Anda di halaman 1dari 9

A.

Standar Auditing
Standar auditing berkaitan dengan kriteria atau ukuran mutu kinerja audit, dan
berkaitan dengan tujuan yang hendak di capai dengan menggunakan prosedur yang
ada.Standar auditing terdiri dari 10 kelompok yang dikelompokan ke dalam 3 bagian,
diantaranyaStandar Umum, Standar Pekerja Lapangan, Standar Pelaporan.
Dalam banyak hal, standar-standar tersebut saling berhubungan dan saling
bergantung satu dengan lainnya. materialitasdan ´resiko audit melandasi penerapan
semua standar auditing terutama standar pekerjaanlapangan dan standar pelaporan. Di
Amerika Serikat, standar auditing semacam inidisebut Generally Accepted Auditing
Standards (GAAS) yang dikeluarkan oleh the American Institute of Certified Public
Accountants (AICPA)

1.1 Standar Auditing Berbasis ISA

Standar Auditing adalah pedoman umum untuk membantu para Auditor dalam memenuhi
tanggungjawab profesional mereka dalam pengauditan laporan keuangan historis. Di
dalam Standar Audit mencakup pertimbangan kualitas profesional antara lain persyaratan
kompetensi dan independensi, pelaporan dan bukti audit.

Komponen – Komponen Standard Auditing Berbasis ISA

1. Prinsip Umum dan Tanggung Jawab (SA.200 s/d 265):

SA 200: Tujuan Keseluruhan Auditor Independen dan Pelaksanaan Audit


Berdasarkan Standar Audit.
Tujuan Audit adalah untuk meningkatkan keyakinan pengguna laporan keuangan
yang dituju. Hal itu dicapai melalui pernyataan suatu opini oleh auditor tentang
apakah laporan keuangan disusun, dalam semua hal yang material, sesuai dengan
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.
SA 210: Persetujuan atas Ketentuan Perikatan Audit
Tujuan auditor dalam menerima atau melanjutkan penugasan audit hanya jika
dasar untuk melaksanakan penugasan sudah disetujui dengan:
 Menegaskan adanya pemahaman yang sama antara auditor dan
manajemen, jika perlu dengan TCGW (Those Charge With Goverment)
mengenai syarat-syarat penugasan audit; dan Memastikan bahwa prasyarat
untuk suatu audit memang ada.

SA 220: Pengendalian Mutu untuk Audit atas Laporan Keuangan


Tujuan auditor adalah mengimplementasi prosedur pengendalian mutu pada
tingkat penugasan yang memberikan asurans yang layak bahwa:
 Auditnya mematuhi Standart Profesional serta kewajiban
hukum/ketentuan perundang-undangan yang berlaku dan kewajiban yang
ditetapkan regulator.
 Laporan auditor yang diterbitkan, sudah tepat dalam situasi (yang
dihadapi).

SA 230: Dokumentasi Audit


Auditor wajib membuat dokumentasi audit yang cukup, yang memungkinkan
auditor berpengalaman, yang tidak mempunyai hubungan sebelumnya dengan
audit tersebut, memahami:
 Sifat, waktu, dan luasnya prosedur audit yang dilaksanakan sesuai ISA dan
ketentuan perundang-undangan terkait (SA 230.A6-A7); serta hasil dari
prosedur audit yang dilaksanakan, dan bukti audit yang diperoleh.
 Hal-hal signifikan yang ditemukan dalam audit, kesimpulan atas hal-hal
itu, dan kearifan profesional (profesional judgement) signifikan yang
diterapkan dalam menarik kesimpulan tersebut (SA 230.A8-A11).
SA 240: Tanggung jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam suatu
Audit atas Laporan Keuangan

Tanggungjawab utama untuk pencegahan dan pendeteksian kecurangan berada


pada dua pihak yaitu yang bertanggungjawab atas tata kelola entitas dan
manajemen. Merupakan hal penting bahwa manajemen, dengan pengawasan oleh
pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola, menekankan pencegahan
kecurangan yang dapat mengurangi peluang terjadinya kecurangan, dan
pencegahan kecurangan (Fraud Deferrence), yang dapat membujuk individu-
individu agar tidak melakukan kecurangan karena kemungkinan akan terdeteksi
dan terkena hukuman.

SA 250: Pertimbangan atas Peraturan Perundang-undangan dalam Audit


atas Laporan Keuangan

Ketentuan dalam Standart Audit (SA 250) dirancang untuk membantu auditor
dalam mengidentifikasi kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan
yang disebabkan oleh ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.
Namun, auditor tidak bertanggungjawab untuk mencegah dan tidak mendeteksi
ketidak patuhan terhadap semua peraturan perundang-undangan.

