Anda di halaman 1dari 28

Nama : Utari Dwi Putri

Nim : 19043058

Dosen pengampu : Dr. Efrizal Syofyan, SE, Ak, M. Si

TUGAS : AUDIT 1

RANGKUMAN MATERI

Standar Audit 200

‘ Tujuan Keseluruhan Auditor Imdependen Dan

Pelaksanaan Uadit Berdasarkan Standar Audit’


RUANG LINGKUP

Standar audit ini mengatur keseluruhan auditor independen ketika melaksanakan audit atas
laporan keuangan berdasarkan standar akuntansi,SA ini menjelaskan ruanglingkup ,wewenang dan
struktur SA ,serta mengatur ketentuan untuk menetapkan tanggung jawab auditor independen yang
berlaku untuk semua audit termasuk kewajiban untuk mematuhi SA.standar akuntansi ditulis dalam
konteks audit atas laporan keuangan yang dilakukan oleh auditor , yang diadaptasi ketika diterapkan
dalam audit atas informasi keuangan historis lainnya. SA tidak mengatur tanggung jawab auditor
yang mungkin diatur dalam peraturan perundang-undangan atau aturan ain. Auditor bertanggung
jawab untuk memastikan kepatuhan terhadap seluruh kewajiban hukum,regulasi,atau provesi yang
relevan.

AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN

Tujuan suatu audit adalah untuk meningkatkan derajat kepercayaan pemakai laporan
keuangan .hal ini dicapai melalui opini oleh auditor. Laporan keuang yang diaudit merupakan
laporan keuangan milik entitas. Yang disusun oleh manajemen entitas dengan pengawasan dari
pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola entitas.

Penyusuanan laporan keuangan oleh manajemen memerlukan :

 Identifikasi kerangka pelaporan keuangan yang berlaku ,dalam konteks peraturan


perundang-undangan yang relevan
 Penyusunan pelaporan keuangan sesuai dengan kerangka tersebut
 Pencantuman deskripsi yang memadai mengenai kerangka tersebut didalam laporan
keuangan

TUJUAN KESELURUHAN AUDITOR

 Memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan sebagai suatu


keseluruhan dari salah satu meterial,baik yang disebabkan oleh kecurangan maupun
kesalahan ,dan oleh karena itu memungkinkan auditor untuk menyatakan opini atas apakah
laporan keuangan disusun , dalam semua hal yang material sesuai dengan kerangka
pelaporan keangan yang berlaku
 Menerbitkan laporan tantang laporan keuangan dan mengomunikasikan nya berdasarkan
temuan auditor.
 Dalam semua kasus ketika keyakinan memadai tidak dapat diperoleh dan opini wajar dengan
pengecualian dalam laporan auditor tidak memadai dalam kondisi yang bertujuan
melaporkan kepada pemakai laporan yang dituju. Standar akuntansi menuntut seorang
auditor untuk tidak menyatakan opini untuk menarik (mengundurkan )diri dari perikatan ,
jika penarikan diri dimungkinkan berdasarkan peraturan perundang - undangan.

KERANGKA PELAPORAN

Kerangka pelaporanpelaporan yang berlaku merupakan pelaporan keuangan yang diterapkan


oleh manajemen dan jika relevan , mamka pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola dalam
penyusunan laporan keuangan yang diterima dari sudut padang sifat dari entitas dan tujuan laporan
keuangan ,atau yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan.

Kerangka penyajian wajar digunakan untuk menyebutkan suatu kerangka pelaporan


keuangan yang mengharuskan kepatuhan terhadap kerangka dan mengakui secara eksplisit atau
implisit bahwa untuk mencapai penyajian wajar laporan keuangan , manajemen perlu menyediakan
pengungkapan yang melampaui pengungkapan secara khusus yang diharuskan oleh
kerangka.kerangka kepatuhan digunakan untuk menyebut suatu kerangka pelaporan keuangan yang
mengharuskan kepatuhan terhadap ketentuan kerangka.

 Bukti Audit

Bukti audit merupakan informasi yang digunakan oleh auditor dalam mencapai kesimpulan yang
mendasar opini auditor. Bukti audit mencakup informasi yang terdapat dalam catatan akuntansi
yang mendasar laporan keuangan dan informasi lainya. Bukti audit digunakan untuk tujuan SA
yaitu sebagai berikut;

a. Kecukupan bukti audit

Merupakan ukuran kuantitas bukti audit. Bukti audit yang diperlukan dipengaruhi oleh penilaian
auditor atas risiko kesalahan penyajian material dan juga oleh kualitas bukti audit tersebut.

b.Ketepatan bukti audit

Merupakan ukuran kualitas bukti audit, yaitu kerevansian dan keandalan bukti tersebut dalam
mendukung kesimpulan yang mendasari opini auditor.

Risiko Audit

Risiko audit suatu fungsi risiko kesalahan penyajian material dan risiko deteksi, misalnya auditor
menyatakan suatu opini audit yang tidak tepat ketika laporan keuangan mengandung kesalahan
penyajian material. Risiko deteksi, risiko dimana prosedur yang dilaksanakan oleh auditor untuk
menurunkan risiko audit ketingkat rendah yang dapat diterima tidak akan mendeteksi suatu
kesalahan penyajian yang ada dan yang mungkin material, baik secara indivindual maupun secara
kolektif ketika digabungkan dengan kesalahan penyajian lainya.

Risiko deteksi berhubungan dengan sifat, saat, dan luas prosedur audit yang ditentukan oleh auditor
untuk mengurangi risiko audit ke tingkat rendah yang dapat diterima. Oleh karena 38 itu, risiko ini
merupakan fungsi dari efektivitas suatu prosedur 39 audit dan penerapannya oleh auditor. Hal-hal
seperti:

1. perencanaan yang memadai;

2. penugasan personel yang tepat ke dalam tim perikatan;

3. penerapan skeptisisme profesional; dan

4. supervisi dan reviu atas pekerjaan audit yang telah

Risiko Kesalahan Penyajian Material

Risiko kesalahan penyajian material, adalah risiko bahwa laporan keuangan mengandung kesalahan
penyajian material sebelum dilakukan audit. Risiko tersebut terdiri dari dua komponen yaitu sebagai
berikut;

a.Risiko inheren

Kerentanan suatu asersi tentang suatu golongan transaksi, saldo akun, atau pengungkapan terhadap
suatu kesalahan penyajian yang mungkin material, baik secara individual maupun secara kolektif
ketika digabungkan dengan kesalahan penyajian lainya, sebelum mempertimbangkan pengendalian
internal terkait.

b.Risiko pengendalian

Risiko bahwa suatu kesalahan penyajian yang mungkin terjadi dalam suatu asersi  tentang suatu
golongan transaksi, saldo akun atau pengungkapan yang mungkin material, baik secara individual
maupun secara kolektif ketika digabungkan dengan kesalahan penyajian lainya, tidak akan dapat
dicegah, atau dideteksi dan dikoreksi, secara tepat waktu oleh pengendalian internal entitas.

Penyusunan Laporan Keuangan

Suatu audit berdasarkan SA dilaksanakan dengan premis bahwa manajemen dan, jika relevan, pihak
yang bertanggung jawab atas tata kelola, mengakui dan memahami bahwa memliki tangung jawab
yaitu sebagai berikut;

1. Menyusun laporan keuangan sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku,
termasuk, jika relevan, penyajian wajar laporan keuangan

2. Menetapkan dan menjalankan pengendalian internal yang dipandang perlu oleh manajemen
dan, jika relevan, pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola untuk memungkinkan
penyusunan laporan keuangan yang bebas dari kesalahan penyajian material, baik yang
disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan
3. Menyediakan hal-hal dibawah ini

 Akses keseluruh informasi

 Informasi tambahan yang mungkin diminta oleh auditor dari manajemen, dan jika relevan,
pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola, untuk tujuan audit

 Akses tidak terbatas ke orang-orang dalam entitas yang dipandang perlu oleh auditor untuk
memperoleh bukti audit.

Kerangka pelaporan keuangan yang berlaku sering mencakup standar pelaporan keuangan yang
ditetapkan oleh suatu organisasi penyusun standar yang berwenang atau diakui atau oleh regulator
atau menurut ketentuan legislasi. Kerangka pelaporan keuangan  berlaku dapat juga mencakup
sumber-sumber lain. Sumber-sumber lain tersebut adalah sebagai berikut;

 Lingkungan hukum dan etika, termasuk statuta, regulasi, keputusan pengadilan, dan
kewajiban etika profesi dalam hubunganya denganmasalah akuntansi

 Interpretasi akuntansi dengan berbagai kewenangan yang dipublikasikan oleh organisasi


penyusun standar, organisasi profesi, atau regulator

 Pandangan-pandangan tentang isu akuntansi terkini dengan berbagai kewenangan yang


dipublikasikan oleh organisasi penyusun standar, organisasi profesional, atau regulator

 Praktik umum dan industri yang diakui secara luas dan lazim

 Literatur akuntansi.

