Anda di halaman 1dari 15

1.

KOMUNIKASI DENGAN AUDITOR PENDAHULU (SEBELUM PENUNJUKAN)


Permintaan keterangan kepada auditor pendahulu merupakan prosedur yang perlu
dilaksanakan, karena auditor pendahulu dapat memberikan informasi yang bermanfaat kepada
auditor pengganti dalam mempertimbangkan penerimaan atau penolakan perikatan. Informasi
tersebut berupa :
a. Informasi yang kemungkinan berkaitan dengan integritas manajemen.
b. Ketidaksepakatan dengan manajemen mengenai penerapan prinsip akuntansi, prosedur
audit, atau hal-hal signifikan yang serupa.
c. Komunikasi dengan komite audit atau pihak lain yang bertanggung jawab.
d. Pemahaman auditor pendahulu tentang alasan penggantian auditor.
Auditor tidak boleh menerima perikatan sampai komunikasi dievaluasi. Namun, auditor
dapat membuat proposal untuk perikatan audit sebelum melakukan komunikasi dengan auditor
pendahulu. Insiatif untuk mengadakan komunikasi terletak ditangan auditor pengganti. Baik
auditor pendahulu maupun auditor pengganti harus menjaga kerahasiaan informasi yang
diperoleh satu sama lain.
Review yang dilakukan auditor pengganti terhadap kertas kerja auditor pendahulu dapat
berpengaruh terhadap sifat, saat, dan luasnya prosedur auditor pengganti yang berkaitan dengan
saldo awal dan konsistensi prinsip akuntansi. Dalam melaporkan audit tersebut, auditor
pengganti tidak boleh mengacu ke laporan pekerjaan auditor pendahulu sebagai dasar, bagi
pendapat yang akan dibuat oleh auditor pengganti.
Pertimbangan atas standar pekerjaan lapangan pertama memicu kesadaran bahwa penunjukan
auditor independen secara dini akan memberikan banyak manfaat bagi auditor maupun klien.
Penunjukan secara dini memungkinkan auditor merencanakan pekerjaannya sedemikian rupa
sehingga pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan dengan cepat dan efisien serta dapat menentukan
seberapa jauh pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan sebelum tanggal neraca.
Auditor harus membangun pemahaman dengan klien tentang jasa yang akan dilaksanakan
untuk setiap perikatan. Pemahaman tersebut dapat mengurangi risiko terjadinya salah
pemahaman kebutuhan baik dipihka auditor maupun klien. Pemahaman tersebut harus mencakup
tujuan perikatan, tanggung jawab manajemen, tanggung jawab auditor, dan batasan perikatan.
Auditor harus mendokumentasikan pemahaman tersebut dalam kertas kerjanya, lebih baik dalam
bentuk komunikasi tertulis dengan klien. Jika auditor merasa bahwa pemahaman tersebut belum
terbentuk maka auditor berhak menerima atau menolak untuk melaksanakan perikatan. Pada
umumnya pemahaman dengan klien tentang audit mencakup :
a. Tujuan audit adalah untuk menyatakan suatu pendapat atas laporan keuangan.
b. Manajemen bertanggung jawab untuk membangun dan mempertahankan pengendalian
intern yang efektif terhadap pelaporan keuangan.

c. Manajemen bertanggung jawab untuk mengidentifikasi dan menjamin bahwa entitas


mematuhi peraturan perundangan yang berlaku terhadap aktivitasnya.
d. Manajemen bertanggung jawab untuk membuat semua catatan keuangan dan informasi
yang berkaitan tersedia bagi auditor.
e. Pada akhir perikatan, manajemen akan menyediakan suatu surat bagi auditor yang
menegaskan representasi tertentu yang dibuat selama audit berlangsung.
f. Auditor bertanggung jawab untuk melaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang
ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia. Standar tersebut mensyaratkan bahwa auditor
memperoleh keyakinan memadai, bukan mutlak tentang apakah laporan keuangan bebas
dari salah saji material yang disebabkan kekeliruan atau kecurangan. Begitu pula, suatu
audit tidak didesain untuk mendeteksi kekeliruan atau kecurangan yang tidak material
terhadap laporan keuangan. Jika oleh karena sebab apapun, auditor tidak dapat
menyelesaikan auditnya atau tidak dapat merumuskan suatu pendapat, maka auditor
dapat menolak menyatakan suatu pendapat atau menolak untuk menerbitkan suatu
laporan sebagai hasil perikatan tersebut.
g. Suatu audit mencakup perolehan pemahaman atas pengendalian intern yang cukup untuk
merencanakan audit dan untuk menentukan sifat, saat, dan luasnya prosedur audit yang
harus dilaksanakan. Suatu audit tidak didesain untuk memberikan keyakinan atas
pengendalian intern atau untuk mengidentifikasi semua kondisi yang dapat dilaporkan.
Tapi, auditor bertanggung jawab untuk menjamin bahwa komite audit atau pihak lain
yang memiliki kewenangan dan tanggung jawab serta akan menyadari adanya kondisi
yang dapat dilaporkan yang diketahui oleh auditor.
Pemahaman dengan klien juga mencakup hal-hal :
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Pengaturan mengenai pelaksanaan perikatan.


