Anda di halaman 1dari 14

UNIVERSITAS TRISAKTI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PROGRAM S1 AKUNTANSI

FRAUD AND FORENSIC AUDIT

“PENGANTAR KECURANGAN & AUDIT FORENSIK”


(MATERI KE-1)

Disusun oleh:
Kelompok 2
Anggota:
1. Gita Suryandari (023002004506)
2. Adetya Maharani (023002004507)
3. Fyfhy (023002004509)
4. Kurnia Zailastri (023002004531)

TAHUN PELAJARAN 2020/2021


RINGKASAN

A. AKUNTANSI FORENSIK
Akuntansi forensik adalah penerapan disiplin akuntansi dalam arti luas, termasuk
auditing, pada masalah hukum untuk penyelesaian hukum di dalam atau di luar pengadilan.
Akuntansi forensik dipraktikkan dalam bidang yang luas, seperti:
1. Dalam penyelesaian sengketa antarindividu;
2. Di perusahaan swasta dengan berbagai bentuk hukum, perusahaan tertutup maupun yang
memperdagangkan saham atau obligasinya di bursa, joint venture, special purpose
companies;
3. Di perusahaan yang sebagian atau seluruh sahamnya dimiliki negara, baik di pusat
maupun daerah (BUMN, BUMD);
4. Di departemen/kementerian, pemerintah pusat dan daerah, MPR, DPR/DPRD, dan
lembaga-lembaga negara lainnya, mahkamah (seperti Mahkamah Konstitusi dan
Mahkamah Yudisial), komisi-komisi (seperti KPU dan KPPU), yayasan, koperasi, Badan
Hukum Milik Negara, Badan Layanan Umum, dan seterusnya.
Akuntansi forensik dapat diterapkan di sektor publik maupun sektor privat
(perorangan, perusahaan swasta, yayasan swasta, dan lain-lain). Dengan memasukkan para
pihak yang berbeda, definisi akuntansi forensik tersebut di atas dapat diperluas, yaitu
penerapan disiplin akuntansi dalam arti luas, termasuk auditing, pada masalah hukum untuk
penyelesaian hukum di dalam atau di luar pengadilan, di sektor publik maupun privat.

B. DISIPLIN DAN PROFESI FORENSIK LAINNYA


Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan Pusat Bahasa mendefinisikan kata
forensik secara terbatas sebagai berikut:
1. Cabang ilmu kedokteran yang berhubungan dengan penerapan fakta medis pada masalah
hukum;
2. Ilmu bedah yang berkaitan dengan penentuan identitas mayat seseorang yang ada
kaitannya dengan kehakiman dan peradilan: polisi belum bisa menjelaskan identitas
korban karena masih menunggu hasil pemeriksaan yang diselidiki oleh tim.
Berikut beberapa profesi forensik seperti, forensic anthropologist, forensic chemist, forensic
dentist, forensic document investigator, forensic entomologist, forensic geologist, dan
lainnya.
Dalam sidang pengadilan ahli-ahli forensik dari disiplin yang berbeda, termasuk
akuntan forensik, dapat dihadirkan untuk memberikan keterangan ahli. Di negara-negara
yang berbahasa Inggris, mereka disebut expert witness (saksi ahli). Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana (KUHAP) menggunakan istilah “Ahli”, meskipun dalam percakapan
sehari-hari dan oleh pers digunakan istilah “Saksi Ahli”.
KUHAP Pasal 179 ayat (1) menyatakan: “Setiap orang yang diminta pendapatnya
sebagai ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli lainnya wajib memberikan
keterangan ahli demi keadilan.”
Dalam praktik, kelompok ahli lainnya juga terdiri atas para akuntan atau pelaksana
audit investigatif yang memberi keterangan ahli demi keadilan. Istilah akuntan forensik dan
akuntansi forensik dikenal.

