Fraud Detection
Tugas Ini Diselesaikan Untuk Memenuhi Tugas Harian
Mata Kuliah Akuntansi Forensik
Disusun Oleh :
Syauqi Hidayat
NIM 166020310111004
Pendeksian atau cara mengetahui adanya kecurangan akuntansi (fraud) mejadi hal yang
penting untuk menjaga keberlangsungan suatu Entiti. Dengan adanya usaha pendekteksian ini
maka diharapkan gejala kecurangan yang mungkin terjadi dapat didiagnosa yang kemudian
dilakukan tindakan yang menuju pada pembenaran secara akuntansi. Pendeteksian terhadap
kecurangan (fraud) akuntansi dapat di lakukan dengan mendeteksi indikasi kecurangan pada
Akun atau elemen laporan keuangan dalam akuntansi dan pada User atau pihak pengguna atu
pihak yang berkepentingan dengan Informasi akuntansi. Adapun penjelasan tentang pendeteksian
kecurangan (fraud) akuntansi adalah sebagai berikut:
Analisis vertikal,
yaitu teknik yang digunakan untuk menganalisis hubungan antara item-item
dalam laporan laba rugi, neraca, atau Laporan arus kas dengan
menggambarkannya dalam persentase.
Analisis horizontal
yaitu teknik untuk menganalisis persentase-persentase perubahan item
laporan keuangan selama beberapa periode laporan.
Analisis rasio
yaitu alat untuk mengukur hubungan antara nilai-nilai item dalam laporan
keuangan Sebagai contoh adalah current ratio, adanya penggelapan uang
atau pencurian
kas
dapat
menyebabkan
tersebut.
o Penyalahgunaan Aset (Asset Misappropriation)
Variasi pendeteksian kecurangan jenis ini sangat beragam. Pemahaman terhadap
pengendalian intern atas pos-pos tersebut akan sangat membantu dalam
mendeteksi kecurangan. Metode-metode yang bisa digunakan antara lain:
2
Analiytical Review
Review atas berbagai akun yang mungkin menunjukkan ketidak biasaan atau
kegiatan-kegiatan yang tidak diharapkan.
Stastitical Sampling
Melakukan sampling atas pos-pos tertentu yang dicurigai, misalnya
persediaan. Dokumen dasar pembelian dapat diuji secara sampling untuk
menentukan ketidakbiasaan (irregularities), metode deteksi ini akan
efektif jika ada kecurigaan terhadap satu attributnya, misalnya pemasok fiktif.
Suatu daftar alamat PO BOX akan mengungkapkan adanya pemasok fiktif.
o Korupsi (Corruption)
Kecurangan ini dapat dideteksi melalui keluhan dari rekan kerja yang jujur,
laporan dari rekan, atau pemasok yang tidak puas dan menyampaikan komplain
ke perusahaan. Atas sangkaan terjadinya kecurangan ini kemudian dilakukan
analisis terhadap tersangka atau transaksinya. Korupsi dapat dicegah dengan
beberapa cara diantaranya dengan penerapan corporate governanceyang baik.
terjadinya
praktik
kecurangan
bisa
dilakukan
dengan
cocokan
diantara
manajemen
puncak,
rendahnya
moral
dan
tanpa
Penjudi berat
Peminum berat
Di bawah ini akan dijelaskan secara rinci mengenai keenam kelompok gejala tersebut.
Keganjilan atau keanehan akuntansi (accounting anomalies).
Keganjilan akuntansi adalah salah satu gejala adanya fraud yang mencakup masalahmasalah mengenai sumber bukti dari catatan akuntansi, kesalahan penjurnalan dan ketidak
tepatan pada buku besar. Perbedaan yang banyak terjadi antara seorang auditor yang melakukan
audit atas laporan keuangan (general audit) dengan seorang fraud examiner pada saat memeriksa
catatan akuntansi dan bukti-bukti pendukungnya adalah tentang ketelitian dan ketajaman dalam
memaknai data akuntansi tersebut. Auditor laporan keuangan biasanya hanya sekedar
mencocokan data audit (bukti-bukti transaksi dan catatan akuntansi) untuk kebutuhan kecukupan
bukti dan memenuhi asersi keberadaannya. Sedangkan seorang fraud examiners akan bertindak
lebih jauh dalam mengamati catatan akuntansi tersebut. fraud examiners pasti akan menganalisis
hingga masalah otentifikasi catatan akuntansi dan peluang disalahgunakan untuk mendukung
kegiatan tindak kecurangan tersebut.
