Anda di halaman 1dari 347

AAEP 2

Riki Halim
SA 200 – Tujuan Keseluruhan Audit

 Tujuan suatu audit adalah untuk meningkatkan tingkat keyakinan pengguna


laporan keuangan yang dituju. Hal ini dicapai melalui pernyataan suatu opini
oleh auditor tentang apakah laporan keuangan disusun, dalam semua hal yang
material, sesuai dengan suatu kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.
 Kegagalan untuk Mencapai Suatu Tujuan: Ketika suatu tujuan dalam suatu SA
yang relevan tidak dapat dicapai, auditor harus mengevaluasi apakah hal ini
menghalangi auditor untuk mencapai tujuan keseluruhan auditor dan oleh
karena itu, mengharuskan auditor, berdasarkan SA, untuk memodifikasi opini
auditor atau menarik diri dari perikatan (jika penarikan diri dimungkinkan
oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku).
 Oleh karena opini auditor berhubungan dengan laporan keuangan secara
keseluruhan, auditor tidak bertanggung jawab untuk mendeteksi kesalahan
penyajian yang tidak material terhadap laporan keuangan secara keseluruhan.
 Opini auditor atas laporan keuangan menyatakan apakah laporan keuangan
disusun dalam semua hal yang material, sesuai dengan kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku.
 Laporan keuangan dapat disusun sesuai dengan suatu kerangka pelaporan
keuangan yang didesain untuk memenuhi:
 Tujuan Umum
 Tujuan Khusus
 Sumber-sumber lain dapat menyediakan panduan atas penerapan kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku mencakup:
 Lingkungan hukum dan etika, termasuk statuta, regulasi, keputusan pengadilan,
dan kewajiban etika profesi dalam hubungannya dengan hal akuntansi;
 Intepretasi akuntansi dari badan yang berwewenang dan regulator
 Pandangan-pandangan tentang isu akuntansi terkini dari badan berwenang
 Praktik umum dan industri yang diakui secara luas dan lazim
 Literatur akuntansi.
ketika terdapat konflik di antara berbagai sumber-sumber yang mencakup kerangka
pelaporan keuangan, sumber dengan kewenangan tertinggi menjadi sumber yang harus
digunakan.
Skeptisisme Profesional

 Skeptisisme profesional mencakup kewaspadaan terhadap, sebagai contoh:


 Bukti audit yang bertentangan dengan bukti audit lain yang diperoleh.
 Informasi yang memunculkan pertanyaan tentang keandalan dokumen dan respons
terhadap permintaan keterangan yang digunakan sebagai bukti audit.
 Keadaan yang mengindikasikan adanya kemungkinan kecurangan.
 Kondisi yang menunjukkan perlunya prosedur audit tambahan
 Mempertahankan skeptisisme profesional selama audit diperlukan jika auditor berusaha
untuk, menurunkan risiko atas, sebagai contoh:
 Kegagalan dalam melihat kondisi yang tidak biasa.
 Terlalu menggeneralisasi ketika menarik kesimpulan dari observasi audit.
 Penggunaan asumsi yang tidak tepat dalam penentuan sifat, saat, dan luas prosedur audit serta
pengevaluasian atas hasilnya.
Pertimbangan Profesional

 Pertimbangan profesional diperlukan terutama dalam membuat keputusan


tentang:
 Materialitas dan risiko audit.
 Sifat, saat, dan luas prosedur audit
 Evaluasi bukti audit
 Evaluasi pertimbangan manajemen
 Penarikan kesimpulan bukti audit
 Risiko kesalahan penyajian material dapat terjadi pada dua tingkat:
 Tingkat laporan keuangan secara keseluruhan
 Tingkat asersi untuk golongan transaksi, saldo akun, dan pengungkapan.
Risiko kesalahan penyajian material pada tingkat laporan keuangan secara keseluruhan
mengacu pada risiko kesalahan penyajian material yang berdampak luas (pervasif)
terhadap laporan keuangan secara keseluruhan dan berpotensi memengaruhi banyak
asersi.

Risiko kesalahan penyajian material pada tingkat asersi dinilai untuk menentukan
sifat, saat, dan luas prosedur audit yang diperlukan untuk memeroleh bukti audit yang
cukup dan tepat.
Risiko Deteksi

Meningkatkan keefektivitasan prosedur audit:

 perencanaan yang memadai;


 penugasan personel yang tepat ke dalam tim perikatan;
 penerapan skeptisisme profesional; dan
 supervisi dan penelaahan atas pekerjaan audit yang telah dilaksanakan,
Keterbatasan Inheren dalam suatu Audit

 Sifat pelaporan keuangan; Penyusunan laporan keuangan melibatkan


pertimbangan oleh manajemen
 Sifat Prosedur Audit;
 Terdapat kemungkinan bahwa manajemen atau pihak lain tidak memberikan, baik
disengaja maupun tidak disengaja, informasi lengkap yang relevan
 Kecurangan dapat melibatkan skema yang canggih dan terorganisasi secara rapi
 Kebutuhan agar audit dilaksanakan dalam jangka waktu dan biaya yang wajar
SA 210_perikatan audit

 Prakondisi untuk Suatu Audit:


 apakah kerangka pelaporan keuangan yang berlaku dalam penyusunan laporan keuangan dapat
diterima;
 manajemen mengakui dan memahami tanggung jawab atas laporan keuangan dan internal
control
 Akses Informasi
 Pembatasan atas Ruang Lingkup Sebelum Penerimaan Perikatan Audit: Ketika manajemen
atau pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola menetapkan suatu pembatasan
terhadap ruang lingkup pekerjaan auditor yang harus dicantumkan dalam surat perikatan
audit dan pembatasan tersebut akan menyebabkan auditor tidak dapat menyatakan
pendapat atas laporan keuangan, auditor tidak boleh menerima perikatan tersebut sebagai
perikatan audit, kecuali jika diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan.
 Auditor tidak boleh menerima perikatan jika prakondisi audit tidak terpenuhi
surat perikatan audit

 Tujuan dan ruang lingkup audit atas laporan keuangan


 Tanggung jawab auditor;
 Tanggung jawab manajemen;
 Identifikasi kerangka pelaporan keuangan yang berlaku dalam penyusunan
laporan keuangan;
 Pengacuan pada bentuk dan isi laporan yang akan diterbitkan oleh auditor;
dan
 Suatu pernyataan bahwa terdapat kondisi tertentu yang bentuk dan isi
laporannya mungkin berbeda dengan yang diharapkan.
Penentuan Keberterimaan Kerangka
Penyusunan Laporan Keuangan
 Sifat entitas (bisnis, sector public, nirlaba)
 Tujuan laporan keuangan (Umum atau spesifik)
 Sifat laporan keuangan (satu set atau tunggal)
 Apakah peraturan perundang-undangan menentukan kerangka penyusunan
laporan keuangan yang harus digunakan.
Bentuk dan Isi Surat Perikatan Audit

 Penjelasan ruang lingkup audit


 Bentuk komunikasi
 Komunikasi hal audit utama
 Keterbatasan inheren audit
 Perencanaan, pelaksanaan, komposisi tim audit
 Akses informasi dan representasi tertulis
 Basis penentuan fee
 Permintaan persetujuan
 Pengaturan keterlibatan dengan auditor pendahulu, auditor internal, pakar
 Kesepakatan tambahan antara auditor dengan entitas
 Batasan kewajiban auditor ketika terdapat kemungkinan tersebut
 Kewajiban untuk menyediakan kertas kerja audit untuk pihak lain.
Audit terhadap komponen

 surat perikatan audit terpisah kepada komponen mencakup hal berikut ini:
 Siapa yang menunjuk auditor komponen
 Apakah laporan audit terpisah harus diterbitkan untuk setiap komponen
 Ketentuan hukum dalam kaitannya dengan penunjukkan audit;
 Tingkat kepemilikan oleh induk entitas; dan
 Tingkat independensi manajemen komponen terhadap induk entitas
Audit berulang

 beberapa faktor yang menyebabkan perlunya revisi atas surat perikatan audit,
antara lain untuk memperbaiki ketentuan perikatan audit atau untuk
mengingatkan klien tentang hal-hal sebagai berikut:
 Adanya indikasi bahwa entitas salah dalam memahami tujuan dan ruang lingkup
audit.
 Adanya perubahan signifikan seperti perubahan manajemen senior, kepemilikan,
ketentuan hukum, kerangka laporan keuangan, sifat dan ukuran bisnis
SA 210_perikatan audit

 Audit Berulang
Dalam audit berulang, auditor harus menilai apakah terdapat kondisi yang
memerlukan suatu revisi terhadap ketentuan perikatan audit dan apakah perlu
mengingatkan entitas tentang ketentuan perikatan audit yang masih berlaku.
 Penerimaan Perubahan dalam Ketentuan Perikatan Audit
Auditor tidak boleh menyepakati perubahan dalam ketentuan perikatan audit
jika tidak terdapat justifikasi yang memadai untuk melakukan perubahan
tersebut, terutama ketika sebelum penyelesaian perikatan audit, auditor diminta
untuk mengubah perikatan audit tersebut menjadi suatu perikatan yang
memberikan tingkat asurans yang lebih rendah, auditor harus
mempertimbangkan apakah terdapat justifikasi yang memadai untuk melakukan
perubahan tersebut.
SA 210_perikatan audit

 Ketika ketentuan perikatan audit diubah, auditor dan manajemen harus


sepakat atas ketentuan baru tersebut dan mencatatnya ke dalam suatu surat
perikatan baru atau bentuk kesepakatan tertulis lain yang sesuai.
 Ketika auditor tidak dapat menyepakati perubahan dalam ketentuan
perikatan audit dan manajemen tidak mengizinkan auditor untuk melanjutkan
perikatan audit semula, auditor harus:
 Menarik diri dari perikatan audit
 Menentukan apakah terdapat kewajiban, baik kontraktual maupun dalam bentuk
lainnya, untuk melaporkan kondisi tersebut kepada pihak lain, seperti pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola entitas, pemilik, atau regulator
 Permintaan entitas yang ditujukan kepada auditor untuk mengubah ketentuan
perikatan audit dapat terjadi sebagai akibat dari perubahan kondisi yang
memengaruhi kebutuhan jasa audit, kesalahpahaman tentang sifat audit seperti yang
disepakati pada awalnya, atau adanya pembatasan ruang lingkup perikatan audit, baik
yang dilakukan oleh manajemen maupun yang disebabkan oleh kondisi.
 Perubahan kondisi yang berdampak terhadap ketentuan entitas atau kesalahpahaman
tentang sifat jasa seperti yang disepakati pada awalnya dapat dipandang sebagai
suatu basis yang memadai untuk meminta perubahan dalam surat perikatan audit.
 Sebaliknya, suatu perubahan dipandang tidak memadai jika perubahan yang diminta
oleh entitas berkaitan dengan informasi yang tidak benar, tidak lengkap, atau tidak
memuaskan. Sebagai contoh, jika dalam perikatan audit, auditor tidak dapat
memeroleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang piutang dan kemudian klien
meminta untuk mengubah perikatan ke perikatan reviu untuk menghindari opini wajar
dengan pengecualian atau opini tidak menyatakan pendapat.
 Ketika auditor berkesimpulan bahwa terdapat alasan yang memadai untuk
mengubah perikatan audit menjadi perikatan reviu atau perikatan selain
asurans, pekerjaan audit yang telah dilaksanakan hingga tanggal pengubahan
perikatan mungkin relevan dengan perikatan yang berubah; namun, pekerjaan
yang perlu dilaksanakan dan laporan yang akan diterbitkan harus berdasarkan
perikatan baru tersebut. Untuk menghindari kerancuan pembaca laporan,
laporan untuk perikatan selain asurans tidak boleh mengacu pada:
 Perikatan audit sebagaimana yang disepakati pada awalnya; atau
 Setiap prosedur yang mungkin telah dilaksanakan dalam perikatan audit
sebagaimana yang disepakati pada awalnya, kecuali perikatan audit diubah menjadi
perikatan prosedur yang disepakati, dan oleh karena itu, pengacuan pada prosedur
yang dilaksanakan merupakan bagian yang normal dari laporan akuntan.
SA 230 - Dokumentasi

 Fungsi dokumentasi:
 Bukti sebagai basis bagi auditor untuk menarik suatu kesimpulan tentang pencapaian tujuan
keseluruhan auditor1; dan
 Bukti bahwa audit telah direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan SA dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
 Memungkinkan tim perikatan untuk mempertanggungjawabkan pekerjaan mereka.
 Membantu anggota tim perikatan yang bertanggung jawab dalam supervisi
 Menyimpan catatan atas hal-hal signifikan yang berkelanjutan untuk audit di masa yang
akan datang.
 Memungkinkan dilaksanakannya penelaahan dan inspeksi atas pengendalian mutu sesuai
dengan SPM 13 atau ketentuan setara lainnya.
 Memungkinkan dilaksanakannya inspeksi eksternal sesuai dengan peraturan perundang-
undangan atau ketentuan lain yang berlaku.
 Dalam mendokumentasikan sifat, saat, dan luas 1 prosedur audit yang
dilaksanakan auditor harus mencantumkan:
 Karakteristik yang diidentifikasi dan diuji
 Siapa yang melaksanakan pekerjaan audit tersebut dan tanggal pekerjaan tersebut
diselesaikan;
 Siapa yang menelaah pekerjaan audit tersebut serta tanggal dan luas penelaahan
yang dilaksanakan
Hal-Hal yang Terjadi Setelah Tanggal
Laporan Auditor
 auditor harus mendokumentasikan hal-hal berikut ini:
 Kondisi yang dihadapi tersebut;
 Prosedur audit baru atau tambahan yang dilaksanakan, bukti audit yang diperoleh,
dan kesimpulan yang ditarik, serta pengaruhnya terhadap laporan auditor; dan
 Kapan dan oleh siapa perubahan atas dokumentasi audit dilakukan dan ditelaah.
Bentuk, Isi, dan Luas Dokumentasi Audit

 Bentuk, isi, dan luas dokumentasi audit bergantung pada faktor-faktor berikut
ini:
 Ukuran dan kompleksitas entitas.
 Sifat prosedur audit yang akan dilaksanakan.
 Risiko kesalahan penyajian material yang diidentifikasi
 Signifikansi bukti audit yang diperoleh.
 Sifat dan luas penyimpangan yang diidentifikasi.
 Kebutuhan untuk mendokumentasikan suatu kesimpulan atau basis untuk suatu
kesimpulan yang belum dapat ditentukan dengan segera dari dokumentasi
pekerjaan audit yang dilaksanakan atau bukti audit yang diperoleh.
 Metodologi dan perangkat audit yang digunakan.
 Contoh-contoh dokumentasi audit mencakup:
 Program audit.
 Analisis.
 Memorandum isu.
 Ikhtisar hal-hal signifikan
 Surat konfirmasi dan surat representasi.
 Ceklis.
 Korespondensi (termasuk email) tentang hal-hal signifikan.
Batas waktu yang tepat untuk menyelesaikan proses pengumpulan dokumentasi audit
final adalah tidak lebih dari 60 hari setelah tanggal laporan auditor dan wajib
disimpan minimal 5 tahun.
SA 240 FRAUD

 Respons terhadap Risiko Kesalahan Penyajian Material yang Telah Dinilai yang
Disebabkan oleh Kecurangan:
Respon keseluruhan:
 Menugasi dan mengawasi personel yang kompeten
 Mengevaluasi apakah pemilihan dan penerapan kebijakan akuntansi oleh entitas,
terutama yang berkaitan dengan pengukuran transaksi yang subjektif dan transaksi
yang kompleks, dapat mengindikasikan adanya pelaporan keuangan yang
mengandung kecurangan sebagai akibat dari usaha manajemen untuk mengelola
laba; dan
 Memasukkan unsur yang tidak dapat diprediksi dalam pemilihan sifat, saat, dan luas
prosedur audit
SA 240 FRAUD
 Pengevaluasian terhadap Bukti Audit
 Auditor harus mengevaluasi apakah prosedur analitis yang dilaksanakan berdekatan dengan akhir audit, ketika
membentuk kesimpulan secara keseluruhan tentang apakah laporan keuangan konsisten dengan pemahaman
auditor atas entitas, mengindikasikan risiko kesalahan penyajian material yang disebabkan oleh kecurangan yang
tidak disadari sebelumnya.
 Ketika auditor mengidentifikasi suatu kesalahan penyajian, auditor harus mengevaluasi apakah kesalahan penyajian
tersebut mengindikasikan suatu kecurangan. Jika terdapat indikasi seperti itu, auditor harus mengevaluasi dampak
kesalahan penyajian tersebut dalam kaitannya dengan aspek-aspek audit lainnya, terutama terhadap keandalan
representasi manajemen, dengan menyadari bahwa kecurangan tidaklah mungkin merupakan suatu kejadian yang
berdiri sendiri.
 Ketika auditor mengidentifikasi adanya kesalahan penyajian, baik material maupun tidak, dan auditor memiliki
alasan untuk mempercayai bahwa itu mungkin merupakan atau akibat dari kecurangan dan bahwa manajemen
(terutama manajemen senior) terlibat didalamnya, auditor harus mengevaluasi ulang penilaian risiko kesalahan
penyajian material yang disebabkan oleh kecurangan dan dampaknya terhadap sifat, saat, dan luas prosedur audit
untuk merespons risiko yang telah ditentukan tersebut. Auditor juga harus mempertimbangkan apakah keadaan
atau kondisi mengindikasikan adanya kemungkinan kolusi yang melibatkan karyawan, manajemen, atau pihak
ketiga ketika mempertimbangkan kembali keandalan bukti audit yang sebelumnya diperoleh.
 Ketika auditor mengonfirmasikan bahwa, atau tidak dapat menyimpulkan tentang apakah, laporan keuangan
mengandung kesalahan penyajian material yang disebabkan oleh kecurangan, auditor harus mengevaluasi
dampaknya terhadap audit.
SA 240 FRAUD
 Ketika, sebagai akibat kesalahan penyajian yang disebabkan oleh kecurangan atau dugaan
kecurangan, auditor menghadapi keadaan luar biasa yang menyebabkan kemampuan auditor untuk
melanjutkan pelaksanaan audit dipertanyakan, maka auditor harus:
 Menentukan tanggung jawab profesional dan hukum yang dapat berlaku dalam kondisi tersebut, termasuk
apakah terdapat ketentuan bagi auditor untuk melapor kepada individu atau kelompok individu yang
membuat perjanjian audit atau, dalam beberapa kasus, kepada regulator
 Mempertimbangkan apakah sudah tepat untuk menarik diri dari perikatan
 Jika auditor menarik diri dari perikatan, auditor harus:
 Membahas dengan tingkat manajemen yang tepat dan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola
 Menentukan apakah terdapat ketentuan profesional atau hukum untuk perjanjian audit atau, dalam beberapa kasus,
kepada regulator tentang penarikan diri auditor dari perikatan dan alasannya.
SA 240 FRAUD

 Pelaporan atas Kecurangan kepada Otoritas yang Tepat di Luar Entitas


Ketika auditor telah mengidentifikasi atau menduga adanya suatu kecurangan,
auditor harus menentukan apakah peraturan perundang-undangan atau
ketentuan etika yang relevan:
 Mengharuskan auditor untuk melaporkannya kepada otoritas yang tepat di luar
entitas.
 Menentukan apakah tanggung jawab untuk melaporkannya kepada otoritas yang
tepat di luar entitas sudah tepat sesuai dengan kondisinya.
SA 240 FRAUD
 Respons terhadap Risiko Kesalahan Penyajian Material yang Telah Dinilai yang Disebabkan oleh
Kecurangan:
 Respon Keseluruhan
 Peningkatan kepekaan dalam memilih sifat dan luas dokumentasi yang diperiksa dalam mendukung transaksi-
transaksi material.
 Peningkatan pengakuan tentang perlunya untuk mengoroborasi penjelasan atau representasi manajemen tentang hal-
hal yang material.
 menugaskan personel tambahan dengan keahlian dan pengetahuan khusus
 Memasukkan unsur tidak dapat diprediksi dalam pemilihan sifat, saat, dan luas prosedur audit yang akan
dilaksanakan
SA 240 FRAUD

 Respons terhadap Risiko Kesalahan Penyajian Material


yang Telah Dinilai yang Disebabkan oleh Kecurangan:
 Respon tingkat asersi
 Sifat prosedur audit yang dilaksanakan mungkin membutuhkan perubahan dalam memeroleh bukti audit
yang lebih dapat diandalkan dan relevan atau untuk memeroleh informasi tambahan yang dapat
mengoroborasikan seperti observasi, inspeksi, penggunaan TAABK, konfirmasi
 Saat pelaksanaan prosedur substantif mungkin perlu dimodifikasi yaitu saat akhir periode
 Luasnya prosedur yang diterapkan mencerminkan penilaian risiko kesalahan penyajian material yang
disebabkan oleh kecurangan. Sebagai contoh peningkatan ukuran sampel, atau melaksanakan prosedur
analitis secara lebih rinci dapat lebih tepat. Begitu juga, teknik audit berbantuan komputer, dapat
memungkinkan pengujian transaksi elektronik dan arsip akun secara lebih luas.
SA 240 FRAUD

 Pengevaluasian terhadap Bukti Audit bersifat kualitatif, berdasarkan


pertimbangan professional, tidak terpengaruh oleh materialitas
 Oleh karena kecurangan melibatkan segitiga fraud, suatu kejadian kecurangan
tidak mungkin merupakan suatu kejadian yang terisolasi. Dengan demikian,
kesalahan penyajian, seperti sejumlah kesalahan penyajian pada suatu lokasi
tertentu walaupun efek kumulatifnya tidak material, dapat merupakan
indikasi risiko kesalahan penyajian material yang disebabkan oleh
kecurangan.
SA 240 FRAUD

 Contoh kondisi penyimpangan yang dapat terjadi dan dapat mempertanyakan kemampuan
auditor untuk melanjutkan pelaksanaan audit mencakup:
 Entitas tidak melakukan tindakan yang tepat atas kecurangan yang dipandang perlu oleh auditor dalam
kondisi tersebut, bahkan ketika kecurangan tersebut tidak material terhadap laporan keuangan;
 Pertimbangan auditor atas risiko kesalahan penyajian material yang disebabkan oleh kecurangan dan
hasil pengujian audit mengindikasikan risiko signifikan atas kecurangan yang bersifat material dan
berdampak luas; atau
 Auditor memiliki kepedulian signifikan atas kompetensi atau integritas manajemen atau pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola.
Mengingat sifat kondisi yang menyimpang dan kebutuhan untuk mempertimbangkan ketentuan hukum,
auditor dapat mempertimbangkan bahwa mencari advis hukum merupakan hal yang tepat ketika
memutuskan apakah akan menarik diri dari perikatan dan dalam menentukan tindakan yang tepat,
termasuk kemungkinan untuk melaporkannya kepada pemegang saham, regulator, atau pihak lainnya.
Dalam banyak kasus dalam sektor publik, pilihan untuk menarik diri dari perikatan mungkin tidak tersedia
bagi auditor karena sifat pertimbangan mandat atau kepentingan publik.
SA - FRAUD

 Komunikasi kepada Manajemen


 Ketika auditor telah memeroleh bukti telah atau kemungkinan terjadinya kecurangan
adalah penting untuk menyampaikan hal tersebut kepada tingkatan manajemen yang
tepat sesegera mungkin. Hal ini dilakukan bahkan jika hal yang ingin disampaikan
tersebut tidak berdampak.
 Komunikasi kepada Pihak yang Bertanggung Jawab atas Tata Kelola
 Komunikasi auditor dengan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola dapat dilakukan secara lisan
atau tertulis. Karena sifat dan sensitivitas dari kecurangan yang melibatkan manajemen senior, atau
kecurangan yang mengakibatkan kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan, auditor
melaporkan hal tersebut secara tepat waktu dan dapat mempertimbangkan perlunya untuk melaporkan
hal tersebut secara tertulis.
 Dalam kondisi luar biasa, yaitu ketika auditor memiliki keraguan atas integritas atau kejujuran manajemen
atau pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola, auditor dapat menganggap tepat untuk meminta advis
hukum untuk membantunya dalam menentukan tindakan yang tepat.
 INDIKASI FRAUD BISA DILIHAT DI LAMPIRAN SA
 contoh pihak-pihak lain dalam entitas yang dapat dimintai keterangan secara
langsung oleh auditor mengenai keberadaan atau adanya dugaan kecurangan
mencakup:
 Personel operasi yang tidak terlibat secara langsung dalam proses pelaporan
keuangan.
 Karyawan dengan tingkat wewenang yang berbeda.
 Karyawan yang terlibat dalam inisiasi, pemrosesan, atau pencatatan transaksi yang
rumit atau tidak biasa dan pihak yang mengawasi atau memantau karyawan
tersebut.
 Penasihat hukum internal entitas.
 Direktur etika atau pihak yang setara.
 Pihak-pihak yang bertanggung jawab dalam menghadapi dugaan kecurangan.
SA 250-Peraturan UU

Auditor harus memeroleh bukti audit yang cukup dan tepat mengenai kepatuhan terhadap
ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang secara umum berdampak langsung
terhadap penentuan angka dan pengungkapan material dalam laporan keuangan.