C. AKUNTAN FORENSIK DI PENGADILAN


Akuntan forensik dapat digunakan di sektor publik maupun privat. Di Indonesia,
penggunaan akuntan forensik di sektor publik lebih menonjol dari sektor privat karena
jumlah perkara yang lebih banyak di sektor publik. Akan tetapi, ada juga alasan lain, yakni
kecenderungan untuk menyelesaikan sengketa sektor privat di luar pengadilan.
Di sektor publik, para penuntut umum menggunakan ahli dari BPK, BPKB, dan
Inspektorat Jenderal dari Departemen yang bersangkutan. Di lain pihak, terdakwa dan tim
pembelanya menggunakan ahli dari kantor-kantor akuntan publik.
Pengertian Ahli menurut KUHAP terkait dengan seseorang, perorangan atau individu.
Pengertian Ahli menurut KUHAP berbeda dengan pengertian menurut Undang-Undang
Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan RI. Pasal 11 huruf c dari
undang-undang tersebut berbunyi sebagai berikut.
BPK dapat memberikan:
a. ... karena sifat pekerjaannya;
b. ... pemerintah pusat atau pemerintah daerah; dan/atau
c. Keterangan Ahli dalam proses peradilan mengenai kerugian negara/daerahh.
Pihak yang memberikan keterangan Ahli adalah BPK, bukan pribadi (anggota,karyawan
auditor, dan seterusnya).

D. SENGKETA
Sengketa bisa terjadi karena satu pihak merasa haknya dikurangi, dihilangkan atau
dirampas oleh pihak lain. Hak yang dikurangi atau dihilangkan ini bisa berupa:
1. Uang atau asset lain, baik asset berwujud (tangible asset) maupun asset tidak berwujud
(intangible asset), yang dapat diukur dengan uang;
2. Reputasi, misalnya tercemarnya nama baik apakah itu nama pribadi, keluarga atau nama
perusahaan;
3. Peluang bisnis, misalnya tidak bisa ikut dalam proses tender dengan alasan yang
terkesan diskriminatif;
4. Gaya hidup, misalnya ditolak memasuki klub atau kawasan yang dinyatakan eksklusif;
5. Hak-hak lain yang berkaitan dengan transaksi bisnis.

Faktor-faktor yang dapat menentukan berhasil atau gagalnya penyelesaian sengketa oleh
pihak-pihak yang bersengketa adalah sebagai berikut.

1. Berapa besar konsekuensi keuangan pada pihak yang bersengketa. Konsekuensi ini
bukan saja jumlah yang disengketakan, tetapi juga biaya yang harus dikeluarkan untuk
menyelesaikan sengketa dan perkiraan mengenai berapa lama sengketa ini akan
terselesaikan.
2. Seberapa jauh pertikaian pribadi, rasa iri atau dendam terjadi di antara pihak-pihak.
3. Apakah penyelesaian sengketa ini akan berdampak dalam penyelesaian kasus serupa?
Misalnya, perusahaan yang bersengketa dengan seorang pegawainya akan khawatir
kalau ia kalah dalam sengketa ini, karena dalam waktu dekat ada kasus serupa yang
harus diselesaikan.
4. Seberapa besar dampak dari publisitas negatif yang ditimbulkan. Suatu kantor akuntan
publik (KAP) mempunyai kebijakan untuk tidak menuntut kliennya, meskipun KAP itu
percaya bahwa pengadilan akan memenangkannya. KAP itu khawatir bahwa publisitas
negatif akan mempengaruhi reputasinya dalam hubungan dengan klien lainnya atau
calon kliennya.
5. Seberapa besar beban emosional yang harus ditanggung. Beban emosional dapat
tercermin dalam berbagai hal, seperti dikucilkan dari masyarakatnya (kelompok bisnis
atau professional yang merupakan bagian dari “habitat”-nya). Baginya kemenangan atas
sengketa ini merupakan prinsip.

E. AKUNTANSI ATAU AUDIT FORENSIK


Bermula dari penerapan akuntansi untuk memecahkan persoalan hukum, maka istilah
yang dipakai adalah akuntansi (dan bukan audit) forensik. Sekarang pun kadar akuntansinya
masih terlihat, misalnya dalam perhitungan ganti rugi baik dalam konteks keuangan negara,
maupun di antara pihak-pihak dalam sengketa perdata.
Ada yang menggunakan istilah audit forensik (forensic audit) untuk kegiatan audit
investigatif. Dalam rangka sertifikasi, istilah yang digunakan adalah auditor forensik dan
bukan akuntan forensik. Pertimbangannya adalah anggota profesi ini bukan hanya akuntan.
Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) di Amerika Serikat juga menyebut
anggotanya sebagai pemeriksa fraud bersertifikat atau Certified Fraud Examiners (CFE).

