Anda di halaman 1dari 13

RESUME

Fraud Detection
Tugas Ini Diselesaikan Untuk Memenuhi Tugas Harian
Mata Kuliah Akuntansi Forensik

Disusun Oleh :
Syauqi Hidayat
NIM 166020310111004

PROGRAM PASCA SARJANA ILMU AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI & BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
TAHUN 2016
Cara Mendeteksi Kecurangan (fraud) Akuntansi

Pendeksian atau cara mengetahui adanya kecurangan akuntansi (fraud) mejadi hal yang
penting untuk menjaga keberlangsungan suatu Entiti. Dengan adanya usaha pendekteksian ini
maka diharapkan gejala kecurangan yang mungkin terjadi dapat didiagnosa yang kemudian
dilakukan tindakan yang menuju pada pembenaran secara akuntansi. Pendeteksian terhadap
kecurangan (fraud) akuntansi dapat di lakukan dengan mendeteksi indikasi kecurangan pada
Akun atau elemen laporan keuangan dalam akuntansi dan pada User atau pihak pengguna atu
pihak yang berkepentingan dengan Informasi akuntansi. Adapun penjelasan tentang pendeteksian
kecurangan (fraud) akuntansi adalah sebagai berikut:

Deteksi kecurangan akuntansi Berdasarkan Elemen Laporan Keuangan


Amrizal (2004) menguraikan garis besar cara mendeteksi kecurangan menurut ACFE
adalah sebagai berikut:
o Kecurangan Laporan Keuangan (Financial Statement Fraud)
Kecurangan dalam penyajian laporan keuangan umumnya dapat dideteksi melalui
analisis laporan Keuangan sebagai berikut:

Analisis vertikal,
yaitu teknik yang digunakan untuk menganalisis hubungan antara item-item
dalam laporan laba rugi, neraca, atau Laporan arus kas dengan
menggambarkannya dalam persentase.

Analisis horizontal
yaitu teknik untuk menganalisis persentase-persentase perubahan item
laporan keuangan selama beberapa periode laporan.

Analisis rasio
yaitu alat untuk mengukur hubungan antara nilai-nilai item dalam laporan
keuangan Sebagai contoh adalah current ratio, adanya penggelapan uang
atau pencurian

kas

dapat

menyebabkan

turunnya perhitungan rasio

tersebut.
o Penyalahgunaan Aset (Asset Misappropriation)
Variasi pendeteksian kecurangan jenis ini sangat beragam. Pemahaman terhadap
pengendalian intern atas pos-pos tersebut akan sangat membantu dalam
mendeteksi kecurangan. Metode-metode yang bisa digunakan antara lain:
2

Analiytical Review
Review atas berbagai akun yang mungkin menunjukkan ketidak biasaan atau
kegiatan-kegiatan yang tidak diharapkan.

Stastitical Sampling
Melakukan sampling atas pos-pos tertentu yang dicurigai, misalnya
persediaan. Dokumen dasar pembelian dapat diuji secara sampling untuk
menentukan ketidakbiasaan (irregularities), metode deteksi ini akan
efektif jika ada kecurigaan terhadap satu attributnya, misalnya pemasok fiktif.
Suatu daftar alamat PO BOX akan mengungkapkan adanya pemasok fiktif.

Vendor or outsider Complaints


Komplain / keluhan dari konsumen, pemasok, atau pihak lain merupakan
alat deteksi yang baik yang dapat mengarahkan auditor untuk melakukan
pemeriksaan lebih lanjut

Site Visite Observation


Observasi ke lokasi biasanya dapat mengungkapkan ada tidaknya
pengendalian intern di lokasi-lokasi tersebut.

o Korupsi (Corruption)
Kecurangan ini dapat dideteksi melalui keluhan dari rekan kerja yang jujur,
laporan dari rekan, atau pemasok yang tidak puas dan menyampaikan komplain
ke perusahaan. Atas sangkaan terjadinya kecurangan ini kemudian dilakukan
analisis terhadap tersangka atau transaksinya. Korupsi dapat dicegah dengan
beberapa cara diantaranya dengan penerapan corporate governanceyang baik.