SA 260: Komunikasi dengan Pihak yang Bertanggungjawab atas Tata Kelola

Auditor wajib berkomunikasi dengan TCGW (Those Charge With Goverment)


mengenai tanggung jawab auditor berkenaan dengan audit atas laporan keuangan,
termasuk (bahwa):

 Auditor bertanggungjawab untuk merumuskan dan memberikan opini atas


laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen dibawah pengawasan
TCGW (Those Charge With Goverment).
 Audit atas laporan keuangan tidaklah membebaskan manajemen atau
TCGW (Those Charge With Goverment) dari tanggungjawab mereka (SA
260.A9-A10).
SA 265: Pengomunikasian Defisiensi dalam Pengendalian Internal kepada
Pihak yang Bertanggungjawab atas Tata Kelola

Auditor wajib mengkomunikasikan secara tertulis kepada TCGW (Those Charge


With Goverment) tentang kelemahan signifikan dalam pengendalian intern yang
ditemukan selama audit secara tepat waktu (SA 265.A12-A18, A27).

2. Penilaian Risiko
ISA 315.5 menjelaskan bahwa auditor wajib melakukan prosedur penilaian
risikountuk mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji material pada tingkat
laporankeuangan dan pada tingkat asersi. Prosedur penilaian risiko itu sendiri
tidak memberikan bukti audit yang cukup dan tepat sebagai dasar pemberian opini
audit. ISA 315.6 menjelaskan bahwa prosedur penilain risiko meliputi:
A. Bertanya kepada manajemen dan pihak lain dalam entitas yang menurut
auditor mungkinmempunyai informasi yang dapat membantu mengidentifikasi
risiko salah saji materialyang disebabkan oleh kecurangan atau kekeliruan
B. Prosedur analitikal
Prosedur analitis adalah evaluasi informasi keuangan yang dilakukan
denganmempelajari hubungan logi antara data keuangan dan data non
keuangan yang meliputi perbandingan-perbandingan jumlah yang tercatat
dengan ekspektasi auditor.
ujuan prosedur analitik dalam perencanaan antara lain:
 Meningkatkan pemahaman auditor atas usaha klien dan transaksi yang
terjadi sejak tanggal audit terakhir.
 engidentifikasi bidang yang kemungkinan mencerminkan risiko
tertentu yang bersangkutan dengan audit.
 Prosedur analitik dapat mengungkapkan:
a. Peristiwa atau transaksi yang tidak biasa
b. Perubahan akuntansi
c. Perubahan usaha
d. Fluktuasi acak
e. Salah saji
Prosedur analitis memiliki tahap-tahap sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi perhitungan atau perbandingan yang harus dibuat


b. Mengembangkan harapan
c. Melaksanakan data dan mengidentifikasi perbedaan signifikan
d. Menyelidiki perbedaan signifikan yang tidak terduga dan mengevaluasi
perbedaan tersebut
e. Menentukan dampak hasil prosedur analitik terhadap perencanaan audit

C. Pengamatan dan inspeksi9bservasi atau pengamatan dan inspeksi "bertanya#


mempunyai dua fungsi yaitu:
 Mendukung prosedur bertanya (inquiries) kepada manajemen dan pihak-
pihak lain.
 Menyediakan informasi tambahan mengenai entitas dan lingkungannya.
Ketiga prosedur tersebut dilakukan selama berlangsungnya audit. Dalam
banyak situasi, hasil dari satu prosedur akan membawa pada prosedur lain.
Ketiga prosedur tersebut merupakan hal yang penting yang harus
dilaksanakan oleh auditor agar risiko salah saji material dapat
teridentifikasi dan menjadikan informasi yang relevan bagi entitas maupun
pengguna eksternal.

3. Bukti Audit
Audit evidence merupakan keseluruhan informasi yang akan dipakai oleh
auditor guna melakukan pembuktian kesesuaian dari data yang telah dilaporkan
dengan bukti real-nya. Pencarian bukti yang berkualitas sangat penting dan
berguna dalam tujuannya dilakukan audit data.
Auditor membutuhkan bukti real sebelum diproses menjadi pelaporan
yang kompeten. Semua buktinya harus diperoleh melalui inspeksi, mengamati,
meminta keterangan hingga melakukan konfirmasi guna mendapatkan pendapat
untuk laporannya tersebut.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertimbangan auditor seputar kelayakan
bukti audit, yaitu:

 Pertimbangan profesional, atau professional judgment yang berarti


probabilitas seorang auditor untuk menemukan dan melaporkan
penyelewengan dalam sistem akuntasi klien.
 Integritas manajemen, atau management integrity yang berarti sikap kejujuran
dari pihak manajemen perusahaan dalam menghasilkan laporan keuangan.
 Kepemilikan publik versus terbatas, yang berarti suatu jenis perusahaan
apakah termasuk jenis perusahaan terbuka atau perusahaan terbatas.
 Kondisi keuangan, atau financial condition yang menunjukkan apakah
perusahaan mendapatkan laba atau dalam kondisi merugi.

