i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, Yang Maha Pengasih dan
Penyayang kepada segala makhluk yang diciptakan-Nya. Shalawat dan salam semoga tetap
tercurahkan kepada Rasul pembawa ajaran Islam, dan yang menjadi rahmat bagi semesta
Kami dapat menyelesaikan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
Harapan kami semoga makalah ini dapat membantu dan menambah pengetahuan
serta pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami
miliki sangat kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk
ini.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... iii
BAB I ................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................ 1
1. 3 Tujuan Pemaparan ...................................................................................................... 1
BAB II .................................................................................................................................. 2
KAJIAN TEORI ................................................................................................................... 2
2.1 Definisi Audit .............................................................................................................. 2
2.2 Standar Auditing .......................................................................................................... 4
2.2.1 Standar Audit 700................................................................................................ 10
2.2.2 Standar Audit 705................................................................................................ 14
2.3 Konsep Fair Presentation ........................................................................................... 15
2.3.1 Kerangka Pelaporan Keuangan ............................................................................ 18
2.4 Laporan Auditor ........................................................................................................ 20
BAB III ............................................................................................................................... 24
PEMBAHASAN ................................................................................................................. 24
3.1 Contoh Kasus ............................................................................................................ 24
3.2 Jurnal Pertama ........................................................................................................... 26
3.3 Jurnal Kedua .............................................................................................................. 29
3.4 Kesimpulan dan Saran ............................................................................................... 31
3.4.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 31
3.4.2 Saran ................................................................................................................... 32
Daftar Pustaka ..................................................................................................................... 33
iii
BAB I
PENDAHULUAN
terhadap stakeholders perusahaan. Laporan secara wajar, dibutuhkan pihak independen yaitu
auditor untuk melakukan pemeriksaan terhadap laporan keuangan tersebut. (Pintasari &
Rahmawati, 2017).
Untuk melihat kewajaran Laporan keuangan tersebut maka kita harus melihat apakah fair
presentation sudah diterapkan. Mautz and Sharaf dalam bukunya mengatakan bahwa Fair
Presentation adalah Konsep yang menuntut adanya informasi laporan keuangan yang bebas
(tidak memihak), tidak bias, dan mencerminkan posisi keuangan, hasil operasi, dan aliran
kas perusahaan. Dengan demikian fair presentation merupakan suatu penyajian wajar dalam
penemuan, kesimpulan, dan laporan-laporan audit harus dapat mencerminkan secara benar,
Berdasarkan uraian diatas, maka tulisan ini merumuskan masalah sebagai berikut :
keuangan entitas?
1. 3 Tujuan Pemaparan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuanpenulisan ini adalah sebagai berikut :
keuangan entitas
1
BAB II
KAJIAN TEORI
Mulyadi dan Kanaka Purwadiredja dalam Sunyoto Danang (2014:5) dalam bukunya
memaparkan bahwa Auditing adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan
kejadian ekonomi dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-
pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan serta menyampaikan hasil-hasilnya
kepada pemakai yang berkepentingan. Dari definisi diatas, memiliki unsur-unsur sebagai
berikut :
Auditing merupakan suatu proses sistematik, yaitu berupa suatu rangkaian langkah atau
prosedur yang logis, berangka dan terorganisasi. Auditing dilaksanakan dengan suatu urutan
Dalam auditnya, auditor melakukan proses sistematik untuk memperoleh bukti-bukti yang
menjadi dasar pernyataan yang disajikan oleh badan usaha dalam laporan keuangannya, dan
mengevaluasi secara objektif, tidak memihak, baik kepada pemberi kerja maupun kepada
penyampaian informasi ekonomi yang dinyatakan dalam satuan uang. Proses akuntansi ini
2
menghasilkan suatu pernyataan yang disajikan dalam laporan keuangan, yang umumnya,
terdiri dari empat laporan keuangan pokok, yaitu neraca, laporan laba rugi, laporan saldo
Pengumpulan bukti mengenai pernyataan dan evaluasi terhadap hasil pengumpulan bukti
tersebut dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian pernyataan tersebut dengan kriteria yang
telah ditetapkan. Tingkat kesesuaian antara pernyataan kriteria tersebut kemungkinan dapat
Kriteria yang digunakan sebagai dasar untuk menilai pernyataan dapat berupa peraturan
yang ditetapkan leh suatu badap legislatif, anggaran atau ukuran prestasi lain yang ditetapkan
6. Penyampaian hasil
Penyampaian hasil auditing sering disebut atestasi, di mana penyampaian hasil ini
dilakukan secara tertulis dalam bentuk laporan audit. Atestasi dalam bentuk laporan tertulis ni
dapat menaikan atau menurunkan tingkat kepercayaan pemakai informasi keuangan atas
Dalam dunia bisnis pemakai yang berkepentingan terhadap laporan audit adalah para
informasi keuangan seperti pemegang saham, manajemen, kreditur, calon investor dan
3
2.2 Standar Auditing
Publik merupakan standar auditing yang menjadi kriteria atau pedoman kerja minimum yang
memiliki kekuatan hukum bagi para auditor dalam menjalankan tanggung jawab
profesinalnya. Standar Auditing adalah pengukur kualitas dan tujuan, sehingga jarang erubah,
sedangkan prosedut audit adalah metode-metode atau teknik-teknik rinci utuk melaksanakan
standar, sehingga prosedur akan dbuat berubah-ubah bila lingkungan auditnya berubah, lanjut
keduanya.