F. PRAKTIK AKUNTANSI FORENSIK DI INDONESIA


Tahun 2005 merupakan tahun suksesnya akuntansi forensik dan sekaligus system
pengadilan.Di antara beberapa kasus, dua kasus yang menonjol.Pertama, kasus Komisi
Pemilihan Umum, dimana akuntan forensiknya adalah Badan Pemeriksa Keuangan.Komisi
Pemberantasan Korupsi berhasil menyelesaikan di pengadilan.
Kedua, kasus Bank BNI. Akuntansi forensiknya bukan dilakukan oleh lembaga
pemeriksa atau kantor akuntan, melainkan oleh PPATK dalam persidangan di pengadilan
berhasil menyakinkan hakim mengenai peran kunci Adrian Waworuntu.

G. AKUNTAN FORENSIK SEKTOR PUBLIK


Ditahun 2009, pemirsa televise disuguhi pemberitaan tentang musibah yang menimpa
Chandra M. Hamzah dan Bibit Samad Rianto, pengungkapan rekaman percakapan telepon
Anggolo Widjojo dengan petinggi kepolisian, kejaksaan dan pihak lain sampai penerbitan
SKPP (Surat Ketetapan Penghentian Penuntutan) bagi Bibit dan Chandra dan dugaan
keterkaitannya dengan pemeriksaan kasus Bank Century oleh KPK.
Di Indonesia terlihat peran-peran penting para akuntan forensik dari BPKP, BPK, dan
aparat pengawasn internal pemerintah yang tergabung dalam APIP.

H. BEBERAPA MODEL AKUNTANSI FORENSIK


Dalam suatu audit secara umum maupun audit yang khusus
AUDITING AKUNTANSI
untuk mendeteksi fraud, si auditor (internal maupun eksternal)
secara proaktif berupaya melihat kelemahan-kelemahan dalam
HUKUM
system pengendalian intern, terutama yang berkenaan dengan
pelindungan terhadap aset, yang rawan akan terjadinya fraud.

Pada bagan dibawah ini menggambarkan dua bagian dari suatu fraud audit, yang bersifat
proaktif dan investigatif.Audit investigatif dimulai pada bagian kedua dari audit fraudyang
bersifat reaktif, yakni sesudah ditemukannya indikasi awal adanya fraud.Audit investigatif
merupakan bagian dan titik awal dari akuntansi forensik.
Bagan akuntansi dan hukum dapat dikembangkan lebih lanjut dengan memasukkan unsur
tindak pidana, misalnya tindak pidana korupsi (tipikor). Dengan memasukan unsur tipikor
maka unsur akuntansinya adalah perhitungan kerugian keuangan negara dan proses (atau
acara) pengadilan tipikor.
Penyelesaian sengketa dapat dilakukan dibawah berbagai ketentuan perundang-undangan,
seperti hukum pidana, hukum perdata, hukum administratif, dan arbitrase serta alternatif
penyelesaian sengketa.
Model di bawah akan bertambah rumit jika kejahatannya adalah lintas negara, seperti
koruptor Indonesia yang melarikan diri ke luar negeri dan :mencuci uang”-nya juga ke luar
negeri. Bidang hukumnya akan lebih luas lagi dengan konvensi dan traktat internasioanal
yang meliputi ektradisi dan mutual assistance(MLA).
Akuntansi Forensik
Jenis Fraud Audit Hukum :
Penugasan PROAKTIF INVESTIGATIF  Pidana
Sumber Risk Temuan Temuan  Perdata
Informasi assesment audit tuduhan audit  Administratif
keluhan tip Akuntansi  Arbitrase dan
Output Identifikasi Indikasi awal Bukti Keuangan alternatif
potensi adanya fraud ada/tidaknya penyelesaian
fraud pelanggaran sengketa.
 Ekstradisi dan
MLA.
I. SEGITIGA AKUNTANSI FORENSIK
Konsep yang digunakan dalam Segitiga Akuntansi Forensik ini adalah konsep
hokumyang paling penting dalam menetapkan ada atau tidaknya kerugian dan
bagaimanakonsep perhitungan kerugian tersebut. Sebagaimana terlihat dari gambar
di atas,dalam Segitiga Akuntansi Forensik terdapat tiga titik: kerugian, perbuatan
melawanhukum, dan hubungan kausalitas.
Kerugian adalah titik pertama dalam Segitiga Akuntansi Forensik.Di sektor
publikmaupun privat, akuntansi forensik berurusan dengan kerugian.Di sektor publik
adakerugian negara dan kerugian keuangan negara.Di sektor privat ada kerugian
yangtimbul karena cidera janji dalam suatu perikatan. Landasan hukum kerugian
adalahPasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang berbunyi: “Tiap
perbuatanyang melanggar hukum dan membawa kerugian kepada orang lain
mewajibkanorang yang menimbulkan kerugian itu karena kesalahannya untuk
menggantikankerugian tersebut.”
Titik kedua dalam Segitiga Akuntansi Forensik adalah perbuatan melawan
hukum.Tanpa perbuatan melawan hukum, tidak ada yang dapat dituntut untuk
menggantikerugian.
Titik ketiga dalam Segitiga Akuntansi Forensik adalah adanya keterkaitan
antarakerugian dan perbuatan melawan hukum atau ada hubungan kausalitas
antarakerugian dan perbuatan melawan hukum.Titik perbuatan melawan
hukum danhubungan kausal it as adal ah ranah dari para ahli dan prakt isi
hukum.Adapun perhitungan besarnya kerugian adalah ranah dari para akuntan
forensik.Dalamm e n g u m p u l k a n b u kt i d an b a r a n g b u k t i u n t u k m e n e t a p k a n
a d a n ya h u b u n ga n kausalitas, akuntan forensik dapat membantu ahli dan praktisi hukum.

