Anda di halaman 1dari 16

TUGAS 4

Pertemuan 6
(Rangkuman Standar Auditing (SA) 315, SA 210, dan SA 320)

AUDIT DAN ASURANS

NAMA : BELLA OLIVIA JULYANTI


NPM : 21552120023

Program Studi Pendidikan Profesi Akuntansi


(PPAk)
UNIVERSITAS WIDYATAMA

2022
STANDAR AUDIT 315

PENGIDENTIFIKASIAN DAN PENILAIAN RISIKO KESALAHAN


PENYAJIAN MATERIAL MELALUI PEMAHAMAN ATAS ENTITAS DAN
LINGKUNGANNYA

Ruang Lingkup

Tanggung jawab Auditor untuk mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan


penyajian material dalam dalam laporan keuangan, melalui pemahaman atas entitas
dan lingkungannya, termasuk pengendalian internal entitas.

Tanggal Efektif

Setelah tanggal 1 Januari 2013 (untuk Emiten), 1 Januari 2014 (untuk entitas selain
Emiten)

Tujuan

Tujuan Auditor adalah untuk mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian
material dalam dalam laporan keuangan, melalui pemahaman atas entitas dan
lingkungannya, termasuk pengendalian internal entitas.Oleh karena itu menyediakan
suatu dasar untuk merancang dan mengimplementasikan respon terhadap risiko yang
ditetapkan atas kesalahan penyajian material tersebut.

Tujuan SA ini, istilah berikut memiliki makna sebagai diuraikan di bawah ini:

 Asersi: Representasi oleh manajemen, secara eksplisit atau dengan cara lain,
yang terkandung dalam laporan keuangan, yang dipakai oleh auditor untuk
mempertimbangkan berbagai jenis kesalahan penyajian potensial yang
mungkin terjadi.
 Risiko bisnis: Suatu risiko sebagai akibat dari kondisi, peristiwa, keadaan,
tindakan atau tidak adanya tindakan signifikan yang dapat berdampak negatif
terhadap kemampuan entitas dalam mencapai tujuannya dan dalam
melaksanakan strateginya, atau dari penetapan sasaran dan strategi yang tidak
tepat.
 Pengendalian internal: Proses yang dirancang, diimplementasikan, dan
dipelihara oleh pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola, manajemen, dan
personel lain untuk menyediakan keyakinan memadai tentang pencapaian
tujuan suatu entitas yang berkaitan dengan keandalan pelaporan keuangan,
efisiensi dan efektivitas operasi, dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-
undangan. Istilah “pengendalian” mengacu pada setiap aspek dari satu atau
lebih komponen pengendalian internal.
 Prosedur penilaian risiko: Prosedur audit yang dilaksanakan untuk memperoleh
suatu pemahaman tentang entitas dan lingkungannya, termasuk pengendalian
internal entitas, untuk mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian
material, apakah karena kecurangan atau kesalahan, pada tingkat laporan
keuangan dan asersi.
 Risiko signifikan: Suatu risiko kesalahan penyajian material yang diidentifikasi
dan dinilai yang, dalam pertimbangan auditor, memerlukan pertimbangan audit
khusus.