Deteksi kecurangan akuntansi berdasarkan Pihak yang berkepentingan dengan Informasi


akuntansi. Pendeteksian

terjadinya

praktik

kecurangan

bisa

dilakukan

dengan

mengenali gejala-gejalanya antara lain:


o Gejala Kecurangan pada Manajemen
Umumnya agak sulit dideteksi, namun gejalanya dapat dikenali yaitu timbulnya
ketidak

cocokan

diantara

manajemen

puncak,

rendahnya

moral

dan

motivasikaryawan, Departemen akuntansi kekurangan staf, tingkat komplain yang


3

tinggi terhadap organisasi/perusahaan dari pihak konsumen, pemasok, atau badan


otoritas, terjadi kekurangan kas secara tidak teratur dan tidak terantisipasi,
menurunnya

tingkat penjualan atau laba sementara utang dan piutang usaha

meningkat, perusahaan mengambil kredit sampai batas maksimal untuk jangka


waktu yang lama,

terdapat kelebihan persediaan yang signifikan, terdapat

peningkatan jumlah ayat jurnal penyesuaian pada akhir tahun buku.


o Gejala Kecurangan pada Karyawan atau Pegawai
Gejala kecurangan yang dilakukan oleh karyawan atau pegawai dapat dikenali
antara lain yaitu pembuatan ayat jurnal penyesuaian tanpa otorisasi manajemen
dan tanpa perincian/penjelasan pendukung, melakukan pengeluaran

tanpa

dokumen pendukung, pencatatan yang salah/tidak akurat pada buku jurnal/besar,


penghancuran, penghilangan, pengrusakan dokumen pendukung pembayaran,
kekurangan barang yang diterima, kemahalan harga barang yang dibeli,
munculnya faktur ganda, penggantian mutu barang (Sie Infokum, 2008).
Perubahan perilaku drastis dari individu yang melakukan kecurangan bisa
digunakan sebagai indikasi (Sie Infokum, 2008), antara lain yaitu

Perubahan perilaku secara signifikan, seperti: easy going, tidak seperti


biasanya,gaya hidup mewah, mobil atau pakaian mahal

Gaya hidup di atas rata-rata

Sedang mengalami trauma emosional di rumah atau tempat verja

Penjudi berat

Peminum berat

Sedang dililit utang

Temuan audit atas kekeliruan (error) atau ketidakberesan (irregularities)


dianggap tidak material ketika ditemukan

Bekerja tenang, bekerja keras, bekerja melampaui jam kerja, sering


bekerja sendiri.

MENGENALI GEJALA MUNCULNYA FRAUD


Fraud atau tindakan kecurangan, terlebih yang sifatnya adalah berkenaan dengan
masalah keuangan, merupakan tindak pidana yang cenderung sulit untuk diselidiki dan
dibuktikan. Yang menjadi titik kesulitan pendeteksian atas dugaan kasus tindakan kecurangan
keuangan ini adalah metode pelaksanaan kecurangannya yang rumit dan kasus tindakan
kecurangan ini memiliki banyak kesempatan untuk dihilangkan barang buktinya dengan beragam
cara.
Logika berfikir dalam mendeteksi dan nantinya menyelesaikan kasus fraud ini sama
ketika kita bandingkan dengan logika kerja yang digunakan oleh dokter dalam menyembuhkan
pasiennya. Di awal pemeriksaan, dokter pasti akan menanyakan tentang apa yang dirasakan
pasien. Langkah ini adalah untuk mendeteksi gejala-gejala dari sakit yang diderita si pasien.
Nantinya melalui analisis atas gejala tersebut, dokter dapat menentukan apa penyakit si pasien
secara spesifik dan pengobatannya. Tahapan ini sama dengan apa yang dilakukan akuntan
forensik dalam upayanya mendeteksi fraud. Pendeteksian tindak pidana fraud ini pada tahapan
awal selalu dimulai dengan mengidentifikasi gejala fraudnya (the sympthoms of fraud). Ketika
dapat diketahui gejalanya dengan pasti, maka untuk tahapan selanjutnya, akuntan forensik atau
auditor akan mampu mencari cara penyelesaian kasus yang tepat.
Untuk mendeteksi adanya fraud, jajaran manajer perusahaan, auditor, karyawan, dan
pemeriksa harus mengenal indikator dari fraud itu sendiri atau bisa juga disebut dengan gejala
fraud. Di samping itu, perlu juga dilakukan penelitian mengenai apakah gejala itu diakibatkan
dari tindakan fraud yang nyata atau disebabkan oleh faktor-faktor lain. Jika gejala dari fraud itu
bisa diteliti dan dipahami, maka tindakan fraud akan bisa dideteksi lebih awal, sehingga bisa
juga menekan angka kerugian yang mungkin akan diakibatkannya.
Gejala dari fraud bisa diklasifikasikan menjadi 6 kelompok, yaitu:

Keganjilan atau keanehan akuntansi (accounting anomalies).