Auditor harus melaksanakan prosedur audit berikut ini untuk membantu dalam mengidentifikasi
adanya ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan lain yang dapat berdampak
material terhadap laporan keuangan:
 Meminta keterangan kepada manajemen dan, jika relevan, kepada pihak yang bertanggung jawab
atas tata kelola, mengenai tingkat kepatuhan entitas terhadap peraturan perundang-undangan
tersebut; dan
 Menginspeksi korespondensi, jika relevan, dengan pihak berwenang yang menerbitkan izin atau
peraturan.
Dalam kondisi tanpa adanya ketidakpatuhan yang diidentifikasi atau diduga terjadi, auditor tidak diharuskan
untuk melaksanakan prosedur audit mengenai kepatuhan entitas terhadap peraturan perundang-undangan.
SA 250-Peraturan UU

Prosedur Audit Ketika Ketidakpatuhan Diidentifikasi atau Diduga Terjadi:


Ketika auditor menyadari informasi mengenai adanya ketidakpatuhan atau
dugaan ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, auditor harus
memeroleh:
 Pemahaman atas sifat ketidakpatuhan dan kondisi terjadinya ketidakpatuhan;
 Informasi lanjutan untuk mengevaluasi kemungkinan dampak terhadap laporan
keuangan.
SA 250-Peraturan UU

Komunikasi dengan manajemen dan TCWG


 Ketika auditor menduga kemungkinan terjadi ketidakpatuhan, auditor harus membahas hal tersebut,
kecuali dilarang oleh peraturan perundang-undangan, kepada manajemen pada level yang tepat dan, jika
relevan, kepada pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola. Jika manajemen atau, jika relevan,
pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola tidak dapat memberikan informasi memadai yang
mendukung bahwa entitas mematuhi peraturan perundang-undangan dan, menurut pertimbangan
auditor, dampak dugaan ketidakpatuhan tersebut material terhadap laporan keuangan, maka auditor
harus mempertimbangkan keputusan untuk memeroleh advis hukum.
 Ketika informasi yang cukup tentang dugaan adanya ketidakpatuhan tidak dapat diperoleh, auditor harus
mengevaluasi dampak tidak memadainya bukti audit yang cukup dan tepat tersebut terhadap opini
auditor.
 Ketika auditor menduga bahwa manajemen atau pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola terlibat
dalam ketidakpatuhan, auditor harus mengomunikasikan hal tersebut kepada pihak berwenang dalam
entitas yang memiliki tingkat otoritas yang lebih tinggi, jika ada, seperti komite audit atau dewan
pengawas. Apabila pihak dengan otoritas lebih tinggi tidak dimiliki oleh entitas, atau apabila auditor
tidak yakin bahwa komunikasi yang dilakukannya akan direspons atau auditor tidak yakin kepada siapa ia
harus melapor, maka auditor harus mempertimbangkan kebutuhan untuk memeroleh advis hukum.
SA 250-Peraturan UU

 Implikasi Potensial atas Ketidakpatuhan yang Diidentifikasi atau Diduga Terjadi terhadap
Laporan Auditor
 Ketika auditor menyimpulkan bahwa ketidakpatuhan yang diidentifikasi atau diduga terjadi
berdampak material terhadap laporan keuangan, dan belum tercermin secara memadai dalam
laporan keuangan, auditor dapat menyatakan suatu opini wajar dengan pengecualian atau suatu
opini tidak wajar atas laporan keuangan tersebut.
 Ketika auditor dihalangi oleh manajemen atau pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola
untuk memeroleh bukti audit yang cukup dan tepat dalam mengevaluasi apakah ketidakpatuhan
yang dapat berdampak material terhadap laporan keuangan telah terjadi atau kemungkinan
telah terjadi, auditor harus menyatakan opini wajar dengan pengecualian atau opini tidak
menyatakan pendapat atas laporan keuangan dengan basis untuk opini karena terdapat
pembatasan ruang lingkup audit.
 Ketika auditor tidak dapat menentukan adanya ketidakpatuhan karena keterbatasan kondisi dan
bukan karena pembatasan ruang lingkup oleh manajemen atau pihak yang bertanggung jawab
atas tata kelola, auditor harus mengevaluasi dampak keterbatasan ini terhadap opini auditor,
berdasarkan SA 705
SA 250-Peraturan UU

Pelaporan atas Ketidakpatuhan yang Diidentifikasi atau Diduga Terjadi kepada


Otoritas yang Tepat di Luar Entitas:
Ketika auditor mengidentifikasi atau menduga adanya ketidakpatuhan terhadap
peraturan perundang-undangan, auditor harus menentukan apakah peraturan
perundang-undangan atau ketentuan etika yang relevan:
 Mengharuskan auditor untuk melaporkan kepada otoritas yang tepat di luar entitas.
 Menetapkan tanggung jawab pelaporan kepada otoritas yang tepat di luar entitas
adalah tepat sesuai dengan kondisinya.
SA 250-Peraturan UU

 Contoh kondisi yang dapat menyebabkan auditor perlu mengevaluasi implikasi


ketidakpatuhan yang diidentifikasi atau diduga terjadi terhadap keandalan
representasi tertulis yang diterima dari manajemen dan, jika relevan, pihak
yang bertanggung jawab atas tata kelola, mencakup ketika:
 Auditor menduga atau memiliki bukti keterlibatan atau keterlibatan yang disengaja
dari manajemen dan, jika relevan, pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola
dalam setiap ketidakpatuhan yang diidentifikasi atau diduga terjadi.
 Auditor menyadari bahwa manajemen dan, jika relevan, pihak yang bertanggung
jawab atas tata kelola memiliki pengetahuan atas ketidakpatuhan tersebut dan,
bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, belum
melaporkan, atau melaporkan secara resmi, hal tersebut kepada otoritas yang
tepat dalam suatu periode yang wajar.
SA 250-Peraturan UU

 Dalam kondisi tertentu auditor dapat mempertimbangkan penarikan diri dari perikatan, jika
diperkenankan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku, sebagai contoh, apabila manajemen
atau pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola tidak melakukan tindakan perbaikan yang
dianggap tepat oleh auditor sesuai dengan kondisinya atau ketidakpatuhan yang diidentifikasi atau
diduga terjadi menimbulkan pertanyaan terkait integritas manajemen atau pihak yang bertanggung
jawab atas tata kelola, meskipun ketika ketidakpatuhan tersebut tidak berdampak material terhadap
laporan keuangan.
 Dalam kondisi luar biasa ketika manajemen atau pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola tidak
melakukan tindakan perbaikan yang dianggap tepat oleh auditor sesuai dengan kondisinya dan
penarikan diri dari perikatan tidak dimungkinkan auditor dapat mempertimbangkan untuk menguraikan
ketidakpatuhan yang diidentifikasi atau diduga terjadi tersebut dalam suatu paragraf Hal Lain
berdasarkan SA 706.
 Auditor dapat mempertimbangkan untuk memeroleh advis hukum untuk menentukan apakah penarikan
diri dari perikatan adalah tepat. Ketika auditor menentukan bahwa penarikan diri dari perikatan
adalah tepat, hal tersebut tidak akan menggantikan kepatuhan terhadap tanggung jawab lain
berdasarkan peraturan perundang-undangan atau ketentuan etika yang relevan untuk merespons
ketidakpatuhan yang diidentifikasi atau diduga terjadi.
SA 250-Peraturan UU

 Peraturan perundang-undangan dapat menghalangi pengungkapan publik, baik


oleh manajemen, pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola, atau
auditor tentang suatu hal yang spesifik. Sebagai contoh, peraturan
perundang-undangan dapat secara spesifik melarang komunikasi, atau
tindakan lain, yang dapat mengganggu investigasi oleh otoritas yang tepat
atas tindakan ilegal yang terjadi atau diduga terjadi, termasuk larangan untuk
memperingatkan entitas tersebut.
 peraturan perundang-undangan tersebut dapat memiliki implikasi bagi
kemampuan auditor untuk menguraikan hal tersebut dalam laporan auditor,
atau dalam beberapa kondisi untuk menerbitkan laporan auditor. Dalam
kondisi tersebut, auditor dapat mempertimbangkan untuk memeroleh advis
hukum untuk menentukan tindakan yang tepat.
SA 250-Peraturan UU

Pelaporan atas Ketidakpatuhan yang Diidentifikasi atau Diduga Terjadi kepada


Otoritas yang Tepat di Luar Entitas
Pelaporan atas ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang
diidentifikasi atau diduga terjadi kepada otoritas yang tepat di luar entitas
diharuskan atau tepat sesuai dengan kondisinya karena:
 Peraturan perundang-undangan atau ketentuan etika yang relevan
mengharuskan auditor untuk melaporkannya
 Auditor telah menentukan bahwa pelaporan merupakan tindakan yang tepat
untuk merespons ketidakpatuhan yang diidentifikasi atau diduga terjadi
berdasarkan ketentuan etika yang relevan
 Peraturan perundang-undangan atau ketentuan etika yang relevanmemberikan
auditor suatu hak untuk melakukannya.
 contoh jenis kebijakan dan prosedur yang dapat diterapkan oleh suatu entitas untuk
membantu dalam pencegahan dan pendeteksian terjadinya ketidakpatuhan terhadap
peraturan perundang-undangan:
 Memantau ketentuan hukum dan memastikan bahwa prosedur operasi telah didesain untuk
memenuhi ketentuan tersebut.
 Mendesain dan mengoperasikan sistem pengendalian internal yang tepat.
 Mengembangkan, memublikasikan, dan mematuhi suatu pedoman perilaku
 Memastikan bahwa semua karyawan telah mendapatkan pelatihan memadai
 Memantau kepatuhan terhadap pedoman perilaku dan bertindak tepat untuk mendisiplinkan
karyawan yang tidak mematuhi pedoman perilaku
 Melibatkan penasihat hukum untuk membantu dalam pemantauan ketentuan hukum.
 Menyimpan catatan yang berisi peraturan perundang-undangan signifikan yang harus dipatuhi
oleh entitas dalam industrinya dan suatu catatan yang berisi komplain.
indikasi kepada auditor tentang adanya ketidak patuhan UU

 Investigasi yang dilakukan oleh organisasi dan instansi pemerintah atau pembayaran denda atau sanksi.
 Pembayaran untuk jasa yang tidak dapat dijelaskan atau pinjaman kepada konsultan, pihak berelasi, pegawai, atau pegawai
pemerintah.
 Komisi penjualan atau biaya agen yang jumlahnya melebihi jumlah yang biasa dibayarkan oleh entitas atau industri yang
sejenis dengan entitas atau jasa yang sesungguhnya diterima oleh entitas.
 Pembelian pada harga yang secara signifikan berada di atas atau di bawah harga pasar.
 Pembayaran tidak biasa secara tunai, pembelian dengan menggunakan cashiers’ cheques yang dibayarkan kepada pemegang
cek atau transfer ke nomor rekening bank tanpa menyebutkan nama pemilik rekening.
 Transaksi yang tidak biasa dengan perusahaan yang terdaftar di negara- negara bebas pajak.
 Pembayaran barang atau jasa yang ditujukan ke negara yang bukan merupakan negara asal barang atau jasa tersebut.
 Pembayaran tanpa adanya dokumentasi pengendalian pertukaran yang semestinya.
 Adanya sistem informasi yang gagal, apakah karena desainnya atau karena ketidaksengajaan, untuk menyediakan suatu jejak
audit (audit trail) yang memadai atau bukti yang cukup.
 Transaksi yang tidak diotorisasi atau transaksi yang tidak dicatat secara tepat.
 Komentar negatif di media.
Peraturan UU yang berdampak langsung
kepada laporan keuangan
 ketentuan tersebut dapat mencakup hal-hal yang berhubungan dengan:
 Bentuk dan isi dari laporan keuangan;
 Isu pelaporan keuangan spesifik industri;
 Akuntansi untuk transaksi yang dilaksanakan berdasarkan kontrak dengan
pemerintah; atau
 Akrual atau pengakuan atas beban pajak penghasilan atau beban pensiun.
 kelengkapan provisi atas pajak penghasilan
Peraturan UU signifikan

 Kecurangan, korupsi, dan penyuapan.


 Pencucian uang, pendanaan teroris, dan hasil kejahatan
 Pasar dan perdagangan efek.
 Perbankan serta produk dan jasa keuangan lainnya.
 Perlindungan data.
 Liabilitas dan pembayaran perpajakan dan dana pensiun.
 Perlindungan lingkungan.
 Kesehatan dan keselamatan publik.
SA 260 – Komunikasi TCWG

 Tujuan auditor adalah:


 Untuk mengomunikasikan secara jelas kepada pihak yang bertanggung jawab atas
tata kelola tentang tanggung jawab auditor yang berkaitan dengan audit atas
laporan keuangan, serta gambaran umum ruang lingkup dan saat yang direncanakan
atas audit;
 Untuk memeroleh informasi yang relevan dengan audit dari pihak yang bertanggung
jawab atas tata kelola;
 Untuk menyediakan kepada pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola secara
tepat waktu, hasil observasi audit yang signifikan, dan relevan dengan tanggung
jawabnya dalam mengawasi proses pelaporan keuangan; dan
 Untuk mendukung komunikasi dua arah yang efektif antara auditor dan pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola.
Hal-Hal yang Perlu Dikomunikasikan

 Tanggung Jawab Auditor yang Berkaitan dengan Audit atas Laporan Keuangan
yaitu terhadap opini
 Ruang Lingkup dan Saat yang Direncanakan atas Audit
 Temuan Signifikan Audit
 Pandangan auditor tentang aspek kualitatif signifikan atas praktik akuntansi
entitas, termasuk kebijakan akuntansi, estimasi akuntansi, dan pengungkapan
laporan keuangan.
 Kesulitan signifikan, jika relevan, yang dihadapi selama audit;
 Kondisi yang dapat memengaruhi bentuk dan isi laporan auditor,
 Suatu hal-hal signifikan lain yang muncul selama audit
 Independensi Auditor
 Hal-hal yang juga dapat membantu dalam komunikasi dua arah yang efektif
mencakup pembahasan tentang:
 Tujuan komunikasi
 Bentuk komunikasi yang akan dilakukan.
 Individu atau individu-individu dari tim audit dan dari pihak yang bertanggung
jawab atas tata kelola yang akan melakukan komunikasi atas hal-hal tertentu
 Ekspektasi auditor bahwa komunikasi akan menjadi dua arah
 Proses untuk mengambil tindakan dan melaporkan kembali beberapa hal yang
dikomunikasikan oleh auditor.
 Proses untuk mengambil tindakan dan melaporkan kembali beberapa hal yang
dikomunikasikan oleh pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola.
Bentuk komunikasi
 Auditor harus mengomunikasikan secara tertulis kepada pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola tentang
temuan signifikan selama audit jika, menurut pertimbangan profesional auditor, komunikasi secara lisan tidak
memadai.
 Faktor yang mempengaruhi bentuk komunikasi:
 Apakah diskusi tentang hal tersebut akan dicantumkan dalam laporan auditor
 Apakah hal tersebut telah diselesaikan secara memuaskan
 Apakah manajemen sebelumnya telah mengomunikasikan hal tersebut
 Ukuran, struktur operasi, lingkungan pengendalian, dan struktur hukum entitas
 Dalam kondisi suatu audit atas laporan keuangan bertujuan khusus, apakah auditor juga mengaudit laporan keuangan
entitas bertujuan umum.
 Ekspektasi pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola
 Ketentuan hukum
 Jumlah kontak dan dialog yang berkesinambungan antara auditor dan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola.
 Apakah ada perubahan signifikan dalam keanggotaan badan tata kelola
Kecukupan proses komunikasi

 Observasi tersebut dapat mencakup:


 Ketepatan dan ketepatan waktu atas tindakan yang diambil oleh pihak yang bertanggung jawab atas
tata kelola
 Keterbukaan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola dalam komunikasinya dengan auditor
 Kemauan dan kapasitas pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola untuk bertemu dengan auditor
tanpa kehadiran manajemen.
 Kemampuan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola untuk memahami secara penuh berbagai
hal yang diajukan oleh auditor
 Kesulitan dalam membangun pemahaman bersama dengan pihak yang bertanggung jawab atas tata
kelola
 Ketika semua atau beberapa pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola dilibatkan dalam
mengelola entitas, kesadaran mereka mengenai bagaimana berbagai hal dibahas dengan auditor
memengaruhi tanggung jawab tata kelola
 Apakah komunikasi dua arah antara auditor dan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola
memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
 Ketika komunikasi dua arah antara auditor dan pihak yang bertanggung jawab
atas tata kelola tidak memadai dan situasi tersebut tidak dapat diselesaikan,
auditor dapat mengambil tindakan sebagai berikut:
 Memodifikasi opini auditor dengan basis pembatasan ruang lingkup
 Memeroleh advis hukum mengenai konsekuensi pengambilan tindakan yang
berbeda.
 Berkomunikasi dengan pihak ketiga (sebagai contoh: regulator), atau otoritas yang
lebih tinggi dalam struktur tata kelola yang berada di luar entitas, seperti pemilik
bisnis (sebagai contoh: rapat umum pemegang saham), atau instansi pemerintah
yang bertanggung jawab dalam sektor publik.
 Menarik diri dari perikatan, ketika menarik diri dimungkinkan oleh peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
SA-265 komunikasi defisiensi ke tcwg
dan manajemen
 Auditor harus menentukan apakah, berdasarkan pekerjaan audit yang telah
dilaksanakan, auditor telah mengidentifikasi satu atau lebih defisiensi dalam
pengendalian internal.
 Ketika auditor telah mengidentifikasi satu atau lebih defisiensi dalam
pengendalian internal, auditor harus menentukan, berdasarkan pekerjaan
audit yang telah dilaksanakan, apakah defisiensi tersebut, baik secara
individual maupun secara kombinasi merupakan defisiensi signifikan
 Auditor harus mengomunikasikan secara tertulis tentang defisiensi signifikan
dalam pengendalian internal yang diidentifikasi selama audit kepada pihak
yang bertanggung jawab atas tata kelola secara tepat waktu
Komunikasi defisiensi ke manajemen

 Auditor juga harus mengomunikasikan kepada manajemen pada tingkat


tanggung jawab yang tepat secara tepat waktu:
 Secara tertulis, defisiensi signifikan dalam pengendalian internal yang oleh auditor
telah dikomunikasikan atau akan dikomunikasikan kepada pihak yang bertanggung
jawab atas tata kelola, kecuali jika hal itu tidak tepat untuk dikomunikasikan
secara langsung kepada manajemen dalam kondisi tersebut; dan
 Defisiensi lain dalam pengendalian internal yang diidentifikasi selama audit yang
belum dikomunikasikan oleh pihak lain kepada manajemen dan yang, menurut
pertimbangan profesional auditor, adalah cukup penting untuk mendapatkan
perhatian manajemen.
Apa yang dikomunikasikan

 Auditor dalam mengomunikasikan defisiensi signifikan dalam pengendalian


internal secara tertulis harus menyertakan tentang:
 Deskripsi serta penjelasan dampak potensial atas defisiensi tersebut; dan
 Informasi yang cukup untuk memungkinkan pihak yang bertanggung jawab atas tata
kelola dan manajemen dalam memahami konteks komunikasi tersebut.
 Contoh hal-hal yang dapat dipertimbangkan oleh auditor dalam menentukan apakah
suatu defisiensi atau kombinasi beberapa defisiensi dalam pengendalian internal dapat
mengakibatkan terjadinya defisiensi signifikan mencakup:
 Kemungkinan bahwa defisiensi akan menyebabkan kesalahan penyajian material dalam
laporan keuangan di masa yang akan datang.
 Kerentanan aset atau liabilitas terhadap kerugian atau kecurangan.
 Subjektivitas dan kompleksitas dalam menentukan jumlah yang diestimasi
 Jumlah pada laporan keuangan yang terekspos defisiensi tersebut
 Volume aktivitas yang telah terjadi atau mungkin terjadi dalam saldo akun maupun golongan
transaksi yang terkena dampak defisiensi tersebut atau beberapa defisiensi.
 Penyebab dan frekuensi terjadinya penyimpangan yang terdeteksi sebagai akibat adanya
defisiensi dalam pengendalian
 Interaksi antara defisiensi dengan defisiensi lain dalam pengendalian internal.
 Indikator defisiensi signifikan dalam pengendalian internal mencakup di antaranya:
 Bukti aspek-aspek lingkungan pengendalian yang tidak efektif, sebagai contoh:
 Tidak adanya proses penilaian risiko di dalam entitas yang proses tersebut biasanya diharapkan telah
ditetapkan.
 Bukti atas proses penilaian risiko entitas yang tidak efektif, seperti kegagalan manajemen untuk
mengidentifikasi risiko kesalahan penyajian material yang oleh auditor diharapkan untuk dapat
diidentifikasi oleh proses penilaian risiko entitas.
 Bukti atas respons yang tidak efektif dalam mengidentifikasi risiko signifikan (sebagai contoh: tidak
adanya pengendalian atas risiko tersebut).
 Kesalahan penyajian yang dideteksi oleh prosedur yang dilakukan auditor namun tidak dapat dicegah,
atau dideteksi dan dikoreksi oleh pengendalian internal entitas tersebut.
 Penyajian kembali suatu laporan keuangan yang telah diterbitkan sebelumnya untuk mencerminkan
koreksi terhadap kesalahan penyajian material baik yang disebabkan oleh kesalahan maupun
kecurangan.
 Bukti tentang ketidakmampuan manajemen untuk mengawasi penyusunan laporan keuangan.
 Faktor-faktor yang dapat dipertimbangkan oleh auditor dalam menentukan
tingkat kerincian komunikasi mencakup:
 Sifat entitas. Sebagai contoh, komunikasi yang diharuskan untuk entitas yang
memiliki kepentingan publik dapat berbeda dengan komunikasi yang diharuskan
untuk entitas yang di dalamnya tidak memiliki kepentingan publik
 Ukuran dan kompleksitas entitas.
 Sifat defisiensi signifikan yang diidentifikasi oleh auditor
 Komposisi tata kelola entitas.
 Ketentuan peraturan perundang-undangan tentang komunikasi atas jenis spesifik
dalam defisiensi pengendalian internal
SA 300 – Perencanaan Audit

