Pertemuan 6
(Rangkuman Standar Auditing (SA) 315, SA 210, dan SA 320)
2022
STANDAR AUDIT 315
Ruang Lingkup
Tanggal Efektif
Setelah tanggal 1 Januari 2013 (untuk Emiten), 1 Januari 2014 (untuk entitas selain
Emiten)
Tujuan
Tujuan Auditor adalah untuk mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian
material dalam dalam laporan keuangan, melalui pemahaman atas entitas dan
lingkungannya, termasuk pengendalian internal entitas.Oleh karena itu menyediakan
suatu dasar untuk merancang dan mengimplementasikan respon terhadap risiko yang
ditetapkan atas kesalahan penyajian material tersebut.
Tujuan SA ini, istilah berikut memiliki makna sebagai diuraikan di bawah ini:
Asersi: Representasi oleh manajemen, secara eksplisit atau dengan cara lain,
yang terkandung dalam laporan keuangan, yang dipakai oleh auditor untuk
mempertimbangkan berbagai jenis kesalahan penyajian potensial yang
mungkin terjadi.
Risiko bisnis: Suatu risiko sebagai akibat dari kondisi, peristiwa, keadaan,
tindakan atau tidak adanya tindakan signifikan yang dapat berdampak negatif
terhadap kemampuan entitas dalam mencapai tujuannya dan dalam
melaksanakan strateginya, atau dari penetapan sasaran dan strategi yang tidak
tepat.
Pengendalian internal: Proses yang dirancang, diimplementasikan, dan
dipelihara oleh pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola, manajemen, dan
personel lain untuk menyediakan keyakinan memadai tentang pencapaian
tujuan suatu entitas yang berkaitan dengan keandalan pelaporan keuangan,
efisiensi dan efektivitas operasi, dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-
undangan. Istilah “pengendalian” mengacu pada setiap aspek dari satu atau
lebih komponen pengendalian internal.
Prosedur penilaian risiko: Prosedur audit yang dilaksanakan untuk memperoleh
suatu pemahaman tentang entitas dan lingkungannya, termasuk pengendalian
internal entitas, untuk mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian
material, apakah karena kecurangan atau kesalahan, pada tingkat laporan
keuangan dan asersi.
Risiko signifikan: Suatu risiko kesalahan penyajian material yang diidentifikasi
dan dinilai yang, dalam pertimbangan auditor, memerlukan pertimbangan audit
khusus.
Pada SA 210 menjelaskan bahwa tujuan auditor adalah untuk menerima atau
melanjutkan perikatan audit hanya bila basis yang melandasi pelaksanaan audit telah
disepakati melalui penetapan apakah terdapat prakondisi untuk suatu audit, dan
penegasan bahwa ada pemahaman yang sama tentang ketentuan perikatan audit antara
auditor, manajemen, dan jika relevan pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola
entitas.
Definisi dari SPA ini bermakna sebagai prakondisi untuk suatu audit.
Penggunaan suatu kerangka pelaporan keuangan yang dapat diterima dalam
penyusunan laporan keunagan oleh manajemen dan persetujuan manajemen, dan jika
relevan pihak yang bertanggungjawab terhadap tata kelola atas premis-premis
pelaksanaan suatu audit.
Dalam rangka penentuan apakah terdapat prakondisi suatu audit, maka auditor harus:
1. Menentukan apakah kerangka pelaporan keuangan yang akan diterapkan dalam
penyusunan laporan keuangan dapat diterima, dan
2. Memperoleh persetujuan dari manajemen bahwa manajemen mengakui dan
memahami tanggungjawabnya.
Ruang lingkup sebelum penerimaan perikatan audit mempunyai batasan yaitu jika
manajemen atau pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola menetapkan suatu
pembatasan terhadap ruang lingkup pekerjaan auditor yang harus dicantumkan dalam
surat perikatan audit dan pembatasan tersebut akan menyebabkan auditor tidak dapat
memberikan opini atas laporan keuangan, maka auditor tidak boleh menerma perikatan
tersebut sebagai perikatan audit. Kecuali jika diwajibkan oleh peraturan perundang-
undangan.
Ketentuan perikatan audit yang disepakati harus dicatat dalam surat perikatan audit
atau bentuk kesepakatan tertulis lain yang tepat dan harus mencakup antara lain:
1. Tujuan dan ruang lingkup audit atas laporan keuangan
2. Tanggungjawab auditor
3. Tanggungjawab manajemen
4. Identifikasi kerangka pelaporan keuangan yang diterapkan dalam
penyusunan keuangan, dan
5. Pengacuan ke bentuk dan isi laporan yang akan dikeluarkan oleh auditor
dan suatu pernyataan bahwa dalam keadaan tertentu terdapat kemungkinan
laporan yang dikeluarkan berbeda bentuk dan isinya dengan yang
diharapkan.
1. Menarik diri dari perikatan audit (jika dimungkinkan) sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, dan
2. Menentukan apakah ada kewajiban, baik secara kontrak maupun dalam bentuk
lainnya, untuk melaporkan kondisi tersebut kepada pihak lain, seperti pihak
yang bertanggungjawab atas tata kelola entias, pemilik, atau badan pengatur.
Penerimaan Lain dalam Penerimaan Perikatan
Ruang lingkup
Konsep materialitas diterapkan oleh auditor pada tahap perencanaan dan pelaksanaan
audit, serta pada saat mengevaluasi dampak kesalahan penyajian yang teridentifikasi
dalam audit dan kesalahan penyajian yang tidak dikoreksi, jika ada, terhadap laporan
keuangan dan pada saat merumuskan opini dalam laporan auditor.