Kelemahan sistem pengendalian internal (internal control weakness).

Keanehan analitis (analytical anomalies).

Gaya hidup konsumtif atau boros (extravagant lifestyles).

Sikap yang tidak biasa (unusual behavior).


5

Tips dan keluhan atau complain (tips and complain).

Di bawah ini akan dijelaskan secara rinci mengenai keenam kelompok gejala tersebut.
Keganjilan atau keanehan akuntansi (accounting anomalies).
Keganjilan akuntansi adalah salah satu gejala adanya fraud yang mencakup masalahmasalah mengenai sumber bukti dari catatan akuntansi, kesalahan penjurnalan dan ketidak
tepatan pada buku besar. Perbedaan yang banyak terjadi antara seorang auditor yang melakukan
audit atas laporan keuangan (general audit) dengan seorang fraud examiner pada saat memeriksa
catatan akuntansi dan bukti-bukti pendukungnya adalah tentang ketelitian dan ketajaman dalam
memaknai data akuntansi tersebut. Auditor laporan keuangan biasanya hanya sekedar
mencocokan data audit (bukti-bukti transaksi dan catatan akuntansi) untuk kebutuhan kecukupan
bukti dan memenuhi asersi keberadaannya. Sedangkan seorang fraud examiners akan bertindak
lebih jauh dalam mengamati catatan akuntansi tersebut. fraud examiners pasti akan menganalisis
hingga masalah otentifikasi catatan akuntansi dan peluang disalahgunakan untuk mendukung
kegiatan tindak kecurangan tersebut.

Keganjilan dokumen sumber


Dalam kaitannya dengan keganjilan akuntansi, otomatis bersinggungan dengan tindakan
kecurangan yang melibatkan dokumen akuntansi sebagai bentuk fisik dari pencatatan akuntansi.
Yang disebut dengan dokumen adalah dokumen elektronik maupun dokumen kertas. Kejadian
yang biasanya terjadi sehubungan dengan dokumen adalah:
Adanya dokumen yang hilang.
Catatan rekonsiliasi bank yang usang.

Execessive voids or credits.


Common names or addresses of payees or customers.
Increased past due accounts.
Kenaikan item-item rekonsiliasi

Alteration on documents
Pembayaran ganda
Persetujuan ganda atas cek keluar.

Documents sequences that do not make sense.


Tulisan tangan pada dokumen yang dipertanyakan.
6

Dokumen yang digandakan (copy).

Kesalahan pencatatan jurnal


Pelaku penggelapan biasanya mencuri aset seperti kas atau persediaan. Untuk

menyembunyikan pencurian mereka, para pelaku harus menemukan cara untuk mengurangi
kewajiban atau modal. Jika tidak, maka pencatatan akuntansi tidak akan balance dan aksi mereka
akan segera ketahuan. Pelaku yang pintar akan mengerti bahwa mengurangi kewajiban bukan
merupakan metode penyembunyian yang bagus. Pelaku yang pintar juga menyadari bahwa
kebanyakan akun modal seharusnya tidak diubah. Akun modal akan berubah karena adanya
transaksi yang menyangkut pembayaran deviden dan penjualan saham dan transaksi sangat
jarang terjadi.
Maka yang tersisa selain memanipulasi kewajiban dan modal adalah pendapatan dan
beban. Jika pendapatan berada pada posisi tren naik dan tiba-tiba ada suatu kejadian yang
mengakibatkan turunnya pendapatan maka penurunan ini akan segera menyita perhatian. Oleh
karena itu biasanya pelakuk akan menyembunyikan aksi mereka dengan menaikkan beban.
Kenaikan beban mengurangi laba bersih, dimana akan mengurangi retained earning dan modal
pemilik.
Aset

kewajiban

modal pemilik

Saham

retained earning

Deviden

laba bersih

Pendapatan

beban

Mencatat beban untuk menyembunyikan kecurangan meliputi pencatatan jurnal yang


fiktif. Berikut adalah pencatatan yang biasanya maerupakan gejala adanya fraud
Ada ayat jurnal yang dibuat tanpa dokumen pendukung.
Ada ayat jurnal penyesuaian yang tidak jelas terkait piutang/ utang/ pendapatan/ beban.
Ayat jurnal yang dibuat tidak seimbang.
Ayat jurnal dibuat oleh orang yang tidak seharusnya membuat jurnal tersebut.
7