J. FOSA DAN COSA


Fraud auditterdiri atas dua komponen. Komponen pertama, proactive fraud audit
(fraud audit yang proaktif), yang berada di luar lingkup akuntansi forensik. Sedangkan
komponen kedua, investigative audit (audit investigasi), merupakan bagian dari akuntansi
forensik.
Bagian ini akan membahas komponen pertamadari fraud audit, yakni fraud audityakni
proaktif. Berbagai istilah dipakai untuk fraud audityakni proaktif. Ada yang menggunakan
kajian sistem, karena dalam fraud auditini dilakukan kajian siste yang bertujuan
mengidentifikasi potensi-potensi atau risiko terjadinya fraud.
Istilah fraud dalam FOSA digunakan dalam arti seluas-luasnya; seperti yang
digunakan the Association of Certified Fraud Examiners dalam fraud tree-nya. Kajian
sistem yang bertujuan untuk mengidentifikasi potensi fraud secara umum, dapat
menggunakan istilah FOSA. Kalau fokus dalam kajian ini adalah korupsi (seperti yang
dilakukan KPK) maka disebut dengan istilah corruption-oriented system audit (COSA)
Kajian sistem yang bertujuan untuk mengidentifikasi potensi korupsi secara spesifik, dapat
menggunkana istilah COSA.
FOSA dapat dilakukan oleh organisasi itu sendiri. Pada perusahaan swasta, FOSA
dikerjakan oleh auditor internal, auditor internal dan bagian hukum atau unit di bawah
direktur kepatuhan, atau unit lainnya yang ditunjuk komite audit. Kalau organisasi tersebut
tidak mempunyai keahlian yang diperlukan, ia dapat meminta jasa kantor akuntan publik
yang memberikan jasa khusus untuk itu.

K. SISTEMATIKA FOSA ATAU COSA


Langkah pertama adalah mengumpulkan materi untuk menilai adanya potensi
atau resiko fraud dalam system dari entitas yang dikaji. Peralatan FOSA yang dapat
dipergunakan:
1. Memahami entitas dengan baik
2. Segitiga fraud.
3. Wawancara, bukan introgasi.
4. Kuesioner, ditindak lanjuti dengan substansiasi.
5. Observasi lapangan.
6. Sampling dan timing.
7. Titik lemah dalam sistem pengadaan barang dan jasa.
8. Profiling.
9. Analisis data.
Potensi fraud dalam sistem dari entitas yang bersangkutan dapat dilihat pada:
1. Kelemahan sistem dan kepatuhan.
2. Entitas sering kali menyajikan pihak – pihak yang disebutnya
stakeholders.

FOSA mendapatkan informasi melalui berbagai sumber :

1. Entitas yang bersangkutan seharusnya merupakan sumber penting.


2. Pressure group seperti media dan Lembaga Swadaya Masyarakat merupakan
sumber informasi penting.
3. Whistleblowers merupakan sumber yang memberikan warna lain dalam
pengumpulan materi untuk mengidentifikasikan potensi dan resiko fraud
4. Masyarakat sering kali berani melaporkan ketidakberesan dalam suatu
entitas.
5. Google atau search engine lainnya.
Langkah kedua dalam FOSA adalah menganalisis dan menyimpulkan
berbagai informasi yang diperoleh dalam langkah pertama. Pelaksana FOSA
mnggabungkan berbagai analisis tentang potensi atau resiko fraud yang satu sama lain
mungkin tidak sejalan, dan ada kesenjangan.

