Anda di halaman 1dari 15

TUGAS KELOMPOK MATA KULIAH PENGAUDITAN 1

STANDAR AUDITING

Oleh
Kelompok 7

1. Dersiana Lawu Nedi (03/1902622010392)


2. Maria Magdalena Dabi Ate (17/1902622010406)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
2021
A. Komponen-komponen standar auditing berbasis ISA
Standar Auditing adalah pedoman umum untuk membantu para Auditor dalam
memenuhi tanggungjawab profesional mereka dalam pengauditan laporan keuangan
historis. Di dalam Standar Audit mencakup pertimbangan kualitas profesional antara lain
persyaratan kompetensi dan independensi, pelaporan dan bukti audit.
Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI) sebagai organisasi profesi berkewajiban untuk
menetapkan standar audit. Dengan perkembangan yang terjadi dalam era Globalisasi,
IAPI telah memutuskan untuk mengadopsi International Auditing Standards (ISA) yang
diterbitkan International Auditing And Assurance Standards Boards (IAASB) dan dengan
demikian tidak memberlakukan lagi standar audit yang selama ini berlaku. Ikatan
Akuntan Publik Indonesia menerjemahkan International Auditing Standards (ISA)
kedalam bahasa indonesia dan diberi judul Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP)
dan menetapkan pemberlakukan Standar Profesional Akuntan Publik di indonesia (Jusup,
2014).