memenuhi tanggung jawab profesinya untuk melakukan audit atas laporan keuangan. Standar
Dalam buku auditing, Konsep Dasar dan Pedoman Pemeriksaan Akuntan Publik, Rahayu
dan Suhayati (2010:41) menyatakan bahwa standar auditing terdiri atas 10 (sepuluh), standar,
A. Standar Umum
a) Ahli : auditor harus memiliki latar belakang pendidikan formal bidang auditing dan
bidang akuntansi, diperluas melalui pengalaman kerja dalam profesi akuntan publik,
profesional auditor harus menjalani pelatihan teknis yang cukup, mencakup aspek
menerapkan ketentuan baru dalam prinsip akuntansi dan standar auditing yang
4
ditetapkan oleh IAI. Auditor selalu dituntut untuk memenuhi kualifikasi teknis dan
memihak pada salah satu kepentingan maka dia tidak bisa mempertahankan kebebasan
pendapatnya, ia kehilangan sikap tidak memihak, berarti auditor tidak memiliki sikap mental
independen.
Auditor mengakui kewajiban untuk jujur tidak hanya kepada manajemen klien dan
pemilik perusahaan klien tetapi juga kepada kreditur dan investor. Untuk menjadi independen
suatu aturan yang dirumuskan untuk dapat diuji secara obyektif. Sepanjang persepsi
independensi dimasukan kedalam aturan etika, hal ini akan engikat dauditor independen
pennunjukan auditor di banyak perusahaan dilaksanakan oleh dewan komisariss, rapat umum
tanggung jawab setiap profesional yang bekerja dalam organisasi auditor independen untuk
mengamati standar pekerjaan lapangan. Auditor harus ditugasi dan disupervisi sesuai dengan
tingkat pengetahuan, keterampilan dan kemampuan sedemikian rupa sehingga mereka dapat
mencakup pikiran selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis bukti audit.
mempertimbagkan kompetensi dan kecukupan bukti tersebut. Karena bukti dikumpulkan dan
dinilai selama proses audit, skeptisme profesional harus digunakan selama proses tersebut.
auditor untuk memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji
material, baik akrena kekeliruan atau kecurangan. Auditor bukanlah penjamin dan laporannya
bukan juga merupakan suatu jaminan. Oleh karena itu salah saji material karena kekeliruan
dan kecurangan yang ada dalam laporan keuangan tidak berarti bahwa dengan sendirinya
merupakan bukti:
Auditor sebagai penanggung jawab akhir atas audit dapat mendelegasikan sebagan
fungsi perencanaan dan supervisi auditnya kepada personel lain dalam KAP.
6
a. Perencanaan
- Masalah yang berkaitan dengan bisnis entitas (sifat bisnis entitas, organisasinya,
2. Program audit
Dalam perencanaan audit auditor uga harus membuat suatu program audit secara tertulis
untuk setiap audit. Program audit harus menggariskan dengan rinci prosedur audit yang
7
b. Supervisi
Mencakup pengarahan usaha asisten dalam mencapai tujuan audit dan penentuan apakah
Luasnya supervisi memadai dalam suatu keadaan tergantung atas banyak faktor, termasuk
untuk merencanakan audit, menentukan sifat saat dan ruang lingkup pengujian dengan
melaksanakan prosedut untuk memahami desain pengendalian yag relevan dengan audit atas
Bukti audit kopeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,
permintaan keterangan dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat
Sebagian besar pekerjaan auditor adalah dalam rangka memberikan pendapat atas
laporan keuangan terdiri dari usaha untuk mendapatkan dan mengaevaluasi bukti audit.
ukuranevaluasi bukti audit. Ukuran validity bukti audit yang mendukung laporan keuangan
terdiri dari data akuntansi dan semua informasi penguat yang tersedia bagi auditor.
