ Menggunakan surat permintaan dan pemindahan aset.
✓ Pemindahan dari satu lokasi ke lokasi lain.
✓ Meninggikan jumlah yang diminta.
✓ Terkait dengan proyek.
✓ Memalsukan dokumen atau proyek fiktif.
2. False Sales and Shipping
Pencurian yang melibatkan barang yang dijual dan akan dikirim perusahaan.
Kategorinya sebagai berikut:
✓ Membuat dokumen pengiriman dan penjualan palsu.
✓ Packing slip.
✓ Perusahaan palsu atau kaki tangan.
✓ Dokumen penjualan palsu untuk ‘match’.
✓ Berupaya agar ‘piutang’ dihapus dari neraca.
3. Purchasing and Receiving
Pencurian yang melibatkan barang yang telah dibeli dan telah diterima perusahaan.
Kategorinya sebagai berikut:
✓ Memanipulasi pembelian dan penerimaan barang.
✓ Billing scheme.
✓ Inventory larceny scheme.
4. Unconcealed Larceny
Terjadi ketika seorang karyawan mengambil aset dari perusahaan tanpa berusaha
menutupinya dalam pembukuan dan catatan. Kejahatan ini biasanya dilakukan oleh
karyawan yang memiliki akses ke inventaris dan aset lainnya, seperti pegawai gudang
personil dan persediaan.
Untuk penyembunyian kekurangan aset, kategorinya adalah: rekayasa catatan inventory,
penjualan dan piutang fiktif, penghapusan persediaan, dan physical padding
C. PENDETEKSIAN MISUSE DAN LARCENY
➢ Statistical sampling (pengambilan sampel statistik)
➢ Perpetual inventory record (pencatatan persediaan perpetual)
➢ Shipping documents (dokumen pengiriman)
➢ Physical inventory counts (menghitung jumlah persediaan fisik)
➢ Analytical review (tinjauan analitis)
➢ Computer-generated trend analysis (analisis tren yang dihasilkan komputer)
D. PENCEGAHAN MISUSE DAN LARCENY
o Proper documentation (dokumentasi yang tepat/baik)
o Segregation of duties (pemisahan tugas)
o Independent checks (pemeriksaan independen)
o Physical safeguard (pengamanan fisik)
E. CONTOH KASUS
▪ PT S menjual 2 bidang tanah:
- SHGB 192
Luas 78.300 m2 NJOP Tanah Rp160.000 per m2.
- SHGB B65
Luas Tanah 182.900 m2 NJOP Tanah Rp537.000 per m2.
Luas Bangunan 24.401 m2 NJOP Bangunan Rp365.000 per m2.
SHGB sudah habis masa berlakunya dan harus diperpanjang.
▪ Direktur Utama PT S mengatur agar NJOP atas tanah SHGB B65 diubah disamakan dengan
atas SHGB 192 menjadi Rp160.000 per m2.
▪ Dilakukan perubahan atas SPPT atas ruas tanah kedua, SPPT dipalsukan (tidak terdaftar
dalam basis data Sistem Informasi Geografis (SIG) dan Sistem Manajemen Informasi
Obyek Pajak (SISMIOP) pada Kantor Pelayanan PBB Bandung Satu).
▪ SPPT Palsu untuk meminta keterangan ke Camat Cibiru bahwa harga pasar di kawasan
tersebut Rp140.000-Rp160.000.
▪ SPPT Palsu untuk meminta penilaian harga tanah ke 3 Appraisal.
▪ Direktur Utama membentuk Panitia Penaksir Harga yang menggunakan harga hasil 3
appraisal dan keterangan Camat.
▪ Direktur Utama membentuk Panitia Penjualan Asset.
▪ Panitia tersebut melakukan proses penjualan seolah-olah dengan pelelangan yang fair
(pemasangan iklan di mass media Pikiran Rakyat, Gala Media Bandung, Bisnis Indonesia
dan Warta Kota, ada 3 penawar yang sudah diatur dengan sumber dana dari pinjaman bank
atas nama sebuah PT YM).
▪ PT YM dan PT BDP bekerjasama untuk menjual dan mengelola asset tersebut dalam kurun
waktu tertentu.
▪ Direktur Utama PT S terafiliasi dengan PT BDP.
▪ Aliran uang untuk Dirut PT S melalui PT BDP.

Anda mungkin juga menyukai