4. Penggunaan pekerjaan lain


Penggunaan pekerjaan lain Auditor terkait standar audit 600 (SA 600) bisa
di artikan sebagai konsultan termasuk juga penasihat hukum yang ditugasi sebagai
spesialis dalam situasi selain dalam penyediaan jasa kepada klien. Keputusan
Untuk Menggunakan Pekerjaan lain dari auditor memungkinkan ia menguasai
atau memahami hal-hal bisnis secara umum, tetapi ia tidak diharapkan memiliki
keahlian sebagai seorang yang terlatih atau memenuhi syarat untuk melaksanakan
praktik profesi atau pekerjaan lain. Dalam hal ini adalah Internal audit perusahaan
itu sendiri.
Fungsi dan tugas internal audit didalam sebuah perusahaan adalah
memastikan semua operasional perusahaan sudah berjalan sesuai dengan standar
& prosedur perusahaan untuk menjamin efisiensi dan efektivitas perusahaan dan
mencegah Fraud (Kecurangan). Namun seorang internal Audit peusahaan tidak
Layak untuk memberikan pendapatnya atas sebuah laporan keuangan yang ia
Awasi/Control.
5. Standar Pelaporan
Standar pelaporan merupakan standar yang harus dipenuhi dalam melaporkan
hasil audit. Standar pelaporan terbagi atas empat yaitu:
A. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disajikan
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum laporan keuangan
disajikan sesuai prinsip akuntansi yang berlaku umum. Standar pelaporan
pertama mengharuskan auditor untuk menggunakan prinsip akuntansi berlaku
umum sebagai kriteria yang ditetapkan yang digunakan untuk mengevaluasi
asersi-asersi dalam laporan keuangan manajemen. Istilah prinsip akuntansi
berlaku umum pada standar ini dimaksudkan meliputi tidak hanya prinsip dan
praktik akuntansi, tetapi juga metoda penerapannya.

B. Laporan auditor harus menunjukkan keadaan dimana prinsip akuntansi tidak


diterapkan secara konsisten dalam penyusunan laporan keuangan periode
berjalan dibandingkan dengan prinsip akuntansi yang diterapkan pada periode
sebelumnya konsistensi dalam penerapan prinsip akuntansi yang berlaku
umum. Untuk memenuhi standar pelaporan, seorang auditor harus
mencantumkan secara eksplisit dalam laporan auditor tentang adanya setiap
kondisi dimana prinsip akuntansi tidak diterapkan secara konsisten dalam
penyusunan laporan keuangan periode berjalan dalam kaitan dengan prinsip
akuntansi yang diterapkan pada periode sebelumnya. Standar ini dirancang
untuk meningkatkan daya banding laporan keuangan dari satu period eke
periode yang lain.

C. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai,


kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor pengungkapan informasi yang
memadai. Standar ini berkaitan dengan kecukupan catatan atas laporan
keuangan dan bentuk-bentuk pengungkapan lainnya. Standar ini hanya
berpengaruh pada laporan auditor, jika pengungkapan manajemen dianggap
tidak mrncukupi.
D. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan
keuangan secara menyeluruh, atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian
tidak dapat diberikan. Jika pendapat yang menyeluruh tidak dapat diberikan,
maka alasannya harus dinyatakan.

6. KESIMPULAN AUDITING
Materialitas adalah besarnya nilai yang tidak dicantumkan atau salah saji
informasi akuntansi yang dengan memperhitungkan situasinya, menyebabkan
pertimbangan seseorang yang bijaksana yang mengandalkan informasi tersebut,
kemungkinan besar akan berubah atau terpengaruh oleh tidak dicantumkannya
nilai atau salah saji tersebut.
Materialitas merupakan konsep fundamental yang penting bagi perencanaan audit.
Konsep ini membutuhkan pertimbangan auditor yang matang dan berdampak
langsung terhadap bukti audit yang direncanakan auditor.
Materialitas sangat penting karena auditor memberikan kepastian kepada
para pemakai laporan keuangan bahwa laporan keuangan itu telah bebas dari
salah saji yang material. Karena itu, auditor harus mengembangkan pertimbangan
pendahuluan tentang materialitas agar bias merancang rencana audit yang akan
menjadi dasar bagi kepastian tersebut. Pemahaman auditor mengenai entitas dan
lingkungannya, termasuk pengendalian internal, menjadi dasar bagi auditor untuk
menilai risiko salah saji yang material.
Materialitas terbagi dua tingkat, yakni tingkat laporan keuangan, dan
tingkat saldo akun. Akun-akun yang secara individual tidak material bila
diakumulasikan dapat menjadi material secara kumulatif pada tingkat laporan
keuangan.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.sosial79.com/2021/11/Standar%20Audit.html#:~:text=Standar%20audit%20adalah
%20standar%2Faturan%2Fkriteria%20yang%20ditetapkan%20dan%20disahkan,audit
%20merupakan%20pedoman%20audit%20atas%20laporan%20keuangan%20historis.

https://www.triharyono.com/2017/02/standart-auditing-berbasis-isa-2015.html

https://www.academia.edu/31745078/PERENCANAAN_AUDIT_DAN_PENILAIAN_RISIKO

https://kamus.tokopedia.com/b/bukti-audit/

https://www.scribd.com/doc/153333554/Kesimpulan-Auditing

https://text-id.123dok.com/document/nzw0ek41y-standar-pelaporan-standar-auditing.html

Anda mungkin juga menyukai