1. Prinsip Umum dan Tanggung Jawab (SA.200 s/d 265)

 SA 200 : Tujuan Keseluruhan Auditor Independen dan Pelaksanaan Audit


Berdasarkan Standar Audit
Tujuan Audit adalah untuk meningkatkan keyakinan pengguna laporan keuangan
yang dituju. Hal itu dicapai melalui pernyataan suatu opini oleh auditor tentang
apakah laporan keuangan disusun, dalam semua hal yang material, sesuai dengan
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.
 SA 210 : Persetujuan atas Ketentuan Perikatan Audit
Tujuan auditor dalam menerima atau melanjutkan penugasan audit hanya jika dasar
untuk melaksanakan penugasan sudah disetujui dengan: Menegaskan adanya
pemahaman yang sama antara auditor dan manajemen, jika perlu dengan TCGW
(Those Charge With Goverment) mengenai syarat-syarat penugasan audit; dan
Memastikan bahwa prasyarat untuk suatu audit memang ada.
 SA 220 : Pengendalian Mutu untuk Audit atas Laporan Keuangan
Tujuan auditor adalah mengimplementasi prosedur pengendalian mutu pada tingkat
penugasan yang memberikan asurans yang layak bahwa:
 Auditnya mematuhi Standart Profesional serta kewajiban hukum/ketentuan
perundang-undangan yang berlaku dan kewajiban yang ditetapkan regulator.
 Laporan auditor yang diterbitkan, sudah tepat dalam situasi (yang dihadapi).
 SA 230 : Dokumentasi Audit
Auditor wajib membuat dokumentasi audit yang cukup, yang memungkinkan auditor
berpengalaman, yang tidak mempunyai hubungan sebelumnya dengan audit tersebut,
memahami:
 Sifat, waktu, dan luasnya prosedur audit yang dilaksanakan sesuai ISA dan
ketentuan perundang-undangan terkait (SA 230.A6-A7); serta hasil dari prosedur
audit yang dilaksanakan, dan bukti audit yang diperoleh.
 Hal-hal signifikan yang ditemukan dalam audit, kesimpulan atas hal-hal itu, dan
kearifan profesional (profesional judgement) signifikan yang diterapkan dalam
menarik kesimpulan tersebut (SA 230.A8-A11).
 SA 240 : Tanggung jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam suatu Audit
atas Laporan Keuangan
Tanggungjawab utama untuk pencegahan dan pendeteksian kecurangan berada pada
dua pihak yaitu yang bertanggungjawab atas tata kelola entitas dan manajemen.
Merupakan hal penting bahwa manajemen, dengan pengawasan oleh pihak yang
bertanggungjawab atas tata kelola, menekankan pencegahan kecurangan yang dapat
mengurangi peluang terjadinya kecurangan, dan pencegahan kecurangan (Fraud
Deferrence), yang dapat membujuk individu-individu agar tidak melakukan
kecurangan karena kemungkinan akan terdeteksi dan terkena hukuman.
 SA 250 : Pertimbangan atas Peraturan Perundang-undangan dalam Audit atas
Laporan Keuangan
Ketentuan dalam Standart Audit (SA 250) dirancang untuk membantu auditor dalam
mengidentifikasi kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan yang
disebabkan oleh ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan. Namun,
auditor tidak bertanggungjawab untuk mencegah dan tidak mendeteksi ketidak
patuhan terhadap semua peraturan perundang-undangan.
 SA 260 : Komunikasi dengan Pihak yang Bertanggungjawab atas Tata Kelola
Auditor wajib berkomunikasi dengan TCGW (Those Charge With Goverment)
mengenai tanggung jawab auditor berkenaan dengan audit atas laporan keuangan,
termasuk (bahwa):
 Auditor bertanggungjawab untuk merumuskan dan memberikan opini atas
laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen dibawah pengawasan TCGW
(Those Charge With Goverment).
 Audit atas laporan keuangan tidaklah membebaskan manajemen atau
TCGW (Those Charge With Goverment) dari tanggungjawab mereka (SA
260.A9-A10).
 SA 265 : Pengomunikasian Defisiensi dalam Pengendalian Internal kepada Pihak yang
Bertanggungjawab atas Tata Kelola
Auditor wajib mengkomunikasikan secara tertulis kepada TCGW (Those Charge With
Goverment) tentang kelemahan signifikan dalam pengendalian intern yang ditemukan
selama audit secara tepat waktu (SA 265.A12-A18, A27).
2. Penilaian Risiko
