NIM : 19043013
TUGAS MG.4 PENGAUDITAN
A. Ruang Lingkup
Standar audit 200 mengatur tanggung jawab keseluruhan auditor independen ketika
melaksanakan audit atas laporan keuangan berdasarkan standar audit tersebut. Secara khusus, SA
menjelaskan sifat dan ruang lingkup suatu audit yang dibuat oleh auditor independent untuk
mencapai tujuannya. SA menjelaskan tentang ruang lingkup, wewenang dan struktur SA dan
mengatur ketentuan untuk menetapkan tanggung jawab auditor independen yang berlaku untuk
semua audit, termasuk di dalamnya untuk mematuhi SA.
D. Kerangka Pelaporan
Kerangka pelaporan keuangan yang berlaku ialah pelaporan keuangan yang diterapkan oleh
manajemen dan jika relevan, pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola dalam penyusunan
laporan keuangan dapat diterima dari sudut pandang entitas dan tujuan laporan keuangan atau yang
diharuskan oleh regulasi yang berlaku. Kerangka penyajian wajar digunakan untuk menyebut suatu
kerangka pelaporan keuangan yang mengharuskan kepatuhan terhadap ketentuan kerangka dan
mengakui secara eksplisit atau implisit untuk penyajian laporan keuangan, manajemen perlu
pengungkapan yang diharuskan oleh kerangka dan manajemen mungkin perlu menyimpang dari
suatu ketentuan kerangka untuk mencapai penyajian wajar laporan keuangan ( jarang terjadi).
Ketentuan etika yang berkaitan dengan audit atas laporan keuangan
Auditor harus memenuhi ketentuan etika yang rekevan, independensi sehubungan
dengan perikatan audit atas laporan keuangan.
Skeptisime Profesional
Auditor harus mempertahankan skeptisisme professional untuk mengurangi risiko
yang dihadapi dalam melakukan audit.
Pertimbangan Profesional
Auditor harus menggunakan pertimbangan professional dalam merencanakan dan
melaksanakan audit atas laporan keuangan.
E. Bukti Audit
Bukti audit digunakan oleh auditor dalam mencapai kesimpulan yang mendasari opini auditor
yang mencakup informasi dalam catatan akuntansi yang mendasari laporan keuangan, dan
informasi lainnya. Dalam tujuan SA, bukti audit merupakan ukuran kuantitas yang diperlukan.
Bukti audit dipengaruhi oleh penialaian auditor. Dan ketepatan bukti audit juga merupakan ukuran
kualitas bukti audit yanh mendukung kesimpulan akan opini auditor.
F. Risiko Audit
Risiko yang dihadapi jika auditor mengemukakan opini yang tidak tepat ketika dalam laporan
keuangan terdapat kesalahan penyajian material dan risiko deteksi. Risiko audit tidak mengacu
pada risiko bisnis auditor seperti kerguian dari ligitasi, publikasi yang merugikan atau sebagainya.
1. Risiko kesalahan penyajian material
Risiko inheren, kerentanan suatu asersi tentang suatu golongan transaksi, saldo akun atau
pengungkapan terhadap suatu kesalahan penyajian yang mungkin material, baik secara
individua tau kolektif ketika digabungkan dengan kesalahan penyajian lainnyam sebelum
mempertimbangkan pengendalan internal terkait.
Risiko pengendalian, merupakan fungsi dari efektivitas desain, implementasi dan
pengelolaan pengendalian internal oleh manajemen untuk merenspons risiko yang
teridentifikasi yang mengancam pencapaian tujuan entitas yang releban dengan
penyusunan laporan keuangan entitas.
SA biasanya tidak mengacu pada risiko inheren atau pengendalian secara terpisah, namun
mengacu pada penilaian gabungan “risiko kesalahan penyajian material”. Tetapi auditor dapat
membuat penilaian risiko secara terpisah atau gabungan.
2. Risiko deteksi, risiko ini berhubungan dengan sifat, saat dan luas prosedur audit yang
ditentukan oleh auditor untuk mengurangi risiko audit ke tingkat rendah yang dapat diterima.