Kondisi dan peristiwa yang daapat mengindikasikan risiko kesalahan


penyajian material

Contoh-contoh kondisi dan peristiwa yang dapat mengindikasikan eksistensi risiko


kesalahan penyajian material. Contoh-contoh yang diberikan mencakup sejumlah
kondisi dan peristiwa; namun, tidak semua kondisi dan peristiwa tersebut relevan
dengan setiap perikatan audit dan daftar contoh-contoh tersebut belum tentu
lengkap:
 Operasi dalam wilayah yang secara ekonomi tidak stabil, sebagai contoh,
negara-negara dengan devaluasi mata uang yang signifikan atau ekonomi
dengan tingkat inflasi yang tinggi.
 Operasi yang terekspos dengan pasar yang volatil, sebagai contoh perdagangan
future.
 Operasi yang terkena regulasi dengan tingkat kompleksitas yang tinggi.
 Isu kelangsungan usaha dan likuiditas, termasuk hilangnya pelanggan utama.
 Hambatan ketersediaan modal dan kredit.
 Perubahan dalam industri tempat entitas beroperasi.
 Perubahan dalam rantai pemasok.
 Pengembangan atau penawaran produk atau jasa baru, atau perpindahan ke
bisnis baru.
 Ekspansi ke lokasi baru.
 Perubahan dalam entitas, seperti akuisisi atau reorganisasi signifikan atau
peristiwa lainnya yang tidak biasa.
 Kemungkinan penjualan entitas atau segmen bisnis.
 Eksistensi aliansi dan ventura bersama yang kompleks.
 Penggunaan pembiayaan off balance sheet, entitas bertujuan khusus, dan
pengaturan pembiayaan lainnya yang kompleks.
 Transaksi signifikan dengan pihak berelasi.
 Kekurangan personel dengan keahlian akuntansi dan pelaporan keuangan yang
tepat.
 Perubahan dalam personel kunci, termasuk hilangnya eksekutif kunci.
 Litigasi yang sedang berlangsung dan kewajiban kontinjen, garansi penjualan,
garansi keuangan dan perbaikan lingkungan.
STANDAR AUDIT 210

PERSETUJUAN ATAS SYARAT-SYARAT PERIKATAN AUDIT

Akuntan publik merupakan profesi yang memberikan jaminan atas kualitas


informasi dalam laporan keuanngan yang digunakan masyarakat atau pihak yag
berkepentingan untuk mengambil keputusan. Oleh karena itu, akuntan publik harus
kompeten dibidangnya. Standar audit berfungsi sebagai dasar akuntan publik dalam
merencanakan, melaksanakan, dan melaporkan hasil pekerjaannya. Dengan standar
audit, kualitas dari hasil audit dapat diukur dengan jelas karena sudah memiliki standar
yag mengatur. Audior harus megikuti standar audit dalam melaksanakan pekerjaannya.
Dalam topik pembahasan ini, menjelaskan tentang persetujuan atas syarat-syarat
perikatan audit SA 210.

Standar perikatan audit (SPA) ini berkaitan dengan tanggungjawab auditor


dalam menyepakati syarat perikatan audit dengan manajemen. SPA ini juga
menetapkan bahwa terdapat prakondisi tertentu untuk suatu audit, tanggungjawab
manajemen, dan jika relevan pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola entitas.

Pada SA 210 menjelaskan bahwa tujuan auditor adalah untuk menerima atau
melanjutkan perikatan audit hanya bila basis yang melandasi pelaksanaan audit telah
disepakati melalui penetapan apakah terdapat prakondisi untuk suatu audit, dan
penegasan bahwa ada pemahaman yang sama tentang ketentuan perikatan audit antara
auditor, manajemen, dan jika relevan pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola
entitas.

Definisi dari SPA ini bermakna sebagai prakondisi untuk suatu audit.
Penggunaan suatu kerangka pelaporan keuangan yang dapat diterima dalam
penyusunan laporan keunagan oleh manajemen dan persetujuan manajemen, dan jika
relevan pihak yang bertanggungjawab terhadap tata kelola atas premis-premis
pelaksanaan suatu audit.

Prakondisi Suatu Audit

Dalam rangka penentuan apakah terdapat prakondisi suatu audit, maka auditor harus:
1. Menentukan apakah kerangka pelaporan keuangan yang akan diterapkan dalam
penyusunan laporan keuangan dapat diterima, dan
2. Memperoleh persetujuan dari manajemen bahwa manajemen mengakui dan
memahami tanggungjawabnya.
Ruang lingkup sebelum penerimaan perikatan audit mempunyai batasan yaitu jika
manajemen atau pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola menetapkan suatu
pembatasan terhadap ruang lingkup pekerjaan auditor yang harus dicantumkan dalam
surat perikatan audit dan pembatasan tersebut akan menyebabkan auditor tidak dapat
memberikan opini atas laporan keuangan, maka auditor tidak boleh menerma perikatan
tersebut sebagai perikatan audit. Kecuali jika diwajibkan oleh peraturan perundang-
undangan.

