Anda di halaman 1dari 19

PENDEKATAN ILMIAH DAN PENDEKATAN ALTERNATIF

UNTUK INVESTIGASI
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ................................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................................ 2
1.3 Tujuan ................................................................................................................................................ 2
BAB II KAJIAN TEORI ............................................................................................................................ 3
2.1 Penelitian Ilmiah ............................................................................................................................... 3
2.1.1 Ciri-ciri atau Karakteristik Utama Investigasi Ilmiah ........................................................... 3
2.2 Hipotesis-Metode Deduktif............................................................................................................... 6
2.2.1 Tujuh langkah proses (The seven-step process) dalam Metode Deduktif : ........................... 6
2.2.2. Tinjauan Hipotesis-Metode Deduktif / Review of the hypothetico-deductive method ....... 9
2.2.3. Beberapa kendala untuk melakukan penelitian ilmiah di bidang manajemen ................. 12
2.3 Pendekatan-Pendekatan Alternatif untuk Penelitian .................................................................. 12
BAB III PENUTUP ................................................................................................................................... 15
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................................................... 15
3.2 Saran ................................................................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................ 16

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, Yang Maha Pengasih dan Penyayang
kepada segala makhluk yang diciptakan-Nya. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Rasul
pembawa ajaran Islam, dan yang menjadi rahmat bagi semesta alam, Nabi Muhammad SAW.

Kami dapat menyelesaikan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi
pembacanya.

Harapan kami semoga makalah ini dapat membantu dan menambah pengetahuan serta
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini
sehingga untuk kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat
kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam belajar dan melakukan pekerjaannya manusia selalu menemukan hambatan dan
permasalahan yang harus dihadapi. Untuk dapat mencapai tujuan dan hasil yang baik hambatan dan
permasalahan yang ada harus ditanggulangi dan dicarikan solusinya. Namun seringkali solusi yang
diberikan tidak tepat sasaran sehingga tak kunjung adanya perbaikan atau kemajuan dari sebelumnya.

Permasalahan dibidang bisnis contohnya adalah saat seorang manajer sedang menghadapi
keluhan dari pelanggan yang memberitahukan pegawai penjualan tidak melayani dengan baik, sebaiknya
tidak langsung mengira bahwa pegawai yang ada di perusahaan tersebut tidak bekerja dengan baik dan
ingin memutus hubungan kerja. Agar menemukan masalahnya dan memberikan solusi terbaik bagi
perusahaan. Sehingga manajer tersebut sebaiknya menelusuri lebih jauh lagi dan mencari tahu masalah
yang dihadapi pelanggan saat membeli barang dan apa masalah yang dihadapi pegawai penjualan tersebut
sehingga mendapat keluhan dari pelanggan.. Karena setelah ditelusuri lebih lanjut bisa saja yang terjadi
ternyata adanya keterlambatan persediaan barang dari supplier yang menyebabkan tidak tersedianya
barang yang dibutuhkan oleh konsumen. Jadi bukannya segera menyalahkan pegawai yang bekerja,
namun solusi yang harus dilakukan manajer adalah dengan berkoordinasi dengan supplier barang dalam
menanggulangi masalah tersebut, agar kedepannya tidak terjadi lagi keterlambatan, sehingga konsumen
bisa segera mendapatkan barang yang dibutuhkannya dan terlayani dengan baik.

Dan seperti dokter yang salah resep obat untuk pasieannya, yang mengeluh sakit perut sehabis
makan pedas dan tanpa penelusuran yang teliti sang dokter memberikan resep obat magh, padahal
ternyata sang pasien mengalami radang di ususnya. Sehingga kondisi sang pasien tidak tertangani bahkan
dapat memperparah kondisi sang pasien. Sehingga untuk menemukan solusi yang baik diperlukan
penilaian yang teliti dan mendalam dalam mencari tahu akar masalah yang sebenarnya terjadi agar solusi
yang diberikan tepat sasaran.

