Disusun oleh:
Kelompok 2
Anggota:
1. Gita Suryandari (023002004506)
2. Adetya Maharani (023002004507)
3. Fyfhy (023002004509)
4. Kurnia Zailastri (023002004531)
A. AKUNTANSI FORENSIK
Akuntansi forensik adalah penerapan disiplin akuntansi dalam arti luas, termasuk
auditing, pada masalah hukum untuk penyelesaian hukum di dalam atau di luar pengadilan.
Akuntansi forensik dipraktikkan dalam bidang yang luas, seperti:
1. Dalam penyelesaian sengketa antarindividu;
2. Di perusahaan swasta dengan berbagai bentuk hukum, perusahaan tertutup maupun yang
memperdagangkan saham atau obligasinya di bursa, joint venture, special purpose
companies;
3. Di perusahaan yang sebagian atau seluruh sahamnya dimiliki negara, baik di pusat
maupun daerah (BUMN, BUMD);
4. Di departemen/kementerian, pemerintah pusat dan daerah, MPR, DPR/DPRD, dan
lembaga-lembaga negara lainnya, mahkamah (seperti Mahkamah Konstitusi dan
Mahkamah Yudisial), komisi-komisi (seperti KPU dan KPPU), yayasan, koperasi, Badan
Hukum Milik Negara, Badan Layanan Umum, dan seterusnya.
Akuntansi forensik dapat diterapkan di sektor publik maupun sektor privat
(perorangan, perusahaan swasta, yayasan swasta, dan lain-lain). Dengan memasukkan para
pihak yang berbeda, definisi akuntansi forensik tersebut di atas dapat diperluas, yaitu
penerapan disiplin akuntansi dalam arti luas, termasuk auditing, pada masalah hukum untuk
penyelesaian hukum di dalam atau di luar pengadilan, di sektor publik maupun privat.
D. SENGKETA
Sengketa bisa terjadi karena satu pihak merasa haknya dikurangi, dihilangkan atau
dirampas oleh pihak lain. Hak yang dikurangi atau dihilangkan ini bisa berupa:
1. Uang atau asset lain, baik asset berwujud (tangible asset) maupun asset tidak berwujud
(intangible asset), yang dapat diukur dengan uang;
2. Reputasi, misalnya tercemarnya nama baik apakah itu nama pribadi, keluarga atau nama
perusahaan;
3. Peluang bisnis, misalnya tidak bisa ikut dalam proses tender dengan alasan yang
terkesan diskriminatif;
4. Gaya hidup, misalnya ditolak memasuki klub atau kawasan yang dinyatakan eksklusif;
5. Hak-hak lain yang berkaitan dengan transaksi bisnis.
Faktor-faktor yang dapat menentukan berhasil atau gagalnya penyelesaian sengketa oleh
pihak-pihak yang bersengketa adalah sebagai berikut.
1. Berapa besar konsekuensi keuangan pada pihak yang bersengketa. Konsekuensi ini
bukan saja jumlah yang disengketakan, tetapi juga biaya yang harus dikeluarkan untuk
menyelesaikan sengketa dan perkiraan mengenai berapa lama sengketa ini akan
terselesaikan.
2. Seberapa jauh pertikaian pribadi, rasa iri atau dendam terjadi di antara pihak-pihak.
3. Apakah penyelesaian sengketa ini akan berdampak dalam penyelesaian kasus serupa?
Misalnya, perusahaan yang bersengketa dengan seorang pegawainya akan khawatir
kalau ia kalah dalam sengketa ini, karena dalam waktu dekat ada kasus serupa yang
harus diselesaikan.
4. Seberapa besar dampak dari publisitas negatif yang ditimbulkan. Suatu kantor akuntan
publik (KAP) mempunyai kebijakan untuk tidak menuntut kliennya, meskipun KAP itu
percaya bahwa pengadilan akan memenangkannya. KAP itu khawatir bahwa publisitas
negatif akan mempengaruhi reputasinya dalam hubungan dengan klien lainnya atau
calon kliennya.