Pengaturan tentang keikutsertaan spesialis atau auditor intern, jika diperlukan.
Pengaturan tentang keikutsertaan auditor pendahulu.
Pengaturan tentang fee dan penghasilan.
Adanya pembatasan atau pengaturan lain tentang kewajiban auditor atau klien.
Kondisi yang memungkinkan pihak lain diperbolehkan untuk melakukan akses ke kertas
kerja auditor.
g. Jasa tambahan yang disediakan oleh auditor berkaitan dengan pemenuhan persyaratan
badan pengatur.
h. Pengatur tentang jasa lain yang harus disediakan oleh auditor dalam hubungannya dengan
perikatan.
Hal-hal tersebut yang disebutkan diatas dapat dikomunikasikan dalam bentuk surat perikatan
(engagement letter).

2. SURAT PERIKATAN AUDIT

Baik klien maupun auditor berkepentingan untuk mengirim surat perikatan (lebih baik
sebelum dimulainya suatu perikatan) untuk menghindari salah paham berkenaan dengan
perikatan tersebut. Surat perikatan dapat pula mendokumentasikan dan menegaskan penerimaan
auditor atas penunjukan perikatan, tujuan dan lingkup audit, dan luasnya tanggung jawab kepada
klien dalam laporan.
Bentuk dan isi surat perikatan audit bervariasi diantara klien, namun pada umumnya berisi :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.

Tujuan audit atas laporan keuangan


Tanggung jawab manajemen atas laporan keuangan
Lingkup audit
Bentuk laporan dan bentuk komunikasi lain yang digunakan
Terdapat risiko yang tidak dapat dihindari tentang kemungkinan beberapa salah saji
material tidak dapat terdeteksi
Akses yang tidak dibatasi
Pembatasan atas tanggung jawab auditor
Komunikasi melalui e-mail
Pengaturan berkenaan dengan perencanaan auditnya
Harapan untuk menerima konfirmasi tertulis dari manajemen tentang representasi yang
dibuat dalam hubungannya dengan audit
Permintaan kepada klien untuk menegaskan bahwa syarat-syarat perikatan telah sessuai
dengan membuat tanda penerimaan surat perikatan audit
Penjelasan setiap surat atau laporan yang diharapkan oleh auditor untuk diterbitkan bagi
kliennya
Basis perhitungan fee dan pengaturan penagihannya

Sebelum menyelesaikan perikatannya, terdapat klien yang meminta auditor untuk


mengubah perikatannya karena akibat dari perubahan keadaan yang mempengaruhi
kebutuhan terhadap jasa audit, kesalahpahaman tentang sifat audit atau jasa terkait yang pada
mulanya diminta oleh klien untuk membatasi lingkup audit. Dalam hal ini, auditor
mempertimbangkan secara cermat alasan yang mendasari permintaan tersebut.Auditor tidak
harus menyetujui perubahan perikatan tersebut jika terdapat alasan yang tidak layak