Ayat jurnal yang dibuat di dekat tanggal berakhirnya periode akuntansi tersebut.

Buku besar yang tidak akurat


Buku besar adalah buku akuntansi. Seluruh transaksi yang berhubungan dengan

kuintansi diringkas dalam buku besar. Keakuratan keseimbangan akun dibuktikan dengan
jumlah aset sama dengan jumlah seluruh kewajiban dan modal. Dua bentuk gejala terjadinya
kecurangan yang berhubungan dengan buku besar.
Sedangkan gejala fraud terkait dengan ketidak tepatan data pada buku besar
diindikasikan dengan: saldo akhir akun pada buku besarnya tidak seimbang atau saldo pada
buku besar utama tidak sama dengan saldo pada buku besar pembantu.
Buku besar tidak balance. Gejala ini dapat diketahui jika pencatatan akun tidak
lengkap.
Account balance tidak sama dengan jumlah konsumen individu dan dan vendor
balance. Gejala ini mengindikasikan adanya manipulasi pada konsumen individu dan
vendor balance tanpa mengubah balance pendapatan atau utang pada buku besar.
Kelemahan pengendalian internal (internal control weaknesses).
Perusahaan, secara normal akan menyusun sistem pengendalian internal yang ideal.
Sistem Pengendalian Internal (SPI) yang dibentuk tersebut ditujukan agar semua kegiatan
operasional dalam perusahaan bisa berjalan dengan baik, bisa mengendalikan tahapan kerja yang
harus dilakukan oleh tiap-tiap bagian dari perusahaan tersebut, dan yang utama adalah agar dapat
menutup celah peluang terjadinya tindakan kecurangan yang dapat merugikan perusahaan. SPI
tersebut pada dasarnya harus mampu mengendalikan pegawai dalam setiap jenjang manajemen
untuk dapat bekerja sesuai aturan perusahaan.
Sebagai objek utama dalam SPI dan motor penggerak perusahaan, setiap individu atau
karyawan dalam perusahaan pasti memiliki tekanan dan masalah dalam hidupnya. Semuanya
juga memiliki rasionalisasinya masing-masing. Dan ketika sistem pengendalian internal yang
diterapkan oleh perusahaan itu lemah, maka resiko akan ada tindak kecurangan atau fraud akan
semakin besar.
Indikasi adanya kelemahan pengendalian internal adalah:

Ketiadaan pemisahan wewenang.


8

Ketiadaan pengendalian atas keamanan aset perusahaan.

Ketiadaan alur pemeriksaan.

Ketiadaan alur otorisasi

Ketiadaan sistem pendokumentasian yang baik

Overriding dari pengendalian yang sudah ada.

Sistem akuntansi yang tidak lagi mencukupi kebutuhan perusahaan.


Dalam segitiga fraud (peluang, tekanan, dan rasionalisasi), yang lebih mudah untuk

langsung dirasakan oleh subyek manusia adalah tekanan dan rasionalisasi. Dua unsur dalam
segitiga fraud ini mayoritas muncul dari dalam diri individu karena langsung dialami oleh
individu tersebut. Unsur peluang adalah yang cenderung datang dari eksternal individu. Peluang
yang muncul karena kelemahan atau bahkan ketiadaan sistem pengendalian internal adalah yang
paling biasa muncul dalam identifikasi kasus fraud. SPI yang tidak ada atau lemah akan semakin
meningkatkan resiko terhadap sebuah tindakan fraud.
Keanehan analitis (analytical anomalies).
Gejala keanehan analitis adalah suatu prosedur atau hubungan analitis yang tidak biasa
atau yang terlalu sulit untuk dipercaya. Contohnya adalah: transaksi yang terjadi di waktu atau
tempat yang ganjil (tidak sepatutnya), transaksi yang dilakukan oleh karyawan yang tidak dalam
posisi sewajarnya, dan termasuk juga mengenai kebijakan atau praktik perusahaan yang aneh.
Pada dasarnya, keanehan analitis ini adalah segala sesuatu yang sifatnya luar biasa. Indikasi
adanya keanehan analitis bisa ditemukan melalui beberapa kasus di bawah ini, yaitu jika ada:

Penyesuaian persediaan yang tidak bisa dijelaskan.