Maka dari itu diperlukaannya cara yang benar dalam investigasi atau melakukan penelitian
terhadap masalah. Penelitian yang dilakukan harus berfokus pada pemecahan masalah dan mengejar step‐
by‐step logikal, terorganisir, dan menentukan metode yang tepat dalam mengidentifikasi masalah,
mengumpulkan data, menganalisisnya, sehingga dapat menarik kesimpulan yang valid dan tepat pada
akhirnya. Penelitian seperti itu adalah penelitian ilmiah ia lebih objektif dari pada subjektif dan tidak

1
didasarkan pada firasat, pengalaman, dan intuisi, tetapi bertujuan dan tepat. Sehingga dalam paper ini
akan dibahas mengenai Pendekatan Ilmiah dan Pendekatan Alternatif untuk Investigasi atau Penelitian.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana ciri-ciri Penelitian Ilmiah?
2. Bagaimana penciptaan Hipotesis dengan Metode Deduktif?
3. Bagaimana pendekatan alternative untuk penelitian?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui ciri-ciri Penelitian Ilmiah
2. Mengetahui Hipotesis dengan Metode Deduktif
3. Mengkaji pendekatan alternative untuk penelitian

2
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Penelitian Ilmiah

Menurut Sekaran (2017:18) telah didefinisikan bahwa penelitian sebagai sebuah penelitian yang
terorganisir, sistematis, berbasis data, penyelidikan kritis dan obyektif ke dalam masalah spesifik yang
membutuhkan solusi.

Dan telah dijelaskan pula bahwa bahwa keduanya, baik penelitian dasar maupun penelitian
terapan seringkali dilakukan dengan cara ilmiah. Oleh karena itu penting untuk memahami apa itu berarti
istilah ilmiah.

 Penelitian ilmiah berfokus pada pemecahan masalah dan mengejar step‐by‐step logical,
terorganisir, dan metode yang tepat untuk mengidentifikasi masalah, mengumpulkan data,
menganalisisnya, dan menarik kesimpulan yang valid.

 Penelitian ilmiah tidak didasarkan pada firasat, pengalaman, dan intuisi, tetapi bertujuan dan
tepat.

 Penelitian ilmiah memungkinkan semua orang yang tertarik untuk meneliti dan mengetahui
tentang masalah yang sama atau serupa untuk mendapatkan temuan yang bisa dibandingkan saat
data dianalisis.

 Penelitian ilmiah juga membantu peneliti untuk menyatakan temuan mereka dengan akurat

 Investigasi ilmiah cenderung lebih objektif daripada subjektif, dan membantu manajer untuk
menyoroti faktor paling kritis di tempat kerja yang perlu perhatian spesifik untuk menghindari,
meminimalkan, atau memecahkan masalah. Investigasi ilmiah dan pengambilan keputusan
manajerial adalah aspek integral dari pemecahan masalah yang efektif. Oleh karena itu, istilah
penelitian ilmiah berlaku untuk penelitan dasar dan penelitian terapan.

2.1.1 Ciri-ciri atau Karakteristik Utama Investigasi Ilmiah

1. Purposiveness/Tujuan jelas

Manager memulai penelitian dengan sebuah sasaran atau tujuan yang jelas. Fokusnya
adalah meningkatkan komitmen karyawan terhadap, organisasi, di samping manfaat lain

3
penelitian tersebut dalam banyak bidang. Peningkatan komitmen karyawan akan terwujud dalam
berkurangnya pergantian, absensi, dan mungkin menaikkan level kinerja, yang kesemuanya tentu
akan menguntungkan organisasi. Penelitian tersebut dengan demikian mempunyai sebuah fokus
tujuan yang jelas.

2. Rigor/Ketepatan

Dasar teori yang baik dan desain metodologi yang tepat akan menambah ketepatan pada
sebuah studi. Ketepatan berarti kehati-hatian, ketelitian, dan tingkat ketepatan dalam penyelidikan
penelitian.

3. Testability/Dapat Diuji

Testabilitas adalah properti yang berlaku untuk hipotesis penelitian. Hipotesis ilmiah
harus dapat diuji. Oleh karena itu, penelitian ilmiah cocok untuk menguji hipotesis yang
dikembangkan secara logis untuk melihat apakah data mendukung dugaan atau hipotesis yang
dikembangkan setelah studi yang cermat tentang situasi masalah. Dengan demikian, testabilitas
menjadi ciri khas lain dari penelitian ilmiah.

4. Replicability/Dapat Ditiru

Hasil uji hipotesis tersebut harus didukung lagi dan lagi ketika jenis penelitian serupa
diulangi dalam keadaan lain yang mirip. Bila hal tersebut terjadi (misalnya, hasil ditiru atau
terulang), kita akan memperoleh keyakinan dalam sifat ilmiah penelitian kita. Dengan kata lain,
hipotesis kita tidak hanya bersifat kebetulan, tetapi merupakan refleksi dari keadaan populasi
yang sebenamya. Dengan demikian, Dapat Ditiru merupakan ciri lain dari penelitian ilmiah.

