STANDAR AUDITING
Oleh
Kelompok 7
3. Bukti Audit
Bukti audit adalah segala informasi yang mendukung angka-angka atau informasi lain
yang disajikan dalam laporan keuangan, yang dapat digunakan oleh Auditor sebagai
dasar yang layak untuk menyatakan Pendapatnya.
Untuk memperoleh bukti, Auditor biasanya melakukan Observasi, Konfirmasi atau
melakukan Inspeksi atau, dengan Wawancara untuk memperoleh Bukti Fisik dengan
melakukan vouching dan tracing terhadap Catatan akuntansi manajemen dalam penyajian
laporan keuangan Perusahaan. Namun seorang auditor harus memahami prinsip-prinsip
dalam pemeriksaan sebagai berikut:
Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI) sebagai organisasi profesi berkewajiban untuk
menetapkan standar audit. Dengan perkembangan yang terjadi dalam era Globalisasi,
IAPI telah memutuskan untuk mengadopsi International Auditing Standards (ISA) yang
diterbitkan International Auditing And Assurance Standards Boards (IAASB) dan dengan
demikian tidak memberlakukan lagi standar audit yang selama ini berlaku. Ikatan
Akuntan Publik Indonesia menerjemahkan International Auditing Standards (ISA)
kedalam bahasa indonesia dan diberi judul Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP)
dan menetapkan pemberlakukan Standar Profesional Akuntan Publik di indonesia (Jusup,
2014).
Bukti Audit dalam Standar Akuntan (SA.500 s/d SA.580)
a. SA 500 : Bukti Audit
Auditor harus merancang dan melaksanakan prosedur audit yang teapat sesuai dengan
kondisi untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat (SA 500.6)
Bukti audit yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan
keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas
laporan keuangan auditan (SA 500).
b. SA 501 : Bukti Audit – Pertimbangan Spesifik atas Unsur Pilihan
Menetapkan tujuan auditor ialah untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat
menegenai (SA 501.3):
Adanya (existence) dan kondisi persediaan;
Lengkapnya (completeness) informasi mengenai litigasi dan tuntutan hukum
terhadap entitas;
Penyajian dan pengungkapan informasi segmen sesuai dengan kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku.
c. SA 505 : Konfirmasi Eksternal
Tujuan auditor dalam menggunakan prosedur konfirmasi eksternal, ialah merancang dan
melaksanakan prosedur untuk memperoleh bukti audit yang relevan dan andal (SA
505.7).
Jika auditor menyimpulkan bahwa jawaban konfirmasi tidak andal/tidak dapat dipercaya,
auditor wajib mengevaluasi implikasinya terhadap penilaian resiko yang dilakukan
auditor mengenai salah saji yang material, termasuk risiko adanya kecurangan (fraud),
dan terhadap sifat, waktu dan luasnya prosedur audit lainnya (SA 505.11).
Auditor wajib mengevaluasi apakah hasil dari prosedur konfrimasi eksternal memberikan
bukti audit yang relevan dan andal, atau apakah bukti audit tambahan diperlukan (SA
505.16).
d. SA 510 : Perikatan Audit Tahun Pertama – Saldo Awal
Penugasan audit pertama bukan hal baru untuk praktisi di indonesia. Standart Audit 510
menegaskan kewajiban-kewajiban auditor dan memberikan petunjuk pelaksanaannya.
Petunjuk pelaksaan yang diberikan adalah (SA 510):
Membaca laporan keuangan terakhir dan laporan auditor terdahulu;
Melihat apakah saldo penutupan dari periode yang lalu telah dipindahkan ke periode
ini dengan benar, dan mencerminkan penggunaan kebijakan akuntansi yang tepat;
Meriview kertas kerja auditor terdahulu;
Melaksanakan prosedur audit dalam periode ini untuk memperoleh bukti tentang
saldo pembukuan. Ini penting jika laporan keuangan yang lalu tidak diaudit.
e. SA 520 : Prosedur Analitis
Prosedur analitis didefinisikan sebagai Pengevaluasian terhadap informasi keuangan yang
dilakukan melalui analisis hubungan antara data keuangan dan data non keuangan.