Adapun faktor-faktor lain yang mempengaruhi penerimaan perikatan audit yaitu


jika prakindisi untuk suatu audit tidak ada, auditor harus membahas hal tersebut dengan
manajemen. Kecuali jika suatu audit diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan,
auditor harus tidak menerima perikatan audit:

 Jika auidtor telah menentukan bahwa keranka pelaporan keuangan yang


diterapkan dalam penusunan laporan keuangan tidak dapat diterima, kecuali
seperti yang dijelaskan diatas.
 Jika memperoleh persetujuan dari manajemen bahwa manajemen mengakui
dan memahami tanggungjawabnya.

Ketentuan perikatan audit yang disepakati harus dicatat dalam surat perikatan audit
atau bentuk kesepakatan tertulis lain yang tepat dan harus mencakup antara lain:
1. Tujuan dan ruang lingkup audit atas laporan keuangan
2. Tanggungjawab auditor
3. Tanggungjawab manajemen
4. Identifikasi kerangka pelaporan keuangan yang diterapkan dalam
penyusunan keuangan, dan
5. Pengacuan ke bentuk dan isi laporan yang akan dikeluarkan oleh auditor
dan suatu pernyataan bahwa dalam keadaan tertentu terdapat kemungkinan
laporan yang dikeluarkan berbeda bentuk dan isinya dengan yang
diharapkan.

Penerimaan Perubahan dalam Ketentuan Perikatan Audit

Auditor tidak boleh menyepakati perubahan dalam ketentuan perikatan audit


jika tidak ada alasan yang memadai untuk melakukan perubahan tersebut. Jika sebelum
penyelesaian perikatan audit, maka auditor diminta untuk mengubah perikatan audit
tersebut ke perikatan yang menyebabkan auditor memperoleh tingkat asurans yang
lebih rendah, auditor harus mempertimbangkan apakah terdapat dasar yang wajar untuk
melakukan perubahan tersebut. Jika ketentuan perikatan audit diubah, auditor dan
manajemen harus sepakat atas ketentuan baru tersebut dan menuangkannya dalam
suatu surat perikatan baru atau bentun perjanjian tertulis lainnya yang tepat. Kemudian,
jika auditor tidak dapat menyepakati perubahan dalam ketentuan perikatan audit dan
manajemen tidak mengiinkan auditor untuk meneruskan perikatan audit semula, maka
auditor harus:

1. Menarik diri dari perikatan audit (jika dimungkinkan) sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, dan
2. Menentukan apakah ada kewajiban, baik secara kontrak maupun dalam bentuk
lainnya, untuk melaporkan kondisi tersebut kepada pihak lain, seperti pihak
yang bertanggungjawab atas tata kelola entias, pemilik, atau badan pengatur.
Penerimaan Lain dalam Penerimaan Perikatan

Standar pelaporan keuanganyang ditetapkan oleh suatu organisasi penyusun


standar yang berwenang atau diakui diberi ketentuan tambahan oleh peraturan
perundang-undangan. Auditor harus mempertimbangkan apakah ada benturan antara
standar pelaporan keuangan dan ketentuan tambahan tersebut. Jika terjadi benturan,
auditor harus membahas dengan manajemen sifat ketentuan tambahan tersebut dan
harus menyepakati apakah ketentuan tambahan tersebut dapat dipenuhi dengan
menambahkan pengungkapan dalam laporan keuangan, dan deskripsi kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku dalam laporan keuangan dapat diubah sesuai dengan
ketentuan tambahan tersebut.
STANDAR AUDIT 320

MATERIALITAS DALAM TAHAP PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN


AUDIT

Ruang lingkup

Tanggung jawab auditor untuk menerapkan konsep materialitas dalam perencanaan


dan pelaksanaan audit atas laporan keuangan.