5. Precision/Ketelitian dan Confidence/Keyakinan

Ketelitian (precision) mengacu pada kedekatan temuan dengan "realitas" berdasarkan


sebuah sampel. Dengan kata lain, ketelitian mencerminkan tingkat keakuratan atau keyakinan
hasil berdasarkan sampel, terkait apa yang benar-benar eksis dalam keseluruhan.

Keyakinan (confidende) mengacu pada probabilitas ketepatan estimasi kita. Karena itu,
tidaklah cukup hanya teliti, tetapi juga penting bahwa kita dapat dengan yakin menegaskan bahwa
95% waktu hasil kita benar dan hanya 5% kemungkinan salah. Hal ini, juga disebut sebagai
tingkat keyakinan.

4
6. Objectivity/Objektivitas

Kesimpulan yang ditarik dari interpretasi hasil analisis data harus obfektif; yaitu, harus
berdasarkan fakta-fakta dari temuan yang berasal dari data aktual, dan bukan nilai-nilai subjektif
atau emosional. Misalnya, terdapat hipotesis bahwa partisipasi yang lebih besar dalam
pengambilan keputusan akan meningkatkan komitmen organisasi, dan hal tersebut tidak didukung
oleh hasil penelitian, adalah percuma jika peneliti terus memperdebatkan bahwa peningkatan
kesempatan bagi partisipasi karyawan akan tetap bermanfaat! Argumen semacam itu akan
didasarkan pada opini subjektif peneliti, bukan pada temuan penelitian berdasar data yang faktual.
Bila hal tersebut merupakan pendirian peneliti, maka tidak ada gunanya sama sekali untuk
melakukan penelitian. Banyak kerugian yang akan diderita oleh organisasi yang melaksanakan
kesimpulan yang tidak berdasar data atau menyesatkan yang ditarik dari penelitian.

7. Generalizability/Dapat digeneralisasi.

Dapat digeneralisasi mengacu pada cakupan penerapan temuan penelitian dalam satu
konteks organisasi ke konteks organisasi lainnya. Tidak dapat dipungkiri lagi, semakin luas
jangkauan penerapan solusi yang dihasilkan oleh penelitian, semakin berguna penelitian tersebut
bagi para pengguna. Misalnya, jika seorang peneliti menemukan bahwa partisipasi dalam
pengambilan keputusan adalah benar terkait dengan peningkatan komitmen organisasi dalam
berbagai organisasi manufaktur, industri, dan jasa, dan tidak hanya dalam organisasi tertentu yang
diselidiki oleh peneliti tersebut, maka generalisasi temuan tersebut pada konteks organisasi lain
pun meningkat. Semakin penelitian dapat digeneralisasi, semakin besar kegunaan dan nilainya.
Tetapi, tidak banyak temuan penelitian yang dapat digeneralisasi pada semua konteks, situasi,
atau organisasi lainnya.

8. Parsimony/Hemat.

Kesederhanaan dalam menjelaskan fenomena atau persoalan yang muncul, dan dalam
menghasilkan solusi masalah, selalu Iebih disukai untuk kerangka penelitian yang kompleks yang
meliputi jumlah faktor yang tidak dapat dikendalikan. Sifat hemat ini dapat dicapai dengan
pemahaman yang baik terhadap masalah dan faktor penting lainnya yang memengaruhi hal
tersebut. Model teoretis konseptual yang baik semacam itu dapat diperoleh melalui wawancara
terstruktur dan tidak terstruktur dengan pihak terkait, dan tinjauan literatur yang menyeluruh
terhadap hasil penelitian sebelumnya dalam bidang masalah tertentu.

5
2.2 Hipotesis-Metode Deduktif
Metode deduktif hipotetis, adalah metode penelitian ilmiah yang dipopulerkan oleh filsuf Austria
Karl Popper. Metode ini memberikan pendekatan yang berguna dan sistematis untuk menghasilkan
pengetahuan untuk pemecahan masalah dasar dan manajerial.