Dalam bidang asuransi, risiko dapat diartikan sebagai suatu keadaan ketidakpastian,
dimana jika terjadi suatu keadaan yang tidak dikehendaki dapat menimbulkan suatu
kerugian/Risk. Risiko dapat diartikan sebagai bahaya, akibat atau konsekuensi yang dapat
terjadi akibat sebuah proses yang sedang berlangsung atau kejadian yang akan datang.
Dalam audit laporan keuangan yang dimakasud assurance (jasa) review laporan keuangan
auditan klien. Auditor adalah seseorang yang memiliki kualifikasi tertentu dalam
melakukan audit atas laporan keuangan dan kegiatan suatu perusahaan atau organisasi.
Auditor yang melaksanakan audit dilapangan wajib memiliki surat tugas dari kantor
akuntan publik.
Kantor akuntan publik (KAP) adalah badan usaha yang telah mendapatkan izin dari
Menteri Keuangan sebagai wadah bagi Akuntan publik dalam memberikan layanan jasa
keuangan atau sebagai Konsultan. Kantor akuntan publik yang memberikan jasanya
kepada entitas atau perusahaan diawasi langsung oleh Otoritas jasa Keuangan (OJK).
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) merupakan lembaga negara yang dibentuk berdasarkan
Undang-undang Nomor 21 tahun 2011 yang berfungsi: menyelenggarakan sistem
pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam
sektor jasa keuangan di Republik indonesia.
a. SA 300 : Perencanaan Suatu Audit atas Laporan Keuangan
Perencanaan suatu audit mencakup penetapan strategi audit secara keseluruhan untuk
perikatan (Penugasan) audit dan pengembangan rencana audit. Perencanaan yang
cukup akan bermanfaat dalam audit atas laporan keuangan dalam beberapa hal,
termasuk hal-hal sebagai berikut (SA 300.2):
 Membantu auditor untuk mencurahkan perhatian yang tepat terhadap area yang
penting dalam audit;
 Membantu auditor untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah yang
potensial;
 Membantu auditor untuk mengorganisasi dan mengelola perikatan (penugasan
audit) dengan baik, sehingga perikatan tersebut dapat dilaksanakan dengan
efektif dan efisien;
 Membantu dalam pemilihan anggota tim perikatan (Tim Audit) dengan tingkat
kemampuan dan kompetensi yang tepat untuk merespon resiko yang diantisipasi,
dan penugasan pekerjaan yang teapt kepada mereka;
 Memfasilitasi arah dan supervisi atas anggota tim perikatan (tim audit) dan
penelaahan atas pekerjaan mereka;
 Membantu jika relevan, dalam pengoordinasian hasil pekerjaan yang dilakukan
oleh auditor komponen dan pakar.
b. SA 315 : Pengidentifikasian dan Penilaian Risiko Kesalahan Penyajian Material
melalui Pemahaman Entitas dan Lingkungannya
Dalam standar ini, menegaskan bahwa auditor harus memperoleh suatu pemahaman
tentang apakah entitas memiliki suatu proses untuk (SA 315.paragraf 15):
 Mengidentifikasi risiko bisnis yang relevan dengan tujuan pelaporan keuangan;
 Mengestimasi signifikan risiko;
 Menentukan kemungkinan terjadinya risiko tersebut; dan
 Memutuskan tindakan untuk menangani risiko.
Proses penilaian risiko entitas membentuk suatu basis bagi manajemen untuk
menentukan bagaimana risiko dikelola. Ketepatan atas kesesuaian proses penilaian
risiko entitas dengan kondisinya ditentukan oleh pertimbangan auditor.
c. SA 320 : Materialitas dalam tahap Perencanaan dan Pelaksanaan Audit
Materialitas dan resiko audit perlu dipertimbangkan sepanjang pelaksanaan audit,
khususnya pada saat (SA 320.A1):
 Mengidentifikasi dan menilai kesalahan penyajian material;
 Menentukan sifat, saat dan luas prosedur audit selanjutnya;dan
 Mengevaluasi dampak laporan keuangan dan dalam merumuskan opini dalam
laporan auditor.
Materialitas pelaksanaan (performance materiality) adalah suatu jumlah yang
ditetapkan auditor, pada tingkat yang lebih rendah dari pada materialitas untuk
laporan keuangan secara keseluruhan, untuk mengurangi tingkat rendah yang
semestinya kemungkinan kesalahan penyajian yang tidak dikoreksi dan yang tidak
terdeteksi yang secara agregat melebihi materialitas untuk laporan keuangan secara
keseluruhan (SA 320.9).