Alteration on documents
Pembayaran ganda
Persetujuan ganda atas cek keluar.
menyembunyikan pencurian mereka, para pelaku harus menemukan cara untuk mengurangi
kewajiban atau modal. Jika tidak, maka pencatatan akuntansi tidak akan balance dan aksi mereka
akan segera ketahuan. Pelaku yang pintar akan mengerti bahwa mengurangi kewajiban bukan
merupakan metode penyembunyian yang bagus. Pelaku yang pintar juga menyadari bahwa
kebanyakan akun modal seharusnya tidak diubah. Akun modal akan berubah karena adanya
transaksi yang menyangkut pembayaran deviden dan penjualan saham dan transaksi sangat
jarang terjadi.
Maka yang tersisa selain memanipulasi kewajiban dan modal adalah pendapatan dan
beban. Jika pendapatan berada pada posisi tren naik dan tiba-tiba ada suatu kejadian yang
mengakibatkan turunnya pendapatan maka penurunan ini akan segera menyita perhatian. Oleh
karena itu biasanya pelakuk akan menyembunyikan aksi mereka dengan menaikkan beban.
Kenaikan beban mengurangi laba bersih, dimana akan mengurangi retained earning dan modal
pemilik.
Aset
kewajiban
modal pemilik
Saham
retained earning
Deviden
laba bersih
Pendapatan
beban
Ayat jurnal yang dibuat di dekat tanggal berakhirnya periode akuntansi tersebut.
kuintansi diringkas dalam buku besar. Keakuratan keseimbangan akun dibuktikan dengan
jumlah aset sama dengan jumlah seluruh kewajiban dan modal. Dua bentuk gejala terjadinya
kecurangan yang berhubungan dengan buku besar.
Sedangkan gejala fraud terkait dengan ketidak tepatan data pada buku besar
diindikasikan dengan: saldo akhir akun pada buku besarnya tidak seimbang atau saldo pada
buku besar utama tidak sama dengan saldo pada buku besar pembantu.
Buku besar tidak balance. Gejala ini dapat diketahui jika pencatatan akun tidak
lengkap.
Account balance tidak sama dengan jumlah konsumen individu dan dan vendor
balance. Gejala ini mengindikasikan adanya manipulasi pada konsumen individu dan
vendor balance tanpa mengubah balance pendapatan atau utang pada buku besar.
Kelemahan pengendalian internal (internal control weaknesses).
Perusahaan, secara normal akan menyusun sistem pengendalian internal yang ideal.
Sistem Pengendalian Internal (SPI) yang dibentuk tersebut ditujukan agar semua kegiatan
operasional dalam perusahaan bisa berjalan dengan baik, bisa mengendalikan tahapan kerja yang
harus dilakukan oleh tiap-tiap bagian dari perusahaan tersebut, dan yang utama adalah agar dapat
menutup celah peluang terjadinya tindakan kecurangan yang dapat merugikan perusahaan. SPI
tersebut pada dasarnya harus mampu mengendalikan pegawai dalam setiap jenjang manajemen
untuk dapat bekerja sesuai aturan perusahaan.
Sebagai objek utama dalam SPI dan motor penggerak perusahaan, setiap individu atau
karyawan dalam perusahaan pasti memiliki tekanan dan masalah dalam hidupnya. Semuanya
juga memiliki rasionalisasinya masing-masing. Dan ketika sistem pengendalian internal yang
diterapkan oleh perusahaan itu lemah, maka resiko akan ada tindak kecurangan atau fraud akan
semakin besar.
Indikasi adanya kelemahan pengendalian internal adalah:
langsung dirasakan oleh subyek manusia adalah tekanan dan rasionalisasi. Dua unsur dalam
segitiga fraud ini mayoritas muncul dari dalam diri individu karena langsung dialami oleh
individu tersebut. Unsur peluang adalah yang cenderung datang dari eksternal individu. Peluang
yang muncul karena kelemahan atau bahkan ketiadaan sistem pengendalian internal adalah yang
paling biasa muncul dalam identifikasi kasus fraud. SPI yang tidak ada atau lemah akan semakin
meningkatkan resiko terhadap sebuah tindakan fraud.