2.2.1 Tujuh langkah proses (The seven-step process) dalam Metode Deduktif :

1) Identifikasi Luasnya Area Masalah (Identify a broad problem area)


Masalah-masalah yang terjadi dalam dunia usaha seperti penurunan penjualan, seringnya
terjadi gangguan produksi, perhitungan akuntansi yang salah, memperoleh hasil investasi yang
rendah, ketidak tertarikan karyawan dalam pekerjaan mereka, peralihan pelanggan, dan
sejenisnya dapat menarik perhatian manajer dan mengkatalisasi proyek penelitian.
2) Definisikan Pernyataan Masalah (Define the problem statement)
Penelitian ilmiah dimulai dengan maksud atau tujuan tertentu. Untuk menemukan solusi
bagi masalah yang teridentifikasi, pernyataan masalah yang mencakup tujuan umum dan
pertanyaan penelitian dari penelitian harus dikembangkan. Mengumpulkan informasi awal
tentang faktor-faktor yang mungkin terkait dengan masalah akan membantu kita mempersempit
area masalah yang luas dan untuk mendefinisikan pernyataan masalah. Pengumpulan informasi
awal, yang dibahas secara lebih rinci dalam Bab 3, melibatkan pencarian informasi secara
mendalam, dari apa yang diamati (misalnya, pengamatan bahwa perusahaan kita kehilangan
pelanggan). Ini dapat dilakukan dengan tinjauan pustaka (literatur tentang peralihan pelanggan)
atau dengan berbicara dengan beberapa orang di lingkungan kerja, dengan klien (mengapa
mereka beralih?), Atau dengan sumber lain yang relevan, sehingga mengumpulkan informasi
tentang apa yang terjadi dan mengapa . Melalui salah satu metode ini, kami mendapatkan ide atau
"perasaan" tentang apa yang terjadi dalam situasi tersebut. Ini memungkinkan kami untuk
mengembangkan pernyataan masalah tertentu.
3) Membuat Hipotesis (Develop hypotheses)
Pada langkah ini, variabel diperiksa untuk memastikan kontribusi atau pengaruhnya
dalam menjelaskan mengapa masalah terjadi dan bagaimana memecahkannya. Jaringan asosiasi
yang diidentifikasi di antara variabel-variabel tersebut kemudian secara teoritis dijalin, bersama
dengan pembenaran mengapa mereka dapat mempengaruhi masalah. Dari jaringan asosiasi yang
berteori di antara variabel-variabel, hipotesis atau dugaan terpelajar tertentu dapat dihasilkan.
Misalnya, pada poin ini, kita mungkin berhipotesis bahwa faktor-faktor spesifik seperti harga
yang terlalu tinggi, persaingan, ketidaknyamanan, dan karyawan yang tidak responsif
memengaruhi peralihan pelanggan. Hipotesis ilmiah harus memenuhi dua persyaratan. Kriteria

6
pertama adalah hipotesis harus dapat diuji. Kriteria kedua, dan salah satu prinsip utama metode
deduktif hipotetis, adalah bahwa hipotesis juga harus dapat dipalsukan. Artinya, hipotesis harus
dapat dibantah. Menurut Karl Popper, ini penting karena hipotesis tidak dapat dikonfirmasi;
selalu ada kemungkinan bahwa penelitian selanjutnya akan menunjukkan bahwa itu salah.
Hipotesis tidak membuktikan hipotesis itu : hipotesis itu tetap sementara sampai disangkal. Oleh
karena itu, persyaratan falsifiability menekankan sifat tentatif dari temuan penelitian: kita hanya
dapat "membuktikan" hipotesis kita sampai tidak terbukti.
4) Menetapkan Alat Ukur (Development of measures)
Kecuali variabel dalam kerangka teoritis diukur dengan cara tertentu, kami tidak akan
dapat menguji hipotesis kami. Untuk menguji hipotesis bahwa karyawan yang tidak responsif
mempengaruhi peralihan pelanggan, kita perlu mengoperasionalkan ketidaktepatan dan peralihan
pelanggan.
5) Mengumpulkan Data (Data collection)
Setelah kita menentukan bagaimana mengukur variabel kita, data yang berkaitan dengan
masing-masing variabel dalam hipotesis perlu diperoleh. Data-data ini kemudian menjadi dasar
analisis data.
6) Analisis Data (Data Analysis)
Pada tahap analisis data, data yang terkumpul dianalisis secara statistik untuk melihat
apakah hipotesis yang dihasilkan telah didukung. Misalnya, untuk melihat apakah
ketidakresponsifan karyawan mempengaruhi perpindahan pelanggan, kita mungkin ingin
melakukan analisis korelasional untuk menentukan hubungan antara variabel-variabel ini.
7) Menafsirkan Hasil Data (Interpretation of Data)
Sekarang kita harus memutuskan apakah hipotesis kita didukung atau tidak dengan
menafsirkan makna dari hasil analisis data. Misalnya, jika ditemukan dari analisis data bahwa
peningkatan responsivitas karyawan berhubungan negatif dengan perpindahan pelanggan
(katakanlah, 0,3), maka kami dapat menyimpulkan bahwa jika retensi pelanggan ditingkatkan,
karyawan kami harus dilatih untuk lebih responsif. Kesimpulan lain dari analisis data ini adalah
bahwa daya tanggap karyawan kami menyumbang (atau menjelaskan) 9% dari varian dalam
peralihan pelanggan (0,32). Berdasarkan pemotongan ini, perusahaan dapat membuat
rekomendasi tentang bagaimana masalah "peralihan pelanggan" dapat diselesaikan (setidaknya
sampai batas tertentu); sehingga perusahaan harus melatih karyawan agar lebih fleksibel dan
komunikatif. Perhatikan bahwa meskipun hipotesis tentang pengaruh tidak responsif pada
peralihan pelanggan tidak didukung, upaya penelitian kami tetap bermanfaat. Hipotesis yang
tidak didukung memungkinkan kita untuk menyempurnakan teori kita dengan memikirkan