 Strategi Audit Keseluruhan: Auditor harus menetapkan strategi audit secara


keseluruhan yang terdiri dari:
 Mengidentifikasi karakteristik perikatan yang mendefinisikan ruang lingkupnya
 Memastikan tujuan pelaporan perikatan untuk merencanakan saat audit dan sifat
komunikasi yang diharuskan;
 Mempertimbangkan faktor-faktor yang, menurut pertimbangan profesional auditor,
signifikan dalam mengarahkan usaha tim perikatan;
 Mempertimbangkan hasil aktivitas awal perikatan dan, jika relevan, apakah
pengetahuan yang diperoleh dari perikatan lain yang telah dilaksanakan oleh rekan
perikatan adalah relevan untuk entitas yang akan diaudit; dan
 Memastikan sifat, saat, dan luas sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan
perikatan.
Rencana audit

 Risk assessment
 Risk Response
 Prosedur audit lain
SA 315 – Pemahaman atas Lingkungan
Entitas dan Pengendalian Internal
 Dua jenis pemahaman
 Entitas dan Lingkungan
 Faktor-faktor industri, peraturan, dan eksternal lain
 Sifat Entitas
 Operasi
 Struktur Kepemilikan dan tata kelola
 Investasi

 Pemilihan dan penerapan kebijakan akuntansi oleh entitas


 Tujuan dan strategi entitas
 Pengukuran dan penelaahan atas kinerja keuangan entitas
 Pengendalian Internal

 Prosedur Penilaian Risiko dan Aktivitas Terkait


 Permintaan keterangan dari manajemen
 Prosedur analitis
 Observasi dan inspeksi.
Prosedur Penilaian Risiko dan Aktivitas Terkait
 Observasi dan Inspeksi
 Operasi entitas
 Dokumen (seperti rencana dan strategi bisnis), catatan, dan manual pengendalian
internal
 Laporan yang disusun oleh manajemen (seperti laporan manajemen triwulanan dan
laporan keuangan interim) dan oleh pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola
(seperti risalah rapat dewan komisaris).
 Gedung dan fasilitas pabrik entitas
Informasi yang Diperoleh dalam Periode Lalu

 Pengalaman sebelumnya auditor dengan entitas dan prosedur audit yang


dilaksanakan dalam audit sebelumnya dapat menyediakan auditor informasi
tentang hal-hal seperti berikut:
 Kesalahan penyajian periode lalu dan apakah kesalahan penyajian tersebut telah
dikoreksi secara tepat waktu.
 Sifat entitas dan lingkungannya, dan pengendalian internal entitas (termasuk
defisiensi dalam pengendalian internal).
 Perubahan signifikan yang kemungkinan telah terjadi dalam entitas atau operasinya
sejak periode keuangan lalu Jenis-jenis tertentu atas transaksi dan peristiwa atau
saldo akun (dan pengungkapan terkait)
Pembahasan di Antara Tim Perikatan

 Diskusi di antara tim perikatan tentang kerentanan laporan keuangan entitas


terhadap kesalahan penyajian material:
 Menyediakan suatu peluang untuk anggota tim perikatan yang lebih
berpengalaman, termasuk rekan perikatan, dalam berbagi wawasan mereka
berdasarkan pengetahuan mereka tentang entitas
 Memungkinkan anggota tim perikatan untuk bertukar informasi
 Membantu anggota tim perikatan untuk memeroleh pemahaman yang lebih baik
tentang kesalahan penyajian material yang potensial
 Menyediakan suatu basis bagi anggota tim perikatan untuk mengomunikasikan dan
berbagi informasi baru yang diperoleh selama audit
Entitas dan Lingkungannya 1. Faktor Regulasi

 Faktor Industri, Regulasi, dan Eksternal Lainnya


 Faktor Industri
 Pasar dan kompetisi
 Aktivitas yang terjadi berdasarkan siklus atau yang bersifat musiman
 Teknologi produk yang berkaitan dengan produk entitas
 Ketersediaan dan biaya energi.
 Faktor Regulasi
 Prinsip akuntansi dan praktik spesifik industri
 Kerangka regulasi untuk industri yang diregulasi, termasuk ketentuan pengungkapan.
 Legislasi dan regulasi yang secara signifikan memengaruhi operasi entitas termasuk aktivitas yang disupervisi
langsung
 Perpajakan (korporasi dan lainnya).
 Kebijakan pemerintah yang saat ini memengaruhi kegiatan bisnis entitas (Moneter dan Fiskal)
 Ketentuan lingkungan yang memengaruhi industri dan bisnis entitas.
3. Pemilihan dan Penerapan Kebijakan Akuntansi Entitas

 Suatu pemahaman tentang pemilihan dan penerapan kebijakan akuntansi


entitas dapat meliputi hal-hal seperti:
 Metode yang digunakan oleh entitas untuk mencatat transaksi yang signifikan dan
tidak biasa.
 Pengaruh kebijakan akuntansi signifikan dalam bidang yang kontroversial atau baru
ketika tidak terdapat panduan atau konsensus dari pihak yang memiliki otoritas.
 Perubahan dalam kebijakan akuntansi entitas
 Standar pelaporan keuangan dan peraturan perundang-undangan yang baru bagi
entitas, serta kapan dan bagaimana entitas akan mengadopsi ketentuan tersebut.
4. Tujuan dan Strategi, serta Risiko Bisnis yang Terkait

 Contoh hal-hal yang dapat dipertimbangkan oleh auditor ketika memeroleh


suatu pemahaman tentang tujuan dan strategi entitas, serta risiko bisnis yang
terkait, yang dapat mengakibatkan risiko kesalahan penyajian material dalam
laporan keuangan mencakup:
 Perkembangan industry
 Produk dan jasa baru
 Ekspansi bisnis
 Ketentuan akuntansi baru
 Ketentuan regulasi
 Ketentuan pendanaan periode kini dan masa yang akan datang
 Penggunaan teknologi informasi
5. Pengukuran dan Penelaahan atas Kinerja Keuangan Entitas

 Contoh informasi yang dihasilkan secara internal yang digunakan oleh


manajemen untuk mengukur dan menelaah kinerja keuangan, dan yang dapat
dipertimbangkan oleh auditor, mencakup:
 Indikator kinerja utama (keuangan dan nonkeuangan), serta rasio, tren, dan
statistik operasi utama
 Analisis kinerja keuangan dari periode ke periode.
 Anggaran, prakiraan, analisis penyimpangan, informasi segmen dan divisi, serta
laporan kinerja tingkat departemen atau tingkat lainnya.
 Pengukuran kinerja karyawan dan kebijakan kompensasi insentif.
 Perbandingan kinerja entitas dengan kompetitor.
Pengendalian Internal

 Materi penerapan pengendalian internal di bawah ini disajikan dalam empat


bagian sebagai berikut:
 Sifat dan Karakteristik Umum Pengendalian Internal
 Pengendalian yang Relevan dengan Audit
 Sifat dan Luas Pemahaman tentang Pengendalian yang Relevan
 Komponen Pengendalian Internal
Sifat dan karakteristik Pengendalian
Internal
 Keterbatasan inheren pengendalian internal
 Human error judgment
 Kolusi
 Tujuan Pengendalian Internal
 Keandalan pelaporan keuangan entitas
 Efektivitas dan efisiensi operasi entitas
 Kepatuhan entitas terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku.
 Unsur manual dalam pengendalian internal kemungkinan menjadi kurang dapat diandalkan
daripada unsur terotomatisasi karena unsur manual tersebut dapat lebih mudah dilewatkan,
diabaikan, atau dikesampingkan, dan unsur manual tersebut juga lebih memiliki
kecenderungan untuk terabaikannya kesalahan dan kekeliruan sederhana. Oleh karena itu,
konsistensi penerapan unsur pengendalian manual tidak dapat diandalkan. Unsur pengendalian
manual kemungkinan kurang cocok dalam kondisi-kondisi sebagai berikut:
 Transaksi dengan volume yang tinggi atau berulang
 Aktivitas pengendalian yang di dalamnya terdapat cara-cara tertentu untuk melaksanakan
pengendalian dapat didesain dan diotomatisasi secara memadai.
 Unsur manual dalam pengendalian internal kemungkinan lebih cocok ketika pertimbangan dan
diskresi dibutuhkan seperti dalam kondisi-kondisi sebagai berikut:
 Transaksi yang besar jumlahnya, tidak biasa, atau tidak berulang.
 Kondisi ketika kesalahan sulit untuk didefinisikan, diantisipasi, atau diprediksi
 Dalam kondisi yang mengalami perubahan yang membutuhkan suatu respons pengendalian di luar
ruang lingkup pengendalian terotomatisasi yang ada.
 Dalam memantau efektivitas pengendalian yang terotomatisasi.
Pengendalian yang Relevan dengan Audit
Pengendalian umum

 Pengendalian umum dari teknologi informasi adalah kebijakan dan prosedur


yang berkaitan dengan banyak aplikasi dan mendukung berfungsinya secara
efektif pengendalian aplikasi. Pengendalian umum tersebut diterapkan atas
mainframe, miniframe, dan lingkungan pengguna akhir. Pengendalian umum
dari teknologi informasi yang memelihara integritas informasi dan keamanan
data pada umumnya mencakup pengendalian terhadap hal-hal sebagai
berikut:
 Pusat data dan operasi jaringan.
 Pembelian, perubahan, dan pemeliharaan perangkat lunak dari sistem
 Perubahan program.
 Keamanan akses.
 Pembelian, pengembangan, dan pemeliharaan sistem aplikasi
 Pengendalian aplikasi adalah prosedur manual atau prosedur terotomatisasi
yang pada umumnya dioperasikan pada tingkat proses bisnis dan diterapkan
terhadap pengolahan transaksi oleh aplikasi yang bersifat individu Oleh
karena itu, pengendalian aplikasi berkaitan dengan prosedur yang digunakan
untuk memulai, mencatat, memproses dan melaporkan transaksi atau data
keuangan lainnya. Pengendalian tersebut membantu untuk menjamin bahwa
transaksi terjadi, diotorisasi, serta dicatat dan diproses secara lengkap dan
akurat. Contohnya mencakup pengecekan perubahan terhadap data masukan
dan pengecekan urutan numerik dengan tindak lanjut secara manual atas
laporan penyimpangan atau koreksi pada titik entri data.
Pemantauan

 Aktivitas pemantauan manajemen dapat mencakup pengunaan informasi dari


komunikasi dengan pihak eksternal seperti keluhan pelanggan dan teguran
dari regulator yang dapat menunjukkan masalah atau menekankan area yang
memerlukan perbaikan.
Asersi tentang golongan transaksi, saldo akun, dan pengungkapan terkait
Risiko Signifikan

 Risiko kesalahan penyajian material mungkin lebih besar untuk transaksi


nonrutin yang signifikan yang disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:
 Intervensi manajemen yang lebih besar dalam menentukan perlakuan akuntansi.
 Intervensi manual yang lebih besar dalam pengumpulan dan pengolahan data.
 Perhitungan atau prinsip akuntansi yang kompleks
 Sifat transaksi nonrutin, yang dapat menyebabkan kesulitan bagi entitas untuk
mengimplementasikan pengendalian yang efektif terhadap risiko.
 Bergantung pada kondisi entitas dan perikatan, contoh pengungkapan yang memiliki
aspek kualitatif dan mungkin relevan ketika menilai risiko kesalahan penyajian
material mencakup pengungkapan tentang:
 Likuiditas dan ketentuan pembatasan dalam perjanjian utang suatu entitas yang mengalami
kesulitan keuangan.
 Peristiwa atau kondisi yang menyebabkan pengakuan kerugian penurunan nilai.
 Sumber utama ketidakpastian estimasi, termasuk asumsi tentang masa depan.
 Sifat perubahan kebijakan akuntansi dan pengungkapan relevan lainnya yang diharuskan oleh
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku
 Pengaturan pembayaran berbasis saham
 Pihak berelasi dan transaksi pihak berelasi.
 Analisis sensitivitas, termasuk dampak perubahan asumsi yang digunakan dalam teknik
penilaian entitas
330 – Respon terhadap risiko yang dinilai
SA 402 – ORGANISASI JASA

 Pelaporan oleh Auditor Pengguna: Auditor pengguna harus memodifikasi opini


dalam laporan auditor pengguna berdasarkan SA 705 (Revisi 2021)5 jika
auditor pengguna tidak dapat memeroleh bukti audit yang cukup dan tepat
tentang jasa yang diberikan oleh organisasi jasa yang relevan dengan audit
atas laporan keuangan entitas pengguna
 Auditor pengguna tidak boleh mengacu ke pekerjaan auditor jasa dalam
laporan auditor pengguna yang memuat opini tanpa modifikasian kecuali jika
diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan. Jika pengacuan tersebut
diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan, laporan auditor pengguna
harus menunjukkan bahwa pengacuan tersebut tidak mengurangi tanggung
jawab auditor pengguna terhadap opini audit tersebut.
1. Prosedur pemahaman dan penilaian
risiko
 Peroleh pemahaman atas jasa yang disediakan organisasi yaitu sifat jasa,
materialitas, tingkat interaksi, hubungan
 Memperoleh laporan tipe 1 (desain) dan tipe 2 (desain dan implementasi)
 Inquiry dengan organisasi jasa
 Laksanakan uji pengendalian (TOC) organisasi jasa
 Menggunakan auditor lain untuk uji pengendalian (TOC) untuk kepentingan
auditor pengguna
Pemerolehan Pemahaman Tentang Jasa
yang Disediakan oleh Organisasi Jasa,
 Informasi tentang sifat dari jasa-jasa yang disediakan oleh organisasi jasa
dapat tersedia dari berbagai macam sumber, seperti:
 Panduan pengguna
 Ikhtisar sistem.
 Panduan teknis.
 Kontrak atau perjanjian tingkat jasa antara entitas pengguna dan organisasi jasa.
 Laporan oleh organisasi jasa, auditor internal atau regulator yang berwenang untuk
mengendalikan organisasi jasa.
 Laporan oleh auditor jasa, termasuk surat pernyataan manajemen, jika tersedia
 Contoh jasa yang disediakan oleh organisasi jasa yang relevan dengan audit
mencakup:
 Menyelenggarakan catatan akuntansi entitas pengguna.
 Manajemen aset.
 Penciptaan, pencatatan, atau pemrosesan transaksi sebagai agen entitas pengguna
 Sifat Hubungan antara Entitas Pengguna dan Organisasi Jasa dalam kontrak:
 Informasi yang disediakan untuk entitas pengguna
 Penerapan ketentuan regulator tentang bentuk catatan yang harus dipelihara
 Penerapan ketentuan regulator tentang bentuk catatan yang harus dipelihara
kegagalan dalam suatu pelaksanaan kontrak atau perjanjian tingkat jasa;
 Apakah organisasi jasa akan menyediakan suatu laporan atas pengendaliannya dan,
jika demikian, apakah laporan tersebut adalah laporan tipe 1 atau tipe 2
 Apakah auditor pengguna berhak untuk mengakses catatan akuntansi entitas
pengguna yang dipelihara oleh organisasi jasa dan informasi lain yang diperlukan
untuk pelaksanaan audit; dan
 Apakah perjanjian mengizinkan komunikasi langsung antara auditor pengguna dan
auditor jasa
Penggunaan Suatu Laporan Tipe 1 atau
Tipe 2
 Laporan tipe 1 atau tipe 2, bersama dengan informasi tentang entitas
pengguna, dapat membantu auditor pengguna untuk memeroleh pemahaman
atas:
 Aspek pengendalian di organisasi jasa
 Arus transaksi signifikan melalui organisasi jasa
 Tujuan pengendalian di organisasi jasa
 Apakah pengendalian di organisasi jasa telah didesain dan diimplementasikan
dengan baik
Respons terhadap Risiko yang Telah
Dinilai atas Kesalahan Penyajian
Material
Ketika organisasi jasa memelihara unsur yang material atas catatan akuntansi
entitas pengguna, akses langsung terhadap catatan tersebut mungkin saja
dibutuhkan oleh auditor pengguna untuk memeroleh bukti audit yang cukup dan
tepat yang terkait dengan pengoperasian pengendalian terhadap catatan tersebut
atau untuk membuktikan transaksi dan saldo yang tercatat dalam catatan tersebut,
atau keduanya
 auditor pengguna mungkin perlu mempertimbangkan prosedur-prosedur di bawah
ini:
 Menginspeksi catatan dan dokumen yang disimpan oleh entitas pengguna
 Menginspeksi catatan dan dokumen yang disimpan oleh organisasi jasa
 Memeroleh konfirmasi atas saldo dan transaksi dari organisasi jasa:
 Melaksanakan prosedur analitis terhadap catatan yang dipelihara oleh entitas pengguna
atau terhadap laporan yang diterima dari organisasi jasa
2. Respons terhadap Risiko yang Telah Dinilai atas
Kesalahan Penyajian Material

 Menentukan apakah kecukupan dan ketepatan bukti audit tentang asersi


 Melaksanakan prosedur audit lanjutan untuk memeroleh bukti audit yang
cukup dan tepat atau menggunakan auditor lain untuk melaksanakan prosedur
tersebut di organisasi jasa bagi kepentingan auditor pengguna.
Laporan Tipe 1 dan Tipe 2 yang Tidak
Mencantumkan Jasa Organisasi Subjasa
 Ketika suatu organisasi jasa menggunakan suatu organisasi subjasa, laporan
auditor jasa dapat mencantumkan atau tidak mencantumkan tujuan
pengendalian yang relevan di organisasi subjasa dan pengendalian yang
terkait di dalam penjelasan tentang sistem organisasi jasa dan di dalam ruang
lingkup perikatan auditor jasa. Kedua metode pelaporan ini dikenal sebagai
metode inklusif dan metode carve-out.
Pengacuan ke Hasil Pekerjaan Auditor
Jasa
 Fakta bahwa suatu entitas pengguna menggunakan suatu organisasi jasa tidak
mengubah tanggung jawab auditor pengguna menurut SA untuk memeroleh
bukti audit yang cukup dan tepat untuk menjadi basis yang mendukung opini
auditor pengguna. Oleh karena itu, auditor pengguna tidak membuat
pengacuan ke laporan auditor jasa sebagai basis, sebagian, untuk opini
auditor pengguna atas laporan keuangan entitas pengguna. Namun, ketika
auditor pengguna menyatakan suatu opini modifikasian karena suatu opini
modifikasian dalam laporan auditor jasa, auditor pengguna tidak dihalangi
dari pengacuan ke laporan auditor pengguna jika pengacuan tersebut
membantu dalam menjelaskan alasan opini modifikasian auditor pengguna.
Dalam kondisi ini, auditor pengguna mungkin memerlukan izin dari auditor
jasa sebelum melakukan pengacuan tersebut.
SA-450-Evaluasi atas salah saji

 Auditor harus mengumpulkan kesalahan penyajian yang diidentifikasi selama


audit, selain kesalahan penyajian yang secara jelas tidak penting.
 Auditor harus menentukan apakah strategi audit dan rencana audit secara
keseluruhan perlu direvisi jika:
 Sifat kesalahan penyajian yang diidentifikasi dan kondisi keterjadiannya
menunjukkan bahwa kesalahan penyajian lain mungkin ada yang, jika diagregasikan
dengan kesalahan penyajian yang telah dikumpulkan selama audit, dapat menjadi
material; atau
 Agregasi kesalahan penyajian yang dikumpulkan selama audit mendekati
materialitas yang ditentukan berdasarkan SA 320
SA-450-Evaluasi atas salah saji

 Jika, berdasarkan permintaan auditor, manajemen telah memeriksa suatu


golongan transaksi, saldo akun, atau pengungkapan dan mengoreksi kesalahan
penyajian yang telah dideteksi, maka auditor harus melaksanakan prosedur audit
tambahan untuk menentukan apakah kesalahan penyajian tersebut masih ada.
 Auditor harus mengomunikasikan secara tepat waktu semua kesalahan penyajian
yang dikumpulkan selama audit dengan tingkat manajemen yang tepat, kecuali
jika dilarang oleh peraturan perundang-undangan. Auditor harus meminta
manajemen untuk mengoreksi kesalahan penyajian tersebut.
 Ketika manajemen menolak untuk mengoreksi beberapa atau semua kesalahan
penyajian yang dikomunikasikan oleh auditor, auditor harus memeroleh
pemahaman yang alasan manajemen untuk tidak membuat koreksi dan harus
memperhitungkan pemahamannya tersebut pada waktu mengevaluasi apakah
laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari kesalahan penyajian material.
SA-450-Evaluasi atas salah saji

 Sebelum mengevaluasi dampak kesalahan penyajian yang tidak dikoreksi, auditor


harus menentukan kembali materialitas yang ditentukan berdasarkan SA 320 untuk
mengonfirmasi apakah materialitas tersebut masih tepat dalam konteks hasil
aktual keuangan entitas.
 Auditor harus menentukan apakah kesalahan penyajian yang tidak dikoreksi adalah
material, baik secara individual maupun secara agregat. Dalam membuat
penentuan ini, auditor harus mempertimbangkan:
 Ukuran dan sifat kesalahan penyajian tersebut baik dalam hubungannya dengan golongan
transaksi, saldo akun, atau pengungkapan tertentu dan laporan keuangan secara
keseluruhan, dan kondisi tertentu tentang terjadinya kesalahan penyajian tersebut;
 Dampak kesalahan penyajian yang tidak dikoreksi yang berkaitan dengan periode lalu
atas golongan transaksi, saldo akun, atau pengungkapan yang relevan, serta laporan
keuangan secara keseluruhan.
SA-450-Evaluasi atas salah saji

 Auditor harus mengomunikasikan kepada pihak yang bertanggung jawab atas


tata kelola kesalahan penyajian yang tidak dikoreksi dan dampaknya, baik
secara individual maupun secara agregat, terhadap opini dalam laporan audit,
kecuali jika dilarang oleh peraturan perundang-undangan. Komunikasi auditor
harus mengidentifikasi kesalahan penyajian material yang tidak dikoreksi
secara individual. Auditor harus meminta untuk dikoreksi kesalahan penyajian
tersebut.
SA – 501 – BUKTI AUDIT KHUSUS

