Anda di halaman 1dari 9

RINGKASAN MATERI KULIAH

STANDAR AUDITING BERBASIS ISA

Disusun guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengauditan 1

Dosen Pengampu : Dr. I Dewa Nyoman Badera, S.E.,M,Si.,Ak

Oleh :

KELOMPOK 13

35. I Gusti Ayu Intan Satwika Pramesti (1907531244)

36. Dewa Ayu Sri Laksmi Dewi (1907531247)

39. Ni Wayan Sintya Prabawati (1907531254)

Program Studi Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Udayana

2021
Standar Auditing adalah pedoman umum untuk membantu para auditor dalam
memenuhi tanggungjawab professional mereka dalam pengauditan laporan keuangan historis.
Di dalam standard audit mencakup pertimbangan kualitas professional antara lain persyaratan
kompotensi dan independensi, pelaporan, dan bukti audit.

Ikatan Akuntansi Publik Indonesia (IAPI) sebagai organisasi profesi berkewajiban


untuk menetapkan standar audit. Dengan perkembangan yang terjadi dalam era globalisasi,
IAPI telah memutuskan untuk mengadopsi International Auditing Standards (ISA) yang
diterbitkan International Auditing And Assurance Standards Boards (IAASB). ISA
(International Standards on Auditing) merupakan standar audit terbaru yang telah diadopsi di
Indonesia. Per 1 Januari 2013, Akuntan Publik di Indonesia wajib melakukan audit atas
laporan keuangan berdasarkan standar yang baru ini.

Berikut ini adalah Standar Audit yang berbasis ISA di Indonesia, antara lain :