Risiko ini merupakan fungsi efektivitas suatu prosedur audit seperti perencanaan yang
memadai, penerapan skeptisisme professional dan sebagainya,
G. Penggunaan Tujuan SA untuk Mengevaluasi Kecukupan dan Ketepatan Bukti Audit yang Telah
Diperoleh
Auditor menggunakan tujuan SA untuk mengevaluasi bukti audit yang cukup dan tepat telah
diperoleh dalam konteks tujuan kesluruhan auditor. Jika auditor menyimpulkan audit tidak cukup
dan tidak tepat, auditor dapat mengambil salah satu pendekatan yang ada, tetapi jika tidak ada
satupun dari pendekatan yang dianggap praktis, auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang
cukup dan tepat sebagaimana diharuskan oleh SA.
A. Ruang Lingkup
Standar audit 210 berkaitan dengan tanggung jawab auditor dalam menyepakati syarat
perikatan audir dengan manajemen dan jika relevan, dengan pihak yang bertanggung jawab atas
tata kelola entitas. Dalam SA ini, terdapat prakondisi tertentu suatu audit, tanggung jawab
manajemen dan tata kelola entitas oleh pihak yang bertanggung jawab.
B. Tujuan
Tujuan dari auditor ialah untuk menerima atau melanjutkan perikatan audit ketika pelaksaan
audit disepakati, melalui penetapan ada atau tidaknya prakondisi untuk suatu audit dan penegasan
terkait pemahaman yang sama tentang ketentuan audit.
A. Ruang Lingkup
Standar audit 220 mengatur tanggung jawab tertentu auditor dalam memperhatikan prosedur
pengendalian mutu untuk audit atas laporan keuangan, mengatur, jika relevan tanggung jawab
penelaah pengendalian mutu perikatan.
C. Tujuan
Tujuan auditor ialah untuk mengimplementasikan prosedur pengendalian mutu pada tingkat
perikatan untuk memberikan keyakinan memadai bagi auditor.
D. Ketentuan
1. Tanggung Jawab Kepempimpinan atas Mutu Audit
Rekan perikatan harus bertanggung jawab atas keseluruhan mutu setiap perikatan audit yang
ditugaskan kepada rekan yang bersangkutan.
5. Pelaksaan Perikatan
Arah, Supervisi dan Pelaksanaan
Rekan perikatan bertanggung jawab akan arah,supervisi, pelaksaan perikatan audit sesuai
standar profesi dan laporan auditor yang sesuai kondisi.
Penelahaan
Penelahaan yang dilakukan harus sesuai dengan kebijakan dan prosedur penelahaan
KAP. Rekan perikatan diyakinkan melalui suatu penelahaan atas dokumentasi audit dan
diskusi tim perikatan jika bukti audit cukup untuk mendukung kesimpulan dan laporan
auditor yang diterbitkan.
Konsultasi
Rekan perikatan bertanggung jawab atas konsultasi yang tepat selama pelaksaan
perikatan baik sesame anggota tim atau dengan pihak lain. Rekan perikartan meyakini
sifat, ruang lingkup, serta kesimpulan dari konsultasi disetujui oleh pihak yang diminta
konsultasi dan telah diimplementasikan.
Penelaah Pengendalian Mutu Perikatan
Untuk audit atas penerimaan emiten dan perikatan audit lain yang telah ditetapkan KAP
atas pengendalian mutunya, rekan perikatan menentukan bahwa penelaah pengendalian
mutu perikatan telah ditunjuk, mendiskusikan dengan penelaah mutu tentang hal
signifikan yang timbul karena perikatan dan tidak memberi tanggal laporan auditor
hingga penelaah pengendalian mutu perikatan telah selesai dilakukan. Penelaah
pengendalian mutu perikatan melaksanan evaluasi atas pertimbangan signifikan yang
dibuat oleh tim perikatan dan kesimpulan ditarik dalam memformulasikan laporan
auditor.
Perbedaan pendapat
Jika terdapat perbedaan dengan pihak yang di konsultasi, maka tim mengikuti kebijakan
dan prosedur KAP.
6. Pemantauan
Sistem pengendalian mutu yang efektid terdapat proses pemantauan yang dirancang untuk
memberikan keyakinan memadai bagi KAP jika kebijakan dan prosedur relevan, memdai dan
beroperasi secara efektif.
