Anda di halaman 1dari 12

Nama : Nuzul Fajri Qorirah

NIM : 19043013
TUGAS MG.4 PENGAUDITAN

STANDAR AUDIT (SA) 200


“Tujuan Keseluruhan Auditor Independen dan Pelaksanaan Audit Berdasarkan Standar Audit”

A. Ruang Lingkup
Standar audit 200 mengatur tanggung jawab keseluruhan auditor independen ketika
melaksanakan audit atas laporan keuangan berdasarkan standar audit tersebut. Secara khusus, SA
menjelaskan sifat dan ruang lingkup suatu audit yang dibuat oleh auditor independent untuk
mencapai tujuannya. SA menjelaskan tentang ruang lingkup, wewenang dan struktur SA dan
mengatur ketentuan untuk menetapkan tanggung jawab auditor independen yang berlaku untuk
semua audit, termasuk di dalamnya untuk mematuhi SA.

B. Audit atas Laporan Keuangan


Tujuan suatu audit ialah untuk meningkatkan tingkat keyakinan pengguna laporan keuangan
dengan mengemukakan opini oleh auditor, apakah laporan keuangan tersebut disusun secara wajar
atau tidak dalam hal material. Sebagai basis opini, auditor mempunyai keyakinan terakit laporan
keuangan bebas dari kesalahan penyajian secara material. Keyakinan diperoleh saat adanya bukti
audit. Tetapi, keyakinan tersebut bukanlah keyakinan absolut.

C. Tujuan Kesuluruhan Auditor


1. Memperoleh keyakinan tentang laporan keuangan yang bebas dari kesalahan penyajian
material ( bebas dari kesalahan atau kecurangan ) sehingga audior menyatakan opini tentang
laporan keuangan yang disusun, apakah sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
2. Melaporkan atas laporan keuangan dan mengkomunikasikannya sebagaimana ditentukan oleh
SA berdasar temuan auditor.

D. Kerangka Pelaporan
Kerangka pelaporan keuangan yang berlaku ialah pelaporan keuangan yang diterapkan oleh
manajemen dan jika relevan, pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola dalam penyusunan
laporan keuangan dapat diterima dari sudut pandang entitas dan tujuan laporan keuangan atau yang
diharuskan oleh regulasi yang berlaku. Kerangka penyajian wajar digunakan untuk menyebut suatu
kerangka pelaporan keuangan yang mengharuskan kepatuhan terhadap ketentuan kerangka dan
mengakui secara eksplisit atau implisit untuk penyajian laporan keuangan, manajemen perlu
pengungkapan yang diharuskan oleh kerangka dan manajemen mungkin perlu menyimpang dari
suatu ketentuan kerangka untuk mencapai penyajian wajar laporan keuangan ( jarang terjadi).
 Ketentuan etika yang berkaitan dengan audit atas laporan keuangan
Auditor harus memenuhi ketentuan etika yang rekevan, independensi sehubungan
dengan perikatan audit atas laporan keuangan.
 Skeptisime Profesional
Auditor harus mempertahankan skeptisisme professional untuk mengurangi risiko
yang dihadapi dalam melakukan audit.
 Pertimbangan Profesional
Auditor harus menggunakan pertimbangan professional dalam merencanakan dan
melaksanakan audit atas laporan keuangan.
E. Bukti Audit
Bukti audit digunakan oleh auditor dalam mencapai kesimpulan yang mendasari opini auditor
yang mencakup informasi dalam catatan akuntansi yang mendasari laporan keuangan, dan
informasi lainnya. Dalam tujuan SA, bukti audit merupakan ukuran kuantitas yang diperlukan.
Bukti audit dipengaruhi oleh penialaian auditor. Dan ketepatan bukti audit juga merupakan ukuran
kualitas bukti audit yanh mendukung kesimpulan akan opini auditor.

F. Risiko Audit
Risiko yang dihadapi jika auditor mengemukakan opini yang tidak tepat ketika dalam laporan
keuangan terdapat kesalahan penyajian material dan risiko deteksi. Risiko audit tidak mengacu
pada risiko bisnis auditor seperti kerguian dari ligitasi, publikasi yang merugikan atau sebagainya.
1. Risiko kesalahan penyajian material
 Risiko inheren, kerentanan suatu asersi tentang suatu golongan transaksi, saldo akun atau
pengungkapan terhadap suatu kesalahan penyajian yang mungkin material, baik secara
individua tau kolektif ketika digabungkan dengan kesalahan penyajian lainnyam sebelum
mempertimbangkan pengendalan internal terkait.
 Risiko pengendalian, merupakan fungsi dari efektivitas desain, implementasi dan
pengelolaan pengendalian internal oleh manajemen untuk merenspons risiko yang
teridentifikasi yang mengancam pencapaian tujuan entitas yang releban dengan
penyusunan laporan keuangan entitas.
SA biasanya tidak mengacu pada risiko inheren atau pengendalian secara terpisah, namun
mengacu pada penilaian gabungan “risiko kesalahan penyajian material”. Tetapi auditor dapat
membuat penilaian risiko secara terpisah atau gabungan.
2. Risiko deteksi, risiko ini berhubungan dengan sifat, saat dan luas prosedur audit yang
ditentukan oleh auditor untuk mengurangi risiko audit ke tingkat rendah yang dapat diterima.
Risiko ini merupakan fungsi efektivitas suatu prosedur audit seperti perencanaan yang
memadai, penerapan skeptisisme professional dan sebagainya,