Contoh surat perikatan audit


Kepada

Dewan Komisaris atau Pihak Lain yang Memiliki Kewenangan dan Tanggung Jawab Setara
Saudara telah meminta kami untuk mengaudit neraca.(selanjutnya disebut
perusahaan) tanggal.., dan laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas dan laporan arus
kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut. Surat ini menegaskan penerimaan kami
dan pemahaman kami atas laporan keuangan tersebut.
Kami akan melaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan
Indonesia. Standar tersebut mengharuskan kami merencanakan dan melaksanakan audit agar
memperoleh keyakinan bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Suatu audit
meliputi pemeriksaan, atas dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan
pengungkapan dalam laporan keuangan. Audit juga akan meliputi penilaian atas prinsip
akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat oleh manajemen, serta
penilaian atas penyajian laporan keuangan secara keseluruhan sesuai dengan ketentuan
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia. Pendapat kami atas laporan keuangan tersebut adalah tergantung dari hasil
penerapan prosedur-prosedur audit yang akan kami laksanakan, oleh karena itu, kami tidak
memberikan jaminan bahwa kami dapat memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian atas
laporan keuangan tersebut di atas.
Sebagai bagian dari proses audit, kamu akan melakukan permintaan keterangan dari
manajemen tentang pernyataan manajemen yang disajikan dalam laporan keuangan. Kami
juga akan meminta pernyataan tertulis dari manajemen yang menjelaskan bahwa penyajian
laporan keuangan adalah tanggung jawab manajemen dan penugasan tertulis lainnya untuk
mengkonfirmasi beberapa pernyataan yang dibuat oleh manajemen kepada kami selama
proses audit kami. Tanggapan manajemen atas permintaan keterangan kami dan perolehan
pernyataan tertulis dari manajemen diwajibkan oleh standar auditing sebagai bagian dari
bukti audit yang akan kami andalkan sebagai dasar dalam memberikan pendapat atas laporan
keuangan. Karena pentingnya surat pernyataan manajemen tersebut, perusahaan setuju untuki
membebaskan dan mengganti rugi kepada(nama KAP yang bersangkutan) dan stafnya atas
segala tuntutan, kewajiban, dan biaya-biaya yang akan dikeluarkan sebagai akibat dari
kesalahan pernyataan manajemen terkait dengan jasa audit yang kami berikan sesuai dengan
perikatan ini.
Audit kami mengandung risiko bawaan bahwa bila terdapat kekeliruan dan ketidakberesan
material, termasuk kecurangan atau pemalsuan, mungkin tidak akan terdeteksi. Namun, bila
kami menemukan adanya hal-hal tersebut dalam audit kami, informasi tersebut akan kami
sampaikan kepada saudara.
Sebagai tambahan laporan audit kami atas laporan keuangan, kami akan menyampaikan surat
terpisah tentang kelemahan signifikan pengendalian intern yang kami temukan dalam audit
yang kami lakukan.

Kami mengingatkan saudara bahwa tanggung jawab atas penyusunan laporan keuangan,
termasuk pengungkapan memadai merupakan tanggung jawab manajemen perusahaan.
Tanggung jawab ini mencakup pula penyelenggaraan catatan akuntansi dan pengendalian
intern memadai, pemilihan dan penerapan kebijakan akuntansi, dan penjagaan keamanan
aktiva perusahaan. Sebagai bagian dari proses audit, kami akan meminta penegasan tertulis
dari saudara tentang representasi yang saudara buat untuk kami dalam rangka audit yang
kami laksanakan.
Kami mengharapkan kerjasama penuh dari satf saudara dan kami yakin bahwa mereka akan
menyediakan catatan, dokumentasi, dan informasi lain yang kami perlukan dalam rangka
audit kami. Berdasarkan diskusi tentang operasi perusahaan dan perencanaan audit kami, fee
audit kami perkirakan sebesar Rpditambah direct out of pocket expenses dan Pajak
Pertambahan Nilai. Fee tersebut kami hitung berdasarkan waktu yang diperlukan oleh staf
yang kami tugasi untuk melaksanakan audit ini dan tarif per jam staf yang kami tugasi, yang
bervariasi sesuai dengan tingkat tanggung jawab yang dipikul dan pengalaman serta keahlian
yang diperlukan. Jumlah tersebut akan kami tagih sesuai dengan kemajuan pekerjaan kami.
Surat perikatan audit ini akan efektif berlaku untuk tahun-tahun yang akan dating kecuali jika
dihentikan, diubah, atau diganti.
Silahkan menandatangani dan mengembalikan copy surat perikatan audit terlampir yang
menunjukkan kesepakatan saudara atas pengaturan tentang audit atas laporan keuangan
tersebut di atas.
Terima kasih atas kesempatan yang saudara berikan kepada kami untuk menyediakan jasa
audit bagi saudara.
PT KXT

Kantor Akuntan Publik

3. PERSIAPAN PELAKSANAAN AUDIT


Langkah langkah untuk persiapan audit yaitu sebagai berikut :