7. Dokumentasi
Dokumentasi ditujukan kepada auditor dan penelaah pengendalian mutu perikatan. Auditor
harus memasukkan beberapa hal, seperti isu yang diidentifikasi berkaitan dengan kepatuhan
akan ketentuan etika yang relevan, kesimpulan tentang kepatuhan akan ketentuan independensi
yang berlaku, dan sebagainya. Bagi penelaah pengendalian, mendokumentasikan beberapa hal
diantaranya prosedur yang diharuskan oleh kebijakan KAP telah dilaksanakan, penelaah
pengendalian mutu perikatan telah selesai pada atau sebelum tanggal laporan auditor dan tidak
adanya hal yang belum diselesaikan.
STANDAR AUDIT (SA) 230
“Dokumentasi Audit”
A. Ruang Lingkup
Standar audit 230 berkaitan dengan kewajiban auditor dalam menyusun dokumentasi audit
untuk keperluan audit atas laporan keuangan. Lampiran pada standar audit ini memuat daftar SA
lain berisi panduan dan ketentuan spesifik tetapi tidak membatasi penerapan SA ini.
C. Ketentuan
1. Penyiapan Dokumentasi Audit Tepat Waktu
Hal ini dapat membantu untuk meningkatkan kualitas audit dan memfasilitasi proses penelaah
dan pengevaluasian secara efektif bukti audit uanh diperoleh.
2. Pendokumentasian Prosedur Audit yang Telah Dilaksanaakn dan Bukti Audit yang Diperoleh
Auditor menyusun dokumentasi audit yang memadai sehingga auditor yang tidak memiliki
keterkaitan sebelumnya dengan audit dapat memahami sifat, saat dan luas prosedur audit yang
telah dilaksanakan, hasil dari prosedur audit tersebut dan bukti audit yang diperoleh dan hal
signifikan yang timbul selama proses audit.
Dokumentasi audir dapat dilakukan pada kertas atau media lainnya. Contoh dari dokumentasi
ialah program audit, analisis, memorandam isu, ikhtisar hal signifikan dan lainnya. Penjeleasan
secara lisan oleh auditor tidak menjadi pendukung untuk menarik kesimpulan tapi bisa digunakan
untuk menjelaskan tentang informasi yang tercantum dalam dokumentasi audit.
Dokumentasi audit memberikan bukti jika audit telah dilakukan sesuai dengan SA. Satu faktor
penting dalam menentukan bentuk, isi dan luas dokumentasi audit atas hal siginifikan adalah
luasnya pertimbangan professional yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan dan
pengevaluasian atas hasilnya. Pendokumentasian tersebut, jika signifikan dapat menjelaskan
kesimpulan auditor dan memperkuat kualitas pertimbangan.
A. Ruang Lingkup
Standar audit (SA) ini berhubungan dengan tanggung jawab auditor terkait dengan kecurangan
dalam suatu audit laporan keuangan. SA ini memperluas tentang SA 315 dan SA 330.
B. Karekteristik Kecurangan
Kesalahan penyajian dalam laporan keuangan dapat timbul karena kecurangan atau kesalahan.
Faktor yang membedakannya ialah tindakan yang mendasarinya sehingga terjadinya kesalahan
penyajian dalam laporan keuangan. Auditor berkepentingan terhadap kecurangan yang
menyebabkan kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan. Ada dua tipe dalam
kesalahan penyajian, yaitu kesalahan yang timbul dari pelaporan keuangan yang mengandung
kecurangan dan kesalahan penyajian yang timbul karena perlakuan tidak semestinya terhadap
asset.
D. Tujuan
Tujuan auditor ialah mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian material dalam
laporan keuangan karena kecurangan, mendapat bukti audit yang cukup dan tepat terkait penilaiian
risiko kesalahan penyajian material dan memberi respons tentang kecurangan selama audit.