5. Seberapa besar beban emosional yang harus ditanggung. Beban emosional dapat
tercermin dalam berbagai hal, seperti dikucilkan dari masyarakatnya (kelompok bisnis
atau professional yang merupakan bagian dari “habitat”-nya). Baginya kemenangan atas
sengketa ini merupakan prinsip.
Pada bagan dibawah ini menggambarkan dua bagian dari suatu fraud audit, yang bersifat
proaktif dan investigatif.Audit investigatif dimulai pada bagian kedua dari audit fraudyang
bersifat reaktif, yakni sesudah ditemukannya indikasi awal adanya fraud.Audit investigatif
merupakan bagian dan titik awal dari akuntansi forensik.
Bagan akuntansi dan hukum dapat dikembangkan lebih lanjut dengan memasukkan unsur
tindak pidana, misalnya tindak pidana korupsi (tipikor). Dengan memasukan unsur tipikor
maka unsur akuntansinya adalah perhitungan kerugian keuangan negara dan proses (atau
acara) pengadilan tipikor.
Penyelesaian sengketa dapat dilakukan dibawah berbagai ketentuan perundang-undangan,
seperti hukum pidana, hukum perdata, hukum administratif, dan arbitrase serta alternatif
penyelesaian sengketa.
Model di bawah akan bertambah rumit jika kejahatannya adalah lintas negara, seperti
koruptor Indonesia yang melarikan diri ke luar negeri dan :mencuci uang”-nya juga ke luar
negeri. Bidang hukumnya akan lebih luas lagi dengan konvensi dan traktat internasioanal
yang meliputi ektradisi dan mutual assistance(MLA).
Akuntansi Forensik
Jenis Fraud Audit Hukum :
Penugasan PROAKTIF INVESTIGATIF Pidana
Sumber Risk Temuan Temuan Perdata
Informasi assesment audit tuduhan audit Administratif
keluhan tip Akuntansi Arbitrase dan
Output Identifikasi Indikasi awal Bukti Keuangan alternatif
potensi adanya fraud ada/tidaknya penyelesaian
fraud pelanggaran sengketa.
Ekstradisi dan
MLA.
I. SEGITIGA AKUNTANSI FORENSIK
Konsep yang digunakan dalam Segitiga Akuntansi Forensik ini adalah konsep
hokumyang paling penting dalam menetapkan ada atau tidaknya kerugian dan
bagaimanakonsep perhitungan kerugian tersebut. Sebagaimana terlihat dari gambar
di atas,dalam Segitiga Akuntansi Forensik terdapat tiga titik: kerugian, perbuatan
melawanhukum, dan hubungan kausalitas.
Kerugian adalah titik pertama dalam Segitiga Akuntansi Forensik.Di sektor
publikmaupun privat, akuntansi forensik berurusan dengan kerugian.Di sektor publik
adakerugian negara dan kerugian keuangan negara.Di sektor privat ada kerugian
yangtimbul karena cidera janji dalam suatu perikatan. Landasan hukum kerugian
adalahPasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang berbunyi: “Tiap
perbuatanyang melanggar hukum dan membawa kerugian kepada orang lain
mewajibkanorang yang menimbulkan kerugian itu karena kesalahannya untuk
menggantikankerugian tersebut.”
Titik kedua dalam Segitiga Akuntansi Forensik adalah perbuatan melawan
hukum.Tanpa perbuatan melawan hukum, tidak ada yang dapat dituntut untuk
menggantikerugian.
Titik ketiga dalam Segitiga Akuntansi Forensik adalah adanya keterkaitan
antarakerugian dan perbuatan melawan hukum atau ada hubungan kausalitas
antarakerugian dan perbuatan melawan hukum.Titik perbuatan melawan
hukum danhubungan kausal it as adal ah ranah dari para ahli dan prakt isi
hukum.Adapun perhitungan besarnya kerugian adalah ranah dari para akuntan
forensik.Dalamm e n g u m p u l k a n b u kt i d an b a r a n g b u k t i u n t u k m e n e t a p k a n
a d a n ya h u b u n ga n kausalitas, akuntan forensik dapat membantu ahli dan praktisi hukum.
Tuanakotta, Theodorus M, 2010. Akuntansi Forensik & Audit Investigatif. Jakarta: Penerbit
Salemba Empat