7
mengapa mereka tidak didukung. Kami kemudian dapat menguji teori kami yang telah
disempurnakan dalam penelitian mendatang. Singkatnya, ada tujuh langkah yang terlibat dalam
mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah yang bermasalah. Untuk memastikan bahwa tujuh
langkah dari metode deduktif hipotetis dipahami dengan benar, mari kita tinjau secara singkat
contoh dalam pengaturan organisasi dan tindakan yang diambil dalam tujuh langkah

Contoh Kasus Proses Tujuh langkah (The seven-step process) dalam Metode Deduktif:
Identifikasi luasnya area masalah (Identify a broad problem area)
Sara Foster seorang Direktur IT disebuah perusahaan. Dia mengamati bahwa Sistem
Informasi Manajemen (SIM) yang baru di pasang diperusahaan tidak digunakan oleh Middle
Manajer sebanyak yang diharapkan. Beberapa Manajer terkadang datang ke Help-desk TIK atau
ahli lain yang bias membantu, padahal yang lain membuat keputusan tanpa fakta. Menyadari ada
kesalahan, Sara mengemukakan pernyataan masalah seperti ini : “Apa yang harus dilakukan
untuk meningkatkan penggunaan SIM yang baru dipasang untuk Middle Manajer kami?”
Definisikan pernyataan masalah (Define the problem statement)
Saat berbicara dengan beberapa manajer tingkat menengah, Sara menemukan bahwa
banyak diantara mereka yang memiliki sedikit gambaran tentang apa SIM itu, jenis informasi apa
yang dapat diberikannya, dan bagaimana mengaksesnya dan memanfaatkan informasinya. Sara
menggunakan Google Scholar untuk menjelajahi informasi lebih lanjut tentang kurangnya
penggunaan sistem informasi manajemen di organisasi. Pencarian menunjukkan bahwa banyak
level manajer - terutama yang lama - tidak terbuka untuk ide-ide baru atau cara memecahkan
masalah. Kurangnya pengetahuan tentang apa yang ditawarkan SIM juga ditemukan alasan utama
lainnya mengapa beberapa manajer tidak menggunakannya. Informasi ini membantu Sara
mempersempit area masalah yang luas dan menyempurnakan pernyataan masalah: "Sejauh mana
pengetahuan, factor-faktor terkait dan keterbukaan terhadap perubahan mempengaruhi
penggunaan SIM oleh manajer menengah? "
Membuat hipotesis (Develop hypotheses)
Sara mengembangkan teori dengan menggabungkan semua faktor relevan yang
berkontribusi pada penggunaan SIM oleh manajer dalam organisasi. Dilihat dari teori yang ada,
dia menghasilkan berbagai hipotesis untuk pengujian, salah satunya adalah : Pengetahuan tentang
kegunaan SIM akan membantu manajer untuk lebih memanfaatkannya.
Menetapkan alat ukur (Development of measures) dan Mengumpulkan Data (Data
collection)