1. Buatlah jadwal audit


Ada kalanya seorang auditor harus melaksanakan audit atas beberapa bagian / divisi
dalam perusahaan dengan jangka waktu tertentu, oleh karena itu penjadwalan atas
bagian yang akan diaudit sangatlah penting untuk memaksimalkan waktu yang ada
juga agar audit dapat diselesaikan tepat waktu.
2. Gali sedalam dalamnya informasi tentang bagian / divisi yang akan anda audit.
Informasi dapat diketahui dari :
a) Prosedur kerja / Standar Operational Procedure (SOP) / Instruksi Kerja /
Prosedur manual. Bila anda seorang auditor internal maka akan sangatlah
mudah untuk meminjam dokumen dokumen tentang SOP divisi / bagian
tersebut.
b) Media lain seperti internet, buku , dan media pendukung dari luar lainnya.
Media lain ini berfungsi untuk menambah pengetahuan anda tentang
perubahan perubahan / perkembangan yang terjadi menyangkut divisi /
bagian yang akan anda audit. Contoh : Audit Farmasi : Berdasarkan UU
Kesehatan ternyata obat merek A tidak boleh dipergunakan lagi terhitung
tanggal XX tahun YY. Maka ketika anda mengaudit bagian farmasi dan
menemukan obat terlarang tersebut maka itu akan menjadi suatu temuan yang
harus diperbaiki.
c) Catatan catatan tentang audit yang telah lewat atas bagian / divisi tersebut.
3. Buatlah daftar pertanyaan yang mudah dimengerti oleh bagian / divisi yang anda
audit. Bila mungkin sertakan klausul / aturan / ketetapan yang menjadi dasar
pertanyaan yang anda ajukan kepada divisi / bagian yang anda audit.
4. Gunakan alat bantu seperti kamera, video recorder atau perekam suara untuk
mendapatkan bukti yang lebih jelas dalam audit.
5. Dapatkan / ketahui nama kepala / manajer / orang yang bertugas / mempunyai
tanggungjawab utama atas bagian / divisi yang akan anda audit.
6. Konfirmasikan kembali jadwal audit anda beberapa hari sebelum waktu audit kepada
bagian / divisi yang akan anda audit.
4. PENETAPAN STATEGI MENYELURUH
Penyususnan strategia audit secara menyeluruh dimulai pada awal penugasan, kemudian
diselesaikan dan dimutakhirkan sesuai informasi yang diperoleh dari:
a) Pengalaman di masa lalu dengan entitas tersebut

b)
c)
d)
e)

Penugasan lain yang dilakukan untuk klien tersebut dalam periode itu
Pertemuan dan pembahasan dengan tim audit
Sumber eksternal lain seperti artikel koran, majalah, dan internet
Informasi baru, prosedur audit yang gagal, atau situasi baru yang dihadapi
selama audit yang akan mengubah srategi yang direncanakan sebelumnya

Waktu yang diperlukan untuk menyusun strategi audit menyeluruh bervariasi antara satu
audit dengan audit lainnya, tergantung dari :
o Ukuran dan kompleksitas entitas
o Komposisi dan ukuran tim audit, audit kecil akan memiliki tim yang kecil,
dengan perencanaan, koordinasi, dan komunikasi yang lebih mudah
o Pengalaman di masa lalu dengan entitas itu
o Situasi yang dihadapi dalam melaksanakan audit
Strategi audit menyeluruh mendokumentasikan keputusan kunci yang dianggap penting
dalam merencanakan audit dan mengkomunikasikan hal-hal penting kepada anggota tim
dengan baik. Strategi audit menyeluruh mendokumentasikan keputusan yang berasal dari
langkah-langkah perencanaan yang digambarkan pada tabel berikut.
5.
Langkah-langkah dasar
penjelasan
Cara memulainya
Lakukan dengan pra-penugasan
Kumpulkan informasi yang relevan tentang
entitas
Tunjuk staf, pengendali mutu, dan ahli yang
diperlukan
Jadwalkan pertemuan tim audit dan partner
penugasannya untuk membahas kemungkinan
salah saji yang material dalam laporan
keuangan
Tentukan tanggal-tanggal dimana hal penting
dari pekerjaan audit harus dilakukan
Menilai risiko & memberi tanggapan

a) Tentukan materialitas untuk laporan keuangan


secara keseluruhan &performance materiality
b) Tentukan sifat dan luasnya prosedur penilaian
risiko yang harus dilakukan dan siapa yang
akan melaksanakannya
c) Sesudah risiko dinilai pada tingkat laporan
keuangan, buat tanggapan secara keseluruhan
yang tepat
d) Komunikasikan garis besar lingkup dan
waktu yang direncanakan untuk audit itu
kepada TCWG
e) Mutakhirkan dan ubah strategi dan rencana
audit jika ada perubahan situasi

Dokumentasi mengenai strategi audit menyeluruh memuat hal-hal penting yang disajikan
dalam tabel berikut.
Dokumen
Ciri-ciri penugasan

1)
2)
3)
4)
5)

Tujuan pelaporan

Faktor-faktor penting

penjelasan
FRF yang akan digunakan
Laporan tambahan yang diminta seperti laporan yang
disyaratkan oleh regulator
Bukti yang diperlukan dari organisasi penyedia jasa di
luar entitas
Penggunaan bukti yang diperoleh dalam audit yang
lalu
Tersedianya pegawai dan data klien

