Anda di halaman 1dari 9

AUDIT, ASURANS, DAN ETIKA PROFESI

RANGKUMAN MATA KULIAH


BAB 4
PEMAHAMAN MENGENAI ENTITAS DAN LINGKUNGANNYA &
PENETAPAN RISIKO SALAH SAKI MATERIAL DAN DESIAN
PROSEDUR AUDIT

Disusun oleh:

Irma Christiani Manik (A014212003)


Jul Zaenal Nurdin (A014212024)
Adi Prawira Arfan(A014212008)
Pradana Yudha Anggoro(A014212022)

PROGRAM STUDI PROFESI AKUNTANSI


UNIVERSITAS HASANUDDIN
2022
Learning objective:
A. Pemahaman atas Entitas dan Lingkungannya
1. Komunikasi dengan Auditor Pendahulu (Setelah Penunjukan)
2. Pelaksanaan Prosedur Analitik
3. Pertimbangan akan Pengendalian Internal
4. Kebutuhan Akan Supervisi
B. Penetapan Risiko Salah Saji Material dan Desain Prosedur Audit

A. Pemahaman atas Entitas dan Lingkungannya Penting untuk Dilakukan


Aktivitas pemahaman entitas dan proses bisnis bertujuan untuk mendapatkan
pemahaman yang mendalam dan memadai mengenai proses kerja secara umum dan
risiko terkait dari tiap proses kerja spesifik entitas yang diaudit, serta untuk
mengidentifikasi dan memahami hal-hal penting yang harus dipenuhi oleh entitas dalam
mencapai tujuan. Pemahaman atas entitas dan lingkungannya penting untuk dilakukan
untuk:
 Menilai risiko
 Untuk memenuhi ketentuan standar audit
Prosedur untuk memahami entitas dan lingkungannya meliputi:
 Permintaan keterangan dari manajemen dan personel lain dalam entitas
 Prosedur analitis
 Observasi dan inspeksi
Auditor harus memperoleh pemahaman atas:
 Faktor industri, peraturan dan faktor eksternal lain termasuk kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku
Faktor industri mencakup pasar dan kompetisi harga, aktivitas yang bersifat
musiman atau yang terjadi berdasarkan siklus, teknologi produk yang berkaitan
dengan produk entitas, keterserdiaan energi dan biayanya. Industry tempat entitas
beroperasi dapat menimbulkan risiko kesalahan penyajian material yang spesifik
yang disebabkan oleh sifat bisnis. Sifat entitas, termasuk:
(i) operasi bisnis;
(ii) Struktur kepemilikan dan tata kelolanya;
(iii) Jenis investasi yang dilakukan dan yang rencananya akan dilakukan;
(iv) Pendanaan dan aktivitas pendanaan; dan
(v) Pelaporan keuangan. operasi bisnis mencakup sumber pendapatan, produk
atau jasa, dan pasar; tahapan dan metode produksi; penyebaran geografis
dan segmentasi industry; lokasi fasilitas produksi dan kantor; pelanggan
utama dan pemasok penting, dan pengaturan ketenagakerjaan; aktivitas
dan pembelanjaan untuk riset dan pengembangan; serta transaksi dengan
pihak berelasi.
 Pemilihan dan penerapan kebijakan akuntansi oleh entitas, termasuk alasan
perubahannya
Auditor harus mengevaluasi apakah kebijakan akuntansi entitas adalah tepat untuk
bisnisnya dan konsisten dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku dan
kebijakan akuntansi yang digunakan dalam industry yang relevan.
 Tujuan dan strategi entitas, dan risiko bisnis terkait yang dapat menimbulkan risiko
kesalahan penyajian material
Risiko bisnis dapat timbul, sebagai contoh, dari pengembangan produk atau jasa
baru yang kemungkinan gagal, dan cacat dalam suatu produk yang dapat
mengakibatkan adanya kewajiban atau risiko reputasi. Pemahaman tentang risiko
bisnis yang dihadapi entitas meningkatkan kemungkinan pengidentifikasian risiko
kesalahan penyajian material karena sebagian besar risiko bisnis pada akhirnya
akan memiliki konsekuensi keuangan dan oleh karena itu memiliki pengaruh
terhadap laporan keuangan. Namun, auditor tidak bertanggung jawab
mengidentifikasi atau menilai seluruh risiko bisnis karena tidak seluruh risiko bisnis
menyebabkan risiko kesalahan penyajian material.