Prosedur analitis juga mencakup investigasi sebagaimana yang diperlukan atas fluktuasi
atau hubungan teridentifikasi yang tidak konsisten dengan informasi relevan lain, atau
yang berbeda dari nilai yang diharapkan dalam jumlah yang signifikan (SA 520.4).
f. SA 530 : Sampling Audit
Sampling audit sebagai penerapan prosedur audit terhadap kurang dari 100% unsur dalam
suatu populasi audit yang relevan sedemikian rupa sehingga semua unit sampling
memiliki peluang yang sama untuk dipilih dalam memberikan basis memadai bagi
auditor untuk menarik kesimpulan tentang populasi secara keseluruhan (SA 530.5)
g. SA 540 : Audit atas Estimasi Akuntansi, Termasuk Estimasi Akuntansi Nilai Wajar, dan
Pengungkapan yang Bersangkutan
Makna yang digunakan dalam standar audit sehubungan dengan estimasi akuntansi
memberikan istilah-istilah berikut (SA 540.7):
1. Estimasi Akuntansi (Accounting estimate)
Nilai yang mendekati suatu nilai uang, yang digunakan jika tidak ada pengukuran
yang tepat. Istilah estimasi ini digunakan untuk jumlah (uang) yang diukur dengan
nilai wajar (fair value) dimana ada ketidakpastian dalam estimasi (estimation
uncertainty), maupun jumlah-jumlah lain yang memerlukan estimasi. Dalam hal
International Auditing Standards (ISA) hanya membahas estimasi akuntansi
(accounting estimates) dengan pengukuran nilai wajar, istilah “fair value accounting
estimates” (“estimasi akuntansi nilai wajar”) yang digunakan.
2. Auditor’s point estimate atau auditor’s range
Jumlah atau rentang jumlah, yang diambil dari bukti audit untuk digunakan dalam
mengevaluasi management’s point estimate.
3. Estimation uncertainly
Kerentanan estimasi akuntansi dan pengungkapan (disclousures) yang melekat dalam
pengukuran (pada setiap estimasi).
4. Management bias
Tidak netralnya manajemen dalam membuat atau menyiapkan informasi.
5. Management’s point estimate
Jumlah yang dipilih manajemen untuk pengakuan (terhadap) atau disclosures
(mengenai) estimasi akuntansi.
6. Outcome of an accounting estimate
Jumlah/nilai uang sebenarnya dari penyelesaian transaksi, peristiwa, atau kondisi
yang mendasari estimasi akuntansi.
h. SA 550 : Pihak Berelasi
Prosedur audit berkenaan dengan pihak-pihak terkait, hubungan diantara pihak-pihak
terkait, dan transaksi dengan pihak-pihak terkait. Istilah “pihak-pihak terkait” merupakan
terjemahan dari related parties. Istilah lain yang sering digunakan ialah “hubungan
istimewa” atau “pihak-pihak dengan hubungan istimewa”.
Dalam mendefinisikan istilah ini International Auditing Standards mengembalikannya
kepada kerangka pelaporan keuangan yang berlaku. Namun, jika kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku tidak mengaturnya (menyebutnya secara sambil lalu, dan sangat
minim) maka ISA memaknakan pihak berelasi (related-party) sebagai (SA 550.10):
Seseorang atau suatu entitas yang mengendalikan atau sangat berpengaruh, secara
langsung atau tidak langsung melalui satu atau lebih perantara, terhadap entitas
pelapor.
Suatu entitas yang dikendalikan atau dipengaruhi secara langsung atau tidak
langsung melalui satu atau lebih perantara, oleh entitas pelapor; atau
Entitas lain yang bersama entitas pelapor berada dibawah pengendalian bersama
melalui:
1. Pemilikan dibawah kendali bersama;
2. Pemilik terdiri atas keluarga dan kerabat; atau
3. Anggota manajemen kunci bersama.
i. SA 560 : Peristiwa Kemudian
Auditor wajib melaksanakan prosedur audit untuk mencakup periode antara tanggal
laporan keuangan sampai tanggal laporan auditor (atau tanggal yang sedekat mungkin
dengan tanggal laporan auditor). Auditor wajib memperhitungkan penilaian risiko dalam
menentukan sifat dan luasnya prosedur audit, seperti (SA 560.7):
Memahami prosedur yang dibuat manajemen untuk memastikan bahwa peristiwa
kemudian telah diidentifikasi;
Tanyakan kepada manjemen dan TCGW (Those Charge With Goverment) apakah
peristiwa kemudian yang ada atau terjadi, berdampak terhadap laporan keuangan;
Membaca risalah rapat (pemilik/pemegang saham, manajemen dan TCGW), sesudah
tanggal laporan keuangan dan tanyakan hal-hal yang dibahas dalam rapat yang belum
ada risalah rapatnya;
Membaca laporan keuangan interim sesudah tanggal laporan keuangan, jika ada.