G. Penggunaan Tujuan SA untuk Mengevaluasi Kecukupan dan Ketepatan Bukti Audit yang Telah
Diperoleh
Auditor menggunakan tujuan SA untuk mengevaluasi bukti audit yang cukup dan tepat telah
diperoleh dalam konteks tujuan kesluruhan auditor. Jika auditor menyimpulkan audit tidak cukup
dan tidak tepat, auditor dapat mengambil salah satu pendekatan yang ada, tetapi jika tidak ada
satupun dari pendekatan yang dianggap praktis, auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang
cukup dan tepat sebagaimana diharuskan oleh SA.

H. Kepatuhan Terhadap Ketentuan yang Relevan


Suatu SA yang relevan berisi ketentuan bersyarat. Ketentuan tersebut relevan ketika kondisi
yang digambarkan dalam ketentuan tersebut berlaku dan terjadi, contohnya ketentuan untuk
memodifikasi opini auditor jika terdapat ruang lingkup (ketentuan bersyarat eksplisit), kententuan
untuk mengkomunikasikan defisiensi signifikan dalam pengendalian internal yang teridentifikasi
selama audit kepada pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola yang bergantung pada
eksistensi defisiensi signifikan yang teridentifikasi tersebut (ketentuan bersyarat implisit). Dalam
beberapa kasus, suatu ketentuan dapat dinyatakan sebagai bersyarat dalam peraturan perundang-
undangan atau regulasi yang berlaku.
STANDAR AUDIT (SA) 210
“Persetujuan Atas Ketentuan Perikatan Audit”

A. Ruang Lingkup
Standar audit 210 berkaitan dengan tanggung jawab auditor dalam menyepakati syarat
perikatan audir dengan manajemen dan jika relevan, dengan pihak yang bertanggung jawab atas
tata kelola entitas. Dalam SA ini, terdapat prakondisi tertentu suatu audit, tanggung jawab
manajemen dan tata kelola entitas oleh pihak yang bertanggung jawab.

B. Tujuan
Tujuan dari auditor ialah untuk menerima atau melanjutkan perikatan audit ketika pelaksaan
audit disepakati, melalui penetapan ada atau tidaknya prakondisi untuk suatu audit dan penegasan
terkait pemahaman yang sama tentang ketentuan audit.

C. Prakondisi untuk Suatu Audit


Ialah penggunaan kerangka laporan keuangan yang bisa diterima dalam penyusunan laporan
keuangan oleh manajemen dan pihak yang bertanggung jawab terhadap tata kelola atas premis
pelaksaan audit. Tanpa kerangka pelaporan keuangan, manajemen tidak mempunyai basis untuk
menyusun laporan keuangan dan auditor tidak mempunyai kriterio untuk mengaudit laporan
keuangan. Untuk menentukan adanya prakondisi pada suatu audit, auditor harus menentukan
apakah kerangka laporan keuangan yang disusun dapat diterima dan mendapat persetujuan dari
manajemen jika manajemen mengakui dan memahami akan tanggung jawabnya. Memberikan
auditor akses ke semua informasi yang dianggap relevan oleh manajemen dalam penyusunan
laporan keuangan seperti catatan, dokumentasi, dan sebagainya. Informasi tambahan yang diminta
auditor untuk kepentingan audit dan memberikan akses tidak terbatas ke personel dalam entitas
yang dianggap perlu oleh auditor untuk memperoleh bukti audit.

D. Penerimaan Perikatan Audit


Jika manajemen atau pihak yang bertanggung kawab atas tata kelola menetapkan pembatasan
terhadap ruang lingkup pekerjaan auditor, maka dalam surat perikatan audit harus dicantumkan
sehingga auditor tidak dapat memberikan opini atas laporan keuangan. Auditor tidak boleh
menerima perikatan tersebut kecuali diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan.