8
Untuk dapat dikatakan kompeten, bukti auditor harus sah dan relevan yang tergantung
atas keadaan yang berkaitan dengan memperoleh bukti tersebut. Audit yang dilakukan auditor
independen bertujuan untuk memperoleh bukti audit kompeten yang cukup, untuk dipakai
Agar secara ekonomis bermanfaat, pendapatnya harus dirumuskan dalam jangka waktu
yang pantas dan dengan biaya yang masuk akal, karena auditor bekerja dalam batas-batas
pertimbangan ekonomi. Auditor harus dapat memutuskan apakah bukti audit yang tersedia
baginya dengan batasan waktu dan biaya, cukup memadai untuk membenarkan pernyataan
pendapatnya.
Harus terdapat hubungan yang rasional antara biaya untuk mendapatkan bukti dengan
manfaat einformasu yang diperoleh. Masalah kesulitan dan biaya pengujian suatu pos bukan
merupakan dasar yang sah untuk menghilangkan pengujian tersebut dalam proses audit.
C. Standar Pelaporan
berlaku umum standar pelaporan pertama berbunyi “laporan audit harus menyatakan
apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia” istilah prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia yang
digunakan dalam standar pelaporan pertama dimaksudkan meliputi tidak haya prinsip
standar pelaporan kedua berbunyi “laporan auditor harus memnunjukan, jika ada,
periode sebelumnya.
9
Menurut Sunyoto (2014:21) Standar Pelaporan yaitu :
a. Auditor dalam laporan auditnya harus menyatakan apakah laporan keuangan telah
keuangan secaar keseluruhan atau menyatakan bahwa suatu pendapat tidak dapat
dibenarkan. Jika auditor tidak dapat memberikan suatu pendapat, auditor harus
kasus jika nama seorang auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, auditor ini harus
secara jelas (dalam laporan auditor) menunjukan sifat pekerjaannya, jika ada, serta
Standar audit (“SA”) ini mengatur tanggung jawab auditor dalam merumuskan suatu
opini atas laporan keuangan. SA ini mengatur bentuk dan isi laporan yang diterbitkan sebagai
hasil suatu audit atas laporan keuangan. SA ini ditulis dalam konteks laporan keuangan
auditor, ketika audit telah dilaksanakan berdasarkan SA, mendukung kredibilitas dalam pasar
global dengan membuat audit tersebut (yang telah dilaksanakan berdasarkan standar yang
10
diakui secara global) lebih siap dapat teridentifikasi. SA ini juga membantu peningkatan
pemahaman pengguna laporan keuangan dan pengidentifikasian kondisi yang tidak biasa
ketika terjadi.
Menurut Standar Audit 700 pada alinea ke 6, tujuan auditor adalah untuk merumuskan
suatu opini atas laporan keuangan berdasarkan suatu evaluasi atas kesimpulan yang ditarik
dari bukti audit yang diperoleh dan untuk menyatakan suatu opini secara jelas melalui suatu
Auditor harus merumuskan suatu opini tentang apakah laporan keuangan disusun,
dalam semua hal yang material, sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.
Untuk merumuskan opini tersebut, auditor harus menyimpulkan apakah auditor telah
memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan secara keseluruhan bebas
dari kesalahan penyajian material, baik yang disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan,
Auditor harus mengevaluasi apakah laporan keuangan disusun, dalam semua hal yang
material, sesuai ketentuan dalam kerangka pelaporan keuangan yang berlaku. Pengevaluasian
tersebut harus mencakup pertimbangan atas aspek kualitatif praktik akuntansi entitas,
Secara khusus auditor harus mengevaluasi apakah, dari sudut pandang ketentuan
11
b) Kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan konsisten dengan kerangka
d) Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan adalah relevan, dapat diandalkan,
transaksi dan peristiwa material terhadap informasi yang disampaikan dalam laporan
keuangan; dan
Auditor harus menyatakan opini tanpa modifikasi bila auditor menyimpulkan bahwa
laporan keuangan disusun dalam smua hal yang material, sesuai dengan kerangka pelaporan
Jika auditor:
b) Tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat untuk menyimpulkan
bahwa laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari kesalah penyajian material;
12
Auditor harus memodifikasi opininya dalam laporan auditor berdasarkan SA 705.Jika
laporan keuangan disusun sesuai dengan ketentuan suatu kerangka penyajian wajar tidak
mencapai penyajian wajar, maka auditor harus mendiskusikan hal tersebut dengan
manajemen tergantung dari ketentuan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku dan
bagaimana hal tersebut diselesaikan. Harus menentukan apakah perlu untuk memodifikasi
Ketika laporan keuangan disusun sesuai dengan suatu kerangka kepatuhan, auditor
tidak diharuskan untuk mengevaluasi apakah laporan keuangan mencapai penyajian wajat.