Materialitas dalam konteks Audit

1. Kesalahan penyajian, termasuk penghilangan, dianggap material bila kesalahan


penyajian tersebut, secara individual atau agregat, diperkirakan dapat
memengaruhi keputusan ekonomi yang diambil berdasarkan laporan keuangan
oleh pengguna laporan keuangan tersebut
2. Pertimbangan tentang materialitas dibuat dengan memperhitungkan berbagai
kondisi yang melingkupinya dan dipengaruhi oleh ukuran atau sifat kesalahan
penyajian, atau kombinasi keduanya
3. Pertimbangan tentang hal-hal yang material bagi
pengguna laporan keuangan didasarkan pada pertimbangan kebutuhan
informasi keuangan yang umum yang diperlukan oleh pengguna laporan
keuangan sebagai suatu grup.

Dalam menentukan materialitas, auditor memiliki asumsi terhadap pengguna laporan


keuangan yaitu :

 Memiliki suatu pengetahuan memadai tentang aktivitas bisnis dan ekonomi


serta akuntansi dan kemauan untuk mempelajari informasi yang ada dalam
laporan keuangan dengan cermat;
 Memahami bahwa laporan keuangan disusun, disajikan dan diaudit berdasarkan
tingkat materialitas tertentu;
 Mengakui adanya ketidakpastian bawaan dalam pengukuran suatu jumlah
yang ditentukan berdasarkan penggunaan estimasi, pertimbangan dan
pertimbangan atas peristiwa masa depan; dan
 Membuat keputusan ekonomi yang masuk akal berdasarkan informasi
dalam laporan keuangan.

Konsep materialitas diterapkan oleh auditor pada tahap perencanaan dan pelaksanaan
audit, serta pada saat mengevaluasi dampak kesalahan penyajian yang teridentifikasi
dalam audit dan kesalahan penyajian yang tidak dikoreksi, jika ada, terhadap laporan
keuangan dan pada saat merumuskan opini dalam laporan auditor.

Dalam perencanaan audit, auditor membuat pertimbangan-pertimbangan tentang


ukuran kesalahan penyajian yang dipandang material. Pertimbangan-pertimbangan
tersebut menyediakan suatu basis untuk menentukan sifat, saat dan luas prosedur
penilaian risiko, mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian material, dan
menentukan sifat, saat dan luas prosedur audit lanjutan. Kondisi-kondisi yang
berkaitan dengan beberapa kesalahan penyajian dapat menyebabkan auditor
menilai kesalahan penyajian tersebut sebagai kesalahan penyajian material walaupun
kesalahan penyajian tersebut berada di bawah tingkat materialitas.

Pada konteks ini tujuan auditor adalah untuk menerapkan konsep materialitas secara
tepat dalam perencanaan dan pelaksanaan audit. Untuk tujuan SA ini, materialitas
pelaksanaan (performance materiality) adalah suatu jumlah yang ditetapkan oleh
auditor, pada tingkat yang lebih rendah daripada materialitas untuk laporan keuangan
secara keseluruhan, untuk mengurangi ke tingkat rendah yang semestinya
kemungkinan kesalahan penyajian yang tidak dikoreksi dan yang tidak terdeteksi yang
secara agregat melebihi materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan. Jika
berlaku, materialitas pelaksanaan dapat ditetapkan oleh auditor pada jumlah yang lebih
rendah daripada materialitas golongan transaksi, saldo akun atau pengungkapan
tertentu.

Berikut ini merupakan ketentuan-ketentuan terkait materialitas :

1. Penentuan Materialitas dan Materialitas Pelaksanaan dalam Perencanaan Audit

Pada saat menetapkan strategi audit secara keseluruhan, auditor harus menentukan
materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan. Jika, dalam kondisi spesifik
entitas, terdapat satu atau lebih golongan transaksi, saldo akun atau pengungkapan
tertentu yang mengandung kesalahan penyajian yang jumlahnya lebih rendah daripada
materialitas laporan keuangan secara keseluruhan diperkirakan secara masuk akal akan
memengaruhi keputusan ekonomi yang dibuat oleh para pengguna berdasarkan laporan
keuangan tersebut, maka auditor harus menetapkan materialitas yang akan diterapkan
terhadap golongan transaksi, saldo akun atau pengungkapan tertentu tersebut. Auditor
harus menetapkan materialitas pelaksanaan untuk menilai risiko kesalahan penyajian
material dan menentukan sifat, saat dan luas prosedur audit lanjutan.