E. Persetujuan Atas Ketentuan Perikatan Audit


Auditor harus menyepakati ketentuan perikatan audit dengan manajemen atau pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola entitas jika relevan. Ketentuan perikatan audit yang disepakati
harus dicatat dalam suatu perikatan audit atau bentuk kesepakatan tertulis lain yang tepat dan harus
mencakup tujuan dan ruang lingkup audit, tanggung jawab auditor,tanggung jawab manajemen,
identifikasi kerangka pelaporan keuangan dan pengacuan ke bentuk laporan yang akan dikeluarkan
auditor.

F. Penerimaan Perubahan dalam Ketentuan Perikatan Audit


Auditor tidak boleh menyepakati perubahan dalam perikatan audit jika tidak ada alas an yang
memadai dilakukannya perubahan tersebut. Jika perikatan tersebut diubah, auditor dan menejemen
harus sepakat atas ketentuan tersebut dan terdapat di dalam surat perikatan yang baru. Jika Auditor
tidak dapat menyepakati perubahan dalam ketentuan perikatan audit dan manajemen tidak
menginginkan auditor untuk meneruskan perikatan audit semula, maka auditor harus menarik diri
dari perikatan audit (jika dimungkinkan) dan menentukan apakah ada kewajiban untuk melaporkan
kondisi tersebut kepada pihak lain, seperti pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola entitas,
pemilik atau pihak yang mengatur.
G. Pertimbangan Lain dalam Penerimaan Perikatan
1. Standar pelaporan keuangan yang ditambahkan oleh Peraturan Perundang-Undangan.
Auditor harus mempertimbangkan apakah ada benturan antara standar pelaporan keuangan
dan ketentuan tambahan yang ditetapkan. Jika terdapat benturan, auditor harus membahas
dengan menejemen dengan sifat ketentuan tambahanan dan menyepakati apakah ketentuan
tersebut dapat dipenuhi.

2. Kerangka pelaporan keuangan yang ditentukan oleh peraturan perundang-undangan.


Jika kerangka pelaporan keuangan tidak dapat diterima oleh auditor, tetapi sudah diatur
oleh peraturan perundang-undangan maka auditor harus menerima perikatan audit jika terdapat
beberapa kondisi, seperti adanya pengungkapan manajemen tentang tambahan dakam laporan
keuangan untuk menghidari laporan keuanagan yang menyesatkan,
Jika kondisi kondisi tersbut tidak adam maka auditor disyaratkan untuk melakuakn perikatan
audit, auditor harus mengevaluasi dampak sifat laporan keuangan yang menyesatkan dalam
laporan auditor dan mencakup pengacuan semestinya terhadap hal dalam ketentuan perikatan
audit.
3. Laporan auditor yang ditentukan oleh Peraturan Perundang-Undangan.
Jika laporan yang disusun Peraturan Perundang-Undangan berbeda dengan Standar audit,
maka auditor harus mengevaluasi apa pengguna laporan keuangan akan salah dalam memahami
asurans yang diperoleh atas laporan keuangan dan jika hal tersebut terjadi apa penjelasan
tambahan dalam laporan auditor mengurangi kemungkinan kesalahpahaman tersebut. Jika
terjadi kesalahpahaman, auditor tidak boleh menerima perikatan audit tersebut kecuali
disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, dengan konsekuensi auditor tidak
memasukkan pengakuan apapun dalam laporan keuangan.
STANDAR AUDIT (SA) 220
“Pengendalian Mutu Untuk Audit Atas Laporan Keuangan”

A. Ruang Lingkup
Standar audit 220 mengatur tanggung jawab tertentu auditor dalam memperhatikan prosedur
pengendalian mutu untuk audit atas laporan keuangan, mengatur, jika relevan tanggung jawab
penelaah pengendalian mutu perikatan.

B. Sistem Pengendalian Mutu dan Peran Tim Perikatan


Dalam sistem pengendalian mutu KAP, tim perikatan bertanggung jawab untuk menerapkan
prosedur pengendalian mutu yang dapat diterapkan terhadap perikatan audit dan memberikan
informasi yang relevan kepada KAP agar sistem pengendalian yang berhubungan dengan
independensi berfungsi. Tim perikatan berhak mengandalkan sistem pengendalian mutu KAP
kecuali jika informasinya menunjukkan yang sebaliknya.

C. Tujuan
Tujuan auditor ialah untuk mengimplementasikan prosedur pengendalian mutu pada tingkat
perikatan untuk memberikan keyakinan memadai bagi auditor.

D. Ketentuan
1. Tanggung Jawab Kepempimpinan atas Mutu Audit
Rekan perikatan harus bertanggung jawab atas keseluruhan mutu setiap perikatan audit yang
ditugaskan kepada rekan yang bersangkutan.