Auditor tidak berkewajiban melaksanakan prosedur audit apapun atas laporan keuangan
sesudah tanggal laporan auditor. Namun, jika sesudah tanggal laporan auditor tetapi
sebelum tanggal diterbitkannya laporan keuangan, auditor mengetahui adanya fakta
yang jika diketahui pada tanggal laporan auditor, mungkin akan membuat auditor
mengubah laporannya. Dalam hal ini auditor wajib (SA 560.10):
Mendiskusikan hal tersebut dengan manajemen dan TCGW;
Menentukan apakah laporan keuangan harus diubah, dan jika demikian;
Menanyakan bagaimana manajemen akan menangani hal ini dalam laporan
keuangan.
j. SA 570 : Kelangsungan Usaha
Ketika melaksanakan prosedur penilaian risiko sesuai (SA 315), auditor wajib
mempertimbangkan apakah ada peristiwa atau kondisi yang mungkin menimbulkan
keraguan mengenai kemampuan entitas untuk melanjutkan usahanya sebagai usaha yang
berkesinambungan. Dalam melakukan hal itu, auditor harus menentukan apakah
manajemen sudah melaksanakan penilaian pendahuluan tentang kemampuan entitas
untuk melanjutkan usahanya sebagai usaha yang berkesinambungan (SA 570.10).
k. SA 580 : Representasi Tertulis
Represntasi tertulis harus dalam bentuk surat representasi yang dialamatkan kepada
auditor. Jika ketentuan perundang-undangan mewajibkan manajemen membuat
representasi tertulis kepada publik (written publik statement) tentang tanggung jawabnya,
dan auditor memastikan bahwa pernyataan tersebut memberikan sebagian atau seluruh
representasi yang diharuskan (SA 580.15).
Salah satu tanggung jawab manajemen ketika ia menandatangani surat perikatan
(engagement letter) ialah menkonfirmasi ekspektasi auditor untuk menerima penegasan
tertulis (written konfirmation) mengenai representasi yang dibuatnya sehubungan dengan
perikatan audit.
4. Penggunaan Pekerjaan Pihak Lain (SA.600 s/d SA.620)
Penggunaan pekerjaan lain Auditor terkait standar audit 600 (SA 600) bisa di artikan
sebagai konsultan termasuk juga penasihat hukum yang ditugasi sebagai spesialis dalam
situasi selain dalam penyediaan jasa kepada klien. Keputusan Untuk Menggunakan
Pekerjaan lain dari auditor memungkinkan ia menguasai atau memahami hal-hal bisnis
secara umum, tetapi ia tidak diharapkan memiliki keahlian sebagai seorang yang terlatih
atau memenuhi syarat untuk melaksanakan praktik profesi atau pekerjaan lain. Dalam hal
ini adalah Internal audit perusahaan itu sendiri.
Fungsi dan tugas internal audit didalam sebuah perusahaan adalah memastikan semua
operasional perusahaan sudah berjalan sesuai dengan standar & prosedur perusahaan
untuk menjamin efisiensi dan efektivitas perusahaan dan mencegah Fraud (Kecurangan).
Namun seorang internal Audit peusahaan tidak Layak untuk memberikan pendapatnya
atas sebuah laporan keuangan yang ia Awasi/Control.