Namun, jika dalam kondisi yang sangat jarang terjadi, auditor menyimpulkan bahwa laporan
keuangan tersebut menyesatkan, maka auditor harus mendiskusikan hal tersebut dengan
manajemen dan, tergantung dari bagaimana hal tersebut diselesaikan, harus menentukan
Bagian dari laporan auditor ini menjelaskan tanggung jawab pihak-pihak dalam
organisasi yang bertanggung jawab atas penyusunan laporan keuangan. Laporan auditor tidak
perlu merujuk secara khusus pada ‘manajemen.’ Tetapi harus menggunakan istilah tepat
dalam konteks kerangka hukum dalam yuridiksi tertentu. Dalam beberapa yuridiksi,
pengacuan yang tepat dapat menggunakan “pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola”
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku, dan atas pengendalian internal yang dipandang
perlu oleh manajemen untuk memungkinkan penyusun laporan keuangan yang bebas dari
kesalah penyajian material, baik yang disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan.
13
2.2.2 Standar Audit 705
Standar Audit (“SA”) ini mengatur tanggung jawab auditor untuk menerbitkan suatu
laporan yang tepat dalam kondisi ketika, dalam merumuskan suatu opini berdasarkan SA 700,
auditor menyimpulkan bahwa modifikasi terhadap opini auditor atas laporan keuangan
diperlukan.
SA ini menetapkan tiga tipe opini modifikasi, yaitu wajar dengan pengecualian, opini
tidak wajar, dan opini tidak menyatakan pendapat. Keputusan tentang ketetapan penggunaan
ketidak mampuan untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat,
Auditor harus menyatakan opini wajar dengan pengecualian ketika: (a) auditor setelah
memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat, menyimpulkan bahwa kesalahan penyajian,
baik secara individual maupun secara agregasi, adalah material, tetapi tidak pervasive,
terhadap laporan keuangan atau (b) auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup
dan tepat yang mendasari opini, tetapi auditor menyimpulkan bahwa kemungkinan dampak
kesalahan penyajian yang tidak terdeteksi terhadap laporan keuangan, jika ada, dapat bersifat
Auditor harus menyatakan suatu opini tidak wajar ketika auditor, setelah memperoleh
bukti audit yang cukup kuat dan tepat menyimpulkan bahwa kesalahan penyajian, baik secara
individual maupun secara agregasi, adalah material dan pervasive terhadap laporan keuangan.
14
Auditor tidak boleh menyatakan pedapat ketika auditor tidak dapat memperoleh bukti
yang cukup dan tepat mendasari opini, dan auditor menyimpulkan bahwa kemungkinan
dampak kesalahan penyajian yang tidak wajar terdeteksi dalam laporan keuangan, jika ada,
Auditor tidak menyatakan pendapat ketika, dalam kondisi yang sangat jarang yang
memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang setiap ketidakpastian tersebut, auditor
tidak dapat merumuskan suatu opini atas laporan keuangan karena interaksi yang potensial
dari ketidakpastian tersebut dan kemungkinan dampak kumulatif dari ketidakpastian tersebut
Mautz and Sharaf dalam bukunya mengatakan bahwa Fair Presentation adalah konsep
yang menuntut adanya informasi laporan keuangan yang bebas (tidak memihak), tidak bias,
dan mencerminkan posisi keuangan, hasil operasi, dan aliran kas perusahaan. Dengan
demikian fair presentation merupakan suatu penyajian wajar dalam menyajikan informasi
penemuan, kesimpulan, dan laporan-laporan audit harus dapat mencerminkan secara benar,
tepat, dan lengkap seluruh aktivitas audit. Setiap pendapat-pendapat yang berbeda dan tidak
terpecahkan diantara team audit dengan auditee dan setiap kendala yang terjadi harus
dilaporkan. Auditing berkonsentrasi pada kewajaran data keuangan yang disajikan dalam
laporan keuangan. Kewajaran data keuangan merupakan cerminan dari kondisi keuangan
yang benar-benar terjadi di sebuah entitas. Istilah untuk menyebut hal tersebut adalah
15
“presents fairly”. Inti dari auditing adalah jasa yang diberikan oleh auditor untuk memberikan
pendapatnya mengenai penyajian yang wajar dalam data keuangan. Auditor bertanggung
jawab atas opini yang dia berikan, maka dari itu konsep “fairly presentation” atau penyajian
yang wajar sangat penting agar auditor dapat memberikan opini yang benar. Konsep ini
a) Accounting Propriety
Auditing sering di pandang sebagai bagian dari akuntansi, padahal auditing sebenarnya ilmu
yang berdiri sendiri. Misalnya saja, pada akuntansi hanya mengacu pada penerapan prinsip-
prinsip yang berterima umum (PABU) tetapi pada auditing, auditor tidak hanya mengacu