 Ketika penghitungan fisik persediaan dilaksanakan pada suatu tanggal selain tanggal
laporan keuangan, auditor harus, sebagai tambahan prosedur yang diharuskan dalam
paragraf 4, melaksanakan prosedur audit untuk memeroleh bukti audit tentang apakah
perubahan persediaan di antara tanggal penghitungan fisik dengan tanggal laporan
keuangan telah dicatat dengan semestinya.
 Ketika auditor tidak dapat menghadiri penghitungan fisik persediaan karena kondisi
yang tidak diperkirakan sebelumnya, auditor harus melakukan atau mengobservasi
beberapa penghitungan fisik pada suatu tanggal alternatif, dan melaksanakan prosedur
audit terhadap transaksi yang terjadi dalam periode di antara dua tanggal tersebut.
 Ketika kehadiran pada penghitungan persediaan fisik tidak praktis, auditor harus
melaksanakan prosedur audit alternatif untuk memeroleh bukti audit yang cukup dan
tepat tentang eksistensi dan kondisi persediaan. Jika tidak mungkin melakukan hal
tersebut, auditor harus memodifikasi opini dalam laporan auditor berdasarkan SA 705
SA – 501 – PERSEDIAAN
 auditor harus memeroleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang eksistensi dan kondisi persediaan
dengan:
 Mengevaluasi instruksi dan prosedur manajemen
 Mengobservasi pelaksanaan prosedur penghitungan
 Menginspeksi persediaan
 Menguji penghitungan fisik (test count);
 Melaksanakan prosedur audit atas catatan persediaan final untuk menentukan apakah catatan tersebut
mencerminkan hasil penghitungan fisik aktual.
 Ketika persediaan yang disimpan dan dikendalikan oleh pihak ketiga bernilai material dalam laporan
keuangan, auditor harus memeroleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang eksistensi dan kondisi
persediaan tersebut dengan melaksanakan satu atau kedua prosedur berikut ini:
 Meminta konfirmasi dari pihak ketiga tentang kuantitas dan kondisi persediaan yang disimpan atas nama entitas

 Melaksanakan inspeksi atau prosedur audit lainnya yang tepat sesuai dengan kondisinya.
SA – 501 – LITIGASI
 Auditor harus mendesain dan melaksanakan prosedur audit untuk mengidentifikasi litigasi dan klaim
yang melibatkan entitas yang dapat menimbulkan suatu risiko kesalahan penyajian material,
termasuk:
 Meminta keterangan dari manajemen dan penasihat hukum internal;
 Menelaah risalah rapat pihak-pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola dan korespondensi antara entitas
dan penasihat hukum eksternal
 Menelaah akun biaya hukum
 Ketika auditor menilai bahwa suatu risiko kesalahan penyajian tentang litigasi atau klaim yang telah diidentifikasi,
atau jika prosedur audit yang dilaksanakan menunjukkan bahwa litigasi atau klaim lain mungkin ada, auditor
harus, sebagai tambahan prosedur yang diwajibkan dalam SA lain, melakukan komunikasi langsung dengan
penasihat hukum eksternal entitas. Auditor harus melakukan hal ini melalui suatu surat permintaan keterangan,
yang dibuat oleh manajemen dan dikirim oleh auditor, yang meminta penasihat hukum eksternal entitas untuk
berkomunikasi secara langsung dengan auditor. Jika peraturan perundang-undangan atau organisasi profesional
penasihat hukum melarang penasihat hukum eksternal entitas berkomunikasi secara langsung dengan auditor,
maka auditor harus melaksanakan prosedur audit alternatif .
 Jika:
 manajemen menolak untuk memberikan izin kepada auditor untuk berkomunikasi
atau bertemu dengan penasihat hukum eksternal entitas, atau penasihat hukum
eksternal entitas menolak untuk merespons surat permintaan keterangan dengan
semestinya; dan
 auditor tidak dapat memeroleh bukti audit yang cukup dan tepat melalui
pelaksanaan prosedur audit alternatif,
Auditor harus memodifikasi opini, WDP ATAU TMP.
3. INFORMASI SEGMEN

 Informasi Segmen
Auditor harus memeroleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang penyajian
dan pengungkapan informasi segmen sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan
yang berlaku dengan:
 Memeroleh suatu pemahaman tentang metode yang digunakan oleh
manajemen dalam menentukan informasi segmen, dan evaluasi apakah
metode yang digunakan diungkapkan sesuai kerangka
 Melaksanakan prosedur analitis atau prosedur audit lainnya yang sesuai
dengan kondisinya
 Sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku, entitas mungkin
diharuskan atau diperbolehkan untuk mengungkapkan informasi segmen
dalam laporan keuangan. Tanggung jawab auditor tentang penyajian dan
pengungkapan informasi segmen berkaitan dengan laporan keuangan secara
keseluruhan. Oleh karena itu, auditor tidak diharuskan untuk melaksanakan
prosedur audit yang diperlukan untuk menyatakan suatu opini atas informasi
segmen yang disajikan atas basis tersendiri.
SA 500 - Konfirmasi

 Prosedur Konfirmasi Eksternal: untuk mendesain dan melaksanakan prosedur


tersebut untuk memeroleh bukti audit yang relevan dan andal.
 Ketika prosedur konfirmasi eksternal digunakan, auditor harus tetap menjaga
pengendalian atas permintaan konfirmasi eksternal, termasuk:
 Menentukan informasi yang akan dikonfirmasi atau diminta;
 Memilih pihak yang tepat untuk dikonfirmasi;
 Mendesain permintaan konfirmasi, termasuk menentukan apakah permintaan telah
dialamatkan dengan tepat dan berisi informasi jawaban untuk dikirimkan secara
langsung kepada auditor;
 Mengirimkan permintaan, termasuk permintaan tindak lanjut jika berlaku, kepada
pihak yang dikonfirmasi.
1. Penolakan manajemen

Jika manajemen menolak untuk mengizinkan auditor mengirimkan permintaan konfirmasi, maka
auditor harus melakukan hal berikut:
 Meminta keterangan tentang alasan manajemen untuk menolak, dan mencari bukti audit
tentang validitas dan memadainya alasan tersebut;
 Mengevaluasi implikasi penolakan manajemen atas penilaian auditor terhadap risiko
kesalahan penyajian material yang relevan, termasuk risiko kecurangan, dan sifat, saat, dan
luas prosedur audit lain lanjutan; dan
 Melaksanakan prosedur audit alternatif yang didesain untuk memeroleh bukti audit yang
relevan dan andal.
Ketika auditor menyimpulkan bahwa penolakan manajemen untuk mengizinkan auditor mengirim
permintaan konfirmasi adalah tidak masuk akal, atau auditor tidak dapat memeroleh bukti audit
yang relevan dan andal dari prosedur audit alternatif, auditor harus mengomunikasikan hal
tersebut kepada pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola berdasarkan SA 260. Auditor
harus juga mempertimbangkan implikasi terhadap audit dan opini auditor berdasarkan SA 705
2. Hasil Prosedur Konfirmasi Eksternal
 Keandalan Respons terhadap Permintaan Konfirmasi
 Ketika auditor mengidentifikasi faktor yang menimbulkan keraguan atas keandalan respons terhadap permintaan
konfirmasi, auditor harus mendapatkan bukti audit lanjutan untuk menghilangkan keraguan itu.
 Ketika auditor menentukan bahwa respons terhadap permintaan konfirmasi tidak dapat diandalkan, auditor harus
mengevaluasi implikasi tersebut atas penilaian risiko kesalahan penyajian material yang relevan, termasuk risiko
kecurangan, serta sifat, saat, dan luas prosedur audit lain.
 Dalam kasus tanpa respons, auditor harus melaksanakan prosedur audit alternatif untuk memeroleh bukti audit yang
relevan dan andal.
 Ketika auditor telah menentukan bahwa respons terhadap permintaan konfirmasi positif diperlukan untuk memeroleh
bukti audit yang cukup dan layak, prosedur audit alternatif tidak akan menyediakan bukti audit yang diperlukan oleh
auditor. Jika auditor tidak memeroleh konfirmasi seperti itu, maka auditor harus menentukan implikasi tersebut atas
audit dan pendapat auditor berdasarkan SA 705
 Auditor harus melakukan investigasi penyimpangan untuk menentukan apakah hal itu merupakan indikasi adanya
kesalahan penyajian.
 Auditor dapat mengirimkan permintaan konfirmasi tambahan pengguna jawaban untuk permintaan sebelumnya belum
diterima dalam waktu yang wajar. Sebagai contoh, auditor dapat, setelah melakukan verifikasi ulang atas akurasi
alamat awal, mengirimkan tambahan permintaan atau permintaan tindak lanjut
3. Penolakan Manajemen untuk Mengizinkan
Auditor Mengirimkan Permintaan Konfirmasi

 Suatu penolakan oleh manajemen untuk mengizinkan auditor untuk


mengirimkan permintaan konfirmasi merupakan pembatasan atas bukti audit
yang diharapkan untuk diperoleh auditor. Oleh karena itu, auditor diharuskan
untuk menanyakan alasan pembatasan tersebut. Suatu alasan umum yang
dikemukakan adalah adanya sengketa hukum atau proses negosiasi dengan
pihak yang dimaksudkan untuk dikonfirmasi, oleh karena itu dapat
menyebabkan permintaan konfirmasi tidak tepat waktu.
 Auditor harus mencari bukti audit atas validitas dan kewajaran alasan tersebut
karena risiko penolakan manajemen tersebut mungkin mengindikasikan
manajemen sedang mencoba untuk menolak akses auditor ke bukti audit yang
dapat mengungkapkan kecurangan atau kesalahan.
 jika alasan manajemen meminta untuk tidak melakukan konfirmasi adalah
tidak masuk akal, ini dapat mengindikasikan faktor risiko kecurangan
4. Hasil Prosedur Konfirmasi Eksternal

 Keandalan Respons terhadap Permintaan Konfirmasi. Auditor diharuskan


dalam SA 500 (Revisi 2021) untuk menentukan apakah memodifikasi atau
menambah prosedur untuk menyelesaikan keraguan terhadap keandalan
informasi yang digunakan sebagai bukti audit. Auditor dapat memilih untuk
melakukan verifikasi atas sumber dan isi respons permintaan konfirmasi
dengan menghubungi pihak yang dikonfirmasi.
 Pengguna auditor menyimpulkan bahwa suatu respons tidak dapat diandalkan,
auditor mungkin perlu untuk merevisi penentuan risiko kesalahan penyajian
material pada tingkat asersi dan memodifikasi prosedur audit yang
direncanakan, karena adanya risiko kecurangan.
5. Tidak direspon

 Contoh prosedur audit alternatif yang dapat dilakukan oleh auditor


mencakup:
 Untuk saldo akun piutang: memeriksa penerimaan kas khusus setelah tanggal
neraca, dokumen pengiriman, dan penjualan mendekati akhir periode.
 Untuk saldo akun utang: memeriksa pengeluaran kas setelah tanggal neraca atau
korespondensi dengan pihak ketiga, dan catatan lainnya, seperti catatan
penerimaan barang.
 Sifat dan luas prosedur audit alternatif dipengaruhi oleh akun dan asersi menunjukkan
suatu risiko kesalahan penyajian material yang sebelumnya tidak teridentifikasikan.
Dalam situasi ini, auditor mungkin perlu untuk merevisi penilaian risiko kesalahan
penyajian material pada tingkat asersi, dan memodifikasi prosedur audit yang
direncanakan.
6. Penyimpangan

 Penyimpangan yang tercatat dalam respons terhadap permintaan konfirmasi


dapat menunjukkan kesalahan penyajian atau potensi kesalahan penyajian
dalam laporan keuangan. Ketika suatu kesalahan penyajian diidentifikasi,
auditor diharuskan dalam SA 240 (Revisi 2021) untuk mengevaluasi apakah
kesalahan penyajian mengindikasikan adanya kecurangan.
SA 510 – Perikatan audit tahun pertama

 tujuan auditor yang berkaitan dengan saldo awal adalah untuk memeroleh
bukti audit yang cukup dan tepat tentang apakah:
 Saldo awal mengandung kesalahan penyajian yang berdampak material terhadap
laporan keuangan periode kini;
 Kebijakan akuntansi yang tepat yang tercermin dalam saldo awal telah diterapkan
secara konsisten dalam laporan keuangan periode kini, atau perubahannya telah
dicatat dengan tepat serta disajikan dan diungkapkan secara memadai berdasarkan
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.
 Ketika auditor memeroleh bukti audit bahwa saldo awal mengandung
kesalahan penyajian yang dapat berdampak material terhadap laporan
keuangan periode kini, auditor harus melaksanakan prosedur audit tambahan
yang diperlukan dalam kondisi tersebut untuk menentukan dampaknya
terhadap laporan keuangan periode kini. Jika auditor menyimpulkan bahwa
kesalahan penyajian tersebut ada dalam laporan keuangan periode kini,
auditor harus mengomunikasikan kesalahan penyajian tersebut kepada tingkat
manajemen yang tepat dan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola
berdasarkan SA 450
Kesimpulan dan Pelaporan Audit

 Ketika auditor tidak dapat memeroleh bukti audit yang cukup dan tepat yang berkaitan dengan
saldo awal, auditor harus menyatakan opini wajar dengan pengecualian atau opini tidak
menyatakan pendapat berdasarkan SA 705
 Ketika auditor menyimpulkan bahwa saldo awal mengandung kesalahan penyajian yang material
terhadap laporan keuangan periode kini, dan dampak kesalahan penyajian tersebut tidak dicatat
dengan tepat, atau tidak disajikan atau diungkapkan dengan memadai, auditor harus menyatakan
opini wajar dengan pengecualian atau opini tidak wajar, berdasarkan SA 705
 Ketika auditor menyimpulkan bahwa kebijakan akuntansi periode kini tidak diterapkan secara
konsisten dalam kaitannya dengan saldo awal berdasarkan kerangka pelaporan keuangan yang
berlaku, atau perubahan atas kebijakan akuntansi tidak dicatat dengan tepat, atau tidak disajikan
atau diungkapkan secara memadai, berdasarkan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku, auditor
harus memberikan opini wajar dengan pengecualian atau opini tidak wajar berdasarkan SA 705.
 Ketika opini auditor pendahulu atas laporan keuangan periode lalu berisi modifikasi terhadap opini
auditor masih relevan dan material terhadap laporan keuangan periode kini, auditor harus
memodifikasi opini atas laporan keuangan periode kini.
 Untuk aset dan liabilitas lancar, beberapa bukti audit tentang saldo awal
biasanya diperoleh sebagai bagian dari prosedur audit periode kini. Sebagai
contoh, penerimaan (pembayaran) dari saldo piutang (saldo utang) awal tahun
dalam tahun berjalan akan memberikan bukti audit tentang keberadaan, hak
dan kewajiban, kelengkapan, dan penilaian yang terkandung dalam saldo awal
akun-akun tersebut. Dalam kasus persediaan, auditor mungkin mengalami
kesulitan untuk memeroleh keyakinan atas persediaan yang pada awal tahun.
Oleh karena itu, tambahan keyakinan atas persediaan yang pada awal tahun.
Oleh karena itu, tambahan memberikan bukti audit yang memadai dan tepat:
 Observasi terhadap suatu penghitungan fisik persediaan yang dilakukan saat ini dan
rekonsiliasi hasilnya ke kuantitas persediaan pada awal tahun.
 Pelaksanaaan prosedur audit atas penilaian unsur-unsur persediaan awal.
 Pelaksanaan prosedur audit atas laba bruto dan pisah batas.
 Untuk aset dan liabilitas tidak lancar, seperti aset tetap, investasi, dan utang
jangka panjang, beberapa bukti audit dapat diperoleh dengan memeriksa
catatan akuntansi dan informasi lain yang mendasari saldo awal. Dalam kasus
tertentu, auditor mungkin memeroleh beberapa bukti audit tentang saldo
awal melalui konfimasi dengan pihak ketiga, sebagai contoh, untuk utang
jangka panjang dan investasi. Dalam kasus lainnya, auditor mungkin perlu
melakukan berbagai prosedur audit tambahan.
SA 520 – PROSEDUR ANALITIS

 Tujuan auditor adalah:


 Untuk memeroleh bukti audit relevan dan andal ketika menggunakan prosedur
analitis substantif; dan
 Untuk mendesain dan melaksanakan prosedur analitis mendekati akhir audit yang
membantu auditor dalam merumuskan kesimpulan keseluruhan apakah laporan
keuangan konsisten dengan pemahaman auditor terhadap entitas.
 Prosedur Analitis Substantif:
 Menentukan kesesuaian prosedur analitis substantif tertentu untuk asersi yang
tersedia,
 Mengevaluasi keandalan data yang dijadikan dasar oleh auditor untuk
mengembangkan ekspektasi
 Mengembangkan suatu ekspektasi atas angka tercatat atau rasio dan mengevaluasi
apakah ekspektasi tersebut telah cukup akurat
 Menentukan angka perbedaan antara angka tercatat dan nilai yang diekspektasikan
yang dapat diterima
1. Prosedur Analitis yang Membantu Ketika
Membentuk Kesimpulan Keseluruhan

 Auditor harus mendesain dan melaksanakan prosedur analitis mendekati akhir


audit yang membantu auditor ketika membentuk kesimpulan keseluruhan
tentang apakah laporan keuangan telah disajikan konsisten dengan
pemahaman auditor atas entitas.
 Jika prosedur analitis yang dilakukan berdasarkan SA ini mengidentifikasi
adanya fluktuasi atau hubungan yang tidak konsisten dengan informasi
relevan lainnya atau yang berbeda secara signifikan dengan nilai yang
diekspektasikan, maka auditor harus menginvestigasi perbedaan tersebut
dengan cara sebagai berikut:
 Meminta keterangan kepada manajemen dan memeroleh bukti audit yang tepat dan
relevan dengan respons manajemen; dan
 Melaksanakan prosedur audit lainnya yang diperlukan sesuai dengan kondisinya.
2.Keandalan Data

 Keandalan data dipengaruhi oleh sumber dan sifatnya, serta bergantung pada
kondisi ketika data tersebut diperoleh:
 Sumber informasi yang tersedia.
 Keterbandingan informasi yang tersedia.
 Sifat dan relevansi informasi yang tersedia.
 Pengendalian terhadap penyusunan informasi
3. Pengevaluasian tentang Apakah
Ekspektasi telah Cukup Akurat
 Hal-hal yang relevan dengan evaluasi auditor tentang apakah ekspektasi dapat dikembangkan
dengan cukup tepat untuk mengidentifikasi suatu kesalahan penyajian yang, jika diagregasikan
dengan kesalahan penyajian yang lain, mengakibatkan laporan keuangan disajikan salah secara
material, mencakup:
 Keakurasian prediksi hasil yang diekspektasikan dari prosedur analitis substantif. Sebagai contoh, auditor
mengekspektasikan tingkat konsistensi yang lebih besar dalam membandingkan marjin laba bruto dari satu
periode ke periode lain daripada dalam membandingkan beban-beban yang bersifat discretionary, seperti
beban riset atau beban iklan.
 Tingkat informasi yang dapat diagregasi. Sebagai contoh, prosedur analitis substantif dapat menjadi lebih
efektif ketika diterapkan terhadap informasi keuangan pada unit-unit operasi secara individu atau
terhadap laporan keuangan komponen dari entitas yang memiliki diversifikasi usaha, daripada ketika
diterapkan terhadap laporan keuangan entitas secara keseluruhan.
 Ketersediaan informasi, baik informasi keuangan maupun informasi nonkeuangan. Sebagai contoh, auditor
dapat mempertimbangkan apakah informasi keuangan, seperti anggaran atau prakiraan, dan informasi
nonkeuangan, seperti jumlah unit yang diproduksi atau dijual, tersedia untuk merancang prosedur analitis
substantif. Jika informasi tersebut tersedia, maka auditor juga dapat mempertimbangkan keandalan
informasi tersebut seperti yang dibahas dalam paragraf A12-A13 di atas.
4. Perbedaan antara Angka Tercatat dan Nilai
yang Diekspektasikan yang Dapat Diterima

 Penentuan auditor tentang jumlah perbedaan dari ekspektasi yang dapat


diterima tanpa investigasi lebih lanjut dipengaruhi oleh materialitas dan
kekonsistensian dengan tingkat keyakinan yang diinginkan, juga dengan
memperhitungkan kemungkinan bahwa kesalahan penyajian, baik secara
individual maupun ketika diagregasikan dengan kesalahan penyajian yang
lain, dapat menyebabkan laporan keuangan disajikan salah secara material.
SA 330 (Revisi 2021) mengharuskan auditor untuk memeroleh bukti audit yang
lebih persuasif ketika semakin tinggi penilaian risiko auditor. Jika risiko yang
dinilai meningkat, maka semakin menurun nilai perbedaan yang dapat
diterima tanpa investigasi lebih lanjut untuk mencapai tingkat keyakinan yang
diinginkan.
SA 540 – ESTIMASI AKUNTANSI

Tujuan auditor adalah untuk memeroleh bukti yang cukup dan tepat tentang
apakah estimasi akuntansi dan pengungkapan terkait dalam laporan keuangan
adalah wajar dalam konteks kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.
1. Prosedur Penilaian Risiko dan
Aktivitas Terkait
Perlu pemahaman atas:
 Entitas dan Lingkungannya
 Transaksi yang memunculkan estimasi
 Kerangka laporan keuangna
 Regulasi
 Sifat estimasi
 Pengendalian internal entitas
 Sifat dan luas pengawasan
 Pakar manajemen
 Risk assessment
 Sistem informasi
 Aktivitas pengendalian
2. Pengidentifikasian dan Penilaian
Risiko Kesalahan Penyajian Material
 Auditor harus mempertimbangkan hal-hal di bawah ini ketika mengidentifikasi
risiko kesalahan penyajian material dan ketika menilai risiko inheren:
 Tingkat kebergantungan estimasi akuntansi pada ketidakpastian estimasi;
 Tingkat keterpengaruhan hal-hal di bawah ini oleh kompleksitas, subjektivitas, atau
faktor risiko inheren lainnya:
 Pemilihan dan penerapan metode, asumsi, dan data dalam membuat estimasi akuntansi;
atau
 Pemilihan estimasi poin manajemen dan pengungkapan terkait untuk dimasukkan dalam
laporan keuangan.
 Auditor harus menentukan apakah setiap risiko kesalahan penyajian material
yang teridentifikasi dan ternilai berdasarkan paragraf 16, menurut
pertimbangan auditor merupakan risiko signifikan. Jika auditor telah
menentukan bahwa terdapat suatu risiko signifikan, maka auditor harus
memeroleh suatu pemahaman atas pengendalian entitas, termasuk aktivitas
pengendalian, yang relevan dengan risiko tersebut.
3. Respons terhadap Risiko Kesalahan
Penyajian Material yang Telah Dinilai
 Prosedur audit lanjutan yang dilaksanakan oleh auditor harus mencakup satu
atau lebih pendekatan-pendekatan di bawah ini:
 Memeroleh bukti audit dari peristiwa yang terjadi hingga tanggal laporan auditor
 Menguji bagaimana manajemen membuat estimasi akuntansi
 Mengembangkan suatu estimasi poin atau rentang poin auditor
Indikator Kemungkinan Bias Manajemen. Auditor harus mengevaluasi apakah pertimbangan
dan keputusan yang dibuat oleh manajemen dalam membuat estimasi akuntansi yang
dicantumkan dalam laporan keuangan, meskipun secara individu memadai, merupakan
indikator kemungkinan bias manajemen. Ketika indikator kemungkinan bias manajemen
teridentifikasi, auditor harus mengevaluasi dampak terhadap audit. Jika terdapat intensi
untuk menyesatkan, bias manajemen merupakan suatu kecurangan.
4. Evaluasi Secara Keseluruhan Berdasarkan
Prosedur Audit yang Dilaksanakan

 auditor harus mengevaluasi, berdasarkan prosedur audit yang dilaksanakan


dan bukti audit yang diperoleh, apakah:
 Penilaian risiko kesalahan penyajian material pada tingkat asersi tetap tepat,
termasuk ketika indikator kemungkinan bias manajemen telah teridentifikasi;
 Keputusan manajemen terkait pengakuan, pengukuran, penyajian, dan
pengungkapan estimasi akuntansi dalam laporan keuangan sesuai dengan kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku; dan
 Bukti audit yang cukup dan tepat telah diperoleh.
SA-550 Pihak Berelasi

 auditor bertanggung jawab untuk melaksanakan prosedur audit untuk


mengidentifikasi factor faktor risiko kecurangan muncul
 auditor perlu memeroleh suatu pemahaman yang cukup tentang hubungan dan
transaksi pihak berelasi entitas untuk dapat menyimpulkan apakah laporan
keuangan, sejauh ini dipengaruhi oleh hubungan dan transaksi tersebut:
 Mencapai penyajian wajar
 Tidak menyesatkan
 Selain itu, jika kerangka pelaporan keuangan menetapkan ketentuan pihak berelasi,
memeroleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang apakah hubungan dan transaksi
pihak berelasi telah dengan tepat diidentifikasi, dipertanggungjawabkan, dan
diungkapkan dalam laporan keuangan sesuai dengan kerangka tersebut.
Prosedur terkait pihak berelasi