Penentuan materialitas oleh auditor membutuhkan pertimbangan profesional dan


dipengaruhi oleh persepsi auditor tentang kebutuhan informasi keuangan oleh para
pengguna laporan keuangan. Konsep materialitas diterapkan oleh auditor pada tahap
perencanaan dan pelaksanaan audit, serta pada saat mengevaluasi dampak kesalahan
penyajian yang teridentifikasi dalam audit dan kesalahan penyajian yang tidak
dikoreksi jika ada, terhadap laporan keuangan dan pada saat merumuskan opini
dalam laporan auditor (SA 320)
d. SA 330 : Respon Auditor terhadap Risiko yang telah Dinilai
Jika auditor sudah menentukan bahwa salah saji material yang dinilai, pada tingkat
asersi merupakan risiko signifikan, auditor wajib melaksanakan prosedur substantif
yang khusus menanggapi risiko tersebut. Dalam hal pendekatan terhadap risiko
signifikan itu hanya terdiri atas prosedur substantif, prosedur wajib uji rincian (SA
330.21)
Jika prosedur substantif dilaksanakan pada suatu tanggal interim (tanggal ditengah
tahun), auditor wajib meliputi periode sisanya (antara tanggal interim sampai akhir
tahun) dengan melaksanakan (SA 330.22):
 Prosedur substantif yang dikombinasikan dengan uji pengendalian untuk periode
sisa; atau
 Prosedur substantif selanjutnya saja yang memberikan dasar yang layak untuk
memperluas kesimpulan dari tanggal interim ke akhir tahun, jika auditor
menentukan bahwa itu sudah cukup.
e. SA 402 : Pertimbangan Audit terkait dengan Entitas yang menggunakan suatu
Organisasi Jasa
Menetapkan tujuan auditor berkenaan dengan audit laporan keuangan entitas
pengguna organisasi pemberi jasa sebagai berikut (SA 402.7):
 Memperoleh pemahaman yang cukup mengenai sifat dan pentingnya jasa-jasa
yang diberikan organisasi pemberi jasa dan dampaknya terhadap pengendalian
intern entitas yang relevan bagi audit, untuk mengidentifikasi dan menilai resiko
salah saji yang material;
 Merancang dan melaksanakan prosedur audit yang tanggap terhadap risiko-
risiko tersebut.
f. SA 450 : Pengevaluasian atas Kesalahan Penyajian yang di Identifikasi Selama Audit
Tujuan auditor ialah mengevaluasi :
 Dampak salah saji yang ditemukan, terhadap audit; dan
 Dampak salah saji yang tidak dikoreksi, jika ada, terhadap laporan keuangan.