pada penerapan PABU tapi juga pengembangan PABU untuk menganalisa keadaan yang dia
temui. Untuk menjadi auditor, harus merupakan akuntan yang terlatih dan berkompeten,
mengerti secara baik prosedur dan praktek akuntansi, serta memiliki pengalaman yang cukup
di bidang akuntansi. Tapi setelah menjadi auditor, seseorang tidak cukup hanya menjadi
seorang akuntan saja, dia harus bersiap mengembangkan pengetahuan dan menelaah segala
sesuatu dari sudut pandang yang lebih luas dari sekedar akuntansi dan menerima spesifikasi
tugas yang lebih dari akuntan biasa. Dengan pekerjaan yang lebih kompleks dari akuntan,
Evaluasi tidak hanya dilakukan pada prinsip akuntansi yang mereka gunakan saja tapi
juga pada metode akuntansi spesifik yang mereka gunakan. Dan jika dari 2 evaluasi itu
hasilnya tidak menunjukkan manfaat untuk menyelesaikan tugas yang mereka hadapi dengan
baik maka mereka harus mengganti keduanya dan mengembangkan kemampuan mereka
untuk mencari solusi yang lebih tepat. Dasar penolakan atau penggantian prinsip akuntansi
yang digunakan, berdasarkan pada situasi luar biasa yang menyebabkan prinsip tersebut tidak
16
bisa digunakan. Prinsip memang bias digunakan pada berbagai macam kondisi. Akan tetapi,
b) Adequate Disclosure
Berkaitan dengan jumlah dan luas pengungkapan atau penyajian informasi. Jenis dan
jumlah dari informasi yang diungkapkan menyediakan substansi bagi konsep ini.
Pengungkapan lengkap atau “full disclosure” harus memperhatikan jenis apa dan berapa
banyak informasi yang harus diungkapkan. Terlalu banyak detail yang diungkapkan bisa jadi
c) Audit Disclosure
Tanggung jawab auditor pada accounting propriety dan adequacy of disclosure tidak berhenti
sampai disitu saja. Auditor masih harus bertanggung jawab melaporkan hasil dari pengujian
yang mereka lakukan. Laporan yang di berikan oleh auditor berisi opini terhadap informasi
keuangan perusahaan yang mereka uji. Mereka juga harus menjaga agar yang membaca
laporan mereka tidak tersesatkan. Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, lingkup audit
harus dikembangkan tidak hanya pada memberikan jasa penyediaan jaminan penilaian untuk
professional yang lain dalam investment market, tetapi juga untuk memenuhi public policy.
Jasa yang diberikan auditor adalah memberikan pengujian sebagai orang yang ahli,
manfaatnya. Auditor independent harus memperjelas semua jasa yang diberikan dan tidak
Dalam melakukan pekerjaannya, auditor harus secara bijak menyikapi keinginan klien.
17
Mereka harus bias menelaah mana keinginan klien yang memang berguna dan harus mereka
lakukan. Tidak semua keinginan klien harus auditor lakukan karena hal ini nantinya malah
Opini auditor atas laporan keuangan dibuat dalam konteks “general purpose
framework”. Dalam kerangka pelaporan keuangan ada beberapa yang (secara luas) diterima,
seperti:
Dalam ISA 700 dijelaskan bahwa tujuan umum dari laporan keuangan yaitu menyiapkan
dan menyajikan sesuai dengan karangka yang bertujuan umum. Sedangkan tujuan khusus dari
umum dari berbagai pengguna. Kerangka pelaporan keuangan dapat berupa “fair Presentation
Standards) yang mewajibkan kepatuhan terhadap syarat-syarat dalam kerangka tersebut, dan:
18
a) Mengakui secara eksplisit atau implisit bahwa untuk mencapai penyajian yang wajar
dalam laporan keuangan, mungkin saja manajemen perlu menyajikan disclosures diluar
b) Mengakui secara ekplisit, mungkin saja manajemen perlu menyimpang dari syarat-
syarat yang ditetapkan kerangka tersebut, untuk mencapai penyajian yang wajar dalam
Auditor melaporkan apakah laporan keuangan menyajikan secara wajar dalam segala
hal yang material atau memberikan gambaran secara benar dan wajar mengenai informasi
yang terkandung dalam laporan keuangan yang memang dirancang untuk menyajikan
informasi tersebut).
2. Compliance Framework
syarat dalam kerangka tersebut, tetapi tidak berisi pengakuan dalam butir (i) atau (ii) di atas
untuk penyajian yang wajar. Auditor tidak diharuskan mengevaluasi apakah laporan
keuangan mencapai penyajian yang wajar. Contoh: kerangka pelaporan keuangan yang
Jika laporan keuangan disusun dan disajikan sesuai dengan persyaratan Kerangka
penyajian yang adil tidak mencapai penyajian yang wajar, auditor harus membahas masalah
dengan manajemen dan, tergantung pada persyaratan keuangan yang berlaku kerangka
pelaporan dan bagaimana masalah tersebut diselesaikan, akan menentukan apakah hal itu
benar diperlukan untuk mengubah opini dalam laporan auditor sesuai dengan SA 705.
