200 - 265
SA 240 Tanggung Jawab Auditor terkait dengan Kecurangan dalam suatu Audit
atas Laporan Keuangan.
SA 260 Komunikasi dengan Pihak yang Bertanggung jawab atas Tata Kelolah.
Ruang Lingkup : Standar Audit (SA) mengatur tanggung jawab keseluruhan auditor
independen ketika melaksanakan audit atas laporan keuangan berdasarkan SA. SA menjelaskan
ruang lingkup, wewenang, dan struktur SA, serta mengatur ketentuan untuk menetapkan
tanggung jawab umum auditor independen. SA ditulis dalam konteks audit atas laporan
keuangan yang dilakukan oleh auditor. SA dapat diadaptasi ketika diterapkan dalam audit atas
informasi keuangan historis lainnya. Auditor tetap bertanggung jawab untuk memastikan
kepatuhan terhadap seluruh kewajiban hukum, regulasi, atau profesi yang relevan.
Tujuan Audit : Tujuan suatu audit adalah untuk meningkatkan tingkat keyakinan pengguna
laporan keuangan yang dituju, dicapai melalui pernyataan suatu opini oleh auditor tentang
apakahlaporan keuangan disusun sesuai dengan suatu kerangka pelaporan keuangan yang
berlaku. SAmengharuskan auditor untuk memperoleh keyakinan memadai tentang apakah
laporan keuangansecara keseluruhan bebas dari kesalahan penyajian material, baik yang
disebabkan olehkecurangan maupun kesalahan. SA berisi tujuan, ketentuan, serta materi
penerapan dan penjelasan lain yang dirancanguntuk mendukung auditor dalam memperoleh
keyakinan memadai. SA mengharuskan auditoruntuk menggunakan pertimbangan profesional
dan memelihara skeptisisme profesional selamaperencanaan dan pelaksanaan audit. Bentuk
opini yang dinyatakan oleh auditor akan bergantungpada kerangka pelaporan keuangan yang
berlaku serta peraturan perundang-undangan atauregulasi yang berlaku. Auditor juga memiliki
tanggung jawab komunikasi dan pelaporan lainkepada pengguna laporan keuangan,
manajemen, pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola,atau pihak-pihak di luar entitas.
Standar audit 210 ini memuat tentang persetujuanatas syarat-syarat perikatan audit, dimana SA
ini berkaitan dengan tanggungjawab auditor dalam menyepakati syarat perikatan audit dengan
manajemen, dan jika relevan dengan pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola entitas dan
juga SA ini menetapkan bahwa terdapat prakondisi tertentu untuk suatu audit.
● Auditor harus menentukan apakah kerangka pelaporan laporan keuangan yang akan
diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan dapat
● Memperoleh persetujuan dari pihak manajemen bahwa manajemen mengakui dan
memahami tanggung jawabnya.
Sistem, kebijakan, dan prosedur pengendalian mutu merupakan tanggung jawab KAP.
Berdasarkan SPM 1, KAP berkewajiban untuk menetapkan dan memelihara suatu sistem
pengendalian mutu untuk memberikan keyakinan memadai bahwa :
1. KAP personelnya mematuhi standar profesi serta ketentuan hukum dan peraturan
yang berlaku.
2. Laporan yang diterbitkan oleh KAP atau rekan perikatan telah sesuai dengan
kondisinya.
Tujuan
Tujuan auditor adalah untuk mengimplementasikan prosedur pengendalian mutu pada tingkat
perikatan untuk memberikan keyakinan memadai bagi auditor bahwa :
1. Audit telah dilakukan dengan mematuhi standar profesi serta ketentuan hokum dan
peraturan yang berlaku.
2. Laporan auditor yang diterbitkan telah sesuai dengan
Standar audit ini berkaitan dengan kewajiban auditor dalam menyusun dokumentasi
audit untuk keperluan audit atas laporan keuangan.
Dokumentasi adalah catatan prosedur audit yang dilakukan, bukti audit relevan yang
diperoleh, dan kesimpulan yang dicapai auditor. Dokumentasi audit menyediakan:
1. Bukti sebagai dasar auditor untuk membuat kesimpulan tentang pencapaian tujuan
auditor secara keseluruhan; dan
2. Bukti bahwa audit telah direncanakan dan dilaksanakan sesuai dengan SA dan
ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku.
Tujuan tambahan:
• Membantu tim perikatan untuk merencanakan dan melaksanakan audit.
• Memungkinkan tim perikatan untuk bertanggung jawab atas pekerjaannya.