1. Komunikasi dengan Auditor Pendahulu (Setelah Penunjukkan)


Menurut PSA no. 16 auditor pendahulu adalah auditor yang telah melaporkan laporan
keuangan auditan terkini atau telah mengadakan perikatan untuk melaksanakan
namunbelum menyelesaikan audit laporan keuangan kemudian dan telah
mengundurkan diri, bertahan untuk menunggu penunjukan kembali, atau telah
diberitahu bahwa jasanya telah, atau mungkin akan, dihentikan. Auditor pengganti
adalah auditor yang sedang mempertimbangkan untuk menerima perikatan untuk
mengaudit laporan keuangan, namun belum melakukan komunikasi dengan auditor
pendahulu. Auditor pengganti harus meminta keterangan yang spesifik dan masuk akal
kepada auditor pendahulu mengenai masalah-masalah yang menurut keyakinan auditor
pengganti akan membantu dalam memutuskan penerimaan atau penolakan perikatan.
Hal-hal yang dimintakan keterangan harus men!akupva. Informasi yang kemungkinan
berkaitan dengan integritas manajemen. b. Ketidaksepakatan dengan manajemen
mengenai penerapan prinsip akuntansi, prosedur audit, atau soal-soal signifikan yang
serupa. Komunikasi dengan komite audit atau pihak lain dengan kewenangan dan
tanggung jawab setara tentang ke!urangan, unsur pelanggaran hukum oleh klien, dan
masalah-masalah yang berkaitan dengan pengendalian intern. Pemahaman auditor
pendahulu tentang alasan penggantian auditor. Auditor pengganti harus memperoleh
bukti kompeten yang cukup untuk memberikan basis memadai guna menyatakan
pendapat atas laporan keuangan yang menjadi objekperikatan auditnya, termasuk
penilaian konsistensi penerapan prinsip akuntansi. Bukti audit yang digunakan untuk
menganalisis dampak saldo awal atas laporan keuangan tahun berjalan dan konsistensi
prinsip akuntansi merupakan masalah pertimbangan profesional. Bukti audit tersebut
dapat men!akup laporan keuangan auditan yang dilaporkan oleh auditor pendahulu
dalam laporannya, hasil permintaan keterangan auditor pendahulu, hasil re&iew yang
dilakukan oleh auditor pengganti terhadap kertas kerja auditor pendahulu, dan prosedur
audit yang dilaksanakan terhadap transaksi tahun berjalan yang dapat memberikan
bukti tentang saldo awal atau konsistensi.

2. Pelaksanaan Prosedur Analitik


Prosedur analitik terdiri dari evaluasi terhadap informasi keuangan yang dibuat dengan
mempelajari hubungan yang masuk akal antara data keuangan yang satu dengan data
keuangan lainnya, atau antara data keuangan dengan data non keuangan. Prosedur
analitik digunakan dengan tujuan untuk mengidentifikasikan hal seperti adanya
transaksi dan peristiwa yang tidak biasa, dan jumlah, ratio serta trend yang dapat
menunjukkan masalah yang berhubungan dengan laporan keuangan dan perencanaan
audit. Selain itu sebagai pengujian substantif untuk memperoleh bukti tentang asersi
tertentu yang berhubungan dengan saldo akun atau jenis transaksi dan sebagai review
menyeluruh informasi keuangan pada tahap review akhir audit. Prosedur analitik
digunakan dengan tujuan sebagai berikut:
a. Membantu auditor dalam merencanakan sifat, saat, dan lingkup prosedur audit
lainnya.
b. Sebagai pengujian substantif untuk memperoleh bukti tentang asersi tertentu yang
berhubungan dengan saldo akun atau jenis transaksi.
c. Sebagai review menyeluruh informasi keuangan pada tahap review akhir audit
Prosedur analitik yang diterapkan dalam perencanaan audit umumnya menggunakan
data gabungan yang digunakan untuk pengambilan keputusan di tingkat atas. Lebih
lanjut kecanggihan, lingkup, dan saat audit, yang didasarkan atas pertimbangan auditor
dapat berbeda tergantung atas ukuran dan kerumitan klien. Untuk beberapa entitas,
prosedur analitik dapat terdiri dari review atas perubahan saldo akun tahun
sebelumnya dengan tahun berjalan, dengan menggunakan buku besar atau daftar
saldo (trial balance) tahap awal yang belum disesuaikan. Sebaliknya, untuk entitas
yang lain, prosedur analitik mungkin meliputi analisis laporan keuangan triwulan yang
ekstensif.
3. Pertimbangan akan Pengendalian Internal
Dalam semua audit, auditor harus memperoleh pemahaman tentang pengendalian
intern yang memadai untuk merencanakan audit dengan melaksanakan prosedur untuk
memahami desain pengendalian yang relevan dengan audit atas laporan keuangan,
dan apakah pengendalian intern tersebut dioperasikan.