1. Prinsip Umum dan Tanggung Jawab :


a. SA 200 : Tujuan Keseluruhan Auditor Independen dan Pelaksanaan Suatu Audit
Berdasarkan Standar Audit
Ruang lingkup SA 200 ini yaitu mengatur tanggungjawab keseluruhan auditor
independen ketika melaksanakan audit atas laporan keuangan berdasarkan SA. Tujuan
audit adalah adalah untuk meningkatkan keyakinan pengguna laporan keuangan yang
dituju. Hal itu dicapai melalui pernyataan suatu opini oleh auditor tentang apakah
laporan keuangan disusun, dalam semua yang hal yang material, sesuai dengan
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.
b. SA 210 : Persetujuan atas Syarat-Syarat Perikatan Audit
SA 210 ini berkaitan dengan tanggungjawab auditor dalam menyepakati syarat
perikatan audit dengan manajemen dan jika relevan dengan pihak yang
bertanggungjawab atas tata kelola entitas. Tujuan auditor dalam menerima atau
melanjutkan penugasan audit hanya jika dasar untuk melaksanakan penugasan sudah
disetujui dengan :
1. Memastikan bahwa prasyarat untuk suatu audit memang ada.
2. Menegaskan adanya pemahaman yang sama tentang ketentuan perikatan audit
antara auditor, manajemen dan, jika relevan, pihak yang bertanggung jawab atas tata
kelola entitas.
c. SA 220 : Pengendalian Mutu untuk Audit atas Laporan Keuangan
SA 220 mengatur tanggungjawab tertentu auditor dalam memperhatikan prosedur
pengendalian mutu untuk audit atas laporan keuangan.
d. SA 230 : Dokumentasi Audit
SA 230 ini berkaitan dengan kewajiban auditor dalam menyusun dokumentasi audit
untuk keperluan audit atas laporan keuangan. Tujuan auditor adalah untuk menyusun
dokumentasi yang memberikan :
1. Catatan yang cukup dan tepat sebagai dasar untuk laporan auditor, dan
2. Bukti bahwa audit telah direncanakan dan dilaksanakan sesuai dengan SA dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
e. SA 240 : Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam suatu Audit
atas Laporan Keuangan.
SA 240 ini berhubungan dengan tanggungjawab auditor yang berkaitan dengan
kecurangan, dalam suatu audit atas laporan keuangan. Tanggungjawab utama untuk
pencegahan dan pendeteksian kecurangan berada pada dua pihak yaitu yang
bertanggungjawab atas tata kelola entitas dan manajemen. Tanggungjawab auditor
adalah memperoleh keyakinan memadai apakah laporan keuangan secara keseluruhan
beban dari salah saji material yang disebabkan oleh kecurangan atau kesalahan.
f. SA 250 : Pertimbangan atas Peraturan Perundang-undangan dalam Audit atas Laporan
Keuangan
Ketentuan dalam Standard Audit (SA 250) dirancang untuk membantu auditor
mengidentifikasi kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan yang
disebabkan oleh ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan. Namun,
auditor tidak bertanggungjawab untuk mencegah dan tidak mendeteksi
ketidakpatuhan terhadap semua peraturan perundang-undangan.
g. SA 260 : Komunikasi dengan pihak yang bertanggungjawab atas Tata Kelola
Auditor wajib berkomunikasi dengan TCGW (Those Charge With Government)
mengenai tanggung jawab auditor berkenaan dengan audit atas laporan keuangan
termasuk bahwa :
1. Auditor bertanggungjawab untuk merumuskan dan memberikan opini atas laporan
keuangan yang dibuat oleh manajemen dibawah pengawasan TCGW (Those Charge
With Government)
2. Audit atas laporan keuangan tidaklah membebaskan manajemen atau TCGW
(Those Charge With Government) dan tanggungjawab mereka (SA 260. A9-A10)
h. SA 265 : Pengkomonikasian Defisiensi dalam Pengendalian Internal kepada pihak
yang bertanggungjawab atas Tata Kelola dan Manajemen.
Auditor wajib mengkomunikasikan secara tertulis kepada TCGW (Those Charge
With Government) tentang kelemahan signifikan dalam pengendalian intern yang
ditemukan selama audit secara tepat waktu (SA 265.A12-A18. A27).
2. Penilaian Risiko dan Respons terhadap risiko yang dinilai :
a. SA 300 : Perencanaan Audit atas Laporan Keuangan
SA 300 ini mengatur tanggungjawab auditor untuk merencanakan audit atas laporan
keuangan. Perencanaan suatu audit mencakup penetapan strategi audit secara
keseluruhan untuk perikatan (penugasan) audit dan pengembangan rencana audit.
Perencanaan yang cukup akan bermanfaat dalam audit atas laporan keuangan dalam
beberapa hal termasuk hal-hal sebagai berikut (SA 300.2) :
1. Membantu auditor untuk mencurahkan perhatian yang tepat terhadap area yang
penting dalam audit,
2. Membantu auditor untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah yang
potensial,
3. Membantu auditor untuk mengorganisasi dan mengelola perikatan (penugasan