2. Ketentuan Etika yang Relevan


Independensi.Rekan perikatan menarik kesimpulan atas kepatuhan terhadap ketentuan
independensi yang berlaku dalam perikatan audit, sehingga perikatan audit harus
memperhatikan beberapa hal, seperti memperoleh informasi yang relevan dari KAP,
mengevaluasi informasi tentang oelanggaran yang teridentifikasi dan melakukan Tindakan
yang tepat dalam menghilangkan ancaman.

3. Penerimaan dan keberlanjutan Hubungan dengan Klien dan Perikatan Audit


Rekan perikatan dapat meyakini bahwa prosedur yang tepat akan penerimaan dan
keberlanjutan hubungan dengan klien dan perikatan audit telah diikuti. Jika mendapat informasi
yang bisa menolak perikatan audit, harus di komunikasikan dengan segera kepada KAP, agar
dapat melakukan tindakan.

4. Penugasan Tim Perikatan


Rekan perikatan harus yakin bahwa tim perikaran dan pakar auditor yang bukan bagian dari
tim memiliki kompetensi dan kemampuan dalam melaksanakan perikatan audir sesuai standar
profesi dan dapat menerbitkan laporan auditor sesuai dengan kondisinya.

5. Pelaksaan Perikatan
 Arah, Supervisi dan Pelaksanaan
Rekan perikatan bertanggung jawab akan arah,supervisi, pelaksaan perikatan audit sesuai
standar profesi dan laporan auditor yang sesuai kondisi.
 Penelahaan
Penelahaan yang dilakukan harus sesuai dengan kebijakan dan prosedur penelahaan
KAP. Rekan perikatan diyakinkan melalui suatu penelahaan atas dokumentasi audit dan
diskusi tim perikatan jika bukti audit cukup untuk mendukung kesimpulan dan laporan
auditor yang diterbitkan.
 Konsultasi
Rekan perikatan bertanggung jawab atas konsultasi yang tepat selama pelaksaan
perikatan baik sesame anggota tim atau dengan pihak lain. Rekan perikartan meyakini
sifat, ruang lingkup, serta kesimpulan dari konsultasi disetujui oleh pihak yang diminta
konsultasi dan telah diimplementasikan.
 Penelaah Pengendalian Mutu Perikatan
Untuk audit atas penerimaan emiten dan perikatan audit lain yang telah ditetapkan KAP
atas pengendalian mutunya, rekan perikatan menentukan bahwa penelaah pengendalian
mutu perikatan telah ditunjuk, mendiskusikan dengan penelaah mutu tentang hal
signifikan yang timbul karena perikatan dan tidak memberi tanggal laporan auditor
hingga penelaah pengendalian mutu perikatan telah selesai dilakukan. Penelaah
pengendalian mutu perikatan melaksanan evaluasi atas pertimbangan signifikan yang
dibuat oleh tim perikatan dan kesimpulan ditarik dalam memformulasikan laporan
auditor.
 Perbedaan pendapat
Jika terdapat perbedaan dengan pihak yang di konsultasi, maka tim mengikuti kebijakan
dan prosedur KAP.
6. Pemantauan
Sistem pengendalian mutu yang efektid terdapat proses pemantauan yang dirancang untuk
memberikan keyakinan memadai bagi KAP jika kebijakan dan prosedur relevan, memdai dan
beroperasi secara efektif.

7. Dokumentasi
Dokumentasi ditujukan kepada auditor dan penelaah pengendalian mutu perikatan. Auditor
harus memasukkan beberapa hal, seperti isu yang diidentifikasi berkaitan dengan kepatuhan
akan ketentuan etika yang relevan, kesimpulan tentang kepatuhan akan ketentuan independensi
yang berlaku, dan sebagainya. Bagi penelaah pengendalian, mendokumentasikan beberapa hal
diantaranya prosedur yang diharuskan oleh kebijakan KAP telah dilaksanakan, penelaah
pengendalian mutu perikatan telah selesai pada atau sebelum tanggal laporan auditor dan tidak
adanya hal yang belum diselesaikan.
STANDAR AUDIT (SA) 230
“Dokumentasi Audit”

A. Ruang Lingkup
Standar audit 230 berkaitan dengan kewajiban auditor dalam menyusun dokumentasi audit
untuk keperluan audit atas laporan keuangan. Lampiran pada standar audit ini memuat daftar SA
lain berisi panduan dan ketentuan spesifik tetapi tidak membatasi penerapan SA ini.