8
Sara kemudian mengembangkan kuesioner singkat untuk mengukur berbagai faktor yang
menurut terori mempengaruhi penggunaan SIM oleh manajer, seperti sejauh mana pengetahuan
tentang apa itu SIM, informasi seperti apa yang SIM sediakan, bagaimana cara mendapatkan
akses ke informasi, dan tingkat keterbukaan untuk perubahan pada manajer, dan terakhir seberapa
sering manajer menggunakan SIM dalam tiga bulan sebelumnya.
Analisis Data (Data analysis)
Sara kemudian menganalisis data yang diperoleh melalui kuesioner untuk melihat faktor-
faktor apa saja yang menghalangi para manajer dari menggunakan sistem.
Menafsirkan Hasil Data (Interpretation of Data)
Berdasarkan hasil, Sara menyimpulkan bahwa banyak pengelola tidak menggunakan SIM
karena mereka tidak percaya bahwa menggunakan sistem akan meningkatkan kinerja pekerjaan
mereka. Manajer lain melakukannya tidak menggunakan sistem karena mereka tidak tahu cara
menggunakannya secara efektif. Pengambilan kesimpulan ini membantu Sara untuk mengambil
tindakan yang diperlukan untuk memperbaiki situasi, yang antara lain termasuk penyelenggaraan
seminar untuk pelatihan manajer tentang penggunaan SIM dan menggambarkan keuntungan
menggunakan SIM untuk para manajer.

2.2.2. Tinjauan Hipotesis-Metode Deduktif / Review of the hypothetico-deductive method

Metode hipotesis deduktif melibatkan tujuh langkah untuk mengidentifikasi area masalah
yang luas, mendefinisikan pernyataan masalah, berhipotesis, menentukan tindakan, pengumpulan
data, analisis data, dan interpretasi dari hasil. Metode ilmiah menggunakan penalaran deduktif
untuk menguji sebuah teori (ingatlah itu, bagi seorang ilmuwan, sebuah teori adalah sekumpulan
asumsi terorganisir yang menghasilkan prediksi yang dapat diuji) tentang topik yang diminati.
Dalam penalaran deduktif, kami bekerja dari yang lebih umum ke yang lebih spesifik.
Kami mulai dengan teori umum dan kemudian sempit turunkan teori itu ke dalam hipotesis
tertentu yang dapat kita uji. Kami mempersempit lebih jauh ketika kami mengumpulkan secara
spesifik pengamatan untuk menguji hipotesis kami. Analisis pengamatan khusus ini pada
akhirnya memungkinkan kami untuk mengkonfirmasi atau membantah teori asli.
Penalaran induktif bekerja ke arah yang berlawanan ini adalah proses di mana kita
mengamati fenomena tertentu dan atas dasar ini sampai pada kesimpulan umum. Karenanya,
dalam penalaran induktif, kami bekerja dari yang lebih spesifik ke lebih umum.
Pengamatan angsa putih pertama, kedua, dan ketiga (ini adalah contoh yang sangat
terkenal) mungkin mengarah pada proposisi bahwa "semua angsa berwarna putih". Dalam contoh

9
ini, pengamatan berulang terhadap angsa putih dilakukan mengarah pada kesimpulan umum
bahwa semua angsa berwarna putih. Menurut Karl Popper tidak mungkin untuk “membuktikan”
hipotesis dengan cara induksi, karena tidak ada jumlah bukti yang meyakinkan kita bahwa bukti
yang berlawanan tidak akan ditemukan. Mengamati 3, 10, 100, atau bahkan 10.000 angsa putih
tidak membenarkan kesimpulan bahwa "semua angsa putih" karena selalu ada kemungkinan
angsa yang kita amati berikutnya akan berwarna hitam. Sebaliknya, Popper mengusulkan ilmu
(yang tepat) dicapai dengan deduksi.
Namun, terlepas dari kritik Popper tentang induksi, proses induktif dan deduktif sering
digunakan dalam baik penelitian fundamental dan terapan. Memang, banyak peneliti berpendapat
bahwa pembangkitan teori (induksi) dan pengujian teori (deduksi) adalah bagian penting dari
proses penelitian. Induksi dan deduksi sering digunakan secara berurutan. John Dewey
menggambarkan proses ini sebagai “gerakan ganda dari pikiran reflektif”. Induksi terjadi ketika
seorang peneliti mengamati sesuatu dan bertanya, “Mengapa ini terjadi?” Untuk menjawab
pertanyaan ini, peneliti dapat mengembangkan penjelasan sementara atau hipotesa. Deduksi
kemudian digunakan untuk menguji hipotesis ini.

Contoh berikut menggambarkan proses ini :


Seorang manajer mungkin memperhatikan promosi harga yang sering dari suatu produk
berdampak negatif pada penjualan produk. Berdasarkan pengamatan ini, manajer mungkin
bertanya-tanya
mengapa promosi harga memiliki nilai negatif bukan berpengaruh positif pada penjualan.
Wawancara dengan pelanggan menunjukkan bahwa promosi harga yang sering dilakukan