audit) dengan baik, sehingga perikatan tersebut dapat dilaksanakan dengan efektif dan
efisien.
b. SA 315 : Pengidentifikasian dan Penilaian Risiko Salah Saji Material Melalui
Pemahaman atas Entitas dan Lingkungannya
Dalam standar ini menegaskan bahwa auditor harus memperoleh suatu pemahaman
tentang apakah entitas memiliki suatu proses untuk :
1. Mengidentifikasi risiko bisnis yang relevan dengan tujuan pelaporan keuangan,
2. Mengestimasi signifikan risiko,
3. Menentukan kemungkinan terjadinya risiko tersebut, dan
4. Memutuskan tindakan untuk menangani risiko.
c. SA 320 : Materialitas dalam Tahap Perencanaan dan Pelaksanaan Audit
SA 320 ini berkaitan dengan tanggungjawab auditor untuk menerapkan konsep
materialitas dalam perencanaan dan pelaksanaan audit, khususnya pada saat (SA
320.A1) :
1. Mengidentifikasi dan menilai kesalahan penyajian material,
2. Menentukan sifat, saat, dan luas prosedur audit selanjutnya, dan
3. Mengevaluasi dampak laporan keuangan dan dalam merumuskan opini dalam
laporan auditor.
d. SA 330 : Respons Auditor terhadap Risiko yang dinilai
Jika prosedur substansif dilaksanakan pada suatu tanggal interim (tanggal ditengah
tahun) auditor wajib meliputi periode sisanya (antara tanggal interim sampai akhir
tahun) dengan melaksanakan (SA 330.22) :
1. Prosedur substansif yang dikombinasikan dengan uji pengendalian untuk periode
sisa atau
2. Prosedur substantif selanjutnya saja yang memberikan dasar yang layak untuk
memperluas kesimpulan dari tanggal interim ke akhir tahun, jika auditor menentukan
bahwa itu sudah cukup.
e. SA 402 : Pertimbangan Audit Terkait dengan Entitas yang menggunakan Organisasi
Jasa
SA 402 ini mengatur tanggungjawab auditor entitas pemakai untuk memperoleh bukti
audit yang cukup dan tepat, ketika entitas pemakai memanfaatkan jasa dari salah satu
atau lebih organisasi jasa. Tujuan auditor pemakai yaitu :
1. Memperoleh pemahaman tentang sifat dan signifikasi jasa yang disediakan
organisasi pemberi jasa dan dampaknya terhadap pengendalian interim entitas
pemakai, untuk mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji yang material,
2. Merancang dan melaksanakan prosedur audit yang tanggap terhadap resiko
tersebut.
f. SA 450 : Pengevaluasian atas Kesalahan Penyajian yang Diidentifikasi Selama
Auditor
SA 450 ini berkaitan dengan tujuan auditor untuk mengevaluasi:
1. Dampak salah saji yang diidentifikasi dalam audit, dan
2. Dampak salah saji yang tidak dikoreksi jika ada terhadap laporan keuangan.
3. Bukti Audit
a. SA 500 : Bukti Audit
SA 500 ini menjelaskan tentang hal yang merupakan bukti audit dalam suatu audit
laporan keuangan, dan berkaitan dengan tanggungjawab auditor untuk merancang dan
melaksanakan prosedur audit untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat
untuk memungkinkan penarikan kesimpulan memadai yang menjadi basis opini
auditor. Dimana, bukti audit yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai
untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan.
b. SA 501 : Bukti Audit-Pertimbangan Spesifik atas Unsur Pilihan
Tujuan auditor ialah untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat mengenai :
1. Adanya (existence) dan kondisi persediaan,
2. Lengkapnya (completeness) informasi mengenai litigasi dan tuntutan hukum
terhadap entitas,
3. Penyajian dan pengungkapan informasi segmen sesuai dengan kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku.
c. SA 505 : Konfirmasi Eksternal
Tujuan auditor dalam menggunakan prosedur konfirmasi eksternal ialah merancang
dan melaksanakan prosedur untuk memperoleh bukti audit yang relevan dan andal
(SA 505.7). Jika auditor menyimpulkan bahwa jawaban konfirmasi tidak andal/tidak
dapat dipercaya, auditor wajib mengevaluasi implikasinya terhadap penilaian resiko
yang dilakukan auditor mengenai salah saji yang material, termasuk risiko adanya
kecurangan (fraud), dan terhadap sifat, waktu, dan luasnya prosedur audit lainnya (SA
505.11). Auditor wajib mengevaluasi apakah hasil dari prosedur konfirmasi eksternal
memberikan bukti audit yang relevan dan andal, atau apakah bukti audit tambahan
diperlukan.
d. SA 510: Perikatan Audit Tahun Pertama – Saldo Awal
Standard Audit 510 menegaskan kewajiban-kewajiban auditor dan memberikan
petunjuk pelaksanaannya. Petunjuk pelaksanaan yang diberikan adalah (SA 510):
1. Membaca laporan keuangan terakhir dan laporan auditor terdahulu,
2. Melihat apakah saldo penutupan dari periode yang lalu telah dipindahkan ke
periode ini dengan benar dan mencerminkan penggunaan kebijakan akuntansi yang