Pada konteks ini tujuan auditor adalah untuk menerapkan konsep materialitas secara
tepat dalam perencanaan dan pelaksanaan audit. Untuk tujuan SA ini, materialitas
pelaksanaan (performance materiality) adalah suatu jumlah yang ditetapkan oleh
auditor, pada tingkat yang lebih rendah daripada materialitas untuk laporan keuangan
secara keseluruhan, untuk mengurangi ke tingkat rendah yang semestinya
kemungkinan kesalahan penyajian yang tidak dikoreksi dan yang tidak terdeteksi yang
secara agregat melebihi materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan. Jika
berlaku, materialitas pelaksanaan dapat ditetapkan oleh auditor pada jumlah yang lebih
rendah daripada materialitas golongan transaksi, saldo akun atau pengungkapan
tertentu.
Pada saat menetapkan strategi audit secara keseluruhan, auditor harus menentukan
materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan. Jika, dalam kondisi spesifik
entitas, terdapat satu atau lebih golongan transaksi, saldo akun atau pengungkapan
tertentu yang mengandung kesalahan penyajian yang jumlahnya lebih rendah daripada
materialitas laporan keuangan secara keseluruhan diperkirakan secara masuk akal akan
memengaruhi keputusan ekonomi yang dibuat oleh para pengguna berdasarkan laporan
keuangan tersebut, maka auditor harus menetapkan materialitas yang akan diterapkan
terhadap golongan transaksi, saldo akun atau pengungkapan tertentu tersebut. Auditor
harus menetapkan materialitas pelaksanaan untuk menilai risiko kesalahan penyajian
material dan menentukan sifat, saat dan luas prosedur audit lanjutan.
Auditor harus merevisi materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan pada
saat auditor menyadari adanya informasi selama audit yang mungkin saja
menyebabkan auditor menentukan jumlah materialitas yang berbeda dari jumlah
materialitas yang pertama kali ditetapkan. Jika auditor menyimpulkan bahwa
materialitas yang lebih rendah daripada tingkat materialitas yang ditentukan pertama
kali untuk laporan keuangan secara keseluruhan adalah tepat, maka auditor harus
menentukan apakah revisi terhadap materialitas pelaksanaan perlu dilakukan dan
apakah sifat, saat dan luas prosedur audit lebih lanjut masih tepat.
3. Dokumentasi
Auditor harus memasukkan dalam dokumentasi auditnya jumlah-jumlah di bawah ini
beserta faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam penentuannya:
Faktor-faktor yang dapat memengaruhi proses identifikasi suatu tolok ukur yang tepat
mencakup:
Contoh tolok ukur yang tepat, tergantung pada kondisi entitas yang bersangkutan,
meliputi kategori penghasilan yang dilaporkan seperti laba sebelum pajak, jumlah
pendapatan, laba bruto dan jumlah beban, jumlah ekuitas atau nilai aset bersih. Dalam
hubungannya dengan tolok ukur yang dipilih, data keuangan yang relevan biasanya
meliputi hasil dan posisi keuangan periode sebelumnya, hasil dan posisi keuangan
periode berjalan dan anggaran atau prakiraan untuk periode berjalan, yang disesuaikan
dengan adanya perubahan signifikan yang terjadi di entitas tersebut dan perubahan
kondisi industri atau lingkungan ekonomi yang relevan, yang di dalamnya entitas
tersebut beroperasi. Jika laporan keuangan disusun untuk periode pelaporan keuangan
yang lebih atau kurang dari 12 bulan, misalnya dalam kasus entitas baru berdiri atau
adanya perubahan dalam periode pelaporan, materialitas akan mengacu pada laporan
keuangan yang disusun untuk periode pelaporan keuangan tersebut. Penentuan
persentase yang akan diterapkan pada suatu tolok ukur yang dipilih membutuhkan
pertimbangan profesional.
Ketika suatu entitas memiliki laba sebelum pajak dari operasi yang sedang berjalan
yang secara konsisten bernilai kecil, seperti yang mungkin terjadi dalam suatu usaha
yang dikelola sendiri oleh pemiliknya, yang sebagian besar dari laba sebelum pajak
perusahaan diambil oleh pemiliknya dalam bentuk remunerasi, maka laba sebelum
remunerasi dan pajak dapat merupakan tolok ukur yang lebih relevan.
Dalam suatu audit atas entitas sektor publik, jumlah biaya atau biaya bersih (beban
dikurangi pendapatan atau pengeluaran dikurangi penerimaan) dapat menjadi tolok
ukur yang tepat untuk aktivitas program. Jika suatu entitas sektor publik melakukan
penyimpanan aset publik, maka aset dapat merupakan tolok ukur yang tepat.
Faktor-faktor yang dapat mengindikasikan adanya satu atau lebih golongan transaksi,
saldo akun atau pengungkapan tertentu di mana kesalahan penyajian dengan nilai di
bawah materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan dapat memengaruhi
keputusan ekonomi yang diambil oleh para pengguna laporan keuangan meliputi hal-
hal berikut ini:
• Apakah peraturan perundang-undangan atau kerangka pelaporan keuangan
yang berlaku memengaruhi harapan para pengguna laporan keuangan terhadap
pengukuran atau pengungkapan hal-hal tertentu
Materialitas Pelaksanaan