Hal ini terkait Independensi dan Integritas Akuntan Publik/Auditor Eksternal, tidak boleh
memiliki hubungan apa pun kepada klien sebagai pemberi jasa audit, selain hubungan
Perikatan audit. Yang didalamnya tertuang hak-hak sebagai pemberi jasa keuangan
(Konsultan di luar perusahaan) dan kewajiban perusahaan dalam memberikan Fee
(Biaya/Ongkos Konsultan Audit) dengan segala Komplektisitas perusahaan yg terikat dan
disetujui kedua belah pihak, antara Akuntan Publik dan manajemen perusahaan. Namun
sebelum memulai, auditor eksternal harus memahami Prinsip-prinsip penggunaan
pekerjaan lain, sesuai dengan standar audit 600.
1. Component
Entitas atau kegiatan bisnis yang memliki informasi keuangan yang merupakan
bagian dari laporan keuangan kelompok (group financial statements).
2. Component Auditor
Auditor yang melaksanakan audit atas informasi keuangan dari suatu component.
3. Component Management
Manajemen yang bertanggungjawab atas pembuatan informasi keuangan dari
suatu component.
4. Component Materilality
Materilalitas untuk suatu component yang ditentukan oleh group engangement
team.
5. Group
Seluruh atau semua component yang infromasi keuangannya termasuk dalam
group financial statements.
6. Group audit
Audit atas group financial statement.
7. Group Audit Opinion
Pendapat atau opini audit atas group financial statements.
8. Group Engangement Partner
Partner pada KAP yang bertanggungjawab atas group audit engangement.
9. Group Engangement Team
Para partner termasuk group engangement partner, dan staff yang menetapkan
strategi audit menyeluruh (overall group audit strategy), berkomunikasi dengan
component auditors, melaksanakan pekerjaan yang terkait konsolidasi, dan
mengevaluasi kesimpulan yang ditarik dari bukti audit untuk merumuskan opini
atas group financial statements.
1. Judul bab harus mengidentifikasikan pokok persoalan dan sedapat mungkin juga
arah dari temuan.
2. pokok-pokok setiap temuan harus diikhtisarkan secara singkat dan harus
mengungkapkan kepada pengguna akan adanya uraian yang mendukung dan
menjelaskan pokok-pokok temuan tersebut.
3. Auditor harus menggambarkan kepada pengguna laporan tentang hal-hal yang
ditemukan, baik yang bersifat negatif maupun positif, apa penyebab dan akibat
dari temuan tersebut.
4. Dalam penyajian temuan ini auditor juga harus mempertimbangkan dan
mengevaluasi komentar para pihak yang berkaitan dengan program/aktivtas
yang diaudit.
5. Semua penyajian temuan harus diakhiri dengan suatu pernyataan yang
menjelaskan sikap akhir auditor atas dasar pertimbangan yang matang terhadap
informasi yang diperoleh.
SA 705, Modifikasi Terhadap Opini Dalam Laporan Auditor Independen.
SA 706, Paragraf Penekanan Suatu Hal Dan Paragraf Hal Lain Dalam Laporan
Auditor Independen.
SA 710, Informasi Komparatif – Angka Korespondensi Dan Laporan Keuangan
Komparatif.
SA 720, Tanggung Jawab Auditor Atas Informasi Lain Dalam Dokumen Yang
Berisi Laporan Keuangan Auditan.
6. Area area khusus
SPA 800, “Pertimbangan Khusus – Audit Atas Laporan Keuangan Yang Disusun
Sesuai Dengan Kerangka Bertujuan Khusus”.
SPA 805, “Pertimbangan Khusus – Audit Atas Laporan Keuangan Tunggal Dan
Unsur, Akun, Atau Pos Spesifik Dalam Suatu Laporan Keuangan”.
SPA 810, “Perikatan Untuk Melaporkan Ikhtisar Laporan Keuangan
B. Komponen-komponen standar Auditing
Di dalam auditing, ada sebuah istilah yang disebut GAAS yang merupakan singkatan dari
Generally Accepted Auditing Standard.
GAAS adalah aturan-aturan dan pedoman umum yang digunakan akuntan publik yang
terdaftar atau bersertifikat dalam mempersiapkan dan melaksanakan pemeriksaan laporan
keuangan klien.
Di dalam GAAS terdapat 10 standar audit yang menjadi pedoman auditor dalam
melaksanakan pemeriksaan laporan keuangan yang dikelompokkan dalam 3 standar.
yaitu standar umum (general standards), standar pekerjaan lapangan (standards of field
work) dan standar pelaporan (standards of reporting).