Pertimbangan Profesional

Pertimbangan profesional merupakan hal penting untuk melaksanakan audit secara tepat.
Pertimbangan profesional diperlukan terutama dalam membuat keputusan tentang;

 Materialitas dan risiko audit

 Sifat, saat, dan luas prosedur audit yang digunakan untuk memenuhi ketentuan SA dan
mengumpulkan bukti audit.

 Pengevaluasian tentang apakah bukti audit yang cukup dan tepat telah diperoleh, dan apakah
pengevaluasian lebih lanjut dibutuhkan untuk mencapai tujuan SA dan tujuan keseluruhan
auditor

 Pengevaluasian tentang pertimbangan manajemen dalam menerapkan kerangka pelaporan


keuangan yang berlaku bagi entitas.

Skeptisisme Profesional
        Sedangkan skeptisisme profesional merupakan suatu sikap yang mencakup suatu fikiran yang
selalu mempertanyakan, waspada terhadap kondisi yang dpat mengindikasikan kemungkinan
kesalahan penyajian, baik yang disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan, dan suatu penilaian
penting atas bukti audit. Keyakinan memadai, suatu tingkat keyakinan tinggi, tetapi bukan tingkat
keyakinan absolut.

Ketentuan Etika yang Berkaitan dengan Audit atas Laporan Keuangan

Auditor harus memenuhi ketentuan etika yang relevan, termasuk ketentuan yang berkaitan dengan
independensi, sehubungan dengan perikatan audit atas laporan keuangan. Ketentuan etika tersebut
tercantum dalam Kode Etik Profesi Akuntan Publik yang ditetapkan oleh Institut. adapun Prinsip-
prinsip dasar yang harus dipatuhi oleh auditor menerut kode etik tersebut adalah sebagai berikut;

1. Integritas

2. Objektivitas

3. Kompetensi dan kecermatan profesional

4. Kerahasiaan

5. Perilaku profesional

Kepatuhan terhadap ketentuan yang relevan

Auditor harus mematuhi setiap ketentuan suatu SA dalam suatu audit, kecuali;

 Keseluruhan SA tidak relevan

 Ketentuan tersebut tidak relevan karena ketentuan tersebut bergantung pada suatu kondisi
dan kondisi tersebut tidak terjadi.

Sifat Prosedur Audit

 Terdapat keterbatasan, baik secara praktik maupun legal, atas kemampuan auditor untuk
mendapat bukti audit.

 Terorganisasi dengan rapi yang dirancang untuk menutupi kecurangan tersebut.

 Audit bukan merupakan suatu investigasi resmi atas dugaan suatu perbuatan yang salah.

 Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan dan Keseimbangan antara Manfaat dan Biaya

Tujuan yang dinyatakan

Setiap SA berisi satu atau lebih tujuan  yang menyediakan suatu hubungan antara ketentuan dan
tujuan keseluruhan auditor. Tujuan setiap SA adalah untuk mengarahkan auditor pada hasil yang
dikehendaki oleh SA tersebut, sementara cukup spesifik untuk membantu auditor dalam:

1. Memahami apa yang akan dicapai, dan jika diperlukan cara yang tepa untuk mencapainya
2. Memutuskan apakah diperlukan prosedur tambahan untuk mencapai tujuan SA tersebut
sesuai dengan kondisi yang ada dalam perikatan.

Penggunaan Tujuan untuk Mengevaluasi Kecukupan dan  Ketepatan Bukti Audit yang telah
Diperoleh

Auditor diharuskan untuk menggunakan tujuan SA untuk mengevaluasi apakah bukti audit yang
cukup dan tepat telah diperoleh dalam konteks tujuan keseluruhan auditor. Jika 22 auditor
menyimpulkan bahwa bukti audit tidak cukup dan tidak tepat, auditor dapat mengambil satu atau
lebih pendekatan di  bawah ini untuk memenuhi ketentuan paragraf

 Mengevaluasi apakah bukti audit lebih lanjut yang relevan telah atau akan diperoleh sebagai
hasil kepatuhan  terhadap SA lainnya;

 Memperluas pekerjaan yang telah dilakukan dalam menerapkan satu atau lebih ketentuan
SA; atau

 Melaksanakan prosedur lain yang dipandang perlu oleh auditor dalam kondisi tersebut.

Jika tidak ada satupun pendekatan tersebut di atas yang  dianggap praktis atau memungkinkan
dalam kondisi  perikatan, auditor tidak akan dapat memperoleh bukti audit  yang cukup dan tepat
sebagaimana diharuskan oleh SA untuk menentukan dampak terhadap laporan auditor atau terhadap
kemampuan auditor untuk menyelesaikan perikatan.

Kepatuhan Terhadap Ketentuan yang Relevan

Dalam beberapa kasus, suatu SA (dan oleh karena itu, seluruh ketentuan dalam SA tersebut) belum
tentu relevan dengan  kondisi perikatan. Sebagai contoh, jika suatu entitas tidak  memiliki fungsi
audit internal, maka ketentuan dalam SA 610 menjadi tidak relevan.  Suatu SA yang relevan,
mungkin berisi ketentuan bersyarat.  Ketentuan tersebut relevan ketika kondisi yang digambarkan
dalam ketentuan tersebut berlaku dan terjadi. Secara umum,  kebersyaratan suatu ketentuan dapat
bersifat eksplisit atau  implisit, sebagai contoh:

1. Ketentuan untuk memodifikasi opini auditor jika terdapat suatu pembatasan terhadap ruang
lingkup merupakan suatu ketentuan bersyarat eksplisit.

2. Ketentuan untuk mengomunikasikan defisiensi signifikan dalam pengendalian internal yang


teridentifikasi selama audit kepada pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola,yang
bergantung pada eksistensi defisiensi signifikan yang teridentifikasi tersebut; dan ketentuan 
untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat atas penyajian dan pengungkapan
informasi segmen sesuai  dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku, yang
bergantung pada kerangka yang mengharuskan  atau memperbolehkan pengungkapan
tersebut, merupakan ketentuan bersyarat implisit.

Penyimpangan dari suatu Ketentuan

SA tidak mengharuskan kepatuhan terhadap suatu ketentuan yang tidak relevan dengan kondisi
suatu audit. Apakah suatu tujuan telah tercapai adalah suatu hal yang merupakan pertimbangan
profesional auditor. Pertimbangan  tersebut memperhitungkan hasil pelaksanaan prosedur audit
dalam mematuhi ketentuan SA, dan pengevaluasian  auditor atas apakah bukti audit yang cukup dan
tepat telah  diperoleh dan apakah perlu dilakukan prosedur lebih lanjut sesuai dengan kondisi
perikatan audit untuk mencapai tujuan  yang dinyatakan dalam SA. Oleh karena itu, kondisi yang 
dapat menyebabkan kegagalan untuk mencapai suatu tujuan  mencakup hal-hal di bawah ini:

 Menghalangi auditor dalam mematuhi ketentuan suatu SA yang relevan.

 Menyebabkan auditor tidak dapat atau tidak mungkin melaksanakan prosedur audit
tambahan atau memperoleh  bukti audit lebih lanjut yang diperlukan dari penggunaan
sebagai contoh, karena adanya suatu keterbatasan  dalam bukti audit yang tersedia.
STANDAR AUDIT 210

PERSETUJUAN ATAS SYARAT-SYARAT PERIKATAN AUDIT

Standar perikatan audit (SPA) ini berkaitan dengan tanggungjawab auditor


dalammenyepakati syarat perikatan audit dengan manajemen. SPA ini juga menetapkan
bahwaterdapat prakondisi tertentu untuk suatu audit, tanggungjawab manajemen, dan jika
relevan pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola entitas

Pada SA 210 menjelaskan bahwa tujuan auditor adalah untuk menerima ataumelanjutkan
perikatan audit hanya bila basis yang melandasi pelaksanaan audit telah disepakatimelalui
penetapan apakah terdapat prakondisi untuk suatu audit, dan penegasan bahwa ada pemahaman
yang sama tentang ketentuan perikatan audit antara auditor, manajemen, dan jikarelevan pihak yang
bertanggungjawab atas tata kelola entitas.Definis dari SPA ini bermakna sebagai prakondisi untuk
suatu audit. Penggunaan suatukerangka pelaporan keuangan yang dapat diterima dalam penyusunan
laporan keunagan olehmanajemen dan persetujuan manajemen, dan jika relevan pihak yang
bertanggungjawabterhadap tata kelola atas premis-premis pelaksanaan suatu audit