Penyimpangan dari spesifikasi persediaan.

Peningkatan jumlah bahan baku sisa.

Terlalu banyak ada retur dari konsumen atau retur beli yang dikirim perusahaan ke supliernya.

Kenaikan atau penurunan yang signifikan terhadap saldo suatu akun atau atas rasio laporan
keuangannya.

Abnormalitas fisik.

Kelebihan atau kekurangan kas.

Beban atau pengembalian yang tidak rasional.


9

Meningkatnya scrap.

Hubungan aneh dalam laporan keuangan seperti meningkatnya pendapatan dengan


menurunnya persediaan, meningkatnya persediaan dengan menurunnya biaya penyimpanan,
dan lain sebagainya.

Terlalu banyak memo debit atau kredit

Gaya hidup yang konsumtif atau boros (extravagant lifestyle).


Kebanyakan pelaku tindak kecurangan adalah mereka yang berada di bawah tekanan
masalah keuangan. Masalah keuangan itu bisa muncul karena memang sedang dalam kondisi
kesulitan keuangan dalam artian sesungguhnya (bangkrut, sedang dalam musibah, dan lain
sebagainya) atau juga bisa muncul sebagai akibat dari gaya hidup yang boros.
Jika masalah keuangan tersebut disebabkan karena ketidakmampuan seseorang
menopang gaya hidupnya yang boros, maka seseorang bisa saja melakukan tindakan kecurangan
untuk menutupi ketidakmampuan tersebut. Gaya hidup yang boros juga bisa dipilah-pilah
penyebabnya. Kemungkinan pertama adalah, seorang individu memang sudah terbiasa untuk
hidup mewah dan boros, lalu pada suatu waktu dia bangkrut tetapi tidak dapat menerima
kenyaataan akan kebangkrutannya sehingga berupaya apapun jalannya agar bisa kembali hidup
mewah, yang salah satu caranya adalah dengan melakukan tindakan kecurangan tersebut.
Kemungkinan yang kedua adalah, individu mengalami perubahan gaya hidup yang mencolok,
yang awalnya sederhana lalu dengan seketika merasakan gaya hidup serba mewah. Akhirnya
individu yang demikian akan memiliki kecenderungan untuk senantiasa mempertahankan
kekayaanya dengan cara apapun, termasuk menggunakan tindakan kecurangan.
Perubahan gaya hidup sering kali menjadi salah satu gejala fraud yang paling mudah
dideteksi. Meskipun perubahan gaya hidup hanya bukti fraud yang tidak langsung, tetapi
merupakan bukti yang dapat menguatkan
Sikap yang tidak biasa (unsual behaviour).
Riset psikologi mengindikasikan bahwa orang yang melakukan kriminal diliputi oleh
perasaan takut dan bersalah yang besar. Emosi ini mengekspresikan diri mereka sendiri dalam
respon fisik tidak senang yang berlebihan yang disebut dengan stres. Seseorang yang biasanya
baik menjadi merasa takut dan sering emosi. Orang yang biasanya suka emosi berubah menjadi
orang yang baik.
10

Perasaan bersalah
Perasaan takut
Stres
Perubahan tingkah laku

Insomnia
Ketergantungan obat dan alcohol
Perasaan takut tertangkap
Tidak tenang
Tidak melihat orang lain pada mata

Tips dan komplain (tips and complaints)