2. Revisi Sejalan dengan Progres Audit

Auditor harus merevisi materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan pada
saat auditor menyadari adanya informasi selama audit yang mungkin saja
menyebabkan auditor menentukan jumlah materialitas yang berbeda dari jumlah
materialitas yang pertama kali ditetapkan. Jika auditor menyimpulkan bahwa
materialitas yang lebih rendah daripada tingkat materialitas yang ditentukan pertama
kali untuk laporan keuangan secara keseluruhan adalah tepat, maka auditor harus
menentukan apakah revisi terhadap materialitas pelaksanaan perlu dilakukan dan
apakah sifat, saat dan luas prosedur audit lebih lanjut masih tepat.

3. Dokumentasi
Auditor harus memasukkan dalam dokumentasi auditnya jumlah-jumlah di bawah ini
beserta faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam penentuannya:

 Materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan


 Jika berlaku, tingkat materialitas untuk golongan transaksi, saldo akun atau
pengungkapan tertentu
 Materialitas pelaksanaan; dan
 Revisi yang dibuat atas butir (a)–(c) sejalan dengan progres audit.

Berikut ini merupakan materi penerapan dan penjelasan lain :

1. Materialitas dan Risiko Audit

Materialitas dan risiko audit perlu dipertimbangkan sepanjang pelaksanaan audit,


khususnya pada saat:

- Mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian material;


- Menentukan sifat, saat, dan luas prosedur audit selanjutnya; dan
- Mengevaluasi dampak kesalahan penyajian yang tidak dikoreksi, jika ada,
terhadap laporan keuangan dan dalam merumuskan opini dalam laporan
auditor.

2. Penentuan Materialitas dan Materialitas Pelaksanaan dalam Perencanaan Audit

Pertimbangan Spesifik atas Entitas Sektor Publik


Penentuan materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan dalam audit atas
laporan keuangan entitas sektor publik juga dipengaruhi oleh peraturan perundang-
undangan atau kewenangan lain, dan oleh kebutuhan informasi keuangan para pembuat
undang-undang dan masyarakat umum dalam kaitannya dengan program sektor
publik.

Penggunaan Tolok Ukur dalam Menentukan Materialitas untuk Laporan Keuangan


secara Keseluruhan

Faktor-faktor yang dapat memengaruhi proses identifikasi suatu tolok ukur yang tepat
mencakup:

- Unsur-unsur laporan keuangan


- Apakah terdapat unsur-unsur yang menjadi perhatian khusus para pengguna
laporan keuangan suatu entitas tertentu
- Sifat entitas, posisi entitas dalam siklus hidupnya, dan industri serta lingkungan
ekonomi yang di dalamnya entitas tersebut beroperasi;
- Struktur kepemilikan dan pendanaan entitas; dan
- Fluktuasi relatif tolok ukur tersebut.

Contoh tolok ukur yang tepat, tergantung pada kondisi entitas yang bersangkutan,
meliputi kategori penghasilan yang dilaporkan seperti laba sebelum pajak, jumlah
pendapatan, laba bruto dan jumlah beban, jumlah ekuitas atau nilai aset bersih. Dalam
hubungannya dengan tolok ukur yang dipilih, data keuangan yang relevan biasanya
meliputi hasil dan posisi keuangan periode sebelumnya, hasil dan posisi keuangan
periode berjalan dan anggaran atau prakiraan untuk periode berjalan, yang disesuaikan
dengan adanya perubahan signifikan yang terjadi di entitas tersebut dan perubahan
kondisi industri atau lingkungan ekonomi yang relevan, yang di dalamnya entitas
tersebut beroperasi. Jika laporan keuangan disusun untuk periode pelaporan keuangan
yang lebih atau kurang dari 12 bulan, misalnya dalam kasus entitas baru berdiri atau
adanya perubahan dalam periode pelaporan, materialitas akan mengacu pada laporan
keuangan yang disusun untuk periode pelaporan keuangan tersebut. Penentuan
persentase yang akan diterapkan pada suatu tolok ukur yang dipilih membutuhkan
pertimbangan profesional.