B. Sifat dan Tujuan Dokumentasi Audit


Dokumentasi memberikan bukti sebagaai dasar bagi auditor untuk menarik suatu kesimpulan
tentang pencapaian tujuan keseluruhan auditor dan bukti audit telah direncanakan dan
dilaksanakan sesuai dengan SA dan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku. Beberapa
tujuan dari dokumentasi audit ialah membantu tim perikatan untuk merencanakan dan melaksaan
audit, membantu anggota tim perikatan yang bertanggung jawab dalam supervise, memungkinkan
tim perikatan untuk mempertanggung jawabkan pekerjaan mereka, dan sebagainya.

C. Ketentuan
1. Penyiapan Dokumentasi Audit Tepat Waktu
Hal ini dapat membantu untuk meningkatkan kualitas audit dan memfasilitasi proses penelaah
dan pengevaluasian secara efektif bukti audit uanh diperoleh.
2. Pendokumentasian Prosedur Audit yang Telah Dilaksanaakn dan Bukti Audit yang Diperoleh
Auditor menyusun dokumentasi audit yang memadai sehingga auditor yang tidak memiliki
keterkaitan sebelumnya dengan audit dapat memahami sifat, saat dan luas prosedur audit yang
telah dilaksanakan, hasil dari prosedur audit tersebut dan bukti audit yang diperoleh dan hal
signifikan yang timbul selama proses audit.

Dokumentasi audir dapat dilakukan pada kertas atau media lainnya. Contoh dari dokumentasi
ialah program audit, analisis, memorandam isu, ikhtisar hal signifikan dan lainnya. Penjeleasan
secara lisan oleh auditor tidak menjadi pendukung untuk menarik kesimpulan tapi bisa digunakan
untuk menjelaskan tentang informasi yang tercantum dalam dokumentasi audit.

Dokumentasi audit memberikan bukti jika audit telah dilakukan sesuai dengan SA. Satu faktor
penting dalam menentukan bentuk, isi dan luas dokumentasi audit atas hal siginifikan adalah
luasnya pertimbangan professional yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan dan
pengevaluasian atas hasilnya. Pendokumentasian tersebut, jika signifikan dapat menjelaskan
kesimpulan auditor dan memperkuat kualitas pertimbangan.

3. Penyusunan Audit Final


Auditor menyusun dokumentasi audit dalam folder audit, melengkapi proses administrative
yang diperlukan dan tidak boleh menghapus atau membuang dokumentasi audit apapun sebelum
masa penyimpanan berakhir. Jika auditor perlu memodifikasi dokumentasi audit setelah
penyusunan folder audit final, maka auditor harus mendokumentasikan alas an spesifik melakukan
perubahan dan kapan & siapa yang melakukan perubahan dan menelaah perubahan tersebut
STANDAR AUDIT (SA) 240
“Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu Audit Atas Laporan Keuangan”

A. Ruang Lingkup
Standar audit (SA) ini berhubungan dengan tanggung jawab auditor terkait dengan kecurangan
dalam suatu audit laporan keuangan. SA ini memperluas tentang SA 315 dan SA 330.

B. Karekteristik Kecurangan
Kesalahan penyajian dalam laporan keuangan dapat timbul karena kecurangan atau kesalahan.
Faktor yang membedakannya ialah tindakan yang mendasarinya sehingga terjadinya kesalahan
penyajian dalam laporan keuangan. Auditor berkepentingan terhadap kecurangan yang
menyebabkan kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan. Ada dua tipe dalam
kesalahan penyajian, yaitu kesalahan yang timbul dari pelaporan keuangan yang mengandung
kecurangan dan kesalahan penyajian yang timbul karena perlakuan tidak semestinya terhadap
asset.

C. Tanggung Jawab Untuk Pencegahan dan Pendeteksian Kecurangan


Tanggung jawab utama untuk pencegahan dan pendektian kecurangan berada pada dua pihak
yaitu yang bertanggung jawab atas tata kelola entitas dan manajemen. Hal penting bagi kedua
pihak tersebut untuk menekankan pencegahan kecurangan yang dapat mengurangi peluang
terjadinya kecurangan dan pencegahan kecurangan. Dibutuhkan komitmen untuk menciptakan
budaya jujur dan perilaku etis yang dapat ditegakkan dengan pengawasan aktif oleh pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola.

Auditor yang melaksanakan audit berdasarkan SA bertanggung jawab untuk memperoleh


keyakinan memadai tentang laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari kesalahan penyajian
material yang disebabkan oleh kecurangan atau kesalahan. Ada risiko yang tidak terhindarkan
beberapa kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan mungkin tidak terdeteksi. Risiko
audit yang diakibatkan kecurangan oleh manajemenen lebih tinggi daripada yang dilakukan oleh
karyawan, karena manajemen dapat memanipulasi catatn akuntansi, menyajikan informasi
keuangan yang tidak benar, dan sebagainya. Sehingga auditor bertanggung jawab untuk menjaga
skeptisisme professional selama audit. Ketentuan SA ini untuk membantu auditor dalam
mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian tersebut.