Setelah memperoleh pemahaman tersebut, auditor menaksir risiko pengendalian untuk


asersi yang terdapat dalam saldo akun, golongan transaksi, dan komponen
pengungkapan dalam laporan keuangan. Auditor dapat menaksir risiko pengendalian
pada tingkat maksimum (probabilitas tertinggi bahwa salah saji material dapat terjadi
dalam suatu asersi tidak akan dicegah atau dideteksi pada saatnya oleh pengendalian
intern entitas) karena auditor yakin bahwa pengendalian tidak mungkin berkenaan
dengan suatu asersi, tidak mungkin efektif, atau karena evaluasi terhadap efektivitasnya
tidak akan efisien. Sebagai alternatifnya, auditor dapat memperoleh bukti audit tentang
efektivitas baik desain maupun operasi suatu pengendalian yang mendukung risiko
pengendalian taksiran rendah. Bukti audit semacam itu dapat diperoleh dari pengujian
pengendalian yang direncanakan atau dilaksanakan bersamaan dengan pemerolehan
atau dari prosedur yang dilaksanakan untuk memperoleh pemahaman yang tidak
secara khusus direncanakan sebagai pengujian pengendalian.
Pengendalian terdiri dari lima komponen yang saling terkait berikut ini:
a. Lingkungan pengendalian menetapkan corak suatu organisasi, mempengaruhi
kesadaran pengendalian orang-orangnya. Lingkungan pengendalian merupakan
dasar untuk semua komponen pengendalian intern, menyediakan disiplin dan
struktur.
b. Penaksiran risiko adalah identifikasi entitas dan analisis terhadap risiko yang
relevan untuk mencapai tujuannya, membentuk suatu dasar untuk menentukan
bagaimana risiko harus dikelola.
c. Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu menjamin
bahwa arahan manajemen dilaksanakan
d. Informasi dan komunikasi adalah pengidentifikasian, penangkapan, dan pertukaran
informasi dalam suatu bentuk dan waktu yang memungkinkan orang melaksanakan
tanggung jawab mereka.
e. Pemantauan adalah proses yang menentukan kualitas kinerja pengendalian intern
sepanjang waktu.
4. Kebutuhan akan Supervisi
Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan bahwa supervisi adalah pengawassan
utama, pengontrolan tertinggi, atau penyeliaan. Sedangkan supervisor adalah
pengawasan utama pengeontrol tertinggi, atau penyelia. Pengertian supervisi dan
supervisor dalam audit agak berbeda dengan pengertian secara umum sebagaimana
diuraikan di atas, karena dalam setiap penugasan audit kegiatannya dilakukan oleh tim
mandiri yang terdiri dari Pengendali Mutu, Pengendali teknis, Ketua tim dan anggota
tim. Kegiatan supervisi dilakukan secara berjenjang dalam satu tim mandiri dan
supervisor diidentikan dengan peran Pengendali teknis.

Supervisi yang dilakukan berupa bimbingan dan pengawasan terhadap paraasisten,


diperlukan untuk mencapai tujuan audit dan menjaga mutu audit. Supervisiharus
dilakukan dalam semua penugasan tanpa memandang tingkat pengalamanauditor yang
bersangkutan. (nsur supervisi adalah memberikan instruksi kepadaasisten, tetap
menjaga penyampaian informasi masalah-masalah penting yang dijumpaidalam audit,
mereviu pekerjaan yang dilaksanakan, dan meyelesaikan perbedaanpendapat diantara
staf audit.