• Mempertahankan/menyimpan catatan atas masalah dari signifikansi berkelanjutan untuk
audit masa depan.
• Memungkinkan untuk melakukan inspeksi eksternal.
SA 240 – Tanggung Jawab Auditor Terkait Kecurangan Dalam Suatu Audit Atau
Laporan Keuangan.
Standar Audit 240 berhubungan dengan tanggung jawab auditor yang terkait dengan
kecurangan, dalam suatu audit atas laporan keuangan. Secara spesifik, SA ini memperluas
bagaimana SA 3151 dan SA 3302 harus diterapkan dalam kaitannya dengan risiko kesalahan
penyajian material karena kecurangan.
Kecurangan & Kesalahan dan Tanggung Jawabnya
Kesalahan mengacu pada salah saji yang tidak disengaja di Laporan Keuangan.
Kecurangan mengacu pada tindakan yang disengaja oleh satu atau lebih individu di antara
manajemen, Those Charged With Governance (TCWG), karyawan, atau pihak ketiga, yang
melibatkan penggunaan penipuan atau kecurangan untuk mendapatkan keuntungan yang
tidak wajar atau ilegal. Faktor pembeda antara fraud atau kecurangan dan kesalahan adalah
apakah tindakan yang mendasarinya disengaja atau tidak.
Tanggung jawab untuk mendeteksi kecurangan & kesalahan:
• Tanggung jawab utama untuk pencegahan & deteksi fraud atau kecurangan & kesalahan
terletak pada
a) Pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola; dan
b) Manajemen suatu entitas.
• Tanggung jawab manajemen termasuk menerapkan & memastikan kelanjutan operasi
sistem akuntansi dan pengendalian internal, yang dirancang untuk mencegah dan mendeteksi
kecurangan dan kesalahan.
SA 250 - Pertimbangan atas peraturan perundang-undangan dalam audit atas Laporan
Keuangang.
Standar Audit ini mengatur tentang tanggung jawab auditor untuk mempertimbangkan
peraturan perundang-undangan dalam audit atas laporan keuangan. SA ini tidak berlaku bagi
perikatan asurans lain yang di dalamnya auditor secara spesifik ditugaskan untuk melakukan
pengujian dan pelaporan secara terpisah terhadap kepatuhan terhadap peraturan perundang-
undangan tertentu. Manajemen harus untuk mempertimbangkan ketentuan dari berbagai
peraturan perundang-undangan dalam penyusunan dan penyajian LK. Misalnya, Undang-
undang Perusahaan, Undang-undang Pajak Pendapatan, Undang-undang Cukai, Undang-
undang Kepabeanan, Undang-undang Perbankan, dll. Auditor tidak dapat diharapkan untuk
mendeteksi ketidakpatuhan terhadap semua hukum dan peraturan.
Dampak peraturan perundang-undangan terhadap laporan keuangan sangat bervariasi.
Ketentuan dalam beberapa peraturan perundang-undangan berdampak langsung terhadap
laporan keuangan yang menentukan jumlah dan pengungkapan yang dilaporkan dalam laporan
keuangan suatu entitas. Peraturan perundang-undangan lain merupakan peraturan yang harus
dipatuhi oleh manajemen atau menetapkan ketentuan yang mengatur entitas dalam
menjalankan bisnisnya namun tidak berdampak langsung terhadap laporan keuangan suatu
entitas.
Indikasi bahwa ketidakpatuhan mungkin terjadi:
● Investigasi oleh departemen pemerintah atau pembayaran denda atau
hukuman.
● Pembayaran untuk layanan yang tidak ditentukan kepada konsultan, pihak
terkait atau pegawai pemerintah.
● Membeli dengan harga yang jauh di atas atau di bawah harga pasar.
● Pembayaran tunai yang tidak biasa dan transaksi tidak biasa lainnya.
● Transaksi tidak biasa dengan perusahaan yang terdaftar di negara bebas pajak
(negara bebas pajak seperti Dubai, Singapura, Mauritius, dll.).
● Transaksi tidak sah atau transaksi yang tidak tercatat dengan benar.
Tanggung Jawab untuk mematuhi peraturan perundang undangan adalah tanggung
jawab manajemen dengan pengawasan dari pihak yang bertanggung jawab atas tata
kelola,untuk memastikan bahwa operas ientitas dijalankanberdasarkan ketentuanperaturan
perundang-undangan,termasukkepatuhan terhadap ketentuan dalam Standar Audit SA 250.