Prakondisi Suatu Audit

Dalam rangka penentuan apakah terdapat prakondisi suatu audit, maka auditor harus:

1. Menentukan apakah kerangka pelaporan keuangan yang akan diterapkan dalam penyusunan


laporan keuangan dapat diterima, dan

2. Memperoleh persetujuan dari manajemen bahwa manajemen mengakui dan


memahamitanggungjawabnya

Ruang lingkup sebelum penerimaan perikatan audit mempunyai batasan yaitu jikamanajemen atau
pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola menetapkan suatu pembatasanterhadap ruang lingkup
pekerjaan auditor yang harus dicantumkan dalam surat perikatan auditdan pembatasan tersebut akan
menyebabkan auditor tidak dapat memberikan opini atas laporankeuangan, maka auditor tidak boleh
menerma perikatan tersebut sebagai perikatan audit.Kecuali jika diwajibkan oleh peraturan
perundang-undangan

Adapun faktor-faktor lain yang mempengaruhi penerimaan perikatan audit yaitu


jika prakindisi untuk suatu audit tidak ada, auditor harus membahas hal tersebut denganmanajemen.
Kecuali jika suatu audit diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan, auditorharus tidak
menerima perikatan audit

1. .Jika auidtor telah menentukan bahwa keranka pelaporan keuangan yang diterapkandalam
penusunan laporan keuangan tidak dapat diterima, kecuali seperti yangdijelaskan diatas.
2. Jika memperoleh persetujuan dari manajemen bahwa manajemen mengakui danmemahami
tanggungjawabnya

Ketentuan perikatan audit yang disepakati harus dicatat dalam surat perikatan audit atau bentuk
kesepakatan tertulis lain yang tepat dan harus mencakup antara lain

1. Tujuan dan ruang lingkup audit atas laporan keuangan


2. Tanggungjawab auditor
3. Tanggungjawab manajemen
4. Identifikasi kerangka pelaporan keuangan yang diterapkan dalam penyusunankeuangan, dan
5. Pengacuan ke bentuk dan isi laporan yang akan dikeluarkan oleh auditor dan
suatu pernyataan bahwa dalam keadaan tertentu terdapat kemungkinan laporan yangdikeluar
kan berbeda bentuk dan isinya dengan yang diharapkan.

Persetujuan atas Ketentuan Perikatan Audit.

Auditor harus menyepakati ketentuan perikatan audit dengan manajemen atau pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola entitas, jika relevan Dengan memperhatikan paragraf 11,
ketentuan perikatan audit yang disepakati harus dicatat dalam surat perikatan audit atau bentuk
kesepakatan tertulis lain yang tepat dan harus mencakup.

 Tujuan dan ruang lingkup audit atas laporan keuangan.


 Tanggung jawab auditor
 Tanggung jawab manajemen
 Identifikasi kerangka pelaporan keuangan yang diterapkan dalam penyusunan laporan
keuangan
 Pengacuan ke bentuk dan isi laporan yang akan dikeluarkan oleh auditor dan suatu
pernyataan bahwa dalam kondisi tertentu terdapat kemungkinan laporan yang
dikeluarkan berbeda bentuk dan isinya dengan yang diharapkan.

Dalam audit berulang, auditor harus menilai apakah terdapat kondisi yang memerlukan suatu
revisi terhadap ketentuan perikatan audit dan apakah perlu mengingatkan entitas yang
bersangkutan tentang ketentuan perikatan audit yang masih berlaku. Auditor tidak boleh
menyepakati perubahan dalam ketentuan perikatan audit jika tidak ada alasan yang memadai
untuk melakukan perubahan tersebut. Jika ketentuan perikatan audit diubah, auditor dan
manajemen harus sepakat atas ketentuan baru tersebut dan menuangkannya ke dalam suatu surat
perikatan baru atau bentuk perjanjian tertulis lainnya yang tepat.

Jika auditor tidak dapat menyepakati perubahan dalam ketentuan perikatan audit dan
manajemen tidak mengizinkan auditor untuk meneruskan perikatan audit semula, auditor harus.

 Menarik diri dari perikatan audit (jika dimungkinkan) sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
 Menentukan apakah ada kewajiban, baik secara kontrak maupun dalam bentuk
lainnya, untuk melaporkan kondisi tersebut kepada pihak lain, seperti pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola entitas, pemilik, atau badan pengatur.
Audit terhadap Komponen. Ketika auditor suatu induk entitas juga bertindak sebagai
auditor suatu komponen, faktor-faktor yang dapat memengaruhi keputusan apakah auditor perlu
mengirim surat perikatan audit terpisah kepada komponen mencakup hal berikut ini:

 Siapa yang menunjuk auditor komponen.


 Apakah laporan audit terpisah harus diterbitkan untuk setiap komponen.
 Ketentuan hukum dalam kaitannya dengan penunjukkan audit.
 Tingkat kepemilikan oleh induk entitas.
 Tingkat independensi manajemen komponen terhadap induk entitas.

Pertimbangan Spesifik atas Entitas Sektor Publik. Peraturan perundang-undangan yang


mengatur pelaksanaan audit sektor publik umumnya mewajibkan penunjukkan auditor sektor
publik dan menetapkan wewenang dan tanggung jawab auditor yang mengaudit klien sektor
publik, termasuk wewenang untuk mengakses catatan dan informasi lainnya atas entitas sektor
publik tersebut.

Audit Berulang.

Auditor dapat memutuskan untuk tidak mengirimkan surat perikatan audit yang baru atau
perikatan tertulis lainnya di setiap periode audit. Meskipun demikian, terdapat beberapa faktor
yang menyebabkan perlunya revisi atas surat perikatan audit, antara lain untuk memperbaiki
ketentuan perikatan audit atau untuk mengingatkan klien tentang hal-hal sebagai berikut.

 Adanya indikasi bahwa entitas salah dalam memahami tujuan dan lingkup
audit.
 Adanya revisi atau penambahan ketentuan khusus pada perikatan audit.
Pergantian manajemen senior.
 Perubahan kepemilikan secara signifikan.
 Perubahan signifikan dalam sifat dan ukuran bisnis klien.
 Perubahan dalam ketentuan hukum.
 Perubahan dalam kerangka pelaporan keuangan yang digunakan dalam
penyusunan laporan keuangan.
 Perubahan dalam ketentuan pelaporan lainnya.

Penerimaan Perubahan dalam Ketentuan Perikatan Audit

Auditor tidak boleh menyepakati perubahan dalam ketentuan perikatan audit jika tidakada alasan
yang memadai untuk melakukan perubahan tersebut. Jika sebelum
penyelesaian perikatan audit, maka auditor diminta untuk
mengubah perikatan audit tersebut ke perikatanyang menyebabkan auditor memperoleh tingkat
asurans yang lebih rendah, auditor harusmempertimbangkan apakah terdapat dasar yang wajar
untuk melakukan perubahan tersebut.Jika ketentuan perikatan audit diubah, auditor dan manajer
harus sepakat dengan
ketentuan baru tersebut dan menuangkannya dalam suatu surat perikatan baru atau bentun perjanjian
tertulis lainnya yang tepat. Kemudian, jika auditor tidak dapat menyepakati perubahan
dalamketentuan perikatan audit dan manajemen tidak mengiinkan auditor untuk
meneruskan perikatan audit semula, maka auditor harus:

1. Menarik diri dari perikatan audit (jika dimungkinkan) sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku, dan
2. Menentukan apakah ada kewajiban, baik secara kontrak maupun dalam bentuk lainnya,untuk
melaporkan kondisi tersebut kepada pihak lain, seperti pihak yang bertanggungjawab atas
tata kelola entias, pemilik, atau badan pengatur.

PENERIMAAN LAIN DALAM PERIKATAN

Standar pelaporan keuanganyang ditetapkan oleh suatu organisasi penyusun standaryang berwenang
atau diakui diberi ketentuan tambahan oleh peraturan perundang-undangan.Auditor harus
mempertimbangkan apakah ada benturan antara standar pelaporan keuangan danketentuan
tambahan tersebut. Jika terjadi benturan, auditor harus membahas denganmanajemen sifat ketentuan
tambahan tersebut dan harus menyepakati apakah ketentuantambahan tersebut dapat dipenuhi
dengan menambahkan pengungkapan dalam laporankeuangan, dan deskripsi kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku dalam laporan keuangandapat diubah sesuai dengan ketentuan tambahan
tersebut.
SA 220 (Pengendalian Mutu untuk Audit atas Laporan Keuangan )

Standar Audit (“SA”) mengatur tanggung jawab tertentu auditor dalam memperhatikan
prosedur pengendalian mutu untuk audit atas laporan keuangan. SA ini juga mengatur, jika
relevan, tanggung jawab penelaah pengendalian mutu perikatan. SA ini harus dibaca bersama
dengan ketentuan etika yang relevan. Sistem, kebijakan, dan prosedur pengendalian mutu
merupakan tanggung jawab KAP. Berdasarkan SPM 1, KAP berkewajiban untuk menetapkan
dan memelihara suatu sistem pengendalian mutu untuk memberikan keyakinan memadai bahwa.