E. Ketentuan
1. Skeptisisme professional
Berdasar SA 200, auditor harus mempertahankan skeptisisme professional sepanjang
audit,menyadari kemungkinan kesalahan penyajian material. Jika kondisi yang diidentifikasi
dalam audit menyebabkan auditor yakin dokumen tidak asli atau telah di modifikasi tapi tidak
diungkapkan kepadanya, auditor harus menginvestigasi lebih lanjut.
Untuk entitas yang memiliki audit internal, auditor harus meminta keterangan dari bagian
audit internal apakah mereka mengetahui tentang kecurangan actual, diduga dan dicurigai
berdampak pada entitas. Auditor haeus memperoleh pemahaman tentang pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola perusahaan melakukan pengawasan terhadap proses yang
diterapkan manajemen dalam mengidentifikasi kecurangan dalam entitas.
Selain itu, audior mengevaluasi apakah hubungan tidak biasa atau tidak terduga yang telah
diidentifikasi, terdapat kesalahan penyajian material serta auditor harus mempertimbangkan
informasi lain yang diperoleh apakah adanya risiko kesalahan penyajian material yang
diakibatkan oleh kecurangan.
4. Identifikasi dan Penilaian Risiko Kesalahan Penyajian Material yang Diakobatkan Oleh
Kecurangan
Ketika mengidentifikasi dan menilai risko keslaahan penyajian material yang diakibatkan
oleh kecurangan, auditor harus mengevaluasi tipe pendapatan, transaksi pendapatann, atau
asersi yang menimbulkan kecurangan. Auditor memperlakukan hasil penilaian risiko kesalahan
penyajian material karena kecurangan sebagai risiko signifikan sehingga auditor harus
memperoleh pemahaman tentang pengendalian entitas terkait.
5. Respons Terhadap Hasil Penilaian Risiko Kesalahan Penyajian Material yang Diakibatkan Oleh
Kecurangan
Mencakup pertimbangan tentang bagaimana pelaksanaan keseluruhan audit dapat
mencerminkan peningkatan skeptisisme prodesional, contohnya peningkatan kepekaan dalam
memilih sifar dan luas dokumentasi yang diperiksa dalam mendukung transaksi material.
Respons auditor terhadap hasil penilaian risiko terhadap kesalahan penyajian material yang
diakibatkan oleh kecurangan pada tingkat asersi mencakup :
Sifat prosedur audit yang dilakukan membutuhkan perubahan
Observasi fisik/inspeksi terhadap asset tertentu menjadi lebih penting
Auditor dapat merancang prosedur untuk memperoleh informasi tambahan yang
menguatkan
Waktu pelaksaan prosedur subtantif perlu dimodifikasi
Luasnya prosedur yang diterapkan mencerminkan penilaian risiko kesalahan penyajian
material yang diakibatkan oleh kecurangan
8. Respresentasi Tertulis
SA menetapkan ketentuan dan menyediakan panduan untuk mendapatkan representasi yang
tepat dari manajemen dan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola. Selain pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola, auditor telah mengidentifikasi atau menduga adanya
kecurangan yang melibatkan manajemen, karyawan yang memiliki peran penting dalam
pengendalian internal dan karyawan lainnya yang bisa membuat kecurangan mungkin
berdampak material terhadap laporan keuangan, maka auditor mengkomunikasikan tepat waktu
kepada pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola.
10.Dokumentasi
Dalam pemahaman auditor tentang entitas serta penilaian risiko kesalahan, dalam
dokumentasi auditor memasukan keputusan signifikan yang dicapai selama pembahasan
dianatara tim terkait dengan dugaan kesalahan material dan risiko kesalahan penyajian material
yang telah diidentifikasi karena kecurangan pada tingkat laporan keuangan dan asersi. Auditor
juga memasukkan komunikasi tentang kecurangan yang dilakukan manajemen, pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola, dan pihak lain dalam dokumentasi audit. Jika auditor telah
menyimpulkan dugaan adanya risiko kesalahan penyajian material karena kecurangan terkait
pengakuan pendapatan tidak dapat berlaku dalam kondisi perikatan, maka dicantumkan dalam
dokumentasi audit dengan alasan yang mendasari kesimpulan.