Keanehan analitis (analytical anomalies).
Gejala keanehan analitis adalah suatu prosedur atau hubungan analitis yang tidak biasa
atau yang terlalu sulit untuk dipercaya. Contohnya adalah: transaksi yang terjadi di waktu atau
tempat yang ganjil (tidak sepatutnya), transaksi yang dilakukan oleh karyawan yang tidak dalam
posisi sewajarnya, dan termasuk juga mengenai kebijakan atau praktik perusahaan yang aneh.
Pada dasarnya, keanehan analitis ini adalah segala sesuatu yang sifatnya luar biasa. Indikasi
adanya keanehan analitis bisa ditemukan melalui beberapa kasus di bawah ini, yaitu jika ada:
Terlalu banyak ada retur dari konsumen atau retur beli yang dikirim perusahaan ke supliernya.
Kenaikan atau penurunan yang signifikan terhadap saldo suatu akun atau atas rasio laporan
keuangannya.
Abnormalitas fisik.
Meningkatnya scrap.
Perasaan bersalah
Perasaan takut
Stres
Perubahan tingkah laku
Insomnia
Ketergantungan obat dan alcohol
Perasaan takut tertangkap
Tidak tenang
Tidak melihat orang lain pada mata
memberitahukan hal tersebut. Mereka ragu untuk melakukannya karena berbagai alasan.
Pertama, hampir tidak mungkin mengetahui kejadian fraud yang sebenarnya karena yang dilihat
selama ini hanyalah gejala bukan bukti yang asli. Kedua, karena informan telah mendengar
cerita-cerita menakutkan tentang apa yang terjadi pada peniup peluit walaupun tidak semua
cerita itu benar dan sebagian hanyalah cerita yang dibesar-besarkan.
Ketiga, pegawai dan yang lainnya sering diintimidasi oleh pelaku. Informan akan
merasa lebih takut, cotohnya takut dipecat, jika pelaku adalah atasan mereka. Keempat,
kebanyakan dari kita biasanya dari kecil atau dari sejak sekolah dididik bahwa mengadukan
orang lain adalah perbuatan yang tidak baik. Ini adalah etika sosial yang harus dipandang secara
berbeda.
Alasan lainnya adalah karena jika terjadi fraud pegawai tidak tahu harus
memberitahukan pada siapa, bagaimana cara penyampaiannya atau konsekuensi apa yang akan
diterima jika hal tersebut dilakukan.
Idealnya, karyawan atau pihak internal perusahaan adalah pihak yang memiliki peluang
paling besar sebagai pendeteksi adanya fraud karena merekalah yang ada di lingkungan tersebut
secara terus menerus dan paling peka jika terjadi perubahan-perubahan (termasuk perubaan gaya
hidup atau sikap dari kolega kerja mereka). Tapi pada kenyataannya, pihak-pihak yang
semestinya melaporkan ada indikasi fraud cenderung ragu-ragu untuk menyampaikan
temuannya. Latar belakang terjadinya hal ini adalah karena:
Biasanya sangat susah bagi seorang karyawan untuk bisa meyakinkan bahwa memang ada
kolega mereka yang melakukan fraud.
Calon pelapor biasanya sudah takut telebih dahulu jika akan mengadu karena sebelumnya
pernah melihat atau mendengar cerita kurang mengenakkan yang menimpa para pelapor
sebelumnya menjadi whistle blowers.
Karyawan atau pihak lain yang mengetahui tindakan fraud mendapat ancaman dari pihak
pelaku fraud.
Ada perasaan takut atau sungkan untuk melaporka rekan kerja yang demikian jika mereka
cenderung lebih tua atau lebih senior.
Tidak ada tempat pengaduan yang jelas dan sistematis menyangkut pelaporan dugaan adanya
fraud di dalam perusahaan tersebut.
12
Untuk
menanggulangi
masalah-masalah
ketidakberanian
tersebut,
sebaiknya
perusahaan menerapkan kebijakan khusus yang akan melindungi keselamatan para whistle
blowers dugaan fraud. Sehingga ke depannya, karyawan (yang dianggap paling bisa menjadi
detektor awal dari fraud) bisa termotivasi untuk saling mengawasi secara wajar dan angka
keterjadian tindak fraud bisa diminimalisasi.
13