1) Jadwal pelaporan yang harus diikuti oleh entitas


2) Jadwal pertemuan dengan manajemen & TCWG
untuk membahas:
Sifat, waktu dan luasnya pekerjaan audit
Status pekerjaan audit selama penugasan
Laporan auditor dan komunikasi lainnya
3) Jadwal pertemuan/komunikasi antar anggota tim audit
untuk membahas:
Faktor risiko
Sifat, waktu dan luasnya pekerjaan audit
Reviu atas pekerjaan yang sudah dilaksanakan
Komunikasi lain dengan pihak ketiga
1) Materialitas
2) Penilaian awal pada tingkat laporan keuangan secara
keseluruhan dan dampaknya terhadap audit
3) Identifikasi awal mengenai:
Jenis transaksi, saldo akun, dan pengugkapan
yang penting dan material
Area dimana ada risiko salah saji yang
material yang lebih besar
4) Bagaimana mengingatkan anggota tim untuk
senantiasa melaksanakan skeptisisme profesional
dalam mengumpulkan dan megevaluasi bukti audit
5) Hasil audit lalu yang relevan termasuk kelemahan
dalam pengendalian intern dan tanggapan atau tindak
lanjut manajemen
6) Pembahasan dengan staf/partner KAP yang
memberikan jasa lainnya kepada entitas
7) Bukti mengenai sikap manajemen terhadap
pengendalian intern, dan tekanan mengenai
pentingnya pengendalian intern dalam entitas itu

8) Volume transaksi, yang mungkin akan menentukan


apakah lebih efisien bagi auditor untuk percaya pada
pengendalian intern

Perubahan
&
perkembangan penting

Sifat,
waktu,
dan
luasnya sumber daya
yang diperlukan

1) Perkembangan
bisnis
yang
penting
yang
mempengaruhi entitas, termasuk perubahan
2) IT, perubahan dalam manajemen kunci, dan merger,
akuisisi, dan divestasi
3) Perkembangan industri yang penting
4) Perubahan penting dalam FRF
5) Perkembangan penting yang lain seperti perubahan
dalam lingkungan hukum, dll
1) Tim audit
2) Pembagian tugas di antara staf, termasuk
pertimbangan pengalaman dan keahlian jika dinilai
ada risiko salah saji yang lebih tinggi
3) Anggaran untuk penugasan, termasuk anggaran waktu
yang cukup untuk area yang berisiko salah saji yang
lebih tinggi

6. PEMBUATAN RENCANA AUDIT


Hal yang harus di pertimbangkan oleh auditor dalam perencanaan audit adalah :
a. Masalah yang berkaitan dengan bisnis satuan usaha tersebut dan industri dimana satuan
usaha tsb beroperasi di dalamnya.
b. Kebijakan dan prosedur akuntansi satuan usaha tsb.
c. Metode yang di gunakan oleh satuan usaha tsb dalam mengolah informasi akuntansi.
d. Penetapan tingkat resiko pengendalian yang di rencanakan.
e. Pertimbangan awal tentang tingkat materialitas umtuk tujuan audit.
f. Pos laporan keuangan yang mungin memerlukan penyesuaian.
g. Kondisi yang mungkin memerlukan perluasan atau pengubahan pengujian audit.
h. Sifat laporan audit yang di harapkan akan di serahkan kepada pemberi tugas.

Secara umum, rencana audit disusun setelah auditee ditetapkan. Yang dimaksud
dengan auditee adalah entitas organisasi, atau bagian/ unit organisasi, atau operasi dan program
termasuk proses, aktivitas dan kondisi tertentu yang diaudit. Penyeleksian auditee dapat
dilakukan dengan 3 (tiga) metode, yaitu:
a. Systematic selection
Bagian audit internal menyusun suatu jadwal audit tahunan yang berkenaan dengan audit
yang diperkirakan akan dilaksanakan. Secara tipikal jadwal tersebut dikembangkan dengan
mempertimbangkan risiko. Auditee potensial yang menunjukkan tingkat risiko yang tinggi
mendapat prioritas untuk dipilih.
b. Ad Hoc Audits
Metode ini digunakan dengan mempertimbangkan bahwa operasi tidak selalu berjalan tepat
seperti yang direncanakan. Manajemen dan dewan komisaris sering menugaskan auditor
internal untuk mengaudit bidang/ area fungsional tertentu yang dipandang bermasalah.
Dengan demikian manajemen dan dewan komisaris memilih auditee bagi auditor internal.
c. Auditee Requests
Beberapa manajer merasa bahwa mereka memerlukan input dari auditor internal untuk
mengevaluasi kelayakan dan keefektifan pengendalian internal serta pengaruhnya terhadap
operasi yang berada di bawah supervisinya. Oleh karena itu, mereka mengajukan permintaan
untuk diaudit. Tetapi dalam hal ini auditor internal tetap harus mempertimbangkan risiko dan
prioritasnya.