L. MENGAPA AKUNTANSI FORENSIK


1. Pengantar
Fraud sangat merugikan berbagai pihak karena dapat menghancurkan
pemerintahan maupun bisnis. Fraud berupa korupsi lebih luas daya penghancurnya.
Pada dasarnya cakupan akuntansi forensik adalah fraud dalam arti yang luas.
Association of Certified Fraud Examiners mengelompokkkan fraud dalam tiga
kelompok yaitu corruption (korupsi), asset misappropriation (penjarahan aset), dan
fraudulent financial statement (laporan keuangan yang dengan sengaja dibuat
menyesatkan). Dalam hal ini, akuntan forensik menjadi spesialis yang lebih khusus lagi
daripada akutan pada umumnya yang berspesialisasi dalam auditing. Ia menjadi fraud
auditor atau fraud examineryang memiliki spesialisasi dalam bidang fraud.
Sorotan utama mengenai fraudpada umumnya dan korupsi pada khususnya adalah
pada kelemahan corporate governanceatau kelemahan di sektor korporasi, tetapi prinsip
umumnya adalah kelemahan di sektor governance, baik korporasi maupun
pemerintahan. Di Indonesia hal ini sangat jelas terlihat dalam perkara-perkara korupsi
dari para penyelenggara negara dan dari kajian mengenai integritas yang dibuat KPK.
Salah satu dampak kelemahan governance adalah adanya fraud atau perkara
korupsi yang melibatkan para penyelenggara negara. Sedangkan dampak kelemahan
governance di korporasi lebih kepada pengaruh di pasar modal yaitu harga saham
perusahaan akan lebih rendah dimana seharusnya mempunyai nilai yang lebih tinggi
kalau mereka kalau mereka mempunyai good corporate governance (tata kelola
perusahaan yang baik). Ada beberapa kajian global mengenai korupsi yang menilai
Indonesia antara lain adalah Corruption Perceptions Index (CPI), Global Corruption
Barometer (GCB), Bribe Payers Index(BPI), Political and Economic Risk Consultancy
(PERC), dan Global Competitiveness Index (GCI).
2. Survei Integritas oleh KPK.
Tujuan survei ini adalah sebagai berikut:
1. Menelusuri akar permasalahan korupsi di sektor pelayanan publik.
2. Mengubah perspektif layanan dari orientasi lembaga penyedia layanan publik atau
petugasnya (sisi penawaran) ke perspektif pelanggan (sisi permintaaan).
3. Mendorong lembaga publik mempersiapkan upaya pencegahan korupsi yang efektif
di wilayah dan layanan yang rentan terjadinya korupsi.

M. LINGKUP AKUNTANSI FORENSIK


1. Praktik di sektor swasta
Segala sesuatu yang dilakukan dalam akuntansi forensik, bersifat dukungan untuk
kegiatan litigasi (litigation support). Pengertian litigation support ini bisa diperluas
dengan legal support. Akuntansi forensik dimulai sesudah ditemukannya indikasi awal
adanya fraud.Audit investigatif merupakan bagian awal dari akuntansi forensik.Pihak –
pihak yang bersengketa dalam urusan bisnis dapat meminta satu pihak membeli seluruh
saha pihak lainnya atau mereka dapat menyepakati bahwa pembeli akhirnya adalah
penawar yang mengajukan tertinggi.Ini adalah valuation analysis.
2. Praktik di sektor pemerintahan
Praktek di Sektor Pemerintahan Akuntansi forensik pada sektor publik di Indonesia lebih
menonjol daripada akuntansi forensik pada sektor swasta.Secara umum akuntansi
forensik pada kedua sektor tidak berbeda, hanya terdapat perbedaan pada tahap-tahap
dari seluruh rangkaian akuntansi forensik terbagi-bagi pada berbagai
lembaga.Tuanakotta 2014:93 mengemukakan ada lembaga yang melakukan pemeriksaan
keuangan negara, ada beberapa lembaga yang merupakan bagian dari internal
pemerintahan, ada lembaga-lembaga pengadilan, ada lembaga yang menunjang kegiatan
memerangi kejahatan pada umumnya, dan korupsi khususnya seperti PPATK, dan
lembaga-lembaga lainnya seperti KPK. Juga ada lembaga swadaya masyarakat yang
berfungsi sebagai pressure group.