3. Bukti Audit
Bukti audit adalah segala informasi yang mendukung angka-angka atau informasi lain
yang disajikan dalam laporan keuangan, yang dapat digunakan oleh Auditor sebagai
dasar yang layak untuk menyatakan Pendapatnya.
Untuk memperoleh bukti, Auditor biasanya melakukan Observasi, Konfirmasi atau
melakukan Inspeksi atau, dengan Wawancara untuk memperoleh Bukti Fisik dengan
melakukan vouching dan tracing terhadap Catatan akuntansi manajemen dalam penyajian
laporan keuangan Perusahaan. Namun seorang auditor harus memahami prinsip-prinsip
dalam pemeriksaan sebagai berikut:
Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI) sebagai organisasi profesi berkewajiban untuk
menetapkan standar audit. Dengan perkembangan yang terjadi dalam era Globalisasi,
IAPI telah memutuskan untuk mengadopsi International Auditing Standards (ISA) yang
diterbitkan International Auditing And Assurance Standards Boards (IAASB) dan dengan
demikian tidak memberlakukan lagi standar audit yang selama ini berlaku. Ikatan
Akuntan Publik Indonesia menerjemahkan International Auditing Standards (ISA)
kedalam bahasa indonesia dan diberi judul Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP)
dan menetapkan pemberlakukan Standar Profesional Akuntan Publik di indonesia (Jusup,
2014).
Bukti Audit dalam Standar Akuntan (SA.500 s/d SA.580)
a. SA 500 : Bukti Audit
Auditor harus merancang dan melaksanakan prosedur audit yang teapat sesuai dengan
kondisi untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat (SA 500.6)
Bukti audit yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan
keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas
laporan keuangan auditan (SA 500).
b. SA 501 : Bukti Audit – Pertimbangan Spesifik atas Unsur Pilihan
Menetapkan tujuan auditor ialah untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat
menegenai (SA 501.3):
 Adanya (existence) dan kondisi persediaan;
 Lengkapnya (completeness) informasi mengenai litigasi dan tuntutan hukum
terhadap entitas;
 Penyajian dan pengungkapan informasi segmen sesuai dengan kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku.
c. SA 505 : Konfirmasi Eksternal
Tujuan auditor dalam menggunakan prosedur konfirmasi eksternal, ialah merancang dan
melaksanakan prosedur untuk memperoleh bukti audit yang relevan dan andal (SA
505.7).
Jika auditor menyimpulkan bahwa jawaban konfirmasi tidak andal/tidak dapat dipercaya,
auditor wajib mengevaluasi implikasinya terhadap penilaian resiko yang dilakukan
auditor mengenai salah saji yang material, termasuk risiko adanya kecurangan (fraud),
dan terhadap sifat, waktu dan luasnya prosedur audit lainnya (SA 505.11).
Auditor wajib mengevaluasi apakah hasil dari prosedur konfrimasi eksternal memberikan
bukti audit yang relevan dan andal, atau apakah bukti audit tambahan diperlukan (SA
505.16).
d. SA 510 : Perikatan Audit Tahun Pertama – Saldo Awal
Penugasan audit pertama bukan hal baru untuk praktisi di indonesia. Standart Audit 510
menegaskan kewajiban-kewajiban auditor dan memberikan petunjuk pelaksanaannya.
Petunjuk pelaksaan yang diberikan adalah (SA 510):
 Membaca laporan keuangan terakhir dan laporan auditor terdahulu;
 Melihat apakah saldo penutupan dari periode yang lalu telah dipindahkan ke periode
ini dengan benar, dan mencerminkan penggunaan kebijakan akuntansi yang tepat;
 Meriview kertas kerja auditor terdahulu;
 Melaksanakan prosedur audit dalam periode ini untuk memperoleh bukti tentang
saldo pembukuan. Ini penting jika laporan keuangan yang lalu tidak diaudit.
e. SA 520 : Prosedur Analitis
Prosedur analitis didefinisikan sebagai Pengevaluasian terhadap informasi keuangan yang
dilakukan melalui analisis hubungan antara data keuangan dan data non keuangan.
Prosedur analitis juga mencakup investigasi sebagaimana yang diperlukan atas fluktuasi
atau hubungan teridentifikasi yang tidak konsisten dengan informasi relevan lain, atau
yang berbeda dari nilai yang diharapkan dalam jumlah yang signifikan (SA 520.4).
f. SA 530 : Sampling Audit
Sampling audit sebagai penerapan prosedur audit terhadap kurang dari 100% unsur dalam
suatu populasi audit yang relevan sedemikian rupa sehingga semua unit sampling
memiliki peluang yang sama untuk dipilih dalam memberikan basis memadai bagi
auditor untuk menarik kesimpulan tentang populasi secara keseluruhan (SA 530.5)
g. SA 540 : Audit atas Estimasi Akuntansi, Termasuk Estimasi Akuntansi Nilai Wajar, dan
Pengungkapan yang Bersangkutan
Makna yang digunakan dalam standar audit sehubungan dengan estimasi akuntansi
memberikan istilah-istilah berikut (SA 540.7):
1. Estimasi Akuntansi (Accounting estimate)
Nilai yang mendekati suatu nilai uang, yang digunakan jika tidak ada pengukuran
yang tepat. Istilah estimasi ini digunakan untuk jumlah (uang) yang diukur dengan
nilai wajar (fair value) dimana ada ketidakpastian dalam estimasi (estimation
uncertainty), maupun jumlah-jumlah lain yang memerlukan estimasi. Dalam hal
International Auditing Standards (ISA) hanya membahas estimasi akuntansi
(accounting estimates) dengan pengukuran nilai wajar, istilah “fair value accounting
estimates” (“estimasi akuntansi nilai wajar”) yang digunakan.
2. Auditor’s point estimate atau auditor’s range
Jumlah atau rentang jumlah, yang diambil dari bukti audit untuk digunakan dalam
mengevaluasi management’s point estimate.
3. Estimation uncertainly
Kerentanan estimasi akuntansi dan pengungkapan (disclousures) yang melekat dalam
pengukuran (pada setiap estimasi).
4. Management bias
Tidak netralnya manajemen dalam membuat atau menyiapkan informasi.
5. Management’s point estimate
Jumlah yang dipilih manajemen untuk pengakuan (terhadap) atau disclosures