 KAP dan personelnya mematuhi standar profesi serta ketentuan hukum dan
peraturan yang berlaku.
 Laporan yang diterbitkan oleh KAP atau rekan perikatan telah sesuai dengan
kondisinya.

Dalam hubungan dengan sistem pengendalian mutu KAP, tim perikatan bertanggung
jawab untuk menerapkan prosedur pengendalian mutu yang dapat diterapkan terhadap perikatan
audit dan memberikan informasi yang relevan kepada KAP untuk memungkinkan berfungsinya
sistem pengendalian mutu KAP yang berhubungan dengan independensi.

SA ini berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai
pada atau setelah tanggal: (i) 1 Januari 2013 (untuk Emiten), atau (ii) 1 Januari 2014 (untuk
entitas selain Emiten). Penerapan dini dianjurkan untuk entitas selain Emiten.

Tujuan auditor adalah untuk mengimplementasikan prosedur pengendalian mutu pada


tingkat perikatan untuk memberikan keyakinan memadai bagi auditor bahwa

 Audit telah dilakukan dengan mematuhi standar profesi serta ketentuan hukum
dan peraturan yang berlaku.
 Laporan auditor yang diterbitkan telah sesuai dengan kondisinya.

Rekan perikatan2: Rekan atau personel lain dalam KAP yang bertanggung jawab atas
perikatan dan pelaksanaannya dan atas laporan yang diterbitkan atas nama KAP, serta yang,
ketika disyaratkan, memiliki wewenang yang tepat dari organisasi profesi, atau badan pengatur.

Penelaahan atas pengendalian mutu perikatan: Suatu proses yang dirancang untuk
menyediakan suatu evaluasi yang objektif pada saat atau sebelum tanggal laporan tentang
pertimbangan signifikan yang dibuat oleh tim perikatan dan kesimpulan yang ditarik dalam
merumuskan laporan tersebut. Proses penelaahan pengendalian mutu perikatan berlaku untuk
audit atas laporan keuangan bagi entitas yang merupakan emiten. dan untuk perikatan lain, jika
relevan, yang menurut KAP perlu diterapkan penelaahan pengendalian mutu perikatan.

Penelaah pengendalian mutu perikatan: Seorang rekan, personel lain dalam KAP,
personel di luar KAP dengan kualifikasi yang sesuai, atau suatu tim yang terdiri dari individu-
individu tersebut, yang tidak satupun dari mereka merupakan bagian dari tim perikatan, dengan
pengalaman dan wewenang yang cukup dan tepat untuk mengevaluasi secara objektif
pertimbangan signifikan yang dibuat oleh tim perikatan dan kesimpulan yang ditarik dalam
merumuskan laporan auditor.

Tim perikatan: Semua rekan dan staf yang melaksanakan perikatan, setiap individu yang
ditugasi oleh KAP atau KAP jejaring yang melaksanakan prosedur audit dalam perikatan
tersebut. Tim ini tidak mencakup pakar auditor di luar KAP yang ditugaskan oleh KAP atau
suatu KAP jejaring.

KAP: Praktisi tunggal, suatu persekutuan atau korporasi, atau entitas lain dari akuntan
profesional. Inspeksi: Dalam hubungannya dengan perikatan yang telah selesai, prosedur yang
dirancang untuk menyediakan bukti atas kepatuhan tim perikatan terhadap kebijakan dan
prosedur pengendalian mutu KAP.

Emiten: Suatu entitas yang saham atau utangnya dicatatkan di pasar modal yang diakui,
atau dipasarkan di bawah regulasi pasar modal yang diakui atau badan lain yang setara.
Pemantauan: Suatu proses yang terdiri dari pertimbangan dan pengevaluasian secara terus
menerus terhadap sistem pengendalian mutu KAP, termasuk suatu inspeksi periodik terhadap
sejumlah perikatan yang telah selesai yang dirancang untuk menyediakan keyakinan memadai
bagi KAP bahwa sistem pengendalian mutunya beroperasi secara efektif.

KAP Jejaring: Suatu KAP atau entitas yang menjadi bagian dari suatu jejaring. Jejaring:
Suatu struktur yang lebih besar. Rekan: Individu dengan wewenang yang mengikat KAP yang
berkaitan dengan pelaksanaan perikatan jasa profesional yang dilaksanakan oleh individu
tersebut. Personel: Rekan dan staf. Standar profesi: SA dan ketentuan etika yang relevan.
Ketentuan etika yang relevan: Ketentuan etika yang harus dipatuhi oleh tim perikatan dan
penelaah pengendalian mutu perikatan, yang terdiri dari Bagian A dan Bagian B dari Kode Etik
Profesi Akuntan Publik (“Kode Etik”), beserta ketentuan terkait lainnya yang lebih ketat dari
ketentuan Kode Etik.

Staf: Staf profesional, selain rekan, termasuk pakar yang dipekerjakan oleh KAP. (p)
Individu eksternal dengan kualifikasi yang sesuai: Individu di luar KAP dengan kompetensi dan
kemampuan untuk bertindak .
A. Sistem pengendalian mutu dan peran Tim Perikatan

SPM 1 mengatur tanggung jawab KAP untuk menetapkan dan memelihara sistem
pengendalian mutu perikatan audit. Sistem pengendalian mutu mencakup kebijakan dan prosedur
yang mengandung setiap unsur berikut ini:

 Tanggung jawab kepemimpinan atas mutu di dalam KAP.


 Ketentuan etika yang relevan.
 Penerimaan dan keberlanjutan hubungan dengan klien dan perikatan tertentu
 Sumber daya manusia
 Pelaksanaan perikatan
 Pemantauan

Pengandalan pada Sistem Pengendalian Mutu KAP . Kecuali informasi yang disediakan
oleh KAP atau pihak lain menyatakan sebaliknya, tim perikatan dapat mengandalkan sistem
pengendalian mutu KAP dalam kaitannya dengan, sebagai contoh:

 Kompetensi personel melalui perekrutan dan pelatihan formal.


 Independensi melalui akumulasi dan komunikasi informasi independensi yang
relevan.
 Pemeliharaan hubungan dengan klien melalui sistem penerimaan dan
keberlanjutan klien.
 Kepatuhan terhadap ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku melalui proses
pemantauan.

B. Tanggung Jawab Kepemimpinan atas Mutu Audit.

Tindakan rekan perikatan dan pesan yang tepat kepada anggota lain tim perikatan, dalam
mengambil tanggung jawab keseluruhan atas mutu setiap perikatan audit

a) Pentingnya mutu audit atas:


 Pelaksanaan pekerjaan yang mematuhi standar profesi serta ketentuan hukum
dan peraturan yang berlaku.
 Kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur pengendalian mutu KAP yang
berlaku.
 Penerbitan laporan auditor yang sesuai dengan kondisinya
 Kemampuan tim perikatan untuk menyampaikan hal-hal yang menjadi
perhatiannya tanpa rasa takut terhadap hal-hal yang dapat merugikan dirinya.
b) Fakta bahwa mutu merupakan hal yang esensial dalam melaksanakan perikatan audit.

C. Ketentuan Etika yang Relevan

Kepatuhan terhadap Ketentuan Etika yang Relevan. Kode Etik menetapkan prinsip dasar
etika profesional, yang mencakup:
 Integritas
 Objektivitas
 Kompetensi dan kecermatan professional
 Kerahasiaan
 Perilaku profesional.

Definisi “KAP,” “Jejaring” dan “KAP Jejaring” dalam ketentuan etika yang relevan dapat
berbeda dari definisi yang terdapat dalam SA ini. Sebagai contoh, Kode Etik mendefinisikan
“KAP” sebagai:

 Praktisi tunggal, suatu persekutuan atau korporasi, atau entitas lain dari akuntan
professional
 Entitas yang mengendalikan pihak-pihak di atas melalui kepemilikan, manajemen
atau cara lainnya
 Entitas yang dikendalikan oleh pihak-pihak di atas melalui kepemilikan,
manajemen atau cara lainnya.