Pertimbangan Spesifik bagi Entitas yang Lebih Kecil

Ketika suatu entitas memiliki laba sebelum pajak dari operasi yang sedang berjalan
yang secara konsisten bernilai kecil, seperti yang mungkin terjadi dalam suatu usaha
yang dikelola sendiri oleh pemiliknya, yang sebagian besar dari laba sebelum pajak
perusahaan diambil oleh pemiliknya dalam bentuk remunerasi, maka laba sebelum
remunerasi dan pajak dapat merupakan tolok ukur yang lebih relevan.

Pertimbangan Spesifik atas Entitas Sektor Publik

Dalam suatu audit atas entitas sektor publik, jumlah biaya atau biaya bersih (beban
dikurangi pendapatan atau pengeluaran dikurangi penerimaan) dapat menjadi tolok
ukur yang tepat untuk aktivitas program. Jika suatu entitas sektor publik melakukan
penyimpanan aset publik, maka aset dapat merupakan tolok ukur yang tepat.

Tingkat Materialitas untuk Golongan Transaksi, Saldo Akun atau Pengungkapan


Tertentu

Faktor-faktor yang dapat mengindikasikan adanya satu atau lebih golongan transaksi,
saldo akun atau pengungkapan tertentu di mana kesalahan penyajian dengan nilai di
bawah materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan dapat memengaruhi
keputusan ekonomi yang diambil oleh para pengguna laporan keuangan meliputi hal-
hal berikut ini:
• Apakah peraturan perundang-undangan atau kerangka pelaporan keuangan
yang berlaku memengaruhi harapan para pengguna laporan keuangan terhadap
pengukuran atau pengungkapan hal-hal tertentu

• Pengungkapan utama dalam kaitannya dengan industri yang di dalamnya


entitas tersebut beroperasi

• Apakah perhatian difokuskan pada aspek tertentu bisnis

Materialitas Pelaksanaan

Materialitas pelaksanaan ditetapkan untuk mengurangi ke tingkat rendah yang dapat


diterima kemungkinan bahwa kesalahan penyajian yang tidak terkoreksi dan tidak
terdeteksi dalam laporan keuangan tidak melebihi materialitas laporan keuangan secara
keseluruhan. Begitu juga, materialitas pelaksanaan yang berkaitan dengan tingkat
materialitas yang ditentukan untuk golongan transaksi, saldo akun atau pengungkapan
tertentu ditetapkan untuk mengurangi ke tingkat rendah yang dapat diterima
kemungkinan bahwa gabungan kesalahan penyajian yang tidak terkoreksi dan tidak
terdeteksi dalam golongan transaksi, saldo akun atau pengungkapan tertentu melebihi
tingkat materialitas golongan transaksi, saldo akun atau pengungkapan. Penentuan
materialitas pelaksanaan bukan merupakan suatu perhitungan mekanis yang sederhana
dan membutuhkan adanya pertimbangan profesional. Penentuan ini dipengaruhi oleh
pemahaman auditor atas entitas, yang dimutakhirkan selama pelaksanaan prosedur
penilaian risiko; dan sifat serta luasnya kesalahan penyajian yang terdeteksi dalam
audit sebelumnya serta harapan auditor berkaitan dengan kesalahan penyajian dalam
periode berjalan.

Revisi Sejalan dengan Progres Audit

Materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan mungkin perlu direvisi


sebagai akibat dari perubahan kondisi yang terjadi selama proses audit, adanya
informasi baru, atau perubahan pemahaman auditor atas entitas dan operasinya yang
timbul akibat pelaksanaan prosedur audit lebih lanjut.

Anda mungkin juga menyukai