(mengenai) estimasi akuntansi.
6. Outcome of an accounting estimate
Jumlah/nilai uang sebenarnya dari penyelesaian transaksi, peristiwa, atau kondisi
yang mendasari estimasi akuntansi.
h. SA 550 : Pihak Berelasi
Prosedur audit berkenaan dengan pihak-pihak terkait, hubungan diantara pihak-pihak
terkait, dan transaksi dengan pihak-pihak terkait. Istilah “pihak-pihak terkait” merupakan
terjemahan dari related parties. Istilah lain yang sering digunakan ialah “hubungan
istimewa” atau “pihak-pihak dengan hubungan istimewa”.
Dalam mendefinisikan istilah ini International Auditing Standards mengembalikannya
kepada kerangka pelaporan keuangan yang berlaku. Namun, jika kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku tidak mengaturnya (menyebutnya secara sambil lalu, dan sangat
minim) maka ISA memaknakan pihak berelasi (related-party) sebagai (SA 550.10):
 Seseorang atau suatu entitas yang mengendalikan atau sangat berpengaruh, secara
langsung atau tidak langsung melalui satu atau lebih perantara, terhadap entitas
pelapor.
 Suatu entitas yang dikendalikan atau dipengaruhi secara langsung atau tidak
langsung melalui satu atau lebih perantara, oleh entitas pelapor; atau
 Entitas lain yang bersama entitas pelapor berada dibawah pengendalian bersama
melalui:
1. Pemilikan dibawah kendali bersama;
2. Pemilik terdiri atas keluarga dan kerabat; atau
3. Anggota manajemen kunci bersama.
i. SA 560 : Peristiwa Kemudian
Auditor wajib melaksanakan prosedur audit untuk mencakup periode antara tanggal
laporan keuangan sampai tanggal laporan auditor (atau tanggal yang sedekat mungkin
dengan tanggal laporan auditor). Auditor wajib memperhitungkan penilaian risiko dalam
menentukan sifat dan luasnya prosedur audit, seperti (SA 560.7):
 Memahami prosedur yang dibuat manajemen untuk memastikan bahwa peristiwa
kemudian telah diidentifikasi;
 Tanyakan kepada manjemen dan TCGW (Those Charge With Goverment) apakah
peristiwa kemudian yang ada atau terjadi, berdampak terhadap laporan keuangan;
 Membaca risalah rapat (pemilik/pemegang saham, manajemen dan TCGW), sesudah
tanggal laporan keuangan dan tanyakan hal-hal yang dibahas dalam rapat yang belum
ada risalah rapatnya;
 Membaca laporan keuangan interim sesudah tanggal laporan keuangan, jika ada.
Auditor tidak berkewajiban melaksanakan prosedur audit apapun atas laporan keuangan
sesudah tanggal laporan auditor. Namun, jika sesudah tanggal laporan auditor tetapi
sebelum tanggal diterbitkannya laporan keuangan, auditor mengetahui adanya fakta
yang jika diketahui pada tanggal laporan auditor, mungkin akan membuat auditor
mengubah laporannya. Dalam hal ini auditor wajib (SA 560.10):
 Mendiskusikan hal tersebut dengan manajemen dan TCGW;
 Menentukan apakah laporan keuangan harus diubah, dan jika demikian;
 Menanyakan bagaimana manajemen akan menangani hal ini dalam laporan
keuangan.
j. SA 570 : Kelangsungan Usaha
Ketika melaksanakan prosedur penilaian risiko sesuai (SA 315), auditor wajib
mempertimbangkan apakah ada peristiwa atau kondisi yang mungkin menimbulkan
keraguan mengenai kemampuan entitas untuk melanjutkan usahanya sebagai usaha yang
berkesinambungan. Dalam melakukan hal itu, auditor harus menentukan apakah
manajemen sudah melaksanakan penilaian pendahuluan tentang kemampuan entitas
untuk melanjutkan usahanya sebagai usaha yang berkesinambungan (SA 570.10).
k. SA 580 : Representasi Tertulis
Represntasi tertulis harus dalam bentuk surat representasi yang dialamatkan kepada
auditor. Jika ketentuan perundang-undangan mewajibkan manajemen membuat
representasi tertulis kepada publik (written publik statement) tentang tanggung jawabnya,
dan auditor memastikan bahwa pernyataan tersebut memberikan sebagian atau seluruh
representasi yang diharuskan (SA 580.15).
Salah satu tanggung jawab manajemen ketika ia menandatangani surat perikatan
(engagement letter) ialah menkonfirmasi ekspektasi auditor untuk menerima penegasan
tertulis (written konfirmation) mengenai representasi yang dibuatnya sehubungan dengan
perikatan audit.
4. Penggunaan Pekerjaan Pihak Lain (SA.600 s/d SA.620)
Penggunaan pekerjaan lain Auditor terkait standar audit 600 (SA 600) bisa di artikan
sebagai konsultan termasuk juga penasihat hukum yang ditugasi sebagai spesialis dalam
situasi selain dalam penyediaan jasa kepada klien. Keputusan Untuk Menggunakan
Pekerjaan lain dari auditor memungkinkan ia menguasai atau memahami hal-hal bisnis
secara umum, tetapi ia tidak diharapkan memiliki keahlian sebagai seorang yang terlatih
atau memenuhi syarat untuk melaksanakan praktik profesi atau pekerjaan lain. Dalam hal
ini adalah Internal audit perusahaan itu sendiri.
Fungsi dan tugas internal audit didalam sebuah perusahaan adalah memastikan semua
operasional perusahaan sudah berjalan sesuai dengan standar & prosedur perusahaan
untuk menjamin efisiensi dan efektivitas perusahaan dan mencegah Fraud (Kecurangan).
Namun seorang internal Audit peusahaan tidak Layak untuk memberikan pendapatnya
atas sebuah laporan keuangan yang ia Awasi/Control.
Hal ini terkait Independensi dan Integritas Akuntan Publik/Auditor Eksternal, tidak boleh
memiliki hubungan apa pun kepada klien sebagai pemberi jasa audit, selain hubungan
Perikatan audit. Yang didalamnya tertuang hak-hak sebagai pemberi jasa keuangan
(Konsultan di luar perusahaan) dan kewajiban perusahaan dalam memberikan Fee
(Biaya/Ongkos Konsultan Audit) dengan segala Komplektisitas perusahaan yg terikat dan
disetujui kedua belah pihak, antara Akuntan Publik dan manajemen perusahaan. Namun
sebelum memulai, auditor eksternal harus memahami Prinsip-prinsip penggunaan
pekerjaan lain, sesuai dengan standar audit 600.