Ancaman Terhadap Independensi. Rekan perikatan dapat mengidentifikasi ancaman


terhadap independensi yang berkaitan dengan perikatan audit yang di dalamnya pencegahan
mungkin tidak dapat menghilangkan atau mengurangi ancaman tersebut ke tingkat yang dapat
diterima.

Pertimbangan Spesifik atas Entitas Sektor Publik. Ketentuan statutori dapat menyediakan
pencegahan bagi ancaman terhadap independensi auditor sektor publik. Namun, auditor sektor
publik atau KAP yang melaksanakan audit sektor publik atas nama auditor pemerintah dapat,
tergantung dari ketentuan mandat dalam yurisdiksi tertentu, perlu mengadaptasi pendekatan
mereka untuk mendorong kepatuhan terhadap semangat yang tercantum dalam paragraf 11.

D. Penerimaan dan Keberlanjutan Hubungan dengan Klien dan Perikatan Audit.

SPM 1 mengharuskan KAP untuk memperoleh informasi yang dipandang perlu sesuai
dengan kondisinya sebelum menerima suatu perikatan dari suatu klien baru, ketika memutuskan
apakah akan melanjutkan perikatan yang telah ada, dan ketika mempertimbangkan penerimaan
perikatan baru dari klien yang telah ada. Informasi di bawah ini membantu rekan perikatan
dalam memutuskan apakah kesimpulan yang ditarik menyangkut penerimaan dan keberlanjutan
hubungan dengan klien dan perikatan audit sudah tepat:

 Integritas pemilik utama, manajemen inti, dan pihak yang bertanggung jawab atas
tata kelola entitas
 Kompetensi tim perikatan untuk melaksanakan perikatan audit dan kapabilitas
yang diperlukan, termasuk waktu dan sumber daya.
 Kemampuan KAP dan tim perikatan untuk mematuhi ketentuan etika yang
relevan
 Hal signifikan yang timbul selama perikatan audit periode kini atau periode lalu,
dan implikasinya terhadap keberlangsungan hubungan perikatan.

Pertimbangan Spesifik atas Entitas Sektor Publik. Dalam mengaudit entitas sektor publik,
auditor dapat ditunjuk berdasarkan prosedur statutori. Oleh karena itu, ketentuan dan
pertimbangan tertentu tentang penerimaan dan keberlanjutan hubungan dengan klien dan
perikatan audit sebagaimana diatur dalam paragraf 12, 13, dan A8 belum tentu relevan.

Penugasan Tim Perikatan. Tim perikatan juga mencakup seseorang yang menggunakan
keahlian tertentu dalam bidang akuntansi atau audit, baik yang ditugaskan maupun yang
dipekerjakan oleh KAP, jika ada, yaitu individu yang melaksanakan prosedur audit dalam
perikatan tersebut.

Ketika mempertimbangkan kompetensi dan kemampuan yang tepat yang diharapkan ada
pada tim perikatan secara keseluruhan, rekan perikatan dapat mempertimbangkan halhal berikut
ini bagi tim perikatan:

 Pemahaman dan pengalaman praktik atas perikatan audit dengan sifat dan
kompleksitas serupa melalui pelatihan dan partisipasi yang tepat.
 Pemahaman standar profesi serta ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku. •
 Keahlian teknis, termasuk keahlian dalam bidang teknologi informasi yang
relevan dan keahlian tertentu dalam bidang akuntansi atau audit.
 Pengetahuan industri yang relevan dengan bidang usaha klien.
 Kemampuan menggunakan pertimbangan professional.

E. Pelaksanaan Perikatan

Arah, Supervisi, dan Pelaksanaan. Arah tim perikatan mencakup komunikasi kepada anggota
tim perikatan hal-hal tertentu seperti di bawah ini, Tanggung jawab tim perikatan, termasuk
keharusan untuk mematuhi ketentuan etika yang relevan, serta untuk merencanakan dan
melaksanakan audit dengan skeptisisme profesional seperti yang disyaratkan oleh SA
200.Tanggung jawab rekan yang bersangkutan ketika lebih dari satu rekan terlibat dalam
pelaksanaan perikatan audit. Tujuan pekerjaan yang akan dilaksanakan. Sifat bisnis entitas. Isu
yang terkait dengan risiko. Masalah yang mungkin timbul. Pendekatan detail atas pelaksanaan
perikatan.

Tanggung jawab Penelaahan . Berdasarkan SPM 1, kebijakan dan prosedur KAP atas
tanggung jawab penelaahan ditentukan atas dasar bahwa pekerjaan anggota tim perikatan yang
kurang berpengalaman ditelaah oleh anggota tim perikatan yang lebih berpengalaman.
Penelaahan secara tepat waktu oleh rekan perikatan atas hal-hal di bawah ini pada tahap-tahap
yang tepat selama perikatan memungkinkan hal signifikan diselesaikan secara tepat waktu sesuai
dengan harapan rekan perikatan pada saat atau sebelum tanggal laporan auditor. Pertimbangan
atas hal yang kritikal, terutama yang terkait dengan hal-hal yang sulit atau kontroversial, yang
diidentifikasi selama pelaksanaan perikatan. Risiko signifikan dan Hal lain yang dipandang
penting oleh rekan perikatan.

F. Pemantauan.

SPM 1 mensyaratkan KAP untuk menetapkan suatu proses pemantauan yang dirancang
untuk menyediakan asurans memadai bahwa kebijakan dan prosedur yang terkait dengan sistem
pengendalian mutu relevan, memadai, dan berjalan dengan efektif. Dalam mempertimbangkan
defisiensi yang mungkin memengaruhi perikatan audit, rekan perikatan perlu
mempertimbangkan tindakan yang dilakukan oleh KAP untuk mengatasi situasi tersebut yang
dianggap memadai olehnya dalam konteks audit. Suatu defisiensi dalam sistem pengendalian
mutu KAP belum tentu mengindikasikan bahwa suatu perikatan audit tertentu tidak dilaksanakan
sesuai dengan standar profesi serta ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku, atau bahwa
laporan auditor tidak sesuai dengan kondisinya.

G. Dokumentasi

Dokumentasi Konsultasi. Dokumentasi atas konsultasi yang dilakukan dengan profesional


lain yang melibatkan hal-hal yang sulit atau kontroversial yang cukup lengkap dan detail
memberikan pemahaman atas: Isu yang menjadi bahan konsultasi dan Hasil konsultasi,
termasuk keputusan yang ditarik, dasar keputusan tersebut, dan bagaimana keputusan tersebut
diimplementasikan.

Standar Audit 230


(Dokumentasi Audit )

Standar Audit (“SA”) ini berkaitan dengan kewajiban auditor dalam menyusun dokumentasi
audit untuk keperluan audit atas laporan keuangan. Lampiran pada bagian akhir SA ini memuat
daftar SA lain yang berisi panduan dan ketentuan spesifik. Ketentuan dokumentasi spesifik
dalam SA lain tidak membatasi penerapan SA ini.

Dokumentasi audit yang memenuhi ketentuan SA ini dan persyaratan dokumentasi spesifik
lain sebagaimana tercantum dalam SA lain yang relevan memberikan. Bukti sebagai basis bagi
auditor untuk menarik suatu kesimpulan tentang pencapaian tujuan keseluruhan auditor. Bukti
bahwa audit telah direncanakan dan dilaksanakan sesuai dengan SA dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
SA ini berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada
atau setelah tanggal: 1 Januari 2013 (untuk Emiten), atau 1 Januari 2014 (untuk entitas selain
Emiten). Penerapan dini dianjurkan untuk entitas selain Emiten.

Tujuan auditor adalah untuk menyusun dokumentasi yang memberikan: Catatan yang cukup
dan tepat sebagai basis untuk laporan auditor dan Bukti bahwa audit telah direncanakan dan
dilaksanakan sesuai dengan SA dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Untuk lingkup SA ini, istilah-istilah berikut didefinisikan sebagai:

 Dokumentasi audit: Dokumentasi atas prosedur audit yang telah dilakukan, bukti
audit yang relevan yang diperoleh, dan kesimpulan yang ditarik oleh auditor (istilah
seperti “kertas kerja” juga kadang-kadang digunakan).
 Folder audit: Satu atau lebih folder atau media penyimpanan lain, dalam bentuk
fisikal atau elektronis, yang berisi dokumentasi audit untuk suatu perikatan tertentu.
 Auditor berpengalaman: Seorang personel (baik yang berasal dari internal maupun
eksternal KAP) yang berpengalaman dalam praktik audit, dan mempunyai
pemahaman memadai.