 Pemahaman atas hubungan pihak berelasi dengan cara


 Meminta keterangan manajemen terkait identitas, sifat hubungan, tujuan, dan
periode
 Meminta keterangan manajemen terkait pengendalian atas transaksi berelasi
seperti otorisasi dan pencatatan
 Inspeksi dokumen
 Konfirmasi bank dan hukum
 Risalah rapat
1. Pengidentifikasian Pihak Berelasi
yang Sebelumnya Tidak Teridentifikasi
 Ketika auditor mengidentifikasi pihak berelasi atau transaksi signifikan pihak yang memiliki
hubungan istimewa yang tidak diidentifikasi atau diungkapkan sebelumnya oleh manajemen kepada
auditor, auditor harus:
 Segera mengomunikasikan informasi relevan tersebut kepada anggota lain tim perikatan
 Meminta kepada manajemen untuk mengidentifikasi semua transaksi dengan pihak berelasi yang baru
diidentifikasi tersebut untuk dievaluasi lebih lanjut oleh auditor
 Meminta keterangan tentang mengapa pengendalian entitas terhadap transaksi pihak berelasi gagal untuk
memungkinkan pengidentifikasian atau pengungkapan hubungan atau transaksi pihak berelasi
 Melaksanakan prosedur audit substantif yang tepat terhadap pihak berelasi yang baru diidentifikasi tersebut
atau transaksi pihak berelasi yang signifikan
 Mempertimbangkan kembali risiko bahwa pihak berelasi atau transaksi pihak berelasi signifikan lainnya
kemungkinan ada yang tidak diidentifikasi atau diungkapkan sebelumnya oleh manajemen kepada auditor,
dan melaksanakan prosedur audit tambahan yang diperlukan
 Jika tidak adanya pengungkapan tersebut tampak disengaja oleh manajemen (dan oleh karena itu
merupakan indikasi suatu risiko kesalahan penyajian yang disebabkan oleh kecurangan), mengevaluasi
implikasinya terhadap audit.
2. Transaksi Pihak Berelasi Signifikan di Luar Kegiatan
Normal Bisnis Entitas
 Untuk transaksi pihak berelasi signifikan di luar kegiatan normal bisnis entitas
yang teridentifikasi, auditor harus:
 Menginspeksi kontrak atau perjanjian yang melandasi, jika ada, dan mengevaluasi
apakah:
 Alasan bisnis (atau tidak ada alasan) transaksi tersebut menunjukkan bahwa mereka
melakukan pelaporan keuangan yang mengandung kecurangan atau untuk
menyembunyikan penyalahgunaan aset
 Ketentuan transaksi adalah konsisten dengan penjelasan manajemen
 Transaksi tersebut telah dipertanggungjawabkan secara semestinya dan diungkapkan
sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku; dan
 Memeroleh bukti audit bahwa transaksi tersebut telah diotorisasi dan disetujui dengan tepat.
3. Asersi bahwa Transaksi Pihak Berelasi Dilaksanakan
atas Ketentuan yang Sama dengan Transaksi Wajar

 Ketika manajemen telah membuat suatu asersi dalam laporan keuangan


bahwa suatu transaksi pihak berelasi dilaksanakan dengan ketentuan yang
sama dengan ketentuan yang berlaku dalam transaksi yang wajar, auditor
harus memeroleh bukti yang cukup dan tepat tentang asersi tersebut.
SA 560 – Subsequent Events

 Tujuan auditor adalah untuk:


 Memeroleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang apakah peristiwa yang terjadi
antara tanggal laporan keuangan dan tanggal laporan auditor yang mengharuskan
penyesuaian atau pengungkapan dalam laporan keuangan, secara tepat telah
digambarkan dalam laporan keuangan tersebut sesuai dengan kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku;
 Merespons secara tepat fakta yang diketahui oleh auditor setelah tanggal laporan
auditor, yang mana jika diketahui oleh auditor pada tanggal tersebut, kemungkinan
menyebabkan auditor mengubah laporan auditnya.
1. Identifikasi Subsequent Events

 Memeroleh suatu pemahaman tentang prosedur yang telah ditetapkan oleh


manajemen untuk memastikan bahwa peristiwa setelah tanggal pelaporan
teridentifikasi.
 Meminta keterangan dari manajemen dan, jika relevan, pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola, tentang peristiwa setelah tanggal
pelaporan yang telah terjadi yang mungkin memengaruhi laporan keuangan.
 Membaca risalah rapat, ketika ada, tentang pemilik, manajemen, dan pihak
yang bertanggung jawab atas tata kelola entitas, yang rapat tersebut
diadakan setelah tanggal laporan keuangan dan meminta keterangan tentang
hal-hal yang dibahas dalam rapat tersebut yang risalah hasil rapatnya belum
tersedia.
 Membaca laporan keuangan interim terakhir, jika relevan
2. Subsequent discovery of facts before
issuing report
 Auditor tidak memiliki kewajiban untuk melaksanakan prosedur audit atas
laporan keuangan setelah tanggal laporan auditor. Namun, jika setelah
tanggal laporan auditor tetapi sebelum tanggal laporan keuangan diterbitkan,
suatu fakta diketemukan oleh auditor yang dapat menyebabkan auditor
mengubah laporan auditnya jika fakta tersebut telah diketahui oleh auditor
pada tanggal laporan auditor, maka auditor harus:
 Membahas hal tersebut dengan manajemen dan, jika relevan, kepada pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola;
 Menentukan apakah laporan keuangan tersebut memerlukan perubahan, dan
 Meminta keterangan bagaimana manajemen akan memperlakukan hal tersebut
dalam laporan keuangan.
 Jika manajemen mengubah laporan keuangan, maka auditor harus:
 Melaksanakan prosedur audit yang diperlukan dalam kondisi atas perubahan
tersebut.
 Jika pembatasan perubahan tidak diperbolehkan, maka perluas prosedur audit
subsequent event sampai tanggal baru dan menyediakan laporan audit baru.
Laporan auditor yang baru tidak dapat diberi tanggal lebih awal daripada tanggal
persetujuan atas perubahan laporan keuangan.
 Jika pembatasan perubahan diperbolehkan, maka:
 Dual dating
 Membuat laporan audit baru dengan paragraph penekanan suatu hal atau hal lain yang
menyatakan adanya pembatasan perubahan.
 Jika manajemen tidak mengubah laporan keuangan yang dalam pertimbangan
auditor perlu dilakukan perubahan, maka:
 Jika laporan auditor belum diserahkan kepada entitas, maka auditor harus
mengubah opininya seperti yang diharuskan dalam SA 705 dan menyerahkan
laporan
 Jika laporan auditor telah diserahkan kepada entitas, maka auditor harus
memberitahu manajemen dan, kecuali jika semua pihak yang bertanggung jawab
atas tata kelola terlibat dalam pengelolaan entitas, pihak yang bertanggung jawab
atas tata kelola entitas, agar tidak menerbitkan laporan keuangan kepada pihak
ketiga sebelum perubahan yang diperlukan dibuat. Jika laporan keuangan
diterbitkan kemudian tanpa memasukkan perubahan yang diperlukan, auditor harus
mengambil tindakan yang tepat, untuk mencegah pengguna meletakkan
kepercayaan terhadap laporan auditor tersebut.
3. Subsequent discovery of facts after
issuing report
 Setelah laporan keuangan diterbitkan, auditor tidak memiliki kewajiban untuk
melaksanakan prosedur audit atas laporan keuangan tersebut. Namun, jika,
setelah laporan keuangan diterbitkan, suatu fakta diketahui oleh auditor,
yang jika fakta tersebut diketahui oleh auditor pada tanggal laporan auditor,
dapat menyebabkan auditor mengubah laporan auditnya, maka auditor harus:
 Membahas hal tersebut dengan manajemen dan, jika relevan, dengan pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola.
 Menentukan apakah laporan keuangan memerlukan perubahan atau tidak
 Meminta keterangan bagaimana manajemen bermaksud untuk menyelesaikan hal
tersebut dalam laporan keuangan
 Jika manajemen mengubah laporan keuangan, maka auditor harus:
 Melaksanakan prosedur audit yang diperlukan dalam kondisi atas perubahan
tersebut;
 Menelaah tahap-tahap yang dilakukan oleh manajemen untuk memastikan bahwa
setiap pihak yang menerima laporan keuangan yang diterbitkan sebelumnya
bersamaan dengan laporan auditor, diberi informasi tentang situasi tersebut.

 Lakukan prosedur dengan pembatasan perubahan atau jika pembatasan perubahan


dilarang.
 Jika manajemen tidak mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk
memastikan bahwa setiap pihak yang menerima laporan keuangan yang
diterbitkan sebelumnya sudah diberitahu tentang situasi tersebut dan juga
tidak mengubah laporan keuangan dalam kondisi yang auditor yakin bahwa
laporan keuangan tersebut perlu diubah, maka auditor harus memberitahu
manajemen dan, kecuali jika semua pihak yang bertanggung jawab atas tata
kelola terlibat dalam pengelolaan entitas,7 pihak yang bertanggung jawab atas
tata kelola, bahwa auditor akan berusaha untuk mencegah pengguna
meletakkan kepercayaan masa depan terhadap laporan auditor tersebut. Jika,
meskipun dengan pemberitahuan tersebut, manajemen atau pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola tidak mengambil langkah-langkah yang
diperlukan tersebut, maka auditor harus mengambil tindakan yang tepat untuk
mencegah pengguna meletakkan kepercayaan terhadap laporan auditor.
SA 570 – Kelangsungan Usaha

 Tanggung jawab auditor adalah


 untuk memeroleh bukti audit yang cukup dan tepat mengenai, serta menyimpulkan
bahwa, ketepatan penggunaan basis akuntansi kelangsungan usaha oleh manajemen
dalam penyusunan laporan keuangan, dan
 untuk menyimpulkan, berdasarkan bukti audit yang diperoleh, apakah terdapat
suatu ketidakpastian material tentang kemampuan entitas untuk mempertahankan
kelangsungan usahanya
1. Risk assessment

 auditor harus mendiskusikan penilaian tersebut dengan manajemen dan


menentukan apakah manajemen telah mengidentifikasi peristiwa atau kondisi
yang, baik secara individual maupun kolektif, dapat menyebabkan keraguan
signifikan atas kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan
usahanya dan, jika demikian, rencana manajemen dalam meresponsnya; atau
 Ketika penilaian tersebut belum dilaksanakan, auditor harus mendiskusikan
dengan manajemen mengenai dasar penggunaan basis akuntansi kelangsungan
usaha yang dimaksudkan, dan meminta keterangan kepada manajemen
apakah terdapat peristiwa atau kondisi yang, baik secara individual maupun
kolektif, dapat menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan entitas
untuk mempertahankan kelangsungan usahanya.
 Jika penilaian manajemen atas kemampuan entitas untuk mempertahankan
kelangsungan usahanya mencakup suatu periode yang kurang dari 12 bulan
dari tanggal laporan keuangan sebagaimana yang didefinisikan dalam SA 560
(Revisi 2021),4 maka auditor harus meminta manajemen untuk memperluas
periode penilaiannya menjadi sekurang-kurangnya 12 bulan dari tanggal
tersebut.
2. Ketika going concern teridentifikasi
oleh auditor
 Ketika manajemen belum melaksanakan suatu penilaian atas kemampuan entitas
untuk mempertahankan kelangsungan usahanya, auditor meminta manajemen untuk
melaksanakan penilaian tersebut
 Pengevaluasian atas rencana manajemen untuk tindakan di masa depan yang
berkaitan dengan penilaian kelangsungan usaha entitas, apakah hasil rencana
tersebut kemungkinan memperbaiki situasi, dan apakah rencana manajemen layak
dilaksanakan sesuai dengan kondisinya
 Ketika entitas sudah menyusun rencana, evaluasi keandalan data dan asumsi rencana
 Mempertimbangkan apakah setiap fakta atau informasi tambahan telah tersedia
sejak tanggal dilakukannya penilaian tersebut oleh manajemen.
 Meminta representasi tertulis dari manajemen dan, jika relevan, pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola, tentang rencana tindakan di masa depan dan
kelayakannya.
Kesimpulan auditor

 Ketika laporan keuangan telah disusun menggunakan basis akuntansi kelangsungan usaha, namun menurut
pertimbangan auditor, penggunaan basis akuntansi kelangsungan usaha dalam laporan keuangan oleh manajemen
tidak tepat, auditor harus menyatakan suatu opini tidak wajar.
 Ketika pengungkapan yang memadai atas suatu ketidakpastian material dicantumkan dalam laporan keuangan,
auditor harus menyatakan suatu opini tanpa modifikasian dan laporan auditor harus mencantumkan pada suatu
paragraf terpisah dengan menggunakan judul “Ketidakpastian Material yang Terkait dengan Kelangsungan Usaha”
untuk menarik perhatian pengguna dan penjelasan tidak modifikasi opini
 Ketika manajemen tidak bersedia untuk membuat atau memperluas penilaiannya ketika diminta oleh auditor untuk
melakukannya, auditor dapat menyatakan suatu opini wajar dengan pengecualian atau opini tidak menyatakan
pendapat dalam laporan auditor, karena tidak mungkin bagi auditor untuk memeroleh bukti audit yang cukup dan
tepat.
 Ketika pengungkapan yang memadai atas suatu ketidakpastian material tidak dicantumkan dalam laporan
keuangan, auditor harus:
 Menyatakan suatu opini wajar dengan pengecualian atau opini tidak wajar, sesuai dengan kondisinya, berdasarkan SA 705
 Pada paragraf Basis untuk Opini Wajar dengan Pengecualian (atau paragraf Basis untuk Opini Tidak Wajar) dalam laporan
auditor, menyatakan bahwa terdapat suatu ketidakpastian material yang dapat menyebabkan keraguan signifikan atas
kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan usahanya dan bahwa laporan keuangan tidak mengungkapkan hal
tersebut secara memadai.
SA 580 – Representasi Tertulis

Keraguan atas Keandalan Representasi Tertulis Ketika auditor memiliki keraguan


tentang kompetensi, integritas, nilai-nilai etik, atau kesungguhan manajemen,
atau komitmen mereka dalam menerapkan hal ini, auditor harus
 menentukan dampak keraguan tersebut terhadap keandalan representasi
(lisan atau tulisan) dan bukti audit secara umum.
 Dalam kondisi tersebut, auditor dapat mempertimbangkan untuk menarik diri
dari perikatan.
 menentukan dampak yang mungkin muncul terhadap opini di dalam laporan
auditor berdasarkan SA 705 (Revisi 2021)
 Representasi Tertulis yang Diminta Tidak Disediakan
 Jika manajemen tidak memberikan satu atau lebih representasi tertulis yang
diminta, maka auditor harus:
 Mendiskusikan hal ini kepada manajemen;
 Mengevaluasi ulang integritas manajemen dan mengevaluasi dampak yang dapat
muncul terhadap keandalan representasi (baik secara lisan maupun tertulis) dan
bukti audit secara umum; dan
 Mengambil langkah yang tepat, termasuk menentukan dampak yang dapat muncul
terhadap opini dalam laporan auditor berdasarkan SA 705
Jika representasi tertulis diragukan atau tidak diberikan maka Auditor tidak
memberikan opini atas laporan keuangan berdasarkan SA 705.
 dalam beberapa kondisi, manajemen dapat memutuskan untuk meminta
keterangan dari pihak lain yang berpartisipasi dalam menyusun dan
menyajikan laporan keuangan beserta asersi-asersi yang terkait, termasuk
individu-individu yang memiliki pengetahuan tertentu mengenai hal-hal yang
dimintakan representasi tertulis. Individu-individu tersebut dapat termasuk:
 Aktuaris yang bertanggung jawab untuk perhitungan aktuarial yang digunakan
dalam pengukuran akuntansi
 Staf insinyur yang memiliki tanggung jawab dan pengetahuan khusus mengenai
pengukuran liabilitas terhadap lingkungan
 Penasihat hukum internal yang dapat menyediakan informasi penting untuk provisi
atas tuntutan hukum.
 Auditor juga dapat meminta manajemen untuk mengonfirmasi ulang
pengakuan dan pemahaman mereka terhadap tanggung jawab tersebut dalam
representasi tertulis. Hal ini biasa terjadi dalam yurisdiksi tertentu, namun
dalam peristiwa apa pun mungkin tepat ketika:
 Pihak yang menandatangani ketentuan perikatan audit atas nama entitas sudah
tidak lagi memiliki tanggung jawab yang relevan
 Ketentuan perikatan audit disiapkan pada tahun sebelumnya
 Terdapat indikasi bahwa manajemen salah memahami tanggung jawab tersebut;

 Perubahan kondisi yang membuat hal tersebut menjadi tepat untuk dilakukan.
Representasi Tertulis Lainnya

 Representasi tambahan ini dapat meliputi representasi berikut ini:


 Apakah pemilihan dan penerapan kebijakan akuntansi sudah tepat; dan
 Apakah hal-hal berikut ini, jika relevan dengan kerangka pelaporan keuangan yang
berlaku, telah diketahui, diukur, disajikan atau diungkapkan sesuai dengan
kerangka tersebut:
 Rencana atau maksud yang dapat memengaruhi nilai tercatat atau klasifikasi aset dan
liabilitas;
 Liabilitas, baik yang aktual maupun yang kontinjen;
 Hak terhadap, atau pengendalian atas aset, hak gadai atas aset, dan aset yang digadaikan
sebagai jaminan; dan
 Berbagai aspek peraturan perundang-undangan, dan kontrak perjanjian yang dapat
memengaruhi laporan keuangan, termasuk ketidakpatuhan.
Representasi Tertulis tentang Asersi
Spesifik
 Ketika memeroleh bukti tentang, atau mengevaluasi, pertimbangan dan
maksud auditor dapat mempertimbangkan satu atau lebih hal berikut:
 Riwayat masa lalu entitas dalam melaksanakan maksud yang telah dinyatakan
 Alasan entitas dalam memilih suatu tindakan tertentu.
 Kemampuan entitas untuk melaksanakan suatu rangkaian tindakan spesifik.
 Keberadaan atau tidak adanya informasi lain yang diperoleh selama audit yang
mungkin tidak konsisten dengan pertimbangan atau maksud manajemen
SA 600 – Auditor Grup

Tujuan auditor adalah:


 Untuk menentukan apakah bertindak sebagai auditor laporan keuangan grup;
 Jika bertindak sebagai auditor laporan keuangan grup:
 Untuk berkomunikasi secara jelas dengan auditor komponen mengenai ruang
lingkup dan saat pekerjaannya atas informasi keuangan yang berkaitan dengan
komponen serta temuannya; dan
 Untuk memeroleh bukti audit yang cukup dan tepat mengenai informasi keuangan
komponen dan proses konsolidasi untuk menyatakan suatu opini apakah laporan
keuangan grup telah disusun, dalam semua hal yang material, sesuai dengan
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.
Pemahaman Auditor Komponen

 tim perikatan grup harus memeroleh pemahaman tentang hal berikut ini:
 Apakah auditor komponen memahami dan akan mematuhi ketentuan etika yang relevan dengan
audit grup dan, terutama apakah auditor komponen independen
 Kompetensi profesional auditor komponen
 Apakah tim perikatan grup dapat terlibat dalam pekerjaan auditor komponen sepanjang
diperlukan untuk memeroleh bukti audit yang cukup dan tepat
 Apakah auditor komponen beroperasi dalam suatu lingkungan yang aktif mengawasi auditor.
Ketika auditor komponen tidak memenuhi ketentuan independensi yang relevan
dengan audit grup, atau tim perikatan grup memiliki kepedulian serius tentang hal-
hal lain yang dicantumkan dalam paragraf 19(a)-(c), tim perikatan grup harus memeroleh bukti
audit yang cukup dan tepat berkaitan dengan informasi keuangan
komponen tanpa meminta kepada auditor komponen untuk melaksanakan pekerjaan
atas informasi keuangan komponen tersebut.
Respons terhadap Risiko yang Telah
Dinilai
 Auditor diharuskan untuk mendesain dan mengimplementasikan respons tepat
yang ditujukan ke risiko yang telah dinilai atas kesalahan penyajian material
laporan keuangan.9 Tim perikatan grup harus menentukan tipe pekerjaan
yang dilaksanakan oleh tim perikatan grup, atau auditor komponen atas nama
tim perikatan grup, terhadap informasi keuangan komponen (lihat paragraf
26-29). Tim perikatan grup harus juga menentukan sifat, saat, dan luas
keterlibatan mereka dalam pekerjaan auditor komponen
 Ketika sifat, saat, dan luas pekerjaan yang dilaksanakan atas proses
konsolidasi atau informasi keuangan komponen didasarkan pada suatu
ekspektasi bahwa pengendalian grup secara keseluruhan beroperasi secara
efektif, atau jika prosedur substantif sendiri tidak dapat memberikan bukti
audit yang cukup dan tepat, tim perikatan grup harus menguji, atau meminta
auditor komponen untuk menguji, efektivitas operasi pengendalian tersebut.
 Untuk komponen yang bukan merupakan komponen signifikan, tim perikatan grup harus
melaksanakan prosedur analitis pada tingkat grup
 Tim perikatan grup harus mengevaluasi ketepatan, kelengkapan, dan akurasi penyesuaian
dan reklasifikasi konsolidasi, dan harus mengevaluasi apakah terdapat faktor-faktor risiko
kecurangan atau kemungkinan bias manajemen
 Ketika tim perikatan grup tidak mempertimbangkan bahwa bukti audit yang cukup dan
tepat yang menjadi basis opini audit grup akan diperoleh dari audit atas komponen
signifikan, pengendalian grup, konsolidasi, dan prosedur analitis, tim perikatan grup harus
memilih komponen yang bukan merupakan komponen signifikan dan harus melaksanakan,
atau meminta seorang auditor komponen untuk melaksanakan, satu atau lebih berikut ini
atas informasi keuangan komponen secara individual terpilih:
 Audit LK Komponen dengan materialitas komponen
 Audit asersi
 Reviu
Komunikasi kepada Auditor Komponen

 komunikasi tersebut juga mencakup berikut ini:


 Permintaan kerja sama
 Ketentuan etika
 Salah saji diatas materialitas komponen
 Risiko salah saji material
 Daftar pihak berelasi yang dibuat oleh manajemen grup
 Temuan dan kesulitan signifikan
Komunikasi kepada Pihak yang
Bertanggung Jawab atas Tata Kelola Grup
 Ringkasan tipe pekerjaan yang harus dilaksanakan atas informasi keuangan
komponen
 Ringkasan sifat keterlibatan tim perikatan grup yang direncanakan dalam
pekerjaan yang dilaksanakan oleh auditor komponen atas informasi keuangan
komponen signifikan.
 Hal-hal yang dihasilkan dari pengevaluasian tim perikatan grup atas pekerjaan
auditor komponen yang berkaitan dengan mutu pekerjaan auditor tersebut.
 Keterbatasan dalam audit grup, sebagai contoh, jika akses tim perikatan grup
terhadap informasi dibatasi
 Kecurangan atau dugaan kecurangan yang melibatkan manajemen grup
Pemahaman tim perikatan grup

 Struktur grup
 Aktivitas bisnis komponen yang signifikan bagi grup
 Penggunaan organisasi jasa
 Gambaran tentang pengendalian grup secara keseluruhan.
 Kompleksitas proses konsolidasi.
 Penunjukan lebihd dari satu auditor
Instruksi yang Dikeluarkan oleh Manajemen Grup kepada Komponen

 Kebijakan akuntansi yang diterapkan;


 Jadwal pelaporan.
 Ketentuan statuta dan pengungkapan lain yang diterapkan terhadap laporan
keuangan grup, termasuk:
 Identifikasi dan pelaporan segmen;
 Hubungan dan transaksi pihak berelasi;
 Transaksi antar komponen dalam grup dan laba belum direalisasikan;
 Saldo akun antar grup; dan
Keterlibatan dalam Pekerjaan yang Dilaksanakan oleh Auditor
Komponen

 Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keterlibatan tim perikatan grup ke


dalam pekerjaan auditor komponen mencakup:
 Signifikansi komponen
 Risiko kesalahan penyajian material yang signifikan yang teridentifikasi dalam
laporan keuangan grup; dan
 Pemahaman tim perikatan grup tentang auditor komponen
Proses Konsolidasi

 Mengevaluasi apakah penyesuaian signifikan telah dengan tepat


mencerminkan peristiwa dan transaksi yang melandasinya;
 Menentukan apakah penyesuaian signifikan telah dihitung dengan benar
diproses, dan diotorisasi oleh manajemen grup, dan jika relevan, oleh
manajemen komponen;
 Menentukan apakah penyesuaian signifikan telah didukung oleh bukti yang
tepat dan telah cukup didokumentasikan; dan
 Mengecek rekonsiliasi dan eliminasi transaksi antarkomponen dalam grup dan
laba yang belum direalisasikan, dan saldo akun antarkomponen dalam grup.
 contoh hal-hal yang dapat signifikan bagi laporan keuangan komponen yang
mungkin manajemen komponen tidak menyadarinya mencakup berikut ini:
 Litigasi potensial.
 Rencana penghancuran aset operasi yang material.
 Peristiwa setelah tanggal pelaporan.
 Perjanjian legal signifikan.
 Rekan perikatan grup bertanggung jawab atas pengarahan, penyupervisian,
dan pelaksanaan perikatan audit grup sesuai dengan standar profesional dan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan apakah laporan
auditor yang diterbitkan telah sesuai dengan kondisinya.3 Sebagai akibatnya,
laporan auditor atas laporan keuangan grup tidak boleh mengacu ke auditor
komponen.
Penerimaan dan Keberlanjutan

 Jika rekan perikatan grup berkesimpulan bahwa:


 Tidak dimungkinkan bagi tim perikatan grup untuk memeroleh bukti audit yang
cukup dan tepat karena restriksi yang dilakukan oleh manajemen grup; dan
 Dampak yang mungkin dari ketidakmampuan ini akan mengakibatkan auditor tidak
menyatakan opini atas laporan keuangan grup
Rekan perikatan grup harus:
 Dalam hal perikatan baru, tidak menerima perikatan tersebut, atau, dalam hal
perikatan keberlanjutan, menarik diri dari perikatan
 Ketika peraturan perundang-undangan melarang auditor untuk menolak suatu
perikatan atau ketika pengunduran diri dari perikatan tidak dimungkinkan,
melaksanakan audit atas laporan keuangan grup seluas mungkin, menyatakan tidak
memberikan opini atas laporan keuangan grup
SA 610 – Internal Audit

Tujuan auditor eksternal, ketika entitas memiliki fungsi audit internal dan auditor
eksternal mengharapkan untuk menggunakan pekerjaan fungsi audit internal untuk
memodifikasi sifat atau saat, atau mengurangi luas, prosedur audit yang harus
dilaksanakan secara langsung oleh auditor eksternal, atau menggunakan auditor
internal untuk memberikan asistensi langsung, adalah: Untuk menentukan apakah
pekerjaan fungsi audit internal atau asistensi langsung dari auditor internal dapat
digunakan, dan jika demikian, pada area mana, dan seberapa luas;
Dan jika telah memutuskan hal tersebut:
 Ketika menggunakan pekerjaan fungsi audit internal, untuk menentukan apakah
pekerjaan tersebut memadai untuk tujuan audit; dan
 Ketika menggunakan auditor internal dalam memberikan asistensi langsung untuk
memberikan arahan, supervisi, dan penelaahan pekerjaan auditor internal secara
tepat
1. Penentuan Apakah
Pekerjaan Fungsi Audit Internal dan asistensi langsung Dapat
Digunakan, Pada Area Mana dan Seberapa Luas
,

 Banyaknya pertimbangan yang diterapkan dalam perencanaan, pelaksanaan,


dan evaluasi bukti audit
 Level risiko salah saji yang telah dinilai
 Memadainya level objektivitas, kompetesi
2. Penggunaan Auditor Internal untuk
Memberikan Asistensi Langsung
auditor eksternal harus:
 Memeroleh perjanjian tertulis dari pihak yang berwenang mewakili entitas
bahwa auditor internal diperkenankan untuk mengikuti instruksi auditor
eksternal, dan bahwa entitas tidak akan mengintervensi pekerjaan yang
dilaksanakan oleh auditor internal untuk auditor eksternal; dan
 Memeroleh perjanjian tertulis dari auditor internal bahwa auditor internal
akan menjaga kerahasiaan atas hal-hal spesifik yang diinstruksikan oleh
auditor eksternal dan menginformasikan auditor eksternal atas setiap
ancaman terhadap objektivitasnya.
 Auditor eksternal harus memberi arahan, supervisi, dan penelaahan pekerjaan
yang dilaksanakan oleh auditor internal pada perikatan
 Contoh pekerjaan fungsi audit internal yang dapat digunakan oleh auditor
eksternal mencakup hal-hal sebagai berikut:
 Menguji keefektivitasan operasi pengendalian
 Prosedur substantif yang melibatkan pertimbangan terbatas
 Observasi penghitungan persediaan.
 Menelusuri transaksi melalui sistem informasi yang relevan dengan pelaporan
keuangan.
 Menguji kepatuhan terhadap ketentuan regulator.
 audit atau reviu atas informasi keuangan entitas anak yang bukan merupakan
komponen signifikan bagi grup
SA 620 – Pakar Auditor

Tujuan auditor adalah:


 Untuk menentukan apakah perlu menggunakan pekerjaan seorang pakar
auditor; dan
 Jika menggunakan pekerjaan pakar auditor, untuk menentukan apakah
pekerjaan tersebut memadai untuk tujuan auditor.
1. Sifat, saat, dan luas prosedur

 Dalam menentukan sifat, saat, dan luas prosedur tersebut, auditor harus
mempertimbangkan berbagai hal termasuk:
 Sifat dari hal yang berkaitan dengan pekerjaan pakar;
 Risiko kesalahan penyajian material dalam hal yang berkaitan dengan pekerjaan
pakar;
 Signifikansi pekerjaan pakar dalam konteks audit;
 Pengetahuan dan pengalaman auditor tentang pekerjaan yang dilakukan
sebelumnya oleh pakar tersebut; dan
 Apakah pakar tersebut tunduk pada kebijakan dan prosedur pengendalian mutu KAP
auditor
2. kompetensi, kapabilitas dan
objektivitas
 Auditor perlu mengevaluasi apakah pakar auditor memiliki kompetensi,
kapabilitas dan objektivitas yang diperlukan untuk tujuan auditor. Dalam hal
pakar eksternal yang ditunjuk auditor, evaluasi atas objektivitas harus 1
mencakup permintaan keterangan tentang kepentingan dan hubungan yang
mungkin dapat menjadi sebuah ancaman terhadap objektivitas pakar
tersebut.
3. Pemerolehan Suatu Pemahaman
tentang Bidang Keahlian Pakar Auditor
 Auditor harus memeroleh suatu pemahaman yang cukup tentang bidang
keahlian pakar untuk memungkinkan auditor dalam:
 Menentukan sifat, ruang lingkup, dan tujuan pekerjaan pakar untuk tujuan auditor;
dan
 Mengevaluasi kecukupan pekerjaan tersebut untuk tujuan auditor
4. Perjanjian dengan Pakar Auditor

 Auditor harus menyetujui, secara tertulis bila diperlukan, atas hal-hal berikut
dengan pakar auditor:
 Sifat, ruang lingkup, dan tujuan pekerjaan pakar;
 Peran dan tanggung jawab auditor dan pakar tersebut;
 Sifat, saat, dan luas komunikasi antara auditor dan pakar tersebut
 Kebutuhan pakar tersebut untuk mengobservasi ketentuan kerahasiaan.
5. Pengevaluasian atas Kecukupan
Pekerjaan Pakar Auditor
 Auditor harus mengevaluasi kecukupan pekerjaan pakar auditor untuk tujuan
auditor, yang mencakup:
 Relevansi dan kelayakan dari temuan atau kesimpulan pakar tersebut, dan
konsistensi hal-hal tersebut dengan bukti audit lain;
 Jika pekerjaan pakar tersebut melibatkan penggunaan asumsi dan metode
signifikan, relevansi, dan kewajaran asumsi dan metode tersebut sesuai kondisinya;
dan
 Jika pekerjaan pakar tersebut melibatkan penggunaan data sumber yang signifikan
bagi pekerjaan pakar tersebut, relevansi, kelengkapan, dan keakuratan data
sumber tersebut.
 Seorang auditor yang bukan merupakan pakar dalam bidang relevan selain
akuntansi atau audit, mungkin dapat memeroleh pemahaman yang cukup
dalam bidang tersebut untuk melaksanakan audit tanpa menggunakan pakar
auditor. Pemahaman ini dapat diperoleh melalui, sebagai contoh:
 Pengalaman dalam mengaudit entitas yang mengharuskan keahlian tersebut dalam
penyusunan laporan keuangan.
 Pendidikan atau pengembangan profesional dalam bidang tertentu.
 Mendiskusikan dengan auditor yang melaksanakan perikatan serupa
 Jika auditor menentukan bahwa pekerjaan pakar auditor tersebut tidak
memadai untuk tujuan auditor, maka auditor harus:
 Setuju dengan pakar tersebut atas sifat dan luas pekerjaan selanjutnya yang akan
dilaksanakan oleh pakar tersebut; atau
 Melaksanakan prosedur audit tambahan yang tepat atas kondisi tersebut.

 Auditor tidak boleh mengacu ke pekerjaan seorang pakar auditor dalam laporan auditor
yang berisi suatu opini tanpa modifikasian kecuali diharuskan oleh peraturan perundang-
undangan.
 Ketika auditor membuat pengacuan ke pekerjaan seorang pakar auditor dalam laporan
auditor karena pengacuan tersebut relevan dengan suatu pemahaman atas modifikasi
terhadap opini auditor, auditor harus menunjukkan dalam laporan auditor bahwa
pengacuan tersebut tidak mengurangi tanggung jawab auditor atas opini tersebut.
 Keahlian di suatu bidang selain akuntansi atau audit mungkin mencakup
keahlian yang berkaitan dengan hal-hal seperti:
 Penilaian atas instrumen keuangan yang kompleks, tanah dan bangunan mesin dan
pabrik, perhiasan, karya seni, barang antik, aset takberwujud, aset yang diperoleh
dan liabilitas yang diambil alih dalam kombinasi bisnis dan aset yang mungkin telah
mengalami penurunan nilai.
 Perhitungan aktuaris atas liabilitas yang berkaitan dengan kontrak asuransi atau
program manfaat bagi karyawan.
 Estimasi cadangan minyak dan gas.
 Penilaian atas liabilitas lingkungan, dan biaya pembersihan lingkungan.
 Interpretasi atas kontrak dan peraturan perundang-undangan.
 Analisis atas isu kepatuhan pajak yang kompleks atau tidak biasa
 Pertimbangan ketika memutuskan apakah menggunakan seorang pakar auditor
mencakup:
 Apakah manajemen telah menggunakan pakar manajemen dalam penyusunan
laporan keuangan
 Sifat dan sigfinikansi hal tersebut, termasuk kompleksitasnya
 Terdapat risiko kesalahan penyajian material dalam hal tersebut.
 Sifat prosedur yang diharapkan untuk merespons risiko yang teridentifikasi tersebut
yang berkaitan dengan hal-hal tersebut
 Informasi tentang kompetensi, kapabilitas, dan objektivitas pakar auditor
dapat berasal dari berbagai sumber, seperti:
 Pengalaman pribadi pakar tersebut dengan pekerjaan sebelumnya
 Diskusi dengan pakar tersebut.
 Diskusi dengan auditor lain atau pihak lain yang familier dengan pekerjaan pakar
tersebut.
 Pengetahuan atas kualifikasi pakar tersebut, keanggotaan dalam organisasi
profesional, atau asosiasi industri, izin praktik, atau bentuk pengakuan eksternal
lainnya
 Makalah atau buku yang diterbitkan yang ditulis oleh pakar tersebut.
 Kebijakan dan prosedur pengendalian mutu KAP auditor tersebut
Peran dan Tanggung Jawab

 Kesepakatan tentang peran dan tanggung jawab auditor dan pakar auditor
dapat mencakup:
 Apakah auditor atau pakar auditor akan melakukan pengujian rinci atas data
sumber.
 Persetujuan bagi auditor untuk membahas temuan atau kesimpulan pakar auditor
dengan entitas dan pihak lain, dan memuat rincian temuan atau kesimpulan pakar
tersebut sebagai basis untuk modifikasi opini dalam laporan auditor, jika diperlukan
 Kesepakatan untuk memberikan informasi kepada pakar auditor atas kesimpulan
auditor tentang pekerjaan pakar tersebut
 Aspek-aspek bidang keahlian pakar auditor yang relevan terhadap
pemahaman auditor dapat mencakup:
 Apakah bidang keahlian pakar tersebut mempunyai area khusus yang relevan
dengan audit
 Apakah terdapat ketentuan profesional atau standar lain dan peraturan perundang-
undangan berlaku.
 Apakah asumsi dan metode, termasuk model jika relevan, digunakan oleh pakar
auditor, dan apakah hal-hal tersebut dapat diterima secara umum dalam bidang
keahlian pakar tersebut dan tepat untuk tujuan pelaporan keuangan.
 Sifat data atau informasi internal dan eksternal yang digunakan oleh pakar auditor.
Temuan dan Kesimpulan Pakar Auditor

 Prosedur spesifik untuk mengevaluasi kecukupan pekerjaan pakar auditor untuk tujuan
auditor dapat mencakup:
 Permintaan keterangan kepada pakar auditor.
 Menelaah kertas kerja dan laporan pakar auditor
 Mendiskusikan laporan pakar auditor dengan manajemen
 Mendiskusikan dengan pakar lain dengan keahlian yang relevan ketika sebagai contoh, temuan
atau kesimpulan pakar auditor tidak konsisten dengan bukti audit lainnya.
 Prosedur koroborasi, seperti:
 Mengobservasi pekerjaan pakar auditor
 Memeriksa data terpublikasi,
 Konfirmasi hal-hal relevan kepada pihak ketiga
 Melaksanakan prosedur analisis rinci
 Melaksanakan penghitungan kembali.
 Faktor-faktor yang relevan ketika mengevaluasi relevansi dan kewajaran temuan
atau kesimpulan pakar auditor, dalam bentuk laporan atau bentuk lainnya, dapat
mencakup apakah faktor-faktor tersebut:
 Disajikan dengan suatu cara yang konsisten dengan standar profesi atau industri pakar
auditor.
 Dinyatakan secara jelas, termasuk pengacuan ke tujuan yang disepakati dengan
auditor, ruang lingkup pekerjaaan yang dilaksanakan dan standar yang diterapkan.
 Berdasarkan periode yang tepat dan memperhitungkan peristiwa setelah tanggal
pelaporan, jika relevan.
 Tunduk pada reservasi, pembatasan, atau larangan dalam penggunaan, dan jika
demikian, apakah pembatasan ini mempunyai implikasi terhadap auditor
 Berdasarkan pertimbangan yang tepat atas kesalahan atau penyimpangan yang
ditemukan oleh pakar auditor.
Asumsi, Metode, dan Data Sumber

 faktor yang relevan untuk evaluasi auditor atas asumsi dan metode tersebut
mencakup apakah hal-hal tersebut:
 Diterima secara umum dalam bidang keahlian pakar auditor;
 Konsisten dengan ketentuan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku
 Dependen pada penggunaan model khusus; dan
 Konsisten dengan yang dipakai oleh manajemen, jika tidak, alasan dan dampak,
perbedaan tersebut
Pekerjaan yang Tidak Memadai

 Ketika auditor menyimpulkan bahwa pekerjaan pakar auditor tidak memadai


untuk tujuan auditor dan auditor tidak dapat menyelesaikan hal tersebut
melalui prosedur audit tambahan yang diharuskan oleh paragraf 13, yang
mungkin melibatkan pekerjaan lanjutan yang dilakukan oleh pakar tersebut
dan auditor, atau termasuk mempekerjakan atau melakukan perikatan
dengan pakar lain, mungkin diperlukan untuk menyatakan suatu opini
modifikasian dalam laporan auditor berdasarkan SA 705 (Revisi 2021) karena
auditor tidak memeroleh bukti audit yang cukup dan tepat
SA 700 – Perumusan Opini

 Auditor harus merumuskan suatu opini tentang apakah laporan keuangan disusun, dalam
semua hal yang material, sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku
 Untuk merumuskan opini tersebut, auditor harus menyimpulkan apakah auditor telah
memeroleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan secara keseluruhan
bebas dari kesalahan penyajian material, baik yang disebabkan oleh kecurangan maupun
kesalahan.
 Kesimpulan tersebut harus mempertimbangkan:
 Kesimpulan auditor, berdasarkan SA 330 (Revisi 2021), apakah bukti audit yang cukup dan
tepat telah diperoleh
 Kesimpulan auditor, berdasarkan SA 450 (Revisi 2021), apakah kesalahan penyajian yang tidak
dikoreksi adalah material, baik secara individual maupun secara agregat
 pertimbangan atas aspek kualitatif praktik akuntansi entitas, termasuk indikator kemungkinan
bias dalam pertimbangan manajemen
 Secara khusus, auditor harus mengevaluasi apakah, dari sudut pandang ketentuan kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku:
 Laporan keuangan mengungkapkan kebijakan akuntansi signifikan yang dipilih dan diterapkan
secara tepat. Dalam membuat evaluasi ini, auditor harus mempertimbangkan relevansi kebijakan
akuntansi dengan entitas, dan apakah kebijakan akuntansi tersebut telah disajikan dengan cara
yang dapat dipahami
 Kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan tidak bertentangan dengan kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku dan sudah tepat;
 Estimasi akuntansi yang dibuat oleh manajemen adalah wajar;
 Informasi yang disajikan dalam laporan 1 keuangan adalah relevan, dapat diandalkan, dapat
diperbandingkan, dan dapat dipahami.
 Laporan keuangan menyediakan pengungkapan yang memadai untuk memungkinkan pengguna laporan
keuangan yang dituju memahami pengaruh transaksi dan peristiwa material terhadap informasi yang
disampaikan dalam laporan keuangan; dan
 Terminologi yang digunakan dalam laporan keuangan, termasuk judul setiap laporan keuangan, sudah tepat
 Pengevaluasian auditor tentang apakah laporan keuangan mencapai penyajian
wajar harus mencakup pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:
 Penyajian, struktur, dan isi laporan keuangan secara keseluruhan; dan
 Apakah laporan keuangan mencerminkan transaksi dan peristiwa yang
mendasarinya dengan suatu cara yang mencapai penyajian wajar.
 Ketika laporan keuangan disusun sesuai dengan ketentuan suatu kerangka
penyajian wajar tidak mencapai penyajian wajar, auditor harus mendiskusikan hal
tersebut dengan manajemen dan, tergantung dari ketentuan kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku dan bagaimana hal tersebut diselesaikan, harus menentukan
apakah perlu untuk memodifikasi opininya dalam laporan auditor berdasarkan
 Ketika laporan keuangan disusun sesuai dengan kerangka kepatuhan, auditor tidak
diharuskan untuk mengevaluasi apakah laporan keuangan mencapai penyajian
wajar. Namun, jika dalam kondisi yang sangat jarang terjadi, auditor
menyimpulkan bahwa laporan keuangan tersebut menyesatkan, maka auditor harus
mendiskusikan hal tersebut dengan manajemen dan, tergantung dari bagaimana hal
tersebut diselesaikan, harus menentukan apakah, dan bagaimana,
mengomunikasikan hal tersebut dalam laporan auditor

SA 705 – Modifikasi opini

 Pervasif: Suatu istilah yang digunakan dalam konteks kesalahan penyajian


untuk menggambarkan dampak kesalahan penyajian terhadap laporan
keuangan atau kemungkinan dampak kesalahan penyajian terhadap laporan
keuangan, jika relevan, yang tidak dapat terdeteksi karena ketidakmampuan
untuk memeroleh bukti audit yang cukup dan tepat. Dampak yang pervasif
terhadap laporan keuangan adalah dampak yang menurut pertimbangan
auditor:
 Tidak terbatas pada unsur, akun, atau pos spesifik laporan keuangan
 Ketika dibatasi, merupakan atau dapat merupakan suatu proporsi yang substansial
dari laporan keuangan; atau
 Dalam hubungannya dengan pengungkapan, bersifat fundamental bagi pemahaman
pengguna laporan keuangan.
 Auditor harus memodifikasi opini dalam laporan auditor ketika:
 Auditor menyimpulkan bahwa, berdasarkan bukti audit yang diperoleh, laporan
keuangan secara keseluruhan tidak bebas dari kesalahan penyajian material; atau

 Auditor tidak dapat memeroleh bukti audit yang cukup dan tepat untuk
menyimpulkan bahwa laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari kesalahan
penyajian material
Opini Wajar dengan Pengecualian

 Auditor harus menyatakan opini wajar dengan pengecualian ketika:


 Auditor, setelah memeroleh bukti audit yang cukup dan tepat, menyimpulkan
bahwa kesalahan penyajian, baik secara individual maupun secara agregat, adalah
material, tetapi tidak pervasif, terhadap laporan keuangan; atau
 Auditor tidak dapat memeroleh bukti audit yang cukup dan tepat yang mendasari
opini, tetapi auditor menyimpulkan bahwa kemungkinan dampak kesalahan
penyajian yang tidak terdeteksi terhadap laporan keuangan, jika relevan, dapat
bersifat material, tetapi tidak pervasif.
 Opini tidak wajar: Auditor harus menyatakan suatu opini tidak wajar ketika auditor,
setelah memeroleh bukti audit yang cukup dan tepat, menyimpulkan bahwa kesalahan
penyajian, baik secara individual maupun secara agregat, adalah material dan pervasif
terhadap laporan keuangan.
 Opini tidak menyatakan pendapat:
 Auditor tidak boleh menyatakan pendapat ketika auditor tidak dapat memeroleh bukti audit
yang cukup dan tepat yang mendasari opini, dan auditor menyimpulkan bahwa kemungkinan
dampak kesalahan penyajian yang tidak terdeteksi terhadap laporan keuangan, jika relevan,
dapat bersifat material dan pervasif.
 Auditor tidak boleh menyatakan pendapat ketika, dalam kondisi yang sangat jarang yang
melibatkan banyak ketidakpastian, auditor menyimpulkan bahwa, meskipun telah memeroleh
bukti audit yang cukup dan tepat tentang setiap ketidakpastian tersebut, auditor tidak dapat
merumuskan suatu opini atas laporan keuangan karena interaksi yang potensial dari
ketidakpastian tersebut dan kemungkinan dampak kumulatif dari ketidakpastian tersebut
terhadap laporan keuangan.
Pembatasan yang Dilakukan oleh Manajemen
setelah Auditor Menerima Perikatan

 Ketika setelah menerima perikatan, auditor menyadari bahwa manajemen


telah melakukan pembatasan terhadap ruang lingkup audit yang menurut
auditor akan menyebabkan auditor menyatakan opini wajar dengan
pengecualian atau opini tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan,
maka auditor harus meminta manajemen untuk mencabut pembatasan
tersebut.
 Ketika manajemen menolak untuk mencabut pembatasan yang diacu dalam
paragraph 11, auditor harus mengomunikasikan hal tersebut kepada pihak
yang bertanggung jawab atas tata kelola, kecuali pihak yang bertanggung
jawab atas tata kelola terlibat dalam pengelolaan entitas,2 dan menentukan
apakah terdapat kemungkinan untuk melaksanakan prosedur alternatif untuk
memeroleh bukti audit yang cukup dan tepat.
 Ketika auditor tidak dapat memeroleh bukti audit yang cukup dan tepat, auditor
harus menentukan implikasinya sebagai berikut:
 Ketika auditor menyimpulkan bahwa kemungkinan dampak kesalahan penyajian yang
tidak terdeteksi terhadap laporan keuangan, jika relevan, dapat bersifat material,
tetapi tidak pervasif, auditor harus menyatakan opini wajar dengan pengecualian; atau
 Ketika auditor menyimpulkan bahwa kemungkinan dampak kesalahan penyajian yang
tidak terdeteksi terhadap laporan keuangan, jika relevan, dapat bersifat material dan
pervasif sehingga suatu opini wajar dengan pengecualian tidak akan memadai untuk
mengomunikasikan signifikansi kondisi tersebut, auditor harus:
 Menarik diri dari audit, jika diperkenankan 1 dan memungkinkan menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku; atau
 Ketika penarikan diri dari audit sebelum menerbitkan laporan auditor tidak diperkenankan
atau tidak memungkinkan, auditor tidak boleh menyatakan pendapat atas laporan keuangan.
 Ketika auditor menarik diri sebagaimana yang dijelaskan dalam paragraf 13(b)
(i), sebelum menarik diri, auditor harus mengomunikasikan kesalahan
penyajian yang teridentifikasi selama audit yang dapat menyebabkan
modifikasi terhadap opini kepada pihak yang bertanggung jawab atas tata
kelola.
 Kecuali diharuskan oleh peraturan perundang-undangan, ketika auditor
menyatakan suatu opini tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan,
laporan auditor tidak boleh mencantumkan paragraf Hal Audit Utama
berdasarkan SA 701 (2021) atau paragraf Informasi Lain berdasarkan SA 720
(Revisi 2021). Hal Audit Utama Bukan Merupakan Pengganti Opini
Modifikasian. Auditor tidak boleh mengomunikasikan suatu hal di bagian Hal
Audit Utama dalam laporan auditor ketika auditor harus mengubah opininya
berdasarkan SA 705
SA 706 – Paragraf penekanan suatu hal

 Paragraf Penekanan Suatu Hal: Suatu paragraf yang tercantum dalam laporan
auditor yang mengacu pada suatu hal yang telah disajikan atau diungkapkan
dengan tepat dalam laporan keuangan yang, menurut pertimbangan auditor,
sedemikian penting bahwa hal tersebut adalah fundamental bagi pemahaman
pengguna laporan keuangan atas laporan keuangan.
 Paragraf Hal Lain: Suatu paragraf yang tercantum dalam laporan auditor yang
mengacu pada suatu hal selain yang telah disajikan atau diungkapkan dalam
laporan keuangan yang, menurut pertimbangan auditor, relevan bagi
pemahaman pengguna laporan keuangan atas audit, tanggung jawab auditor,
atau laporan auditor.
 Kedua hal ini tidak menyebabkan modifikasi opini
Kondisi penekanan suatu hal

 Suatu ketidakpastian yang berkaitan dengan hasil di masa depan atas perkara
litigasi yang tidak biasa atau tindakan yang akan dilaksanakan oleh regulator.
 Suatu peristiwa setelah tanggal pelaporan yang signifikan terjadi antara
tanggal laporan keuangan dan tanggal laporan auditor.
 Penerapan dini (jika diizinkan) atas suatu standar akuntansi baru yang
berdampak material terhadap laporan keuangan.
 Suatu bencana alam besar yang telah terjadi, atau masih berlanjut,
berdampak signifikan terhadap posisi keuangan entitas.
Paragraf hal lain

 Modifikasi opini laporan auditor pendahulu


 Laporan keuangan sebelumnya belum diaudit
 Tidak dapat menarik diri dari perikatan
 Pembatasan distribusi laporan audit
 Pelaporan lebih dari satu set laporan keuangan
SA 710 – Informasi komparatif

 Perbedaan pelaporan audit yang esensial antara kedua pendekatan tersebut


di atas adalah sebagai berikut:
 Untuk pendekatan angka koresponding, opini auditor atas laporan keuangan hanya
mengacu pada periode kini; sedangkan
 Untuk pendekatan laporan keuangan komparatif, opini auditor atas laporan
keuangan mengacu pada setiap periode yang tercantum dalam laporan keuangan.
Pendekatan Angka Koresponding

 Ketika angka koresponding disajikan (informasi komparatif disajikan dengan


menggunakan pendekatan angka koresponding), opini auditor tidak boleh
mengacu ke angka-angka koresponding kecuali dalam kondisi yang dijelaskan
dalam paragraf 11, 12, dan 14
 Ketika laporan auditor atas periode lalu, sebagaimana yang diterbitkan
sebelumnya, berisi opini wajar dengan pengecualian, opini tidak menyatakan
pendapat, atau opini tidak wajar serta hal yang menyebabkan modifikasi
tersebut tidak dapat diselesaikan, auditor harus memodifikasi opini auditor
atas laporan keuangan periode kini.
 Ketika auditor memperoleh bukti audit bahwa terdapat kesalahan penyajian
material dalam laporan keuangan periode lalu yang terhadap laporan
keuangan tersebut telah diterbitkan suatu opini tanpa modifikasian, dan
angka koresponding belum disajikan kembali dengan semestinya atau
pengungkapan yang tepat belum dilaksanakan, auditor harus menyatakan
suatu opini wajar dengan pengecualian atau suatu opini tidak wajar dalam
laporan auditor atas laporan keuangan periode kini, yang dimodifikasi
berkaitan dengan angka koresponding yang terdapat di dalamnya.
Laporan Keuangan Periode Lalu Diaudit
oleh Auditor Pendahulu.
 Jika laporan keuangan periode lalu diaudit oleh auditor pendahulu dan
auditor tidak dilarang oleh peraturan perundang-undangan untuk mengacu ke
laporan auditor pendahulu atas angka koresponding dan memutuskan untuk
melaksanakan hal demikian, auditor harus menyatakan dalam suatu paragraf
1 Hal Lain dalam laporan auditor:
 Laporan keuangan periode lalu diaudit oleh auditor pendahulu;
 Jenis opini yang dinyatakan oleh auditor pendahulu dan, jika opini tersebut
dimodifikasi, alasan modifikasi tersebut; dan
 Tanggal laporan tersebut.
Laporan Keuangan Periode Lalu Tidak
Diaudit
 Ketika laporan keuangan periode lalu tidak diaudit, auditor harus menyatakan
dalam suatu paragraf Hal Lain dalam laporan auditor bahwa angka
koresponding tidak diaudit. Namun pernyataan tersebut tidak membebaskan
auditor dari ketentuan untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat
bahwa saldo awal tidak mengandung kesalahan penyajian yang berdampak
material terhadap laporan keuangan periode kini.
Pendekatan Laporan Keuangan
Komparatif
 Ketika auditor menyimpulkan bahwa terdapat suatu kesalahan penyajian
material yang berdampak terhadap laporan keuangan periode lalu yang
terhadap laporan keuangan tersebut auditor pendahulu telah membuat
laporan auditor tanpa modifikasi, auditor harus mengomunikasikan kesalahan
penyajian tersebut kepada tingkatan manajemen yang tepat dan pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola (kecuali bila seluruh pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola terlibat dalam pengelolaan entitas6), dan
meminta agar auditor pendahulu diinformasikan tentang hal tersebut. Jika
laporan keuangan periode lalu diubah, dan auditor pendahulu setuju untuk
menerbitkan laporan auditor baru atas laporan keuangan periode lalu yang
telah diubah tersebut, auditor harus melaporkan hanya untuk periode kini.
SA 720 – Informasi Lain

 Auditor harus memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat apakah ada inkonsistensi material antara
laporan keuangan dengan informasi lain atau pemahaman auditor dengan informasi lain.
 Ketika laporan auditor diharuskan untuk mencantumkan paragraf “Informasi Lain” berdasarkan
paragraf 21, paragraf tersebut harus mencakup:
 Suatu pernyataan bahwa manajemen bertanggung jawab atas informasi lain;
 Suatu identifikasi atas Informasi lain yang diperoleh sebelum dan sesudah tanggal laporan auditor
 Suatu pernyataan bahwa opini auditor tidak mencakup informasi lain, dan oleh karena itu, auditor tidak
menyatakan (atau tidak akan menyatakan) suatu opini audit maupun bentuk keyakinan lainnya atas informasi
lain;
 Suatu penjelasan mengenai tanggung jawab auditor yang berkaitan dengan membaca, mempertimbangkan, dan
melaporkan informasi lain sebagaimana yang diharuskan dalam SA ini; dan
 Ketika infomasi lain telah diperoleh sebelum tanggal laporan auditor, baik:
 Suatu pernyataan bahwa tidak ada yang perlu dilaporkan oleh auditor atau;
 Jika auditor telah menyimpulkan bahwa terdapat suatu kesalahan penyajian material yang tidak dikoreksi dalam
informasi lain, suatu pernyataan yang menjelaskan bahwa terdapat kesalahan penyajian material yang tidak dikoreksi
dalam informasi lain tersebut.
 Informasi lain terdiri dari:
 Laporan manajemen, komentar manajemen, atau tinjauan operasional dan
keuangan, atau laporan sejenis oleh pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola
(sebagai contoh: laporan dewan komisaris).
 Pernyataan direktur utama dan komisaris utama.
 Pernyataan tata kelola entitas
 Laporan pengendalian internal dan penilaian risiko.
Pelaporan yang Ditetapkan oleh
Peraturan Perundang-Undangan
 Ketika auditor diharuskan oleh peraturan perundang-undangan untuk mengacu
pada informasi lain dalam laporan auditor dengan menggunakan suatu
susunan kata-kata spesifik, laporan auditor harus mengacu pada Standar
Audit hanya jika laporan auditor mencakup sekurang-kurangnya:
 Identifikasi atas informasi lain yang diperoleh auditor sebelum tanggal laporan
auditor;
 Suatu penjelasan mengenai tanggung jawab auditor atas informasi lain; dan
 Suatu pernyataan eksplisit yang menjelaskan hasil pekerjaan auditor untuk tujuan
ini
 Auditor tidak dilarang memberikan tanggal atau menerbitkan laporan auditor
jika auditor belum memeroleh sebagian atau semua informasi lain.
 Memeroleh informasi lain secara tepat waktu sebelum tanggal laporan auditor
memungkinkan revisi yang dianggap perlu dilakukan terhadap laporan
keuangan, laporan auditor, atau informasi lain sebelum penerbitannya.
 Ketika informasi lain hanya tersedia bagi pengguna melalui situs web entitas,
versi informasi lain yang diperoleh dari entitas, bukan yang diperoleh
langsung dari situs web entitas, adalah dokumen relevan yang terhadapnya
dilakukan prosedur oleh auditor berdasarkan SA ini.
 Ketika informasi lain diperoleh setelah tanggal laporan auditor, auditor tidak
diharuskan memutakhirkan prosedur yang dilaksanakan sesuai dengan
paragraf 6 dan 7 dari SA 560 (Revisi 2021)
Merespons Ketika Terdapat Suatu
Ketidakkonsistensian material
 Ketika auditor mengidentifikasi adanya suatu ketidakkonsistensian material (atau
menyadari adanya kesalahan penyajian material dalam informasi lain), auditor harus
mendiskusikan hal tersebut dengan manajemen dan melaksanakan prosedur lainnya
untuk menyimpulkan apakah:
 Terdapat suatu kesalahan penyajian material dalam informasi lain;
 Terdapat suatu kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan; atau
 Pemahaman auditor atas entitas dan lingkungannya perlu dimutakhirkan.
Ketika auditor menyimpulkan bahwa terdapat suatu kesalahan penyajian material dalam informasi
lain, auditor harus meminta manajemen untuk mengoreksi informasi lain. Jika manajemen:
 Menyetujui untuk melakukan koreksi, auditor harus menentukan bahwa koreksi tersebut telah dilakukan;
atau
 Menolak untuk melakukan koreksi, auditor harus mengomunikasikan hal tersebut dengan pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola dan meminta agar koreksi tersebut dilakukan.
 Ketika auditor menyimpulkan bahwa terdapat suatu kesalahan penyajian
material dalam informasi lain yang diperoleh sebelum tanggal laporan
auditor, dan informasi lain tersebut tidak dikoreksi setelah berkomunikasi
dengan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola, auditor harus
mengambil tindakan yang tepat, termasuk:
 Mempertimbangkan implikasinya terhadap laporan auditor dan
mengomunikasikannya dengan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola
mengenai bagaimana rencana auditor untuk merespons kesalahan penyajian
material dalam laporan auditor atau
 Menarik diri dari perikatan selama memungkinkan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
 Ketika auditor menyimpulkan bahwa terdapat suatu kesalahan penyajian material
dalam informasi lain yang diperoleh setelah tanggal laporan auditor, auditor harus:
 Jika informasi lain dikoreksi, melaksanakan prosedur yang diperlukan sesuai dengan
kondisinya; atau
 Jika informasi lain tidak dikoreksi setelah berkomunikasi dengan pihak yang bertanggung
jawab atas tata kelola, mengambil tindakan yang tepat dengan mempertimbangkan hak dan
kewajiban hukum auditor, mengupayakan sedemikian rupa agar pengguna laporan yang
dituju menyadari adanya kesalahan penyajian material yang tidak dikoreksi tersebut seperti:
 Menerbitkan laporan auditor yang baru
 Membawa perhatian pengguna laporan auditor pada kesalahan penyajian material atas informasi lain
(sebagai contoh: dengan menyampaikan hal tersebut dalam rapat umum pemegang saham);
 Berkomunikasi dengan regulator atau badan profesi yang relevan tentang kesalahan penyajian
material yang tidak dikoreksi; atau
 Mempertimbangkan dampaknya terhadap kelanjutan perikatan
SA 800 – Kerangka Bertujuan Khusus

 Tujuan auditor, ketika menerapkan SA dalam audit atas laporan keuangan


yang disusun sesuai dengan kerangka bertujuan khusus, adalah untuk
merespons dengan epat pertimbangan khusus yang relevan dengan hal-hal
sebagai berikut:
 Penerimaan perikatan;
 Perencanaan dan pelaksanaan perikatan tersebut; dan
 Perumusan opini dan pelaporan atas laporan keuangan.
Keberterimaan Kerangka Pelaporan
Keuangan
 Dalam suatu audit atas laporan keuangan bertujuan khusus, auditor harus
memeroleh suatu pemahaman tentang:
 Tujuan disusunnya laporan keuangan;
 Pengguna laporan keuangan yang dituju; dan
 Langkah-langkah yang dilakukan oleh manajemen untuk menentukan bahwa
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku dapat diterima sesuai dengan
kondisinya.
Pertimbangan Saat Perencanaan dan
Pelaksanaan Audit
 Dalam perencanaan dan pelaksanaan audit atas laporan keuangan bertujuan
khusus, auditor harus menentukan apakah penerapan SA mengharuskan
pertimbangan khusus sesuai dengan kondisi perikatan
 Dalam hal laporan keuangan disusun sesuai dengan klausul suatu kontrak,
auditor harus memeroleh suatu pemahaman tentang setiap interpretasi
signifikan atas kontrak yang dibuat oleh manajemen dalam penyusunan
laporan keuangan tersebut. Suatu interpretasi dianggap signifikan ketika
penggunaan interpretasi lain yang wajar akan menghasilkan suatu perbedaan
material dalam informasi yang disajikan dalam laporan keuangan.

 Dalam hal laporan auditor atas laporan keuangan bertujuan khusus, auditor
harus memerhatikan hal-hal sebagai berikut:
 Laporan auditor juga harus menjelaskan tujuan disusunnya laporan
keuangan, dan jika dibutuhkan, pengguna yang dituju, atau pengacuan
pada suatu catatan atas laporan keuangan yang memuat informasi tentang
hal tersebut; dan
 Jika manajemen memiliki suatu pilihan atas kerangka pelaporan keuangan
dalam penyusunan laporan keuangan tersebut, penjelasan tentang
tanggung jawab manajemen8 atas laporan keuangan juga harus dibuat
sebagai suatu acuan pada tanggung jawabnya untuk menentukan bahwa
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku dapat diterima sesuai dengan
kondisinya.
Peringatan bagi Pembaca Laporan Auditor bahwa
Laporan Keuangan Disusun Sesuai dengan suatu
Kerangka Pelaporan Khusus
 Laporan auditor atas laporan keuangan bertujuan khusus harus
mencantumkan suatu paragraf Penekanan suatu Hal yang memperingatkan
pengguna laporan auditor bahwa laporan keuangan disusun sesuai dengan
suatu kerangka bertujuan khusus dan bahwa, sebagai akibatnya, laporan
keuangan belum tentu sesuai untuk tujuan lain
Peringatan bagi Pembaca Laporan Auditor bahwa Laporan Keuangan
Disusun Sesuai dengan suatu Kerangka Pelaporan Khusus

 Laporan auditor atas laporan keuangan bertujuan khusus harus


mencantumkan suatu paragraf Penekanan suatu Hal yang memperingatkan
pengguna laporan auditor bahwa laporan keuangan disusun sesuai dengan
suatu kerangka bertujuan khusus dan bahwa, sebagai akibatnya, laporan
keuangan belum tentu sesuai untuk tujuan lain.
 Contoh-contoh kerangka bertujuan khusus antara lain:
 Suatu basis perpajakan akuntansi untuk satu set lengkap laporan keuangan yang
melampiri surat pemberitahuan tahunan (“SPT”) entitas;
 Basis akuntansi penerimaan dan pengeluaran kas untuk informasi arus kas ketika
entitas dapat diminta untuk menyusunnya untuk kreditur;
 Ketentuan pelaporan keuangan yang ditetapkan oleh regulator untuk memenuhi
ketentuan yang ditetapkan oleh regulator tersebut; atau
 Ketentuan pelaporan keuangan suatu kontrak, seperti perjanjian obligasi,
perjanjian pinjaman, atau hibah untuk suatu proyek.
Keberterimaan Kerangka Pelaporan
Keuangan
 Dalam kondisi laporan keuangan bertujuan khusus, kebutuhan informasi
keuangan dari pengguna yang dituju merupakan suatu faktor utama dalam
penentuan tingkat keberterimaan kerangka pelaporan keuangan yang
diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan.
SA 805 - Pertimbangan Saat Penerimaan
Perikatan
 Penerapan SA
 Dalam kondisi audit atas laporan keuangan tunggal atau suatu unsur tertentu dalam laporan
keuangan, ketentuan ini berlaku terlepas dari apakah auditor juga melakukan perikatan audit
atas satu set lengkap laporan keuangan entitas. Jika auditor juga tidak melakukan perikatan
audit atas satu set lengkap laporan keuangan entitas, auditor harus menentukan apakah audit
atas laporan keuangan tunggal atau suatu unsur tertentu dalam laporan keuangan berdasarkan
SA yang praktis dilaksanakan
 Dalam audit atas laporan keuangan tunggal atau suatu unsur tertentu dalam laporan keuangan,
hal ini harus mencakup apakah penerapan kerangka pelaporan keuangan tersebut akan
menyediakan suatu penyajian atas laporan keuangan dengan pengungkapan yang cukup untuk
memungkinkan pengguna yang dituju memahami informasi yang disampaikan dalam laporan
keuangan atau unsur, dan dampak transaksi material serta peristiwa-peristiwa yang
disampaikan dalam laporan keuangan atau unsurnya
 Dalam kondisi audit 1 atas laporan keuangan tunggal atau suatu unsur tertentu dalam laporan keuangan,
auditor harus mempertimbangkan apakah bentuk opini yang diharapkan sudah tepat sesuai dengan
kondisinya.
Pelaporan atas Satu Set Lengkap Laporan Keuangan Entitas dan atas Laporan
Keuangan Tunggal atau Suatu Unsur Tertentu dalam Laporan Keuangan