1. SA 600 : Pertimbangan Khusus – Audit atas Laporan Keuangan Grup (Termasuk


Pekerjaan Auditor Komponen)
Dalam International standar audit 600 tidak relevan dengan entitas kecil dan
menengah (yang menjadi sasaran audit). Standar ini membahas audit atas laporan
keuangan kelompok perusahaan (group financial statements) yang melibatkan
beberapa KAP (Kantor Akuntan Publik). Definisi-definisi yang dicantumkan berikut
(SA 600.9):

1. Component
Entitas atau kegiatan bisnis yang memliki informasi keuangan yang merupakan
bagian dari laporan keuangan kelompok (group financial statements).
2. Component Auditor
Auditor yang melaksanakan audit atas informasi keuangan dari suatu component.
3. Component Management
Manajemen yang bertanggungjawab atas pembuatan informasi keuangan dari
suatu component.
4. Component Materilality
Materilalitas untuk suatu component yang ditentukan oleh group engangement
team.
5. Group
Seluruh atau semua component yang infromasi keuangannya termasuk dalam
group financial statements.
6. Group audit
Audit atas group financial statement.
7. Group Audit Opinion
Pendapat atau opini audit atas group financial statements.
8. Group Engangement Partner
Partner pada KAP yang bertanggungjawab atas group audit engangement.
9. Group Engangement Team
Para partner termasuk group engangement partner, dan staff yang menetapkan
strategi audit menyeluruh (overall group audit strategy), berkomunikasi dengan
component auditors, melaksanakan pekerjaan yang terkait konsolidasi, dan
mengevaluasi kesimpulan yang ditarik dari bukti audit untuk merumuskan opini
atas group financial statements.

10. Group Financial Statements


Laporan keuangan yang meliputi informasi keuangan dari lebih dari satu
component.

11. Group Management


Management yang bertanggungjawab atas penyusunan dan penyajian group
financial statements.
12. Group Wide Controls
Pengendalian yang dirancang, diimplementasikan dan dipelihara oleh group
management terhadap pelaporan keuangan kelompok.
13. Significant Component
Suatu component yang oleh group engagement team diidentifikasi sebagai
component yang secara individual mempunyai aspek keuangan yang besar
(financial significant) bagi group, atau karena sifatnya yang khas, sangat boleh
jadi membawa resiko signifikan atas salah saji material dalam group financial
statements.
2. SA 610 : Penggunaan Pekerjaan Auditor Internal
Penggunaan pekerjaan auditor internal untuk membantu organisasi dalam memelihara
pengendalian intern. Namun, apakah pekerjaan auditor internal memadai untuk
menentukan dampak yang direncanakan dari pekerjaan tersebut terhadap sifat, waktu
dan luasnya prosedur Kantor Akuntan Publik, serta melaksanakan prosedur audit atas
pekerjaan auditor internal untuk mengevaluasi kelayakan pekerjaan auditor internal
untuk digunakan Kantor Akuntan Publik (SA 610).
3. SA 620 : Penggunaan Pekerjaan Pakar Auditor
Dalam istilah “Tenaga ahli auditor” Standar Audit (SA 620.6) mendefinisikan
seseorang atau suatu organisasi yang memiliki keahlian (expertise) dalam suatu
bidang diluar accounting atau auditing, yang pekerjaannya dalam bidang tersebut
digunakan auditor/KAP untuk membantunya memperoleh bukti audit yang cukup dan
tepat. Seorang pakar auditor (auditor’s expert) bisa berasal dari KAP tersebut (atau
jaringan), disebut auditor internal expert (auditor eksternal expert) yang berasal dari
luar.
5. Kesimpulan audit dan pelaporan

 SA 700 Perumusan suatu Opini atas Laporan Keuangan


SA 700 ini mengatur tanggung jawab auditor dalam merumuskan suatu opini atas
laporankeuangan. Auditor harus merumuskan suatu opini tentang apakah laporan
keuangan disusun, dalamsemua hal yang material, sesuai dengan kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku. Untukmerumuskan opini tersebut, auditor harus menyimpulkan
apakah auditor telah memperolehkeyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan
secara keseluruhan bebas dari kesalahanpenyajian material, baik yang disebabkan oleh
kecurangan maupun kesalahan
Untuk meyakinkan pengguna laporan audit, auditor harus menyajikan temuan-temuan
yang diperoleh
sebagai pendukung setiap kesimpulan yang dibuat. Kesimpulan dalam audit manajemen
selalu dibuat
berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh pada saat melakukan audit, baik itu temuan
yang
berhubungan dengan kriteria, penyebab maupun akibat. Dalam menyajikan temuan
audit, auditor harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut.