A. Penyiapan Dokumentasi Audit Tepat Waktu

Penyiapan dokumentasi audit yang memadai secara tepat waktu membantu untuk
meningkatkan kualitas audit dan memfasilitasi proses penelaahan dan pengevaluasian secara
efektif bukti audit yang diperoleh dan kesimpulan yang ditarik sebelum laporan auditor
difinalisasi. Dokumentasi yang disiapkan setelah pekerjaan audit selesai dilakukan cenderung
kurang akurat daripada dokumentasi yang disiapkan ketika pekerjaan audit dilakukan.

Pendokumentasian Prosedur Audit yang Telah Dilaksanakan dan Bukti Audit yang
Diperoleh Bentuk, Isi, dan Luas Dokumentasi Audit. Bentuk, isi, dan luas dokumentasi audit
bergantung pada faktor-faktor berikut ini: Ukuran dan kompleksitas entitas. Sifat prosedur audit
yang akan dilakukan. Risiko kesalahan penyajian material yang diidentifikasi. Signifikansi bukti
audit yang diperoleh. Sifat dan luas penyimpangan yang diidentifikasi. Kebutuhan untuk
mendokumentasikan suatu kesimpulan atau basis untuk suatu kesimpulan yang belum dapat
ditentukan dengan segera dari dokumentasi pekerjaan audit yang dilakukan atau bukti audit yang
diperoleh. Metodologi dan perangkat audit yang digunakan.

Pendokumentasian Hal-hal Signifikan dan Pertimbangan Profesional Signifikan yang


Terkait . Penilaian atas signifikansi suatu hal membutuhkan suatu analisis yang objektif atas
fakta dan kondisi. Contoh-contoh hal signifikan tersebut mencakup: Hal-hal yang menimbulkan
risiko signifikan (sebagaimana didefinisikan dalam SA 315). Hasil prosedur audit yang
mengindikasikan: (a) kemungkinan terdapat kesalahan penyajian material dalam laporan
keuangan, atau (b) kebutuhan untuk merevisi penilaian sebelumnya auditor atas risiko kesalahan
penyajian material dan respons auditor terhadap risiko tersebut. Kondisi yang menyebabkan
auditor mengalami kesulitan signifikan dalam menerapkan prosedur audit yang diperlukan.
Temuan-temuan yang dapat mengakibatkan modifikasi atas opini audit atau dicantumkannya
paragraf penjelasan dalam laporan auditor.

Sesuai dengan paragraf 8, beberapa contoh kondisi yang menggambarkan penyiapan


dokumentasi audit yang berkaitan dengan penggunaan pertimbangan profesional merupakan hal
yang tepat ketika hal-hal dan pertimbangan bersifat signifikan mencakup: Alasan yang melandasi
kesimpulan auditor ketika suatu ketentuan menyatakan bahwa auditor “harus
mempertimbangkan” informasi atau faktor tertentu, dan pertimbangan tersebut signifikan dalam
konteks perikatan tersebut. Basis kesimpulan auditor atas kewajaran area yang terkait dengan
pertimbangan subjektif (sebagai contoh, kewajaran estimasi akuntansi yang signifikan). Basis
kesimpulan auditor tentang suatu autentisitas suatu dokumen ketika investigasi lebih lanjut
(seperti penggunaan yang tepat atas pakar atau prosedur konfirmasi) dilakukan sebagai respons
atas kondisi yang diidentifikasi selama audit yang menyebabkan auditor yakin bahwa dokumen
tersebut mungkin tidak autentik.

Identifikasi Hal atau Unsur Spesifik yang Telah Diuji dan Identifikasi Penyusun dan
Penelaah . Pencatatan atas karakteristik yang diidentifikasi digunakan untuk mencapai beberapa
tujuan. Sebagai contoh, pencatatan tersebut memungkinkan tim perikatan untuk
mempertanggungjawabkan pekerjaannya dan mempermudah investigasi terhadap penyimpangan
atau ketidakkonsistensian.

B. Pengumpulan Folder Audit Final.

SPM 1 mengharuskan KAP untuk membuat kebijakan dan prosedur sehubungan dengan
penyelesaian pengumpulan folder audit secara tepat waktu.13 Batas waktu yang tepat untuk
menyelesaikan proses pengumpulan dokumentasi audit final adalah tidak lebih dari 60 hari
setelah tanggal laporan auditor.

Penyelesaian pengumpulan folder audit final setelah tanggal laporan auditor adalah
proses administratif yang bukan merupakan prosedur audit baru atau pengambilan keputusan
baru. Namun demikian, perubahan terhadap dokumentasi audit masih dapat dilakukan selama
proses pengumpulan jika perubahan tersebut bersifat administratif. Contoh perubahan tersebut
mencakup: Menghapus atau membuang dokumen yang telah diganti. Menyortir,
menggabungkan, dan membuat pengacuan silang (cross-referencing) kertas kerja.
Menandatangani daftar penyelesaian (completion checklist) yang berhubungan dengan proses
pengumpulan dokumen tersebut. Mendokumentasikan bukti audit yang telah diperoleh, dibahas,
dan disetujui oleh anggota Tim Perikatan Sebelum Tanggal Laporan Auditor.
Standar Audit 240
“Tanggung Jawab Auditor Terkait Dengan Kecurangan Dalam Suatu Audit
Atas Laporan Keuangan “

Standar Audit (“SA”) ini berhubungan dengan tanggung jawab auditor yang terkait
dengan kecurangan, dalam suatu audit atas laporan keuangan. Secara spesifik, SA ini
memperluas bagaimana SA 3151 dan SA 3302 harus diterapkan dalam kaitannya dengan
risiko kesalahan penyajian material karena kecurangan.

Karakteristik Kecurangan. Kesalahan penyajian dalam laporan keuangan dapat timbul


karena kecurangan atau kesalahan. Faktor yang membedakan antara kecurangan dan kesalahan
adalah apakah tindakan yang mendasarinya, yang berakibat terjadinya kesalahan penyajian
dalam laporan keuangan, adalah tindakan yang disengaja atau tidak disengaja.3.Meskipun
kecurangan merupakan konsep hukum yang luas, untuk kepentingan SA ini, auditor
berkepentingan terhadap kecurangan yang menyebabkan kesalahan penyajian material dalam
laporan keuangan. Terdapat dua tipe kesalahan penyajian yang relevan dengan
pertimbangan auditor– kesalahan penyajian yang timbul dari pelaporan keuangan yang
mengandung kecurangan dan kesalahan penyajian yang timbul karena perlakuan tidak
semestinya terhadap aset.

tanggung Jawab untuk pencegahan dan pendeteksian Kecurangan4.Tanggung jawab


utama untuk pencegahan dan pendeteksian kecurangan berada pada dua pihak yaitu yang
bertanggung jawab atas tata kelola entitas dan manajemen. SA ini berlaku efektif untuk audit
atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada atau setelah tanggal: (i) 1 Januari 2013
(untuk Emiten), atau (ii) 1 Januari 2014 (untuk entitas selain Emiten). Penerapan dini
dianjurkan untuk entitas selain Emiten.

Tujuan auditor adalah untuk:(a)Mengidentifikasi dan menilairisiko kesalahan penyajian


material dalam laporan keuangan yang diakibatkan oleh kecurangan;(b)Memperoleh bukti audit
yang cukup dan tepat terkait dengan penilaian risiko kesalahan penyajian material yang
diakibatkan oleh kecurangan, melalui perancangan dan implementasi respons yang tepat;
dan(c)Memberikan respons terhadap kecurangan atau dugaan kecurangan yang diidentifikasi
selama audit.

A. Karakteristik Kecurangan

.Kecurangan, apakah dalam pelaporan keuangan atau penyalahgunaan aset, mencakup


insentif atau tekanan untuk melakukan kecurangan, peluang untuk melakukannya, dan
pembenaran atas tindakan tersebut. Pelaporan keuangan yang mengandung kecurangan
mencakup kesalahan penyajian yang disengaja termasuk penghilangan suatu jumlah atau
pengungkapan dalam laporan keuangan untuk memengaruhi persepsi para pengguna laporan
keuangan.

B. Skeptisisme professional

Untuk mempertahankan skeptisisme profesional diperlukan pengajuan pertanyaan


secara berkelanjutan tentang apakah informasi dan bukti audit yang telah diperoleh
memberi petunjuk bahwa kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan
mungkin terjadi.

C. Pembahasan di antara tim perikatan

Mendiskusikan kerentanan adanya kesalahan penyajian material yang diakibatkan


oleh kecurangan dalam laporan keuangan entitas dengan tim perikatan:• Memberikan
kesempatan bagi anggota tim perikatan yang lebih berpengalaman untuk berbagi wawasan
mereka tentang bagaimana dan di area mana laporan keuangan mungkin rentan terjadi
kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan.• Memungkinkan auditor
untuk mempertimbangkan respons yang tepat terhadap kerentanan tersebut dan untuk
menentukan anggota tim perikatan yang akan melaksanakan prosedur audit
tertentu.•Memperkenankan auditor untuk menentukan bagaimana hasil prosedur audit akan
dibagi diantara tim perikatan dan bagaimana merespons dugaan kecurangan yang mungkin
menjadi perhatian auditor.