D. Tujuan
Tujuan auditor ialah mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian material dalam
laporan keuangan karena kecurangan, mendapat bukti audit yang cukup dan tepat terkait penilaiian
risiko kesalahan penyajian material dan memberi respons tentang kecurangan selama audit.

E. Ketentuan
1. Skeptisisme professional
Berdasar SA 200, auditor harus mempertahankan skeptisisme professional sepanjang
audit,menyadari kemungkinan kesalahan penyajian material. Jika kondisi yang diidentifikasi
dalam audit menyebabkan auditor yakin dokumen tidak asli atau telah di modifikasi tapi tidak
diungkapkan kepadanya, auditor harus menginvestigasi lebih lanjut.

2. Pembahasan Diantara Tim Perikatan


Pembahasan menekankan tentang bagaimana dan dimana laporan keuangan entitas rentan
terhadap kesalahan penyajian material. Pembahasan yang terjadi, anggota tim perikatan
mengkesampingkan keyakinan bahwa manajemen dan pihak yang bertanggung jawab atas tata
kelola adalah jujur dan berintegritas.

3. Prosedur Penilaian Risiko dan Aktivitas Terkait


Ketika melaksanakan prosedur penilaian risiko dan aktivitas terkait, auditor harus
melaksanakan beberapa prosedur untuk memperoleh informasi dalam mengidentifikaasi risjko
keslaahan penyajian material. Auditor harus meminta keterangan dari manajemen tentang
penilaian manajemen tentang risiko kemungkinan terjadi kesalahan penyajian material akibat
kecurangan, proses dilakukan oleh manajemen untuk mengidentifikasi dan merespons risiko
kecurangan, komunikasi manajemen kepada pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola
terkait kecurangan dan komunikasi manajemen dengan karyawan tentang pandangan
manajemen terait praktik bisnis dan perilaku etika,

Untuk entitas yang memiliki audit internal, auditor harus meminta keterangan dari bagian
audit internal apakah mereka mengetahui tentang kecurangan actual, diduga dan dicurigai
berdampak pada entitas. Auditor haeus memperoleh pemahaman tentang pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola perusahaan melakukan pengawasan terhadap proses yang
diterapkan manajemen dalam mengidentifikasi kecurangan dalam entitas.

Selain itu, audior mengevaluasi apakah hubungan tidak biasa atau tidak terduga yang telah
diidentifikasi, terdapat kesalahan penyajian material serta auditor harus mempertimbangkan
informasi lain yang diperoleh apakah adanya risiko kesalahan penyajian material yang
diakibatkan oleh kecurangan.

4. Identifikasi dan Penilaian Risiko Kesalahan Penyajian Material yang Diakobatkan Oleh
Kecurangan
Ketika mengidentifikasi dan menilai risko keslaahan penyajian material yang diakibatkan
oleh kecurangan, auditor harus mengevaluasi tipe pendapatan, transaksi pendapatann, atau
asersi yang menimbulkan kecurangan. Auditor memperlakukan hasil penilaian risiko kesalahan
penyajian material karena kecurangan sebagai risiko signifikan sehingga auditor harus
memperoleh pemahaman tentang pengendalian entitas terkait.

5. Respons Terhadap Hasil Penilaian Risiko Kesalahan Penyajian Material yang Diakibatkan Oleh
Kecurangan
Mencakup pertimbangan tentang bagaimana pelaksanaan keseluruhan audit dapat
mencerminkan peningkatan skeptisisme prodesional, contohnya peningkatan kepekaan dalam
memilih sifar dan luas dokumentasi yang diperiksa dalam mendukung transaksi material.
Respons auditor terhadap hasil penilaian risiko terhadap kesalahan penyajian material yang
diakibatkan oleh kecurangan pada tingkat asersi mencakup :
 Sifat prosedur audit yang dilakukan membutuhkan perubahan
 Observasi fisik/inspeksi terhadap asset tertentu menjadi lebih penting
 Auditor dapat merancang prosedur untuk memperoleh informasi tambahan yang
menguatkan
 Waktu pelaksaan prosedur subtantif perlu dimodifikasi
 Luasnya prosedur yang diterapkan mencerminkan penilaian risiko kesalahan penyajian
material yang diakibatkan oleh kecurangan

6. Pengevaluasian Terhadap Bukti Audit


Audior mengevaluasi apakah prosedur analitis yang dilaksanakan berdekatan dengan akhir
audit, ketika membentuk kesimpulan secara keseluruhan tentang apakah laporan keuangan
konsisten dengan pemahaman auditor atas entitas. Ijka auditor mengidentifikasi kesalahan
penyajian, auditor harus mengevaluasi apa kesalahan penyajian tersebut mengidentifikasikan
suatu kecurangan. Jika ada, auditor harus mengevaluasi dampake kesalahan penyajian tersebut
dalam kaitan dengan aspek audit.