1. Judul bab harus mengidentifikasikan pokok persoalan dan sedapat mungkin juga
arah dari temuan.
2. pokok-pokok setiap temuan harus diikhtisarkan secara singkat dan harus
mengungkapkan kepada pengguna akan adanya uraian yang mendukung dan
menjelaskan pokok-pokok temuan tersebut.
3. Auditor harus menggambarkan kepada pengguna laporan tentang hal-hal yang
ditemukan, baik yang bersifat negatif maupun positif, apa penyebab dan akibat
dari temuan tersebut.
4. Dalam penyajian temuan ini auditor juga harus mempertimbangkan dan
mengevaluasi komentar para pihak yang berkaitan dengan program/aktivtas
yang diaudit.
5. Semua penyajian temuan harus diakhiri dengan suatu pernyataan yang
menjelaskan sikap akhir auditor atas dasar pertimbangan yang matang terhadap
informasi yang diperoleh.
 SA 705, Modifikasi Terhadap Opini Dalam Laporan Auditor Independen.
 SA 706, Paragraf Penekanan Suatu Hal Dan Paragraf Hal Lain Dalam Laporan
Auditor Independen.
 SA 710, Informasi Komparatif – Angka Korespondensi Dan Laporan Keuangan
Komparatif.
 SA 720, Tanggung Jawab Auditor Atas Informasi Lain Dalam Dokumen Yang
Berisi Laporan Keuangan Auditan.
6. Area area khusus
 SPA 800, “Pertimbangan Khusus – Audit Atas Laporan Keuangan Yang Disusun
Sesuai Dengan Kerangka Bertujuan Khusus”.
 SPA 805, “Pertimbangan Khusus – Audit Atas Laporan Keuangan Tunggal Dan
Unsur, Akun, Atau Pos Spesifik Dalam Suatu Laporan Keuangan”.
 SPA 810, “Perikatan Untuk Melaporkan Ikhtisar Laporan Keuangan
B. Komponen-komponen standar Auditing
Di dalam auditing, ada sebuah istilah yang disebut GAAS yang merupakan singkatan dari
Generally Accepted Auditing Standard.
GAAS adalah aturan-aturan dan pedoman umum yang digunakan akuntan publik yang
terdaftar atau bersertifikat dalam mempersiapkan dan melaksanakan pemeriksaan laporan
keuangan klien.
Di dalam GAAS terdapat 10 standar audit yang menjadi pedoman auditor dalam
melaksanakan pemeriksaan laporan keuangan yang dikelompokkan dalam 3 standar.
yaitu standar umum (general standards), standar pekerjaan lapangan (standards of field
work) dan standar pelaporan (standards of reporting).

Standar Umum (General Standards)


1. Competence, audit harus dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang memiliki
keahlian dan pelatihan teknis cukup sebagai auditor.
2. Independence, dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan,
independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
3. Due Professional Care, dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya,
auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalisnya dalam cermat dan
seksama.
Standar Pekerjaan Lapangan (Standards of Field Work)
4. Adequate Planning and Proper Supervision, pekerjaan harus direncanakan sebaik-
baiknya dan jika digunakan , asisten harus disupervisi dengan semestinya.
5. Understanding the Entity, Environment, and Internal Control, pemahaman yang
memadai atas struktur pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan
audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang harus dilakukan.
6. Sufficient Competent Audit Evidence, bukti audit kompeten yang cukup harus
diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan dan konfirmasi
sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan
yang diaudit.
Standar Pelaporan (Standards of Reporting)
7. Financial Statements Presented in Accordance with GAAP, laporan audit harus
menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum.
8. Consistency in the Application of GAAP, laporan audit harus menunjukkan
keadaan yang didalamnya prinsip akuntansi tidak secara konsisten diterapkan
dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dalam hubungannya dengan
prinsip akuntansi yang diterapkan dalam periode sebelumnya.
9. Adequacy of Informative Disclosures, pengungkapan informative dalam laporan
keuangan harus dipandang memadai kecuali dinyatakan lain dalam laporan audit.
10. Expression of Opinion, laporan audit harus memuat suatu pendapat mengenai
laporan keuangan secara menyeluruh atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian
tidak dapat diterima.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.com/search?client=firefox-b-d&q=komponen
komponen+Standar+auditing+berbasis+ISA+diantaranya%3A+Prinsip-
prinsip+umum+dan+tanggungjawab%2C+Penilaian+Risiko%2C+dan+Bukti+Audit%2C+Pengg
unaan+pekerjaan+pihak+lain%2C+Kesimpulan+audit+dan+Pelaporan+serta+Area-area+khusus
https://www.triharyono.com/2017/02/standart-auditing-berbasis-isa-2015.html
https://www.triharyono.com/2017/02/standart-audit-pengendalian-mutu-terhadap-penilaian-
risiko-dan-respon-auditor.html
https://www.triharyono.com/2017/03/standar-audit-600-penggunaan-pekerjaan.html

Anda mungkin juga menyukai