19
Ketika laporan keuangan disusun dan disajikan sesuai dengan kerangka kepatuhan,
auditor tidak diharuskan untuk mengevaluasi apakah laporan keuangan mencapai penyajian
yang wajar. Namun, jika dalam keadaan yang sangat jarang, auditor menyimpulkan bahwa
Menurut Rahayu dan Suhayati (2010:73) laporan auditor dianggap sebagai alat
tentang apa yang telah dilakukan auditor dan kesimpulan yang dicapainya. Atas laporan
keuangan. Tujuan standar pelaporan ini adalah mencegah agar tidak terjadinya penafisaran
keliru mengenai tingkat tanggung jawab auditor, apabila namanya dikaitkan dengan
pelaporan keuangan.
mengatakan bahwa ada lima jenis pendapat yang dapat diberikan oleh auditor, yaitu:
Pendapat wajar tanpa pengecualian dapat diberikan auditor apabila audit telah
dilaksanakan atau diselesaikan sesuai dengan standar auditing, penyajian laporan keuangan
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum dan tidak terdapat kondisi atau
Dalam SA 411 par04 dikatakan bahwa laporan keuangan yang wajar dihasilkan setelah
20
a) Prinsip akuntansi yang dipilih dan diterapkan telah berlaku umum.
suatu cara yang menyajikan posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas dalam batas-
batas yang dapat diterima, yaitu batas-batas yabg layak dan praktis untuk dicapai
2. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas yang ditambahkan dalam
laporan auditor
Pendapat ini diberikan apabila audit telah dilaksanakan atau diselesaikan sesuai dengan
standar auditing, penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima
umum, tetapi terdapat keadaan atau kondisi tertentu yang memerlukan bahasan penjelas.
Kondisi atau keadaan yang memerlukan bahasa penjelasan tambahan antara lain:
a) Pendapat auditor sebagian didasarkan atas laporan independen lain. Auditor harus
21
c) Laporan keuangand dipengaruhi oleh ketidakpastian yang material.
hidupnya.
e) Auditor menemukan adana suatu perubahan material dalam penggunaan prinsip dan
metode akuntansi.
Sesuai dengan SA 508 par. 20 dikatakan bahwa jenis pendapat ini diberikan apabila:
a) Tidak ada bukti kompeten yang cukup atau adanyya pembatasan lingkup audit
b) Auditor yakin bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari prinsip akuntansi
yang berterima umum yang berdampak material tetapi tidak mempengaruhi laporan
yang tidak memadai, maupun perubahan dalam prinsip akuntansi. Auditor harus
Pendapat ini menyatakan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar laporan
posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima
umum. Auditor harus menjelaskan alasan pendukung pendapat tidak wajar, dampak utama
dari hal yang menyebabkan pendapat tersebut diberikan terhadap laporan keuangan massal,
penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berterima umum seperti perusahaan menggunakan
penilaian aset berdasar nilai appraisal dan mendepresiasi atas dasar nilai tersebut. penjelasan
Pernyataan auditor untuk tidak memberikan pendapat ini layak diberikan apabila:
22
a) Ada pembatasan lingkup audit yang sangat material biak oleh klien maupun karena
kondisi tertentu.
Pernyataan ini tidak dapat diberikan apabila auditor yakin bahwa terdapat
oenyimpangan yang material dari prinsip akuntansi berterima umum. Auditor tidak
standar auditing yang ditetapkan IAI dalam satu paragraph khusus sebelum paragraph
pendapat.
23
BAB III
PEMBAHASAN
Kasus yang berkaitan dengan fair presentation pada makalah ini akan membahas
keuangan PT Asuransi Jiwasraya (Persero) sejak 2006 semu. Sebab, raupan laba itu
"Meski sejak 2006 perusahaan masih laba tapi laba itu laba semu sebagai akibat rekayasa
akuntansi atau window dressing," ujar Ketua BPK Agung Firman Sampurna dalam
Lalu, pada 2017 perusahaan memperoleh laba Rp2,4 triliun tetapi tidak wajar karena
ada kecurangan pencadangan Rp7,7 triliun. "Jika pencadangan sesuai ketentuan harusnya
Pada 2018, perusahaan merugi Rp15,3 triliun. Kemudian, pada September 2019,
perusahaan diperkirakan rugi Rp13,7 triliun. Keuangan memburuk hingga November 2019,
"Kerugian terjadi karena Jiwasraya menjual produk saving plan bunga tinggi di atas deposito
sejak 2015. Dana itu diinvestasikan di reksa dana kualitas rendah jadi negative spread,"
ujarnya.
pendapatan tertinggi sejak 2015. Namun, produk yang ditawarkan melalui bank ini
24
(bancaasurance) ini menawarkan bunga tinggi dengan tambahan manfaat asuransi dan tidak
mempertimbangkan biaya atas asuransi yang dijual. Selain itu, penunjukkan bancassurance
"Produk saving plan diduga konflik kepentingan karena Jiwasraya mendapat fee atas
"Semua yang terlibat, ini kompleks masalahnya. Tidak seperti yang teman-teman (media)
duga. Ini jauh lebih kompleks daripada yang teman-teman bisa bayangkan," ujar Agung
pekan lalu.
