Standar Auditing
Standar auditing berkaitan dengan kriteria atau ukuran mutu kinerja audit, dan
berkaitan dengan tujuan yang hendak di capai dengan menggunakan prosedur yang
ada.Standar auditing terdiri dari 10 kelompok yang dikelompokan ke dalam 3 bagian,
diantaranyaStandar Umum, Standar Pekerja Lapangan, Standar Pelaporan.
Dalam banyak hal, standar-standar tersebut saling berhubungan dan saling
bergantung satu dengan lainnya. materialitasdan ´resiko audit melandasi penerapan
semua standar auditing terutama standar pekerjaanlapangan dan standar pelaporan. Di
Amerika Serikat, standar auditing semacam inidisebut Generally Accepted Auditing
Standards (GAAS) yang dikeluarkan oleh the American Institute of Certified Public
Accountants (AICPA)
Standar Auditing adalah pedoman umum untuk membantu para Auditor dalam memenuhi
tanggungjawab profesional mereka dalam pengauditan laporan keuangan historis. Di
dalam Standar Audit mencakup pertimbangan kualitas profesional antara lain persyaratan
kompetensi dan independensi, pelaporan dan bukti audit.
Ketentuan dalam Standart Audit (SA 250) dirancang untuk membantu auditor
dalam mengidentifikasi kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan
yang disebabkan oleh ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.
Namun, auditor tidak bertanggungjawab untuk mencegah dan tidak mendeteksi
ketidak patuhan terhadap semua peraturan perundang-undangan.
2. Penilaian Risiko
ISA 315.5 menjelaskan bahwa auditor wajib melakukan prosedur penilaian
risikountuk mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji material pada tingkat
laporankeuangan dan pada tingkat asersi. Prosedur penilaian risiko itu sendiri
tidak memberikan bukti audit yang cukup dan tepat sebagai dasar pemberian opini
audit. ISA 315.6 menjelaskan bahwa prosedur penilain risiko meliputi:
A. Bertanya kepada manajemen dan pihak lain dalam entitas yang menurut
auditor mungkinmempunyai informasi yang dapat membantu mengidentifikasi
risiko salah saji materialyang disebabkan oleh kecurangan atau kekeliruan
B. Prosedur analitikal
Prosedur analitis adalah evaluasi informasi keuangan yang dilakukan
denganmempelajari hubungan logi antara data keuangan dan data non
keuangan yang meliputi perbandingan-perbandingan jumlah yang tercatat
dengan ekspektasi auditor.
ujuan prosedur analitik dalam perencanaan antara lain:
Meningkatkan pemahaman auditor atas usaha klien dan transaksi yang
terjadi sejak tanggal audit terakhir.
engidentifikasi bidang yang kemungkinan mencerminkan risiko
tertentu yang bersangkutan dengan audit.
Prosedur analitik dapat mengungkapkan:
a. Peristiwa atau transaksi yang tidak biasa
b. Perubahan akuntansi
c. Perubahan usaha
d. Fluktuasi acak
e. Salah saji
Prosedur analitis memiliki tahap-tahap sebagai berikut:
3. Bukti Audit
Audit evidence merupakan keseluruhan informasi yang akan dipakai oleh
auditor guna melakukan pembuktian kesesuaian dari data yang telah dilaporkan
dengan bukti real-nya. Pencarian bukti yang berkualitas sangat penting dan
berguna dalam tujuannya dilakukan audit data.
Auditor membutuhkan bukti real sebelum diproses menjadi pelaporan
yang kompeten. Semua buktinya harus diperoleh melalui inspeksi, mengamati,
meminta keterangan hingga melakukan konfirmasi guna mendapatkan pendapat
untuk laporannya tersebut.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertimbangan auditor seputar kelayakan
bukti audit, yaitu:
6. KESIMPULAN AUDITING
Materialitas adalah besarnya nilai yang tidak dicantumkan atau salah saji
informasi akuntansi yang dengan memperhitungkan situasinya, menyebabkan
pertimbangan seseorang yang bijaksana yang mengandalkan informasi tersebut,
kemungkinan besar akan berubah atau terpengaruh oleh tidak dicantumkannya
nilai atau salah saji tersebut.
Materialitas merupakan konsep fundamental yang penting bagi perencanaan audit.
Konsep ini membutuhkan pertimbangan auditor yang matang dan berdampak
langsung terhadap bukti audit yang direncanakan auditor.
Materialitas sangat penting karena auditor memberikan kepastian kepada
para pemakai laporan keuangan bahwa laporan keuangan itu telah bebas dari
salah saji yang material. Karena itu, auditor harus mengembangkan pertimbangan
pendahuluan tentang materialitas agar bias merancang rencana audit yang akan
menjadi dasar bagi kepastian tersebut. Pemahaman auditor mengenai entitas dan
lingkungannya, termasuk pengendalian internal, menjadi dasar bagi auditor untuk
menilai risiko salah saji yang material.
Materialitas terbagi dua tingkat, yakni tingkat laporan keuangan, dan
tingkat saldo akun. Akun-akun yang secara individual tidak material bila
diakumulasikan dapat menjadi material secara kumulatif pada tingkat laporan
keuangan.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.sosial79.com/2021/11/Standar%20Audit.html#:~:text=Standar%20audit%20adalah
%20standar%2Faturan%2Fkriteria%20yang%20ditetapkan%20dan%20disahkan,audit
%20merupakan%20pedoman%20audit%20atas%20laporan%20keuangan%20historis.
https://www.triharyono.com/2017/02/standart-auditing-berbasis-isa-2015.html
https://www.academia.edu/31745078/PERENCANAAN_AUDIT_DAN_PENILAIAN_RISIKO
https://kamus.tokopedia.com/b/bukti-audit/
https://www.scribd.com/doc/153333554/Kesimpulan-Auditing
https://text-id.123dok.com/document/nzw0ek41y-standar-pelaporan-standar-auditing.html