tepat,
3. Mereview kertas kerja auditor terdahulu,
4. Melaksanakan prosedur audit dalam periode ini untuk memperoleh bukti tentang
saldo pembukuan. Ini penting jika laporan keuangan yang lalu tidak diaudit.
e. SA 520 : Prosedur Analitis
Prosedur analitis didefinisikan sebagai pengevaluasian terhadap informasi keuangan
yang dilakukan melalui analisis hubungan antara data keuangan dan data non
keuangan. Prosedur analitis juga mencakup investigasi sebagaimana yang diperlukan
atas fluktuasi atau hubungan teridentifikasi yang tidak konsisten dengan informasi
relevan lain, atau yang berbeda dari nilai yang diharapkan dalam jumlah yang
signifikan (SA 520.4)
f. SA 530 : Sampling Audit
Sampling Audit sebagai penerapan prosedur audit terhadap kurang dari 100% unsur
dalam suatu populasi audit yang relevan sedemikian rupa sehingga semua unit
sampling memiliki peluang yang sama untuk dipilih dalam memberikan basis
memadai bagi auditor untuk menarik kesimpulan tentang populasi secara keseluruhan
(SA 530.5)
g. SA 540 : Audit atas Estimasi Akuntansi, Termasuk Akuntansi Nilai Wajar, dan
Pengungkapan yang bersangkutan
SA 540 ini berkaitan dengan tanggungjawab auditor atas estimasi akuntansi, termasuk
estimasi akuntansi nilai wajar, dan pengungkapan yang bersangkutan dalam suatu
audit atas laporan keuangan. SA 540 ini juga mencakup ketentuan dan panduan atas
kesalahan penyajian estimasi akuntansi secara individual dan indikator tentang
kemungkinan keberpihakan manajemen.
h. SA 550 : Pihak Berelasi
Prosedur audit berkenaan dengan pihak-pihak terkait, hubungan di antara pihak-pihak
terkait, dan transaksi dengan pihak-pihak terkait. Istilah lain “pihak-pihak terkait”
yang sering digunakan adalah “hubungan istimewa” atau “pihak-pihak dengan
hubungan istimewa”. Dalam mendefinisikan istilah ini, International Auditing
Standards mengembalikannya kepada kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.
Namun, jika kerangka pelaporan keuangan yang berlaku tidak mengaturnya, maka
ISA memaknakan pihak berelasi (related-party) sebagai :
1. Seseorang atau suatu entitas yang mengendalikan atau sangat berpengaruh secara
langsung atau tidak langsung melalui satu atau lebih perantara, terhadap entitas
pelapor,
2. Suatu entitas yang dikendalikan atau dipengaruhi secara langsung atau tidak
langsung melalui satu atau lebih perantara, oleh entitas pelapor atau
3. Entitas lain yang bersama entitas pelapor berada dibawah pengendalian bersama
melalui:
a) Pemilikan dibawah kendali bersama,
b) Pemilik terdiri atas keluarga dan kerabat atau
c) Anggota manajemen kunci bersama.
i. SA 560 : Peristiwa Kemudian
Pada SA 560 ini tujuan auditor yaitu memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat
apakah peristiwa yang terjadi antara tanggal laporan keuangan dan tanggal laporan
auditor yang mengharuskan penyesuaian atau pengungkapan dalam laporan keuangan,
secara tepat telah digambarkan dalam laporan keuangan tersebut sesuai dengan
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku serta merespons secara tepat fakta yang
diketahui oleh auditor pada tanggal tersebut, kemungkinan menyebabkan auditor
mengubah laporan auditnya.
j. SA 570 : Kelangsungan Usaha
Ketika melaksanakan prosedur penilaian resiko sesuai (SA 315), auditor wajib
mempertimbangkan apakah ada peristiwa atau kondisi yang mungkin menimbulkan
keraguan mengenai kemampuan entitas untuk melanjutkan usahanya sebagai usaha
yang berkesinambungan. Dalam melakukan hal itu, auditor harus menentukan apakah
manajemen sudah melaksanakan penilaian pendahuluan tentang kemampuan entitas
untuk melanjutkan sebagai usaha yang berkesinambungan (SA 570.10).
k. SA 580 : Representasi Tertulis
Representasi tertulis harus dalam bentuk surat representasi yang ditujukan kepada
auditor. Jika ketentuan perundang-undangan mewajibkan manajemen membuat
representasi tertulis kepada public (written public statement) tentang
tanggungjawabnya dan auditor memastikan bahwa pernyataan tersebut memberikan
sebagian atau seluruh representasi yang diharuskan (SA 580.15). Salah satu
tanggungjawab manajemen ketika ia menandatangani surat perikatan (engagement
leter) telah mengkonfirmasi ekspektasi auditor untuk menerima penegasan tertulis
(written confirmation) mengenai representasi yang dibuatnya sehubungan dengan
perikatan audit.
DAFTAR PUSTAKA
Jusup, Al Haryono. 2014. Auditing : Pengauditan Berbasis ISA (Edisi II). Sekolah Tinggi
Ilmu Ekonomi: Universitas Gadjah Mada

Anda mungkin juga menyukai