Dalam Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester I (IHPS) Tahun 2016, BPK menyatakan
pengelolaan dana investasi nasabah dan pengelola dananya tidak menerapkan prinsip
Masalah lain terkait pembayaran komisi jasa penutupan kepada pihak terjamin. Menurut
BPK, pembayaran tersebut tidak sesuai dengan besaran komisi yang dimuat dalam perjanjian
kerja sama.
Kemudian, pencatatan piutang pokok dan bunga gadai polis yang belum sesuai
dengan nota dinas direksi Nomor 052.a.ND.K.0220066. Lalu, kekurangan penerimaan atas
membayar klaim nasabahnya sebesar Rp802 miliar pada Oktober 2018 lalu.
saham gorengan.
25
Kemudian, Kejaksaan Agung menyebut 95 persen dana investasi Jiwasraya ditempatkan di
saham 'sampah'. Berdasarkan dugaan awal, Jaksa Agung ST Burhanuddin mengatakan total
dana yang diinvestasikan di saham 'sampah' tersebut mencapai Rp5,7 triliun atau 22,4 persen
Tidak hanya itu, ia melanjutkan, 98 persen dari dana investasi di reksa dana atau
Demi mengusut kasus Jiwasraya, Kejagung telah mencekal 10 orang. Mereka adalah, HR,
Judul :
Penerapan Audit Dalam Menilai Kewajaran Penyajian Laporan Keuangan Pada Koperasi “X”
di Jember
Penulis : M. Yoga Dharma Putra, Eko Pudjo Laksono dan Rizky Eriandani (Dosen
Universitas Surabaya)
Abstrack :
terlihat di Koperasi “X” di Jember setelah dilakukan audit eksternal terutama di bagian yang
rawan salah saji dan penipuan dalam laporan keuangan bahwa manajemen dapat mengambil
tindakan pencegahan segera bahwa salah saji dan penipuan tidak terjadi lagi di koperasi.
Objek penelitian diangkat laporan keuangan. Penelitian difokuskan pada keadilan penyajian
Laporan Keuangan Koperasi “X” yang bergerak di bidang agribisnis tembakau TBN.
26
Dalam pengumpulan dan pengolahan data, langkah yang dilakukan adalah melakukan
umum dan kondisi organisasi. Setelah dilakukan pengumpulan data melalui angket,
wawancara dan observasi serta analisis dokumen Hasil penerapan audit untuk menilai
kewajaran bisnis laporan keuangan Entitas tahun 2012 diketahui bahwa perbedaan yang
timbul pada akun penjualan jatuh tempo Badan usaha salah mencatat penjualan yang
seharusnya tidak diakui pada tahun tersebut 2012 sehingga hal tersebut berdampak terhadap
akun lain dan opini audit tentang kewajaran laporan keuangan. Koperasi X perlu lebih
konsisten dalam menyajikan setiap akun koresponden dalam laporan keuangan kebijakan
Kesimpulan :
diketahui bahwa:
1. Koperasi telah terdapat struktur organisasi dan job description tertulis. Secara
umum pada Koperasi X pun telah terdapat pemisahan fungsi yang jelas antara
akuntansi yang dijabat oleh bendahara dan bagian keuangan yang dijabat oleh
bidang administrasi/keuangan.
27
sumbangan jangka panjang,simpanan pokok, simpanan wajib, modal
penyebab selisih tersebut seperti salah saji material berupa klien mengakui
penjualan pada tahun 2012 yang seharusnya masuk dalam periode 2013. Saldo
utang badan usaha Y turut salah disajikan karena penurunan nilai piutang yang
salah mencatat keuntungan (kerugian) selisih kurs pada beban penjualan dalam
negeri yang masuk dalam komponen beban usaha yang seharusnya dicatat pada
2012. Salah saji tersebut jika ditelaah lebih lanjut akan secara signifikan
Koperasi X.