Luasnya supervisi yang memadai dalam sutau keadaan tergantung atas banyak faktor,
termasuk kompleksitas masalah dan kualifikasi staf audit. Supervisi dilakukan untuk
memastikan bahwa:
 Tim audit memahami tujuan dan rencana audit
 Audit diselenggarakan sesuai dengan standar audit yang berlaku
 Rencana dan prosedur audit telah diikuti
 Kertas kerja audit memuat bukti-bukti mendukung pendapat, simpulan
danrekomendasi
 Tujuan audit telah dicapai
 Laporan audit memuat pendapat, simpulan dan rekomendasi

Selain supervisi, semua pekerjaan audit harus ditelaah (reviu) oleh Ketua tim audit
sebelum tim audit menyelesaikan laporannya, untuk menentukan apakah
pekerjaantersebut telah dilaksanakan secara memadai dan harus menilainya apakah
hasilnya sejalan dengan kesimpulan yang disajikan.
B. Penetapan Risiko Salah Saji Material dan Desain Prosedur Audit

Adanya risiko audit diakui dengan pernyataan dalam penjelasan tentang tanggung
jawab
dan fungsi auditor independen yang berbunyi sebagai berikut: "Karena sifat bukti audit
dan karakteristik kecurangan, auditor dapat memperoleh keyakinan memadai, bukan
mutlak, bahwa salah saji material terdeteksi. Risiko audit adalah risiko yang timbul
karena auditor tanpa disadari tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya,
atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material. Risiko salah saji
material dalam penentuan laporan keuangan meliputi:
 Risiko bawaan adalah kemungkinan bahwa salah saji material ditentukan untuk
terjadi dengan asumsi bahwa tidak ada pengendalian yang relevan.
 Risiko pengendalian teluk mengacu pada risiko bahwa pengendalian internal
entitas tidak dapat mencegah salah saji besar yang mungkin terjadi dalam suatu
penentuan secara tepat waktu.
 Risiko deteksi adalah resiko bahwa auditor tidak akan mendeteksi salah saji
material yang ada dalam suatu asersi.

Konsep materialitas mengakui bahwa beberapa hal, baik secara individual atau
keseluruhan, adalah penting bagi kewajaran penyajian laporan keuangan sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, sedangkan beberapa hal
lainnya adalah tidak penting. Frasa "menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang
material, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia,
menunjukkan keyakinan auditor bahwa laporan keuangan secara keseluruhan tidak
mengandung salah saji material.

Auditor tidak dapat memperoleh keyakinan absolut bahwa salah saji material dalam
laporan keuangan akan terdeteksi. Karena aspek penyembunyian kegiatan kecurangan,
termasuk fakta bahwa kecurangan sering kali mencakup kolusi atau pemalsuan
dokumentasi, dan kebutuhan untuk menerapkan pertimbangan profesional dalam
mengidentifikasi dan mengevaluasi faktor risiko kecurangan dan kondisi lain, walaupun
audit yang direncanakan dan dilaksanakan dengan baik mungkin tidak dapat
mendeteksi salah saji material yang diakibatkan oleh kecurangan.

Auditor harus mempertimbangkan risiko audit dan materialitas baik dalam:


a. Merencanakan audit dan merancang prosedur audit, dan
b. Mengevaluasi apakah laporan keuangan secara keseluruhan disajikan secara
wajar, dalam semua hal yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia.
Auditor harus mempert imbangkan risiko audit dan materialitas untuk hal yang
disebutkan
pada butir (a) untuk memperoleh bukti audit kompeten yang cukup dan sebagai dasar
memadai untuk mengevaluasi laporan keuangan pada butir (b).

Dalam merencanakan audit, auditor harus menggunakan pertimbangannya dalam


menentukan tingkat risiko audit yang cukup rendah dan pertimbangan awal mengenai
tingkat materialitas dengan suatu cara yang diharapkan, dalam keterbatasan bawaan
dalam proses audit, dapat memberikan bukti audit yang cukup untuk mencapai
keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Tingkat
materialitas mencakup tingkat yang menyeluruh untuk masing-masing laporan
keuangan pokok, namun, karena laporan keuangan saling berhubungan, dan sebagian
besar prosedur audit berhubungan dengan lebih dari satu jenis laporan keuangan, agar
efisien, untuk tujuan perencanaan, auditor biasanya mempertimbangkan materialitas
pada tingkat kumpulan salah saji terkecil yang dapat dianggap material untuk salah satu
laporan keuangan pokok.
Referensi:
Arens, Elder, Beasley, 2015. Auditing and Assurance Service, 15th Edition. New York

IAI. 2015. Audit dan Asurans. Jakarta: IAI

https://www.academia.edu/10344991/SUPERVISI_AUDIT diakses 21 September 2022


https://www.academia.edu/6194087/entitas_dan_lingkungannya diakses 21 september 2022
https://www.academia.edu/19458991/
Pemahaman_Mengenai_Entitas_dan_Lingkungannya_serta_Penetapan_Resiko_Sala
h_Saji_Material_dan_Desain_Prosedur_Audit diakses 21 September 2022

Anda mungkin juga menyukai