STANDAR AUDIT (SA) 250
“Pertimbangan Atas Peraturan Perundang-Undangan dalam Audit Atas Laporan Keuangan”
A. Ruang Lingkup
Standar audit (SA) mengatur tentang bagaimana seorang auditor bertanggung jawab
mempertimbangkan peraturan perundang-undangan atas laporan keuangan, dan SA tidak berlaku
bagi perikatan assurance lainnya.
B. Dampak Peraturan Perundang-Undangan
Peraturan perundang-undangan merupakan peraturan yang harus dipatuhi oleh manajemen
untuk mengatur etinitas dalam menjalankan bisnisnya. Peraturan ini bersifat mengikat namun tidak
berdampak langsung terhadap etinitas yang lain. Ketidakpatuhan pada peraturan perundang-
undangan ini dapat mengakibatkan denda, litigasi atau konsekuensi lain. Maka dari itu manajemen
bertanggung jawab atas tata kelola untuk memastikan operasi etinitas dijalankan berdasarkan
ketentuan perundang-undangan.
C. Tanggung Jawab untuk Mematuhi Peraturan Perundang-Undangan
Ketentuan yang terdapat pada standar audit membantu auditor mengidentifikasi kesalahan
penyajian laporan keuangan yang disebabkan oleh peraturan perundang-undangan. Auditor
bertanggung jawab secara keseluruhan bebas dari kesalahan penyajian material baik dalam berupa
kecurangan maupun kesalahan dengan mempertimbangkan ketentuan perundang-undangan
tersebut. Namun walaupun audit sudah dilaksanakan secara SA yang benar, terdapat resiko yang
tidak dapat dihindari dalam kesalahan penyajian material yang disebabkan beberapa alasan
berikut:
E. Ketenteuan
1. Pertimbangan Auditor atas Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-Undangan
Terdapat beberapa aturan SA yang harus dipahami oleh seorang auditor, diantaranya
kerangka peraturan perundang-undangan yang berlaku bagi etinitas dan industri atau sector
yang etinitas beroperasi di dalamnya dan bagaimana etinitas mematuhi kerangka tersebut.
Auditor harus melaksanakann prosedur audit untuk membantu dalam menemukan kejadian
yang berdampak material terhadap laporan keuangan, diantaranya meminta keterangan kepada
manajemen (juga pihak-pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola) terkait tingkat
kepatuhan etinitas terhadap peraturan perundang-undangan tersebut dan menginspeksi
korespondensi dengan pihak berwenang yang menerbitkan izin atau peraturan.
Selama proses audit, auditor harus tetap waspada terhadap adanya kemungkinan bahwa
melalui penerapan prosedur audit lain ketidakpatuhan terhadap perundang-undangan dapat
terjadi. Auditor harus meminta kepada manajemen untuk memberikan representasi tertulis
bahwa mereka telah mengungkapkan ketidakpatuhan yang terjadi, dampaknya harus
dipertimbangkan saat penyusunan laporan keuangan. Jika auditor mengetahui informasi
ketidakpatuhan tersebut, auditor harus memperoleh pemahaman sifat ketidakpatuhan dan
informasi lebih lanjut untuk mengevaluasi dampak yang mungkin terjadi terhadap laporan
keuangan. Lalu jika auditor menduga kemungkinan adanya ketidakpatuhan, maka harus dibahas
dengan manajemen dan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola. Namun ketika pihak-
pihak tersebut tidak dapat memberikan informasi, maka auditor harus mempertimbangkan
keputusan untuk memperoleh advice hokum. Jika informasi tentang ketidakpatuhan tersebut
tidak cukup, maka auditor harus mengevaluasi dampak tidak memadainya bukti audit tersebut
terhadap opini auditor termasuk penilaian risiko yang dilakukan auditor dan kendalanya
representasi tertulis serta mengambil tindakan yang semestinya
2. Prosedur Audit Saar Ketidakpatuhan Teridentifikasi atau Diduga Terjadi
Jika auditor menduga terjadi ketidakpatuhan, maka auditor harus membahasnya dengan
manajemen dan jika relevan, dengan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola. Jika
informasi tentang dugaan tersebut tidak cukup diperolehm auditor mengevalusi dampak tidak
memadainya bukti audit yang cukup terhadap opini auditor.