N. ATRIBUT DAN KODE ETIK AKUNTAN FORENSIK SERTA STANDAR AUDIT


INVESTIGATIF
1. Atribut Seorang Akuntan Forensik.
Howard R. Davia memberi lima nasehat kepada seorang auditor pemula dalam
melaksanakan investigasi terhadap kecurangan, yaitu :
a. Hindari pengumpulan fakta dan data yang berlebihan secara prematur.
b. Fraud auditor harus mampu membuktikan niat pelaku melakukan kecurangan
(perpetrator intent to commit fraud).
c. Menjadi kreatif, berpikir seperti pelaku kecurangan, jangan mudah ditebak dalam
hal arah pemeriksaan, penyelidikan, atau investigasi yang dilakukan.
d. Auditor harus tahu bahwa banyak kecurangan dilakukan dengan persekongkolan
(kolusi).
e. Dalam memilih proactive fraud detection strategy (strategi untuk menemukan
kecurangan dalam investigasi proaktif), si auditor harus mempertimbangkan
apakah kecurangan dilakukan di dalam pembukuan atau di luar pembukuan.
2. Karakteristik Seorang Pemeriksa Fraud.
Berdasarkan Association of Certified Fraud Examiners, pemeriksa fraud harus memiliki
karakteristik sebagai berikut:
a. Pemeriksa fraud harus memiliki kemampuan yang unik di samping keahlian
teknisnya seperti kemampuan mengumpulkan fakta-fakta dari berbagai saksi secara
fair, tidak memihak, sahih (mengikuti ketentuan perundang-undangan), akurat, serta
mampu melaporkan fakta-fakta itu secara akurat dan lengkap.
b. Pemeriksa harus memiliki kemampuan untuk menumbuhkan kepercayaan pada diri
orang lain sehingga tujuan spesifik yakni mendapat informasi dapat tercapai. Hal
tersebut juga diperlukan karena pemeriksa fraud berurusan dengan segala macam
jenis manusia dari berbagai latar belakang. Idealnya, pemeriksa harus mempunyai
kepribadian yang menarik dan memotivasi orang lain untuk membantunya.
c. Karena setiap orang itu “unik” (tiada duanya), maka pemeriksa fraud harus mampu
berkomunikasi dalam “bahasa” mereka.
d. Pemeriksa fraud harus mempunyai kemampuan teknis untuk mengerti konsep-
konsep keuangan, dan kemampuan untuk menarik kesimpulan terhadapnya.
3. Kualitas Akuntan Forensik.
Berdasarkan jawaban kuesioner yang dibagikan oleh Robert J. Lindquist, kualitas
yangharus dimiliki seorang akuntan forensik antara lain :
a. Kreatif
b. Rasa ingin tahu
c. Tak menyerah
d. Akal sehat
e. Business sense
f. Percaya diri
4. Independen, Objektif dan Skeptis.
3 sikap dan tindak pikir yang selalu melekat pada seorang auditor, yakni
independen,objektif dan skeptis. Ketiga tersebut tidak dapat dipisahkan dari pekerjaan
akuntan forensic
O. TATANAN KELEMBAGAAN
Secara sederhana tatanan kelembagaan pusat dan daerah dapat dilihat di bagan ini :

Trias politica yang terdiri dari :


- Cabang legislative (lembaga – lembaga perwakilan rakyat: MPR, DPR, DPRD),
- Eksekutif (kekuasaan pemerintahan negara),
- Yudukatif (kekuasaan kehakiman: MA.MK.KY).
BPK sendiri tidak termasuk dalam sistem kekuasaan diatas, BPK dikenal dalam sistem
ketatanegaraan negara-negara demokrasi, nama generik untuk lembaga ini adalah Supreme
Audit Institusional (SAI). SAI adalah lembaga di tingkat nasional yang bertanggung jawab
untuk mengaudit penerimaan dan belanja negara. Tujuan utama SAI adalah mengawasi
pengelolaan keuangan negara dan kualitas serta kredibilitas pelaporan keuangan
pemerintah. SAI dapat bertindak membatasi peluang bagi malpraktik di bidang keuangan
negara dan penyalahgunaan kekuasaan SAI. Disamping lembaga-lembaga tersebut ada
juga lembaga yang memfasilitasi pengungkapan tindak kejahatan, termasuk TPK, yakni
Pusat Pelaporan dan Analitis Transaksi Keuangan ( PPATK) untuk kejahatan pencucian
uang dan interpol.
DAFTAR ISI

Tuanakotta, Theodorus M, 2010. Akuntansi Forensik & Audit Investigatif. Jakarta: Penerbit
Salemba Empat

Anda mungkin juga menyukai