Tanggung Jawab Auditor Tanggung jawab auditor terbatas pada pelaksanaan prosedur
audit tertentu yang dapat membantu mengungkapkan ketidak patuhan terhadap peraturan
perundang-undangan yang mungkin berdampak material terhadap laporan keuangan. Auditor
bertanggungjawab untuk memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan, secara
keseluruhan, bebas dari kesalahan penyajian material, baik yang disebabkan oleh kecurangan
maupun kesalahan dan memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat terkait dengan
kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang bersangkutan.
SA 260 - Komunikasi dengan Pihak yang Bertanggung jawab atas Tata Kelola.
Peran komunikasi
Peran komunikasi dua arah yang efektif penting untuk membantu:
1. Auditor dan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola dalam memahami halyang
terkait dengan konteks audit.
2. Auditor dalam memperoleh informasi audit yang relevan dari pihak yangbertanggung
jawab atas tata kelola.
3. Pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola dalam memenuhi tanggung
jawabmereka untuk mengawasi proses pelaporan keuangan,dengan demikian
dapatmengurangi resiko kesalahan penyajian dan material atas laporan keuangan.
Organisasi profesi akuntan Indonesia telah memiliki Kode Etik Akuntan Indonesia yang
terakhir ditetetapkan dalam konggres VIII Ikatan Akuntan Indonesia pada Tahun 1998 dan
berlaku secara efektif pada bulan Mei tahun 2000. Kode etik tersebut bersumber dari AICPA
dan berlaku bagi semua anggota IAI. Sejak dibentuknya Institut Akuntan Publik Indonesia
(IAPI) tahun 2007 kode etik tersebut msih tetap berlaku, namun khusus bagi para akuntan
publik anggota IAPI diberlakukan kode etik baru yang disebut Kode Etik Profesi Akuntan
Publik yang berlaku secara efektif pada tanggal 1 Januari 2010.
Kode etik ini disusun oleh IAPI mengacu pada Code of Ethics for Professional Accountans
yang diterbitkan oleh The Internasional Ethics Standard Board for Accountans tahun 2008.
Pada Code of Ethics yang diterbitkan IFAC ini terdiri dari 3 bagian diantaranya : Bagian A -
General Application of the Code, Bagian B - Professional Accountans in Public Practice dan
Bagian C - Professional Accountans in Business. Namun dikarenakan Bagian C dipandang
belum relevan untuk diadopsi oleh IAPI, maka hanya bagian A dan B saja yang diadopsi oleh
IAPI setelah diterjemahkan dan dimodifikasi. Kode Etik Akuntan Publik terdiri dari dua
bagian, yaitu Bagian A dan Bagian B. Dimana Bagian A dari Kode Etik ini menetapkan prinsip
- prinsip dasar etika profesi dan memberikan kerangka konseptual untuk penerapan prinsip
tersebut, sedangkan Bagian B memberikan ilustrasi mengenai penerapan kerangka konseptual
tersebut pada saat situasi tertentu.
Prinsip Dasar Etika Profesi yang disajikan pada Bagian A Kode Etik terdiri dari :
Seksi 110
Prinsip Integritas
Prinsip Integritas mewajibkan setiap praktisi untuk tegas, jujur, dan adil dalam
hubungan profesional dan hubungan bisnisnya.
1. Prinsip Objektivitas
Prinsip Kompetensi dan Kehati - hatian Profesional mewajibkan setiap praktisi untuk
memelihara pengetahuan dan keahlian profesional serta menggunakan kemahiran
profesionalnya sesuai dengan standar profesi dan kode etik profesi yang berlaku dalam
memberikan jasanya profesionalnya.
3. Prinsip Kerahasiaan
Organisasi profesi Akuntan Publik di Indonesia ialah IAPI atau Institut Akuntan Publik
Indonesia. Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) atau Indonesian Institute of Certified
Public Accountants (IICPA), mempunyai latar belakang sejarah yang cukup panjang, dimulai
dari didirikannya Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) pada 23 Desember 1957. Organisasi ini
beranggotakan mereka yang bergelar akuntan dan memiliki nomor register akuntans sesuai
Undang – Undang No. 34 tahun 1954. Perkembangan profesi dan organisasi Akuntan Publik
di Indonesia tidak bisa dipisahkan dari perkembangan perekonomian, dunia usaha dan investasi
baik asing maupun domestik, pasar modal serta pengaruh global. Secara garis besar tonggak
sejarah perkembangan profesi dan organisasi akuntan publik di Indonesia memang sangat
dipengaruhi oleh perubahan perekonomian negara pada khususnya dan perekonomian dunia
pada umumnya.