 Ketika auditor melaksanakan suatu perikatan untuk melaporkan atas laporan keuangan
tunggal atau suatu unsur tertentu dalam laporan keuangan yang bersamaan dengan suatu
perikatan audit atas satu set lengkap laporan keuangan entitas, auditor harus menyatakan
opini terpisah untuk setiap perikatan.
 Suatu laporan keuangan tunggal auditan atau suatu unsur tertentu dalam laporan keuangan
auditan dapat diterbitkan bersamaan dengan satu set lengkap laporan keuangan entitas.
 Jika auditor menyimpulkan bahwa penyajian atas laporan keuangan tunggal atau unsur
tertentu dalam laporan keuangan tidak dapat dibedakan secara jelas dari satu set lengkap
laporan keuangan, auditor harus menanyakan kepada manajemen untuk mengoreksi situasi
yang ada.
 auditor harus membedakan opini atas suatu laporan keuangan tunggal atau unsur tertentu
dalam laporan keuangan dengan opini atas satu set lengkap laporan keuangan. Auditor tidak
boleh menerbitkan laporan auditor yang memuat opini atas laporan keuangan tunggal atau
suatu unsur tertentu dalam laporan keuangan sampai auditor yakin atas perbedaan tersebut.
 Jika laporan auditor atas satu set lengkap laporan keuangan suatu entitas
mencakup:
 Suatu opini modifikasian
 Suatu paragraf Penekanan suatu Hal atau suatu paragraf Hal Lain
 Suatu paragraf Ketidakpastian Material yang Terkait dengan Kelangsungan Usaha
 Pengomunikasian hal audit utama
 Suatu pernyataan yang menjelaskan suatu kesalahan penyajian material
yang tidak dikoreksi atas informasi lain
auditor harus mempertimbangkan implikasi hal tersebut, jika ada, terhadap audit atas
laporan keuangan tunggal atau atas unsur tertentu dalam laporan keuangan
dan terhadap laporan auditor terkait
Opini Tidak Wajar atau Opini Tidak Menyatakan
Pendapat dalam Laporan Auditor atas Satu Set Lengkap
Laporan Keuangan Entitas

 Jika auditor menyimpulkan bahwa perlu untuk menyatakan opini tidak wajar atau opini tidak
menyatakan pendapat atas satu set lengkap laporan keuangan entitas, SA 705 (Revisi 2021) tidak
mengizinkan auditor untuk mencantumkan dalam laporan audit yang sama suatu opini tanpa
modifikasian dalam laporan keuangan tunggal yang membentuk bagian atas laporan keuangan atau
suatu unsur tertentu atas laporan keuangan tersebut. Hal ini karena suatu opini tanpa modifikasian
akan bertentangan dengan opini tidak wajar atau opini tidak menyatakan pendapat atas satu set
lengkap laporan keuangan secara keseluruhan.
 Jika auditor menyimpulkan bahwa perlu untuk menyatakan opini tidak wajar atau opini tidak
menyatakan pendapat atas satu set lengkap laporan keuangan secara keseluruhan namun, dalam
konteks suatu audit terpisah atas suatu unsur tertentu yang dicantumkan dalam laporan keuangan
tersebut, namun auditor mempertimbangkan adalah tepat untuk menyatakan suatu opini tanpa
modifikasian atas unsur tersebut, auditor harus hanya akan melakukan hal tersebut jika:
 Auditor tidak dilarang oleh peraturan perundang-undangan untuk melakukan
 Opini tersebut dinyatakan dalam suatu laporan auditor yang tidak diterbitkan bersamaan dengan laporan
auditor yang memuat opini tidak wajar atau opini tidak menyatakan pendapat; dan
 Unsur tersebut tidak merupakan bagian utama dari satu set lengkap laporan keuangan.
 Auditor tidak boleh menyatakan suatu opini tanpa modifikasian atas laporan
keuangan tunggal atas satu set lengkap laporan keuangan jika auditor telah
menyatakan opini tidak wajar atau opini tidak menyatakan pendapat atas satu
set lengkap laporan keuangan. Hal ini berlaku meskipun laporan auditor atas
laporan keuangan tunggal tidak diterbitkan bersamaan dengan laporan auditor
yang memuat opini tidak wajar atau opini tidak menyatakan pendapat. Hal
ini karena laporan opini tidak wajar atau opini tidak menyatakan pendapat. Hal
ini karena laporan keuangan tunggal adalah bagian utama dari laporan
keuangan
 Dalam kondisi laporan keuangan tunggal atau suatu unsur tertentu dalam laporan keuangan, kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku mungkin tidak secara eksplisit menyatakan penyajian laporan
keuangan atau suatu unsur tertentu dalam laporan keuangan tersebut. auditor mempertimbangkan
apakah bentuk opini sudah tepat dalam konteks kerangka pelaporan keuangan yang berlaku. Faktor-
faktor yang dapat berdampak terhadap pertimbangan auditor dalam menggunakan frasa “menyajikan
secara wajar, dalam semua hal yang material”, dalam opini auditor mencakup:
 Apakah kerangka pelaporan keuangan yang berlaku dibatasi secara eksplisit atau implisit untuk
penyusunan atas satu set lengkap laporan keuangan.
 Apakah laporan keuangan tunggal atau suatu unsur tertentu dalam laporan keuangan akan:
 Mematuhi sepenuhnya setiap ketentuan kerangka yang relevan dengan laporan keuangan
tertentu atau unsur tertentu, dan penyajian atas laporan keuangan atau suatu unsur tertentu
dalam laporan keuangan tersebut mencakup pengungkapan terkait.
 Ketika perlu untuk mencapai penyajian yang wajar, menyediakan pengungkapan yang
melampaui ketentuan yang diharuskan secara tertentu oleh kerangka tersebut atau dalam
kondisi pengecualian, menyimpang dari ketentuan kerangka tersebut.
Pertimbangan Dampak Hal-Hal Tertentu dalam Laporan Auditor atas Satu Set Lengkap
Laporan Keuangan Entitas terhadap Audit atas Laporan Keuangan Tunggal atau suatu Unsur
tertentu dalam Laporan Keuangan dan terhadap Laporan Auditor Terkait

 Faktor-faktor yang relevan dalam mempertimbangkan dampak tersebut mencakup:


 Sifat atas hal-hal yang dijelaskan dalam laporan auditor atas satu set lengkap
laporan keuangan dan seberapa luas keterkaitan hal tersebut dengan apa yang
dicantumkan dalam laporan keuangan tunggal atau suatu unsur tertentu dalam
laporan keuangan.
 Seberapa pervasif hal-hal yang dijelaskan dalam laporan auditor atas satu set
lengkap laporan keuangan.
 Sifat dan luas perbedaan antara kerangka laporan keuangan yang berlaku.
 Sejauh mana perbedaan antara periode yang dicakup oleh satu set lengkap
laporan keuangan dibandingkan dengan periode atau tanggal laporan keuangan
tunggal atau unsur dalam laporan keuangan.
 Waktu yang berlalu sejak tanggal laporan auditor atas satu set lengkap laporan
keuangan.
 dalam kasus ketika terdapat opini wajar dengan pengecualian terkait piutang
usaha dalam laporan auditor atas satu set lengkap laporan keuangan, dan
laporan keuangan tunggal mencantumkan piutang usaha, atau suatu unsur
tertentu dalam laporan keuangan terkait piutang usaha, kemungkinan
berdampak terhadap audit. Di sisi lain, jika opini wajar dengan pengecualian
atas satu set lengkap laporan keuangan terkait dengan klasifikasi utang jangka
panjang, maka kecil kemungkinan akan berdampak terhadap audit atas laporan
keuangan tunggal berupa laporan laba rugi, atau jika suatu unsur tertentu
dalam laporan keuangan terkait dengan piutang usaha.
 Hal audit utama yang dikomunikasikan dalam laporan auditor atas satu set
lengkap laporan keuangan dapat berdampak terhadap audit atas laporan
keuangan tunggal atau suatu unsur tertentu dalam laporan keuangan
Pencantuman acuan terhadap laporan auditor atas satu set lengkap laporan keuangan.

 Bahkan ketika hal-hal tertentu yang dicantumkan dalam laporan auditor atas
satu set lengkap laporan keuangan tidak memiliki dampak untuk audit, atau
terhadap laporan auditor atas laporan keuangan tunggal atau suatu unsur
tertentu dari laporan keuangan, auditor dapat menganggap tepat untuk
merujuk ke hal-hal dalam paragraph Hal Lain dalam laporan auditor atas
laporan keuangan tunggal atau pada suatu unsur tertentu dari laporan
keuangan (lihat SA 706 (Revisi 2021)).
 auditor dapat menganggap tepat untuk merujuk pada laporan auditor atas
laporan keuangan tunggal atau unsur tertentu dari laporan keuangan ke
paragraph Ketidakpastian Material yang Terkait dengan Kelangsungan Usaha
yang dicantumkan dalam laporan auditor atas satu set lengkap laporan
keuangan.
Opini Tidak Wajar atau Opini Tidak Menyatakan
Pendapat dalam Laporan Auditor atas SatuSet Lengkap
Laporan Keuangan Entitas

 Dalam laporan auditor atas satu set lengkap laporan keuangan suatu entitas,
pernyataan tidak menyatakan pendapat atas hasil operasi dan arus kas, jika
relevan, dan suatu opini tanpa modifikasian atas posisi keuangan diizinkan
karena pernyataan tidak menyatakan pendapat diterbitkan terkait dengan
hasil operasi dan arus kas saja dan tidak dalam konteks atas laporan keuangan
secara keseluruhan
Contoh Unsur, Akun, atau Pos Tertentu
dalam Laporan Keuangan
 Piutang usaha, penyisihan atas piutang tidak tertagih, persediaan, liabilitas
untuk manfaat pensiun, nilai tercatat aset tak berwujud yang teridentifikasi, atau
liabilitas untuk klaim “telah terjadi namun belum dilaporkan” dalam suatu
portofolio asuransi, termasuk catatan yang terkait.
 Suatu daftar aset yang dikelola secara eksternal dan pendapatan dari program
pension swasta, termasuk catatan yang terkait.
 Suatu daftar nilai bersih aset berwujud, termasuk catatan yang terkait.
 Suatu daftar pengeluaran yang berhubungan dengan properti sewa, termasuk
catatan penjelasan.
 Suatu daftar partisipasi laba atau bonus karyawan, termasuk catatan
penjelasan. Z
SA 810 – Ikhtisar Laporan Keuangan

Tujuan Auditor adalah:


 Untuk menentukan apakah tepat menerima perikatan untuk melaporkan ikhtisar laporan
keuangan; dan
 Ketika melakukan perikatan untuk melaporkan ikhtisar laporan keuangan:
 Untuk merumuskan opini atas ikhtisar laporan keuangan berdasarkan suatu evaluasi atas kesimpulan
yang diambil dari bukti yang diperoleh; dan
 Untuk menyatakan secara jelas opini tersebut melalui laporan tertulis yang juga menjelaskan basis
untuk opini tersebut.
Ikhtisar laporan keuangan: Informasi keuangan historis yang dihasilkan dari laporan keuangan namun
memuat informasi yang kurang terperinci daripada laporan keuangan, sementara tetap memberikan suatu
representasi terstruktur yang konsisten dengan representasi yang disajikan dalam laporan keuangan
entitas mengenai sumber daya ekonomi atau kewajiban entitas pada suatu tanggal tertentu atau
perubahan yang terjadi selama suatu periode tertentu
Kriteria yang berlaku: Kriteria yang diterapkan oleh manajemen dalam penyusunan ikhtisar laporan
keuangan.
Penerimaan Perikatan

 Auditor harus menerima suatu perikatan untuk melaporkan ikhtisar laporan keuangan berdasarkan SA ini
hanya ketika auditor telah melakukan perikatan untuk melaksanakan audit berdasarkan SA yang dari
laporan keuangan tersebut yang merupakan sumber ikhtisar laporan keuangan.
 Sebelum menerima suatu perikatan untuk melaporkan ikhtisar laporan keuangan, auditor harus:
 Menentukan apakah kriteria yang berlaku adalah dapat diterima;
 Menyetujui dengan manajemen atas bentuk opini yang akan dinyatakan atas ikhtisar laporan keuangan
 Memeroleh perjanjian dari manajemen bahwa manajemen mengetahui dan memahami tanggung jawabnya:
 Untuk penyusunan ikhtisar laporan keuangan yang berdasarkan kriteria yang berlaku;
 Untuk membuat laporan keuangan auditan tersedia bagi pengguna ikhtisar laporan keuangan yang dituju tanpa adanya
kesulitan yang berarti
 Untuk mencantumkan laporan auditor atas ikhtisar laporan keuangan dalam dokumen apapun
yang memuat ikhtisar laporan keuangan dan laporan tersebut dan hal tersebut mengindikasikan
bahwa auditor telah menerbitkan laporan atas ikhtisar laporan keuangan tersebut
 Ketika auditor menyimpulkan bahwa kriteria yang berlaku tidak dapat
diterima atau auditor tidak dapat memeroleh perjanjian dari manajemen
seperti yang diuraikan dalam paragraf 6(b), auditor tidak boleh menerima
perikatan untuk melaporkan ikhtisar laporan keuangan tersebut.
Sifat Prosedur

 Auditor harus melaksanakan prosedur berikut, dan prosedur lainnya yang


dipertimbangkan perlu oleh auditor, sebagai basis bagi opini auditor atas
ikhtisar laporan keuangan:
 Mengevaluasi apakah ikhtisar laporan keuangan telah diungkapkan secara
memadai sifat ikhtisar dan kriteria yang berlaku, serta sudah sesuai dengan
kriteria
 Mengevaluasi apakah laporan auditan tersedia bagi pengguna iktisar tanpa
kesulitan berarti. Ketika ikhtisar laporan keuangan tidak disertai dengan
laporan keuangan auditan, mengevaluasi apakah ikhtisar laporan keuangan
tersebut telah menggambarkan secara jelas: dari pihak mana atau dimana
laporan keuangan auditan tersedia dan peraturan perundang-undangan
yang mengatur bahwa laporan auditan tidak tersedia bagi pengguna ikhtisar
Bentuk Opini

 Laporan auditor atas ikhtisar laporan keuangan dapat diberi tanggal setelah tanggal laporan
auditor atas laporan keuangan auditan. Dalam hal ini, laporan auditor atas ikhtisar laporan
keuangan harus menyatakan bahwa ikhtisar laporan keuangan dan laporan keuangan auditan
tidak mencerminkan dampak peristiwa yang terjadi setelah tanggal laporan auditor atas laporan
keuangan auditan.
 Auditor mungkin akan menyadari adanya fakta pada tanggal laporan auditor atas laporan
keuangan auditan, namun fakta tersebut sebelumnya tidak diketahui oleh auditor. Dalam hal ini,
auditor tidak boleh menerbitkan laporan auditor atas ikhtisar laporan keuangan sampai auditor
selesai mempertimbangkan dampak fakta tersebut terhadap laporan keuangan auditan,
berdasarkan SA 560
 Pada saat auditor menyimpulkan bahwa opini tanpa modifikasian atas ikhtisar laporan
keuangan adalah tepat, opini auditor harus, kecuali jika diharuskan lain oleh peraturan
perundang-undangan, menggunakan frasa berikut:
 Ikhtisar laporan keuangan terlampir adalah konsisten, dalam semua hal yang material, dengan
laporan keuangan auditan, berdasarkan [kriteria yang berlaku].
Informasi dalam Dokumen yang Memuat
Ikhtisar Laporan Keuangan
 Auditor harus membaca informasi yang dicantumkan dalam dokumen yang
memuat ikhtisar laporan keuangan beserta laporan auditor terkait dan
mempertimbangkan apakah terdapat ketidakkonsistensian material antara
informasi tersebut dan ikhtisar laporan keuangan.
 Ketika auditor mengidentifikasi ketidakkonsistensian material, auditor harus
mendiskusikan hal tersebut dengan manajemen dan menentukan apakah
ikhtisar laporan keuangan atau informasi yang dicantumkan dalam dokumen
yang memuat ikhtisar laporan keuangan beserta laporan auditor terkait perlu
direvisi. Ketika auditor menentukan bahwa informasi tersebut perlu direvisi dan
manajemen menolak untuk merevisi informasi yang diperlukan, auditor harus
mengambil tindakan yang tepat sesuai dengan kondisinya, termasuk
mempertimbangkan dampak terhadap laporan auditor atas ikhtisar laporan
keuangan.
Laporan Auditor atas Ikhtisar Laporan
Keuangan
 Unsur-Unsur Laporan Auditor
 Pengacuan pada Laporan Auditor atas Laporan Keuangan Auditan
 Opini Modifikasian atas Ikhtisar Laporan Keuangan
Unsur-Unsur Laporan Auditor
 Auditor harus memberi tanggal laporan auditor atas ikhtisar laporan keuangan
tidak lebih awal:
 Tanggal pada saat auditor memeroleh bukti audit yang cukup dan tepat

 Tanggal laporan auditor atas laporan keuangan auditan


Ketika laporan audit atas LK Auditan menambah paragraph penjelas atau
modifikasi opini, maka harus dinyatakan dalam iktisar laporan keuangan
opini, basis opini, dan dampaknya terhadap ikhtisar.
Opini Modifikasian atas Ikhtisar Laporan
Keuangan
 Ketika ikhtisar laporan keuangan tidak konsisten, dalam semua hal yang
material, dengan atau bukan merupakan suatu ringkasan yang wajar atas
laporan keuangan auditan, berdasarkan kriteria yang berlaku, dan manajemen
tidak setuju untuk membuat penyesuaian yang diperlukan, auditor harus
menyatakan opini tidak wajar atas ikhtisar laporan keuangan.
Pembatasan atas Distribusi atau Penggunaan atau
Pemberian Peringatan Bagi Pembaca Laporan
Keuangan Tentang Basis Akuntansi
 Ketika distribusi atau penggunaan laporan auditor atas laporan keuangan
auditan dibatasi, atau laporan auditor atas laporan keuangan auditan
memperingatkan pembaca bahwa laporan keuangan auditan disusun
berdasarkan suatu kerangka khusus, auditor harus mencantumkan
pembatasan serupa atau memperingatkan dalam laporan auditor atas ikhtisar
laporan keuangan.
Informasi Komparatif

 Ketika laporan keuangan auditan memuat informasi komparatif, namun


ikhtisar laporan keuangan tidak memuatnya, auditor harus menentukan apakah
tidak dicantumkannya informasi tersebut merupakan hal yang wajar dalam
kondisi perikatan. Auditor harus menentukan dampak tidak dicantumkannya
informasi yang tidak wajar tersebut pada laporan auditor atas ikhtisar laporan
keuangan.
 Ketika ikhtisar laporan keuangan memuat informasi komparatif yang telah
diaudit oleh auditor lain, laporan auditor atas ikhtisar laporan keuangan harus
juga memuat hal-hal yang diharuskan dalam SA 710 (Revisi 2021) untuk
dicantumkan oleh auditor dalam laporan auditor atas laporan keuangan auditan
Informasi Tambahan Tidak Diaudit yang Disajikan
Bersamaan dengan Ikhtisar Laporan Keuangan

 Auditor harus mengevaluasi apakah informasi tambahan yang tidak diaudit


yang disajikan bersamaan dengan ikhtisar laporan keuangan secara jelas dapat
dibedakan dari ikhtisar laporan keuangan. Jika auditor menyimpulkan bahwa
penyajian tentang informasi tambahan yang tidak diaudit oleh entitas tidak
secara jelas dapat dibedakan dari ikhtisar laporan keuangan, maka auditor
harus meminta manajemen untuk mengubah penyajian informasi tambahan
yang tidak diaudit tersebut. Jika manajemen menolak untuk melakukannya,
maka auditor harus menjelaskan dalam laporan auditor atas ikhtisar laporan
keuangan bahwa informasi tambahan tersebut tidak dicakup oleh laporan
auditor tersebut.
Pengaitan Nama Auditor

 Ketika auditor mengetahui bahwa entitas berencana untuk menyatakan


bahwa auditor telah memberikan opini atas ikhtisar laporan keuangan dalam
suatu dokumen yang tercantum dalam ikhtisar laporan keuangan, namun tidak
berencana untuk mencakup laporan auditor terkait, auditor harus meminta
manajemen untuk mencakup laporan auditor dalam dokumen tersebut. Ketika
manajemen tidak melaksanakannya, auditor harus menentukan dan mengambil
tindakan lain yang tepat untuk mencegah manajemen mengasosiasikan auditor
secara tidak semestinya dengan ikhtisar laporan keuangan dalam dokumen
tersebut
 Auditor mungkin melakukan perikatan untuk memberikan laporan atas laporan
keuangan suatu entitas, namun tidak melakukan perikatan untuk memberikan laporan
atas ikhtisar laporan keuangan. Dalam hal ini, jika auditor mengetahui bahwa entitas
berencana untuk memberikan pernyataan dalam suatu dokumen yang mengacu
kepada auditor dan fakta bahwa sumber ikhtisar laporan keuangan dihasilkan dari
laporan keuangan auditan, auditor harus yakin bahwa:
 Pengacuan ke auditor dibuat dalam konteks laporan auditor atas laporan
keuangan auditan; dan
 Pernyataan manajemen tersebut tidak memberikan petunjuk bahwa auditor telah
melaporkan ikhtisar laporan keuangan.
Jika (a) atau (b) tidak dipenuhi, maka auditor harus meminta manajemen untuk mengubah
pernyataan tersebut untuk memenuhi salah satu syarat di atas, atau meminta manajemen
untuk tidak mengacu auditor dalam dokumen tersebut. Alternatif lainnya, entitas dapat
melakukan perikatan dengan auditor untuk memberikan laporan atas ikhtisar laporan keuangan
dan mencantumkan laporan auditor terkait dalam dokumen tersebut. Jika manajemen tidak
mengubah pernyataannya, tidak menghapus pengacuan auditornya, atau tidak mencakup
laporan auditor atas ikhtisar laporan keuangan dalam dokumen yang memuat ikhtisar laporan
keuangan, maka auditor harus memberitahukan kepada manajemen bahwa auditor tidak setuju
dengan pengacuan auditor, dan auditor harus menentukan dan mengambil tindakan lain yang
dianggap perlu untuk mencegah manajemen dari pengacuan yang tidak semestinya ke auditor
 Faktor yang mungkin berdampak terhadap keputusan auditor untuk menerima
kriteria yang berlaku mencakup:
 Sifat entitas;
 Tujuan ikhtisar laporan keuangan;
 Informasi yang dibutuhkan oleh pengguna yang dituju atas ikhtisar laporan
keuangan; dan
 Apakah kriteria yang berlaku tersebut akan menghasilkan ikhtisar laporan keuangan
yang tidak menyesatkan dalam berbagai kondisi.
 Kriteria untuk penyusunan ikhtisar laporan keuangan dapat ditetapkan oleh organisasi yang
berwenang atau yang diakui untuk membuat standar atau ditetapkan oleh peraturan perundang-
undangan.
 Ketika tidak terdapat kriteria yang ditetapkan untuk penyusunan ikhtisar laporan keuangan,
kriteria dapat dikembangkan oleh manajemen, Kriteria yang dapat diterima dalam kondisi
tersebut akan menghasilkan ikhtisar laporan keuangan yang:
 Secara memadai mengungkapkan sifat dari ikhtisar dan memberikan identifikasi laporan
keuangan auditan;
 Secara jelas memberikan informasi dari siapa atau di mana laporan keuangan auditan tersedia
atau, secara jelas memberikan informasi mengenai peraturan perundang-undangan,
 Secara memadai mengungkapkan kriteria yang berlaku
 Cocok dengan atau dapat direkalkulasi dari informasi terkait dalam laporan keuangan auditan; dan
 Dalam kaitannya dengan tujuan ikhtisar laporan keuangan, memuat informasi yang diperlukan, dan berada
pada suatu tingkatan agregasi yang tepat, sehingga tidak menyesatkan dalam kondisi tersebut.
SPA 3400 – Perikatan Laporan Keuangan
Prospektif
SPA 3420 - Proforma
SPR 2400 - Reviu
SJT 4400 – Agreed upon procedure

Anda mungkin juga menyukai