Auditor seringkali berada pada posisi yang buruk untuk mendeteksi fraud. Seperti yang
kita ketahui bahwa fraud terdiri dari pencurian (theft), penyembunyian (concealment) dan
pengubahan (conversion). Pencurian adalah mengambil kas, persediaan, informasi atau aset
lainnya secara nyata. Penyembunyian meliputi pengambilan langkah untuk menyembunyikan
fraud. Dalam proses penyembunyian ini, pencatatan keuangan diubah, kas atau persediaan tidak
dihitung atau penghancuran bukti. Pengubahan harus dilakukan bersamaan dengan penjualan
aset yang dicuri atau mengubah aset menjadi kas dan kemudian menghabiskan kas tersebut.
Fraud dapat dideteksi pada ketiga elemen di atas. Siapakah dalam organisasi yang berada pada
posisi paling baik untuk dapat mengenali masing-masing elemen di atas? Yang pasti, untuk
pencurian, yang berada pada posisi paling baik bukanlah auditor. seharusnya yang berada pada
posisi paling tepat untuk kasus pencurian adalah manager, pegawai lainnya atau co-worker.
Begitu juga untuk kasus penyembunyian. Auditor bukanlah pihak yang berada pada posisi yang
paling baik. Disini co-worker, teman-teman dan manager yag seharusnya terlibat. Hanya mereka
yang bisa mengetahui adanya perubahan ketika pengubahan aset dimulai.
Keluhan dan kabar rahasia dikategorikan sebagai gejala munculnya fraud daripada
sebagai bukti karena keluhan dan kabar rahasia bersifat palsu. Dalam kebanyakan organisasi, coworker dan tersangka lain mungkin mengetahui bahwa fraud terjadi tetapi mereka tidak
11

memberitahukan hal tersebut. Mereka ragu untuk melakukannya karena berbagai alasan.
Pertama, hampir tidak mungkin mengetahui kejadian fraud yang sebenarnya karena yang dilihat
selama ini hanyalah gejala bukan bukti yang asli. Kedua, karena informan telah mendengar
cerita-cerita menakutkan tentang apa yang terjadi pada peniup peluit walaupun tidak semua
cerita itu benar dan sebagian hanyalah cerita yang dibesar-besarkan.
Ketiga, pegawai dan yang lainnya sering diintimidasi oleh pelaku. Informan akan
merasa lebih takut, cotohnya takut dipecat, jika pelaku adalah atasan mereka. Keempat,
kebanyakan dari kita biasanya dari kecil atau dari sejak sekolah dididik bahwa mengadukan
orang lain adalah perbuatan yang tidak baik. Ini adalah etika sosial yang harus dipandang secara
berbeda.
Alasan lainnya adalah karena jika terjadi fraud pegawai tidak tahu harus
memberitahukan pada siapa, bagaimana cara penyampaiannya atau konsekuensi apa yang akan
diterima jika hal tersebut dilakukan.
Idealnya, karyawan atau pihak internal perusahaan adalah pihak yang memiliki peluang
paling besar sebagai pendeteksi adanya fraud karena merekalah yang ada di lingkungan tersebut
secara terus menerus dan paling peka jika terjadi perubahan-perubahan (termasuk perubaan gaya
hidup atau sikap dari kolega kerja mereka). Tapi pada kenyataannya, pihak-pihak yang
semestinya melaporkan ada indikasi fraud cenderung ragu-ragu untuk menyampaikan
temuannya. Latar belakang terjadinya hal ini adalah karena:

Biasanya sangat susah bagi seorang karyawan untuk bisa meyakinkan bahwa memang ada
kolega mereka yang melakukan fraud.

Calon pelapor biasanya sudah takut telebih dahulu jika akan mengadu karena sebelumnya
pernah melihat atau mendengar cerita kurang mengenakkan yang menimpa para pelapor
sebelumnya menjadi whistle blowers.

Karyawan atau pihak lain yang mengetahui tindakan fraud mendapat ancaman dari pihak
pelaku fraud.

Ada perasaan takut atau sungkan untuk melaporka rekan kerja yang demikian jika mereka
cenderung lebih tua atau lebih senior.

Tidak ada tempat pengaduan yang jelas dan sistematis menyangkut pelaporan dugaan adanya
fraud di dalam perusahaan tersebut.
12

Untuk

menanggulangi

masalah-masalah

ketidakberanian

tersebut,

sebaiknya

perusahaan menerapkan kebijakan khusus yang akan melindungi keselamatan para whistle
blowers dugaan fraud. Sehingga ke depannya, karyawan (yang dianggap paling bisa menjadi
detektor awal dari fraud) bisa termotivasi untuk saling mengawasi secara wajar dan angka
keterjadian tindak fraud bisa diminimalisasi.

13

Anda mungkin juga menyukai