Kegiatan Dalam Perencanaan Audit


Rencana audit harus disusun dan didokumentasikan dengan baik dan meliputi kegiatankegiatan sebagai berikut:
a. Penetapan tujuan dan ruang lingkup audit
Secara umum tujuan fungsi audit internal adalah untuk membantu manajemen dalam
mencapai akuntabilitasnya dan memberikan solusi alternatif utnuk memperbaiki
pengendalian manajemen. Secara individual, tujuan audit internal dapat diklasifikasikan
berdasarkan 3 (tiga) kategori aktivitas audit.
b. Review atas file audit

c.

d.

e.

f.

g.

Review ini dilakukan dengan cara mempelajari kembali laporan-laporan dan informasi
dari file audit yang telah dilakaukan sebelumnya. Review ini bermanfaat untuk mengenal
sifat operasi sebagai bahan untuk melaksanakan survai pendahuluan.
Menyeleksi tim audit
Kegiatan ini dilakukan dengan mepertimbangkan beban tanggung-jawab yang akan
dipikul oleh masing-masing staf auditor, dan keahlian yang diperlukan untuk mengaudit
bidang-bidang tertentu.
Komunikasi pendahuluan dengan auditee dan pihak lain yang berkepentingan
Kegiatan ini dilakukan untuk mengkomunikasikan hal-hal yang berkenaan dengan
pekerjaan yang akan dilakukan. Mengakomodasikan akses terhadap fasilitas, catatan dan
personal, serta untuk memperoleh informasi dari auditee atau pihak lain yang terkait.
Mempersiapkan program audit pendahuluan
Program audit pendahuluan ini memuat informasi seperti sasaran dan tujuan, serta ruang
lingkup audit, pertanyaan-pertanyaan khusus yang harus terjawab selama audit
dilaksanakan, prosedur audit yang akan digunakan, dan bukti-bukti yang akan diuji.
Merencanakan laporan audit
Laporan audit merupakan media untuk mengkomunikasikan hasil audit kepada pihakpihak yang berkepentingan dlam organisasi. Konsekuensinya, auditor harus mulai berfikir
mengenai bagaimana laporan akan disusun, kapan akan diberikan/ dikirimkan, dan siapa
yang akan menerima laporan tersebut. Tujuannya adalah untuk mengantisipasi detail
(rincian) yang akan disajikan dalam laporan dan untuk mengembangkan beberapa
parameter dasar.
Persetujuan atas program audit dari kepala bagian audit internal
Hal ini dilakukan untuk membantu memastikan bahwa prosedur kerja mendukung tujuan,
sasaran, dan ruang lingkup audit.

7. PEMBUATAN PROGRAM AUDIT


Program audit perlu memperhatikan kriteria tertentu agar tujuan audit yang ditetapkan dapat
tercapai. Kriteria yang dimaksud antara lain:

Tujuan dari suatu operasi yang diaudit harus dinyatakan secara hati-hati dan disetujui
oleh auditee, sehingga tujuan audit atas operasi yang dimaksud dapat ditetapkan dengan
tepat.
Program audit harus disesuaikan dengan penugasan auditnya, dan tidak bersifat
memaksakan/ mendikte.
Setiap langkah kerja yang diprogram harus memperlihatkan alasan yang kuat, yaitu
berdasarkan tujuan operasi yang diaudit dan pengendalian yang diuji.

Langkah kerja diungkapkan dalam bentuk instruksi bukan dalam bentuk pertanyaan ya
atau tidak atau dangkal serta bias.
Program audit harus mengindikasikan skala prioritas dari langkah kerja (upaya untuk
memperoleh bukti audit utama harus didahulukan).
Program Audit harus fleksibel.
Program audit harus fisibel untuk dilaksanakan, baik dari aspek anggaran, staf pelaksana,
maupun (rentang) waktunya.
Program audit hanya memuat informasi yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan
audit (ringkas, jelas, dan fokus).
Program audit harus memuat bukti persetujuan Pimpinan Bagian Auidt Internal sebelum
dilaksanakan, termasuk perubahannya.