D. Prosedur penilaian risiko dan aktivitas terkait

Permintaan Keterangan kepada ManajemenPenilaian Risiko Kesalahan penyajian


Material yang Diakibatkan oleh Kecurangan Manajemen.Manajemen menerima tanggung
jawab atas pengendalian intern dan atas penyusunan laporan keuangan entitas. Oleh karena itu,
selayaknya auditor mewawancarai manajemen terkait penilaian risiko kecurangan dan
pengendalian yang diterapkan untuk mencegah dan mendeteksi kecurangan tersebut. Sifat,
luas, dan frekuensi penilaian risiko dan pengendalian tersebut oleh manajemen mungkin
berbeda di antara satu entitas dengan entitas yang lainnya.

Pertimbangan Spesifik bagi Entitas yang Lebih Kecil.Dalam beberapa entitas, terutama
entitas yang lebih kecil, fokus penilaian manajemen mungkin terletak pada risiko kecurangan
yang dilakukan oleh karyawan atau penyalahgunaan aset.Proses yang Dilakukan Manajemen
dalam Mengidentifikasi dan Merespons Risiko Kecurangan Dalam kasus entitas yang
memiliki berbagai lokasi, proses yang dilakukan oleh manajemen dapat meliputi berbagai
tingkat pemantauan yang berbeda-beda terhadap lokasi operasi atau segmen bisnis.
Manajemen mungkin juga telah mengidentifikasi lokasi operasi atau segmen bisnis tertentu yang
risiko kecurangannya lebih tinggi.
Pemerolehan Pemahaman atas Pengawasan yang Dilakukan oleh Pihak yang
Bertanggung Jawab atas Tata Kelola.Pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola bertugas
mengawasi sistem entitas untuk memantau risiko, mengendalikan keuangan, dan
kepatuhan terhadap hukum. Di beberapa entitas, praktik tata kelola telah dikembangkan dengan
baik dan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola berperan aktif dalam mengawasi
penilaian risiko kecurangan dan pengendalian internal yang relevan oleh entitas.

Pertimbangan atas Informasi Lain.Sebagai tambahan dari informasi yang diperoleh


dalam melakukan prosedur analitis, informasi lain yang diperoleh mengenai entitas dan
lingkungannya dapat membantu untuk mengidentifikasi risiko-risiko kesalahan penyajian
material yang diakibatkan oleh kecurangan.

Pengevaluasian Terhadap Faktor-Faktor Risiko Kecurangan.Fakta bahwa kecurangan


biasanya disembunyikan dapat membuat hal ini makin sulit untuk dideteksi. Meskipun
demikian, auditor dapat mengidentifikasi peristiwa atau kondisi-kondisi yang dapat
menunjukkan adanya insentif atau tekanan untuk melakukan kecurangan atau kondisi yang
memberikan peluang untuk melakukan kecurangan (faktor risiko kecurangan).

identifikasi dan penilaian risiko Kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh
KecuranganRisiko-risiko Kecurangan dalam Pengakuan Pendapatan.Kesalahan penyajian
material yang diakibatkan oleh kecurangan pelaporan keuangan yang berkaitan dengan
pengakuan pendapatan sering kali merupakan hasil dari penggelembungan pendapatan
melalui, sebagai contoh, pengakuan pendapatan sebelum waktunya atau mencatat
pendapatan fiktif. Risiko kecurangan dalam pengakuan pendapatan mungkin lebih besar dalam
beberapa entitas dibanding dengan entitas lainnya.

Respons terhadap Hasil penilaian risiko Kesalahan penyajian material yang diakibatkan
oleh KecuranganReaksi Keseluruhan (Ref: Para. 28)A33.Menentukan respons keseluruhan
untuk menanggapi hasil penilaian risiko kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh
kecurangan pada umumnya mencakup pertimbangan tentang bagaimana pelaksanaan
keseluruhan audit dapat mencerminkan peningkatan skeptisisme professional.

Penugasan dan Supervisi Personel. Auditor dapat memberi respons terhadap risiko
kesalahan penyajian material yang teridentifikasi yang diakibatkan oleh kecurangan dengan cara,
sebagai contoh, menugasi personel tambahan dengan keahlian dan pengetahuan khusus, seperti
ahli forensik dan ahli teknologi informasi, atau dengan menugasi individu-individu yang
berpengalaman dalam perikatan tersebut.

Prosedur Audit yang Merespons Hasil Penilaian Risiko atas Kesalahan Penyajian
Material yang Diakibatkan oleh Kecurangan pada Tingkat Asersi (Ref: Para. 30)A37.Respons
auditor terhadap hasil penilaian risiko terhadap kesalahan penyajian material yang
diakibatkan oleh kecurangan pada tingkat asersi mencakup perubahan sifat, saat dan luas
prosedur audit
Prosedur Audit yang Merespons Risiko yang Berkaitan dengan Pengabaian Manajemen
terhadap PengendalianEntri Jurnal dan Penyesuaian Lain (Ref: Para. 32 (a))A41.Kesalahan
penyajian material dalam laporan keuangan yang diakibatkan oleh kecurangan sering
melibatkan manipulasi proses pelaporan keuangan dengan mencatat entri jurnal yang tidak
tepat atau yang tidak diotorisasi.

Pengevaluasian terhadap Bukti audit mensyaratkan auditor, berdasarkan prosedur audit


yang dilakukan dan bukti audit yang diperoleh, untuk mengevaluasi apakah penilaian risiko
kesalahan penyajian material pada tingkat asersi masih tepat. Pengevaluasian ini bersifat
kualitatif berdasarkan pertimbangan auditor. Prosedur Analitis yang Dilakukan Mendekati
Akhir Audit dalam Pembentukan dan Kesimpulan Menyeluruh.Penentuan kecenderungan
tertentu dan keterkaitannya dapat mengindikasikan risiko kesalahan penyajian material yang
diakibatkan oleh kecurangan memerlukan pertimbangan profesional.

Ketidakmampuan auditor untuk melanjutkan perikatan. Entitas tidak melakukan


tindakan yang tepat atas kecurangan yang dipandang perlu oleh auditor dalam kondisi
tersebut, bahkan ketika kecurangan tersebut tidak material terhadap laporan keuangan.
Pertimbangan auditor atas risiko kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh
kecurangan dan hasil pengujian audit mengindikasikan risiko signifikan atas kecurangan
yang bersifat material dan berdampak luas.• Auditor memiliki kepedulian signifikan atas
kompetensi atau integritas manajemen atau pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola.

Representasi tertulis.SA 58024 menetapkan ketentuan dan menyediakan panduan untuk


mendapatkan representasi yang tepat dari manajemen dan, jika berlaku, dari pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola. Selain mengakui bahwa mereka telah memenuhi tanggung
jawab atas penyusunan laporan keuangan, adalah penting bahwa, terlepas dari ukuran entitas,
manajemen dan, jika relevan, pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola mengakui tanggung
jawab mereka atas pengendalian internal yang dirancang, diimplementasikan, dan dipelihara
untuk mencegah dan mendeteksi kecurangan.

Dikarenakan sifat kecurangan dan kesulitan yang dihadapi oleh auditor dalam mendeteksi
kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan yang berasal dari kecurangan, adalah
penting bagi auditor untuk mendapatkan representasi tertulis dari manajemen dan, jika
relevan, pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola, yang menyatakan bahwa mereka
telah mengungkapkan kepada auditor hal-hal sebagai berikut:(a)Hasil penilaian manajemen
tentang risiko bahwa terdapat kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan yang
diakibatkan oleh kecurangan; dan(b)Pengetahuan mereka tentang kecurangan yang aktual,
diduga, atau dicurigai, yang memengaruhi entitas.

Komunikasi kepada manajemen dan pihak yang Bertanggung Jawab atas tata
KelolaKomunikasi kepada Manajemen.Ketika auditor telah memperoleh bukti telah atau
kemungkinan terjadinya kecurangan, adalah penting untuk menyampaikan hal tersebut kepada
tingkatan manajemen yang tepat sesegera mungkin. Komunikasi dengan Pihak yang
Bertanggung Jawab atas Tata Kelola. Komunikasi auditor dengan pihak yang bertanggung jawab
atas tata kelola dapat dilakukan secara lisan atau tertulis. SA 260 mengidentifikasi faktor-
faktor yang dipertimbangkan oleh auditor dalam menentukan apakah komunikasi dilakukan
secara lisan atau tertulis.