tersebut jika tidak dilakukan koreksi dan penyesuaian oleh klien lalu
tersebut akan mendapatkan opini tidak wajar karena akan menyesatkan dalam
Namun karena klien bersedia melakukan koreksi dan penyesuaian, maka opini
28
pengecualian yang dimaksudkan adalah dari segi perpajakan yang tidak masuk
Judul :
Persepsi Mengenai Wajar dan Benar Dalam Penyajian Laporan Keuangan Entitas Syariah
Penulis : Nur Hisamduddin & Eka Yuli Hida Pricilia ( Program Studi Akuntansi Fakultas
Abstrack :
kepentingan-terkait dengan entitas. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan dari persepsi
pihak-terkait dengan syariah akuntansi atau entitas syariah tentang adil dan benar dalam
keuangan presentasi pernyataan entitas syariah. Penelitian ini bersifat kualitatif penelitian
dengan data deskriptif dan analisis triangulasi. Jenis Data dalam penelitian ini adalah data
primer yang diperoleh dari wawancara langsung. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada
beberapa pengertian tentang penggunaan terminologi yang adil dan benar, yang di susun dan
sajikan dalam Laporan keuangan syariah, wajar dan benar harus digunakan bersama untuk
mendapatkan informasi yang sesuai dengan acara berdasarkan kesepakatan, tanpa manipulasi
informasi, dan tanpa melanggar aturan Allah SWT. Hal itu terlihat dari persepsi informan di
proses penelitian. Kajian ini bisa menjadi acuan standar pembuat dalam memperbaiki standar
keberadaan atau bagi sivitas akademika, praktisi, dan ustadz sebagai langkah awal untuk
29
Kesimpulan:
lakukan, persepsi mengenai wajar dan benar di dalam penyajian laporan keuangan
dan kesetaraan dalam melakukan penilaian atas sejumlah uang atau barang
untuk entitas syariah yaitu, diterapkan sejak persetujuan akad awal; dicatat
adil dan berimbang tanpa memihak salah satu pihak: serta tidak melanggar
30
d. Wajar dan benar perlu berjalan beriringan dengan syarat sejalan dengan
nilai-nilai Islami yang berangkat dari hati tanpa niat untuk memanipulasi dan memainkan
e. Baik wajar dan benar tersebut sesuai dengan prinsip dan kaidah Islam
tanpa melanggar aturan Allah SWT, sedangkan benar dalam wujud tanpa
g. Materialitas dapat dikatakan sesuai dengan prinsip syariah jika hal tersebut
merupakan bagian dari kesepakatan dan keridhoan dari seluruh pihak serta
3.4.1 Kesimpulan
Fair Presentation adalah konsep yang menuntut adanya informasi laporan keuangan
yang bebas (tidak memihak), tidak bias, dan mencerminkan posisi keuangan, hasil operasi,
dan aliran kas perusahaan. Dengan demikian fair presentation merupakan suatu penyajian
31
Kewajiban untuk melaporkan sesuai dengan kebenaran dan ketepatan. Penemuan-penemuan,
kesimpulan, dan laporan-laporan audit harus dapat mencerminkan secara benar, tepat, dan
Auditor bertanggung jawab atas opini yang dia berikan, maka dari itu konsep “fairly
presentation” atau penyajian yang wajar sangat penting agar auditor dapat memberikan opini
yang benar. Konsep ini dijabarkan lagi dalam 3 sub konsep, yaitu:
a) Accounting Propriety
b) Adequate Disclosure
c) Audit Disclosure
3.4.2 Saran
Bagi pembaca makalah ini yang diantaranya para akademisi dan akuntan
Audit sehingga dapat menghasilkan penelitian yang mumpuni dan juga meningkatkan
32
Daftar Pustaka
Halim, Abdul. (2015). Auditing 1 (Dasar-dasar Audit Laporan Keuangan), Edisi Kelima, Yogyakarta,
Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN
Rahayu, Siti Kurnia dan Suhayati, Ely. (2010). Auditing Konsep Dasar dan Pedoman Pemeriksaan
Akuntansi Publik. Yogyakarta, Graha Ilmu.
Tuanakotta, Theodorus M. (2011). Berpikir Kritis dalam Auditing. Jakarta, Salemba Empat.
Pintasari, Dayana dan Rahmawati, Diana. (2017). Pengaruh Kompetensi Auditor, Akuntabilitas dan
Bukti Audit Terhadap Kualitas Audit Pada KAP Di Yogyakarta. Jurnal Profita Edisi 7.
Wiratama, William Jefferson dan Budiartha Ketut. (2015). Pengaruh Independensi, Pengalaman
Kerja, Due Profesional Care dan Akuntabilitas Terhadap Kualitas Audit. ISSN: 2302-8578
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20200108113755-78-463415/bpk-jiwasraya-
rekayasa-lapkeu-laba-semu-sejak-2006
https://jurnal.unej.ac.id/index.php/JAUJ/article/view/1265
https://journal.ubm.ac.id/index.php/akuntansi-bisnis/article/view/453
33