Beberapa aktifitas/ kegiatan yang perlu dilakukan dalam rangka penyusunan program audit
antara lain:
a. Review atas laporan audit, program audit, dan kertas kerja audit periode sebelumnya,
serta dokumen lain dari audit sebelumnya termasuk hal-hal yang masih memerlukan
tindak lanjut audit. Hal tersebut bermanfaat sebagai dasar untuk menentukan ruang
lingkup audit yang akan dilaksanakan.
b. Melaksanakan survey pendahuluan untuk mengetahui tujuan dan pelaksanaan dari
operasi/ kegiatan, tingkat risiko (aktual dan atau potensi), serta pengendaliannya.
c. Review atas kebijakan dan prosedur dari fungsi yang diaudit guna menentukan area/
bidang yang memungkinkan dapat diukur dan dinilai, dan menentukan apakah fungsi
tersebut berjalan/ beroperasi sesuai dengan yang diharapkan oleh manajemen.
d. Review atas literatur audit internal yang berkenaan dengan area yang diaudit. Hal
tersebut dilakukan untuk memperoleh informasi terbaru mengenai teknik pengujian yang
dapat diterapkan pada aktivitas yang diaudit.
e. Menyusun bagan arus dari operasi/ aktivitas yang diaudit untuk mengidentifikasi
kelemahan sistem, dan untuk melakukan analisis visual atas proses transaksi.
f. Review atas standar kinerja (internal atau eksternal/ industri bila ada) untuk memperoleh
tolok ukur guna menguji dan mengevaluasi efisiensi dan efektivitas operasi yang diaudit
dan menentukan apakah operasi yang dimaksud mengacu kepada standar yang telah
ditetapkan.
g. Melakukan interview dengan auditee dan menyampaikan tujuan dan ruang lingkup audit
untuk memperoleh kesepahaman (menghindari kesalahpahaman) dengan auditee.
h. Menyusun anggaran yang merinci sumber daya yang diperlukan, guna menggambarkan
estimasi mengenai jumlah staf dan waktu yang diperlukan untuk melaksanakan audit.
i. Melakukan interview dengan pihak-pihak tertentu yang berhubungan dengan fungsi yang
diaudit untuk memperoleh pengetahuan yang lebih baik mengenai operasi dan
mengidentifikasi masalah yang mungkin ada, serta untuk menjalin koordinasi dengan
pihak-pihak yang berhubungan dengan fungsi yang diaudit.

j. Membuat daftar mengenai risiko yang material yang harus dipertimbangkan untuk
memastikan bahwa bidang/ area yang paling rentan terhadap ancaman (terjadinya
kesalahan/penyimpangan) mendapat perhatian yang tepat/ khusus.
k. Untuk setiap resiko yang teridentifikasi, ditetapkan pengendaliannya dan dipastikan
apakah pengendalian yang dimaksud memadai. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui
apakah pengendalian yang ada dapat mengurangi/ menekan risiko yang teridentifikasi
tersebut atau tidak.
l. Menentukan substansi dari masalah untuk mengidentifikasi tingkat kesulitan dalam
pelaksanaan audit.
PENENTUAN WAKTU PELAKSANAAN PROSEDUR AUDIT
Pelaksanaan audit berdasarkan Standar Audit
a. Kepatuhan terhadap Standar Audit yang Relevan dengan Audit
Auditor harus mematuhi seluruh standar audit yang relevan dengan audit. Suatu standar
audit relevan dengan audit bila standar audit tersebut berlaku dan terdapat hal-hal yang
diatur oleh standar audit tersebut. Ref. Para A53-A57
b. Auditor harus memiliki suatu pemahaman tentang keseluruhan isi suatu standar audit,
termasuk materi penerapan dan penjelasan lain, untuk memahami tujuan standar audit
dan menerapkan ketentuan standar audit tersebut dengan tepat. Ref. para A59-A66
c. Auditor tidak diperkenankan untuk menyatakan kepatuhannya terhadap standar audit
dalam laporan audit kecuali auditor telah mematuhi ketentuan standar audit ini dan
seluruh standar audit yang relevan dengan audit.
Tujuan yang dinyatakan dalam setiap standar audit
a. Untuk mencapai tujuan keseluruhan auditor, auditor harus menggunakan tujuan yang
dinyatakan dalam standar audit yang relevan dalam merencanakan dan melaksanakan
audit dengan memperhatikan interelasi diantara standar audit, (Ref. para A67-A69) untuk:
Menentukan apakah diperlukan prosedur audit lain selain prosedur audit yang
diharuskan oleh standar audit untuk mencapai tujuan yang dinyatakan dalam
standar audit. (ref. para A70)
Mengevaluasi apakah bukti audit yang cukup telah diperoleh. (Ref. para A71)
Kepatuhan terhadap ketentuan yang relevan
1. Tergantung dari ketentuan. Auditor harus mematuhi setiap ketentuan suatu SA dalam
suatu audit kecuali :
Keseluruhan SA tidak relevan
Ketentuan tersebut tidak relevan karena ketentuan tersebut bergantung pada suatu
kondisi dan kondisi tersebut tidak terjadi
2. Dalam kondisi luar biasa, auditor dapat memutuskan untuk menyimpang dari suatu
ketentuan yang relevan dalam SA. Dalam kondisi tersebut auditor harus melaksanakan