Komunikasi kepada Badan pengatur dan penegak Hukum.Kewajiban profesional auditor


untuk menjaga kerahasiaan informasi klien dapat menghalangi pelaporan kecurangan kepada
pihak diluar entitas klien. Namun, tanggung jawab hukum auditor dapat bervariasi menurut
yurisdiksi dan, dalam kondisi tertentu, tugas penjagaan kerahasiaan tersebut dapat diabaikan
oleh peraturan perundang-undangan (termasuk keputusan pengadilan).

Faktor-faktor risiko yang timbul dari Kesalahan penyajian yang diakibatkan oleh
penyalahgunaan asetFaktor-faktor risiko yang berkaitan dengan kesalahan penyajian yang
disebabkan dari penyalahgunaan aset dapat dikelompokkan berdasarkan tiga kondisiyang
umumnya ada ketika kecurangan terjadi, yaitu: insentif/tekanan, peluang, dan sikap/rasionalisasi.
Beberapa faktor risiko yang berkaitan dengan kesalahan penyajian yang disebabkan oleh
pelaporan keuangan yang mengandung kecurangan juga bisa terdapat ketika terjadi kesalahan
penyajian yang disebabkan oleh penyalahgunaan aset.

Standar Audit 250


“ pertimbangan atas peraturan perundang-undangan dalam audit
Atas laporan keuangan “

Standar Audit (“SA”) ini mengatur tentang tanggung jawab auditor untuk
mempertimbangkan peraturan perundang-undangan dalam audit atas laporan keuangan. SA
ini tidak berlaku bagi perikatan asurans lain yang di dalamnya auditor secara spesifik ditugaskan
untuk melakukan pengujian dan pelaporan secara terpisah terhadap kepatuhan terhadap
peraturan perundang-undangan tertentu.

Dampak peraturan perundang-undangan terhadap laporan keuangan sangat bervariasi.


Peraturan perundang-undangan tersebut bersifat mengikat dan merupakan kerangka peraturan
perundangan-undangan bagi suatu entitas. Ketentuan dalam beberapa peraturan perundang-
undangan berdampak langsung terhadap laporan keuangan yang menentukan jumlah dan
pengungkapan yang dilaporkan dalam laporan keuangan suatu entitas. Peraturan perundang-
undangan lain merupakan peraturan yang harus dipatuhi oleh manajemen atau menetapkan
ketentuan yang mengatur entitas dalam menjalankan bisnisnya namun tidak berdampak
langsung terhadap laporan keuangan suatu entitas.
Tanggung Jawab untuk mematuhi peraturan perundang-undangan Adalah merupakan
tanggung jawab manajemen, dengan pengawasan dari pihak yang bertanggung jawab atas
tata kelola, untuk memastikan bahwa operasi entitas dijalankan berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan, termasuk kepatuhan terhadap ketentuan dalam peraturan
perundang-undangan yang menentukan jumlah dan pengungkapan yang harus dilaporkan
dalam laporan keuangan suatu entitas.

Tanggung Jawab Auditor .Ketentuan dalam SA ini dirancang untuk membantu auditor
dalam mengidentifikasi kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan yang disebabkan
oleh ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan. Auditor bertanggung jawab
untuk memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan, secara keseluruhan, bebas
dari kesalahan penyajian material, baik yang disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan.

SA ini berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai
pada atau setelah tanggal: (i) 1 Januari 2013 (untuk Emiten), atau (ii) 1 Januari 2014 (untuk
entitas selain Emiten). Penerapan dini dianjurkan untuk entitas selain Emiten.

Tujuan auditor adalah: (a)Untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat
terkait dengan kepatuhan terhadap ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang
pada umumnya berdampak langsung dalam menentukan jumlah dan pengungkapan material
dalam laporan keuangan;(b)Untuk melaksanakan prosedur audit tertentu untuk membantu
mengungkapkan adanya ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan lain yang
dapat berdampak material terhadap laporan keuangan; dan Untuk merespons adanya
ketidakpatuhan atau dugaan ketidakpatuhan peraturan perundang-undangan yang diidentifikasi
selama pelaksanaan audit secara tepat.

pertimbangan auditor atas Kepatuhan terhadap peraturan perundang-


undanganPemerolehan Pemahaman tentang Kerangka Peraturan Perundang-Undangan. Sebagai
contoh, untuk mendapatkan pemahaman umum tentang kerangka peraturan perundang-
undangan, dan bagaimana entitas mematuhi kerangka tersebut, auditor dapat melakukan

 Menggunakan pemahaman yang telah dimiliki auditor tentang industri,


peraturan, dan faktor eksternal lain
 Memperbarui pemahaman atas peraturan perundang-undangan yang secara
langsung menentukan jumlah yang dilaporkan dan pengungkapan dalam
laporan keuangan
 Meminta keterangan kepada manajemen tentang peraturan perundang-
undangan lain yang diperkirakan mempunyai dampak mendasar terhadap
kegiatan operasi entitas
 Meminta keterangan kepada manajemen tentang kebijakan dan prosedur yang
dilakukan oleh entitas untuk mematuhi peraturan perundang-undangan; dan
 Meminta keterangan kepada manajemen tentang kebijakan dan prosedur
yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengevaluasi dan mencatat tuntutan
litigasi tersebut berdasarkan standar akuntansi yang berlaku.

Ketidakpatuhan yang Dapat Menjadi Perhatian Auditor Oleh Penerapan Prosedur Audit
Lain.Prosedur audit yang diterapkan untuk membentuk opini atas laporan keuangan dapat
mengungkapkan kejadian-kejadian ketidakpatuhan atau dugaan ketidakpatuhan terhadap
peraturan perundang-undangan yang menjadi perhatian auditor. Sebagai contoh, prosedur
audit dapat mencakup:• Membaca risalah rapat;• Meminta keterangan kepada
manajemen dan penasihat hukum internal yang dimiliki entitas atau penasihat hukum eksternal
yang dikontrak oleh entitas mengenai litigasi, tuntutan, dan penilaian; dan• Melakukan pengujian
substantif rinci terhadap golongan transaksi, saldo akun atau pengungkapan.

prosedur audit pada Saat Ketidakpatuhan teridentifikasi atau diduga terjadiIndikasi


Adanya Ketidakpatuhan Terhadap Peraturan Perundang-Undangan.Hal-hal di bawah ini dapat
memberikan indikasi kepada auditor tentang adanya ketidakpatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan:•Investigasi yang dilakukan oleh organisasi dan instansi pemerintah atau
pembayaran denda atau sanksi. •Pembayaran untuk jasa yang tidak dapat dijelaskan atau
pinjaman kepada konsultan, pihak berelasi, pegawai atau pegawai pemerintah. •Komisi
penjualan atau biaya agen yang jumlahnya melebihi jumlah yang biasa dibayarkan oleh
entitas atau industri yang sejenis dengan entitas atau jasa yang sesungguhnya diterima oleh
entitas.•Pembelian pada harga yang secara signifikan berada di atas atau di bawah harga
pasar.•Pembayaran tidak biasa secara tunai, pembelian dengan menggunakan cashiers’ cheques
yang dibayarkan kepada pemegang cek atau transfer ke ke nomor rekening bank tanpa
menyebutkan nama pemilik rekening.•Transaksi yang tidak biasa dengan perusahaan yang
terdaftar di negara-negara bebas pajak.•Pembayaran barang atau jasa yang ditujukan ke negara
yang bukan merupakan negara asal barang atau jasa tersebut.• Pembayaran tanpa adanya
dokumentasi pengendalian pertukaran yang semestinya.•Adanya sistem informasi yang gagal,
apakah karena desainnya atau karena ketidaksengajaan, untuk menyediakan suatu jejak
audit (audit trail) yang cukup atau bukti yang cukup.•Transaksi yang tidak diotorisasi atau
transaksi yang tidak dicatat secara tepat.•Komentar negatif di media.

Pelaporan atas Ketidakpatuhan yang diidentifikasi atau diduga terjadiPelaporan


Ketidakpatuhan kepada Otoritas Badan Pengatur dan Penegak Hukum.Tanggung jawab
profesional seorang auditor untuk menjaga kerahasiaan informasi klien dapat mencegah
pelaporan atas ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang diidentifikasi
atau diduga terjadi kepada pihak di luar entitas.

Dokumentasi. Sebagai contoh, dokumentasi atas temuan auditor tentang


ketidakpatuhan atau dugaan ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan
mencakup:• Fotokopi catatan atau dokumen.• Risalah pembahasan yang dilakukan dengan
manajemen, pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola atau pihak di luar entitas.
.

Anda mungkin juga menyukai