7. Auditor Tidak Dapat Melanjutkan Perikatan


Akibat kesalahan penyajian yang disebabkan oleh kecurangan atau dugaan kecurangan,
auditor harus menentukan tanggung jawab profesiona;dan hukum yang berlaku dalam kondisi
tersebut, mempertimbangkan apakah sudah tepat untuk menarik diri dari perikatan, jika auditor
menarik diri maka auditor harus membahas dengan tingkat manajemen yang tepat dan pihak
yang bertanggung jawab atas tata kelola perusahaan serta menentukan apa ada ketentuan
professional atau hukum untuk melapor.

8. Respresentasi Tertulis
SA menetapkan ketentuan dan menyediakan panduan untuk mendapatkan representasi yang
tepat dari manajemen dan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola. Selain pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola, auditor telah mengidentifikasi atau menduga adanya
kecurangan yang melibatkan manajemen, karyawan yang memiliki peran penting dalam
pengendalian internal dan karyawan lainnya yang bisa membuat kecurangan mungkin
berdampak material terhadap laporan keuangan, maka auditor mengkomunikasikan tepat waktu
kepada pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola.

9. Komunikasi kepada Badan Pengatur dan Penegak Hukum


Jika auditor telah mengidentifikasi adanya kecurangan, maka auditor menentukan auditor
mempunya tanggung jawab untuk melaporkan kejadian kepada pihak diluar entitas.

10.Dokumentasi
Dalam pemahaman auditor tentang entitas serta penilaian risiko kesalahan, dalam
dokumentasi auditor memasukan keputusan signifikan yang dicapai selama pembahasan
dianatara tim terkait dengan dugaan kesalahan material dan risiko kesalahan penyajian material
yang telah diidentifikasi karena kecurangan pada tingkat laporan keuangan dan asersi. Auditor
juga memasukkan komunikasi tentang kecurangan yang dilakukan manajemen, pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola, dan pihak lain dalam dokumentasi audit. Jika auditor telah
menyimpulkan dugaan adanya risiko kesalahan penyajian material karena kecurangan terkait
pengakuan pendapatan tidak dapat berlaku dalam kondisi perikatan, maka dicantumkan dalam
dokumentasi audit dengan alasan yang mendasari kesimpulan.
STANDAR AUDIT (SA) 250
“Pertimbangan Atas Peraturan Perundang-Undangan dalam Audit Atas Laporan Keuangan”

A. Ruang Lingkup
Standar audit (SA) mengatur tentang bagaimana seorang auditor bertanggung jawab
mempertimbangkan peraturan perundang-undangan atas laporan keuangan, dan SA tidak berlaku
bagi perikatan assurance lainnya.
B. Dampak Peraturan Perundang-Undangan
Peraturan perundang-undangan merupakan peraturan yang harus dipatuhi oleh manajemen
untuk mengatur etinitas dalam menjalankan bisnisnya. Peraturan ini bersifat mengikat namun tidak
berdampak langsung terhadap etinitas yang lain. Ketidakpatuhan pada peraturan perundang-
undangan ini dapat mengakibatkan denda, litigasi atau konsekuensi lain. Maka dari itu manajemen
bertanggung jawab atas tata kelola untuk memastikan operasi etinitas dijalankan berdasarkan
ketentuan perundang-undangan.
C. Tanggung Jawab untuk Mematuhi Peraturan Perundang-Undangan
Ketentuan yang terdapat pada standar audit membantu auditor mengidentifikasi kesalahan
penyajian laporan keuangan yang disebabkan oleh peraturan perundang-undangan. Auditor
bertanggung jawab secara keseluruhan bebas dari kesalahan penyajian material baik dalam berupa
kecurangan maupun kesalahan dengan mempertimbangkan ketentuan perundang-undangan
tersebut. Namun walaupun audit sudah dilaksanakan secara SA yang benar, terdapat resiko yang
tidak dapat dihindari dalam kesalahan penyajian material yang disebabkan beberapa alasan
berikut:

 Banyaknya peraturan perundang-undangan yang secara prinsip berhubungan dengan aspek


operasi etinitas namun tidak berdampak terhadap laporan keuangan secara umum
 Ketidakpatuhan dapat melibatkan perilaku yang disengaja untuk menutupi ketidakpatuhan
tersebut, seperti kolusi, pemalsuan, kesengjaan untuk tidak mencatat transaksi, kesengajaan
manajemen untuk mengabaikan pengendalan yang ada atau pernyataan salah yang secara
sengaja dibuat untuk auditor
 Keputusan atas ketidakpatuhan tersebut akhirnya merupakan sebuah hal yang diputuskan
hukum oleh pengadilan
Kategori peraturan perundang-undangan yang dibedakan oleh SA adalah:
a. Ketetuan peraturan perundang-undangan yang secara umum berdampak langsung dalam
menentukan jumlah dan pengungkapan material dalam laporan keuangan
b. Peraturan perundang-undangan yang tidak berdampak secara langsung terhadap menentukan
jumlah dan pengungkapan material dalam laporan keuangan namun kepatuhannya
merupakan bagian penting dalam aspek operasi bisnis
SA mempertimbangkan agar auditor diharuskan agar selalu waspada tentang kemungkinan
prosedur audit lain yang diterapkan untuk tujuan menyatakan opini atas laporan keuangan sebagai
contoh ketidakpatuhan yang terjadi atau diduga terjadi. Berlaku efektifnya SA ini dimulai pada
atau setelah tanggal 1 Januari 2013 (untuk Emiten) atau 1 Januari 2014 (untuk etinitas selain
emiten)
D. Tujuan
Tujuan auditor adalah memperoleh bukti audit yang cukup terkait dengan kepatuhan terhadap
ketentuan dalam peraturan perundang-udangan, melaksanakan prosedur audit tertentu untuk
mengungkapkan adanya ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan merespons
adanya ketidakpatuhan atau dugaan ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan
dengan identifikasi audit secara tepat.

E. Ketenteuan
1. Pertimbangan Auditor atas Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-Undangan
Terdapat beberapa aturan SA yang harus dipahami oleh seorang auditor, diantaranya
kerangka peraturan perundang-undangan yang berlaku bagi etinitas dan industri atau sector
yang etinitas beroperasi di dalamnya dan bagaimana etinitas mematuhi kerangka tersebut.
Auditor harus melaksanakann prosedur audit untuk membantu dalam menemukan kejadian
yang berdampak material terhadap laporan keuangan, diantaranya meminta keterangan kepada
manajemen (juga pihak-pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola) terkait tingkat
kepatuhan etinitas terhadap peraturan perundang-undangan tersebut dan menginspeksi
korespondensi dengan pihak berwenang yang menerbitkan izin atau peraturan.
Selama proses audit, auditor harus tetap waspada terhadap adanya kemungkinan bahwa
melalui penerapan prosedur audit lain ketidakpatuhan terhadap perundang-undangan dapat
terjadi. Auditor harus meminta kepada manajemen untuk memberikan representasi tertulis
bahwa mereka telah mengungkapkan ketidakpatuhan yang terjadi, dampaknya harus
dipertimbangkan saat penyusunan laporan keuangan. Jika auditor mengetahui informasi
ketidakpatuhan tersebut, auditor harus memperoleh pemahaman sifat ketidakpatuhan dan
informasi lebih lanjut untuk mengevaluasi dampak yang mungkin terjadi terhadap laporan
keuangan. Lalu jika auditor menduga kemungkinan adanya ketidakpatuhan, maka harus dibahas
dengan manajemen dan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola. Namun ketika pihak-
pihak tersebut tidak dapat memberikan informasi, maka auditor harus mempertimbangkan
keputusan untuk memperoleh advice hokum. Jika informasi tentang ketidakpatuhan tersebut
tidak cukup, maka auditor harus mengevaluasi dampak tidak memadainya bukti audit tersebut
terhadap opini auditor termasuk penilaian risiko yang dilakukan auditor dan kendalanya
representasi tertulis serta mengambil tindakan yang semestinya
2. Prosedur Audit Saar Ketidakpatuhan Teridentifikasi atau Diduga Terjadi
Jika auditor menduga terjadi ketidakpatuhan, maka auditor harus membahasnya dengan
manajemen dan jika relevan, dengan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola. Jika
informasi tentang dugaan tersebut tidak cukup diperolehm auditor mengevalusi dampak tidak
memadainya bukti audit yang cukup terhadap opini auditor.

3. Pelaporan atas Ketidakpatuhan yang Diidentifikasi atau Diduga Terjadi


Tanggung jawab hukum auditor bervariasi sesuai dengan yurisdiksi dan dalam kondisi
tertentu tanggung jawab untuk menjaga kerahasian dikesampingkan oleh peraturan yang
berlaku. Dalam beberapa yurisdiksi, auditor wajib untuk melaporkan kesalahan penyajian
kepada otoritas bila manajemen dan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola gagal
melakukan perbaikan, dan auditor bisa meminta advis hukum dalam menentukan Tindakan
yang akan diambil.

penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan

Anda mungkin juga menyukai