prosedur audit alternative untuk mencapai tujuan ketentuan tersebut. Kebutuhan untuk
menyimpang dari suatu ketentuan yang relevan diharapkan hanya terjadi ketika ketentuan
tersebut hanya untuk suatu prosedur khusus yang akan dilaksanakan dan dalam kondisi
tertentu perikatan audit. Prosedur tersebut tidak akan efektif untuk mencapai tujuan
ketentuan tersebut.
Auditor menetapkan alokasi waktu audit yang sangat ketat, tetapi akibatnya memiliki efek
samping yang merugikan publik, yaitu memunculkan perilaku yang mengancam kualitas audit,
antara lain penurunan tingkat pendeteksian dan penyelidikan aspek kualitatif salah saji, gagal
meneliti prinsip akuntansi, melakukan review dokumen secara dangkal, menerima penjelasan
klien secara lemah dan mengurangi pekerjaan pada salah satu langkah audit di bawah tingkat
yang diterima Kelley dan Margheim dalam (Cohn 2001).
Di bawah tekanan-tekanan waktu, perhatian akan lebih terfokus pada tugas yang dominan
seperti tugas pengumpulan bukti berkaitan dengan frekuensi dan jumlah salah saji dan
mengorbankan perhatian yang diberikan pada tugas tambahan seperti tugas yang memberikan
aspek kualitatif atas terjadinya salah saji yang menunjukkan potensial kecurangan pelaporan
keuangan.
Dalam Ventura (2001:73), disebutkan bahwa penetapan batasan waktu tidak realistis pada
tugas audit khusus akan berdampak kurang efektifnya pelaksanaan audit atau auditor pelaksana
cenderung mempercepat pelaksanaan tes. Sebaliknya bila penetapan batasan waktu terlalu lama
hal ini akan berdampak negatif pada biaya dan efektivitas pelaksanaan audit.
Jadi penetapan waktu untuk auditor dalam melaksanakan tugasnya harus tepat waktu, sehingga
hal-hal seperti disebutkan pada uraian diatas dapat dihindari. Hal ini juga akan dapat
mempengaruhi
tingkat
kepercayaan
masyarakat
terhadap
kualitas
auditor.
Hal ini diperkuat dengan pernyataan Hendriksen dalam (Balance 2004:43) bahwa informasi
mengenai kondisi dan posisi perusahaan harus secara cepat dan tepat waktu sampai ke pemakai
laporan keuangan.
Ketepatan waktu mengimplikasikan bahwa laporan keuangan seharusnya disajikan pada
suatu interval waktu, untuk menjelaskan perubahan dalam perusahaan yang mungkin
mempengaruhi pemakai informasi dalam membuat prediksi dan keputusan.
Menurut Ventura Vol 4 (2001:77), hasil penelitian tentang aplikasi hukum Yerdes-Dodson
membuktikan bahwa keputusan optimal dicapai pada kondisi batasan waktu moderat,
dibandingkan batasan waktu yang longgar dan ketat.
Teori ini mengemukakan jika waktu aktual yang diberikan tidak cukup, maka auditor dalam
melaksanakan tugas tersebut dengan tergesa-gesa sesuai dengan kemampuannya atau
mengerjakan hanya sebagian tugasnya. Sebaliknya bila batasan waktu terlalu longgar, maka
fokus perhatian auditor akan berkurang pada pekerjaannya sehingga akan cenderung gagal
mendeteksi bukti audit yang signifikan.
Eksperimen yang dilakukan oleh Waggoner dan Cashell dalam (Ventura Vol 4. 2001:78)
menunjukkan bahwa semakin banyak waktu yang diberikan, semakin banyak transaksi yang
dapat dites oleh auditor.

Alokasi waktu penugasan waktu audit biasanya ditentukan diawal penugasan. Auditor bisa
menerima penugasan audit beberapa kali. Dalam hal ini pimpinan Kantor Akuntan Publik
menetapkan alokasi waktu audit yang sama untuk penugasan pertama maupun penugasan kedua.
Saat melakukan audit pertama kali, auditor dapat dikatakan mengalami batasan waktu audit,
karena auditor harus mempelajari terlebih dahulu karakteristik perusahaan klien, bagaimana
sistem pengendaliannya. Sedangkan saat melakukan penugasan audit untuk yang kedua, dan
seterusnya, auditor tidak perlu lagi mempelajari karakteristik perusahaan klien, karena auditor
telah mempelajari perusahaan klien saat dia melakukan penugasan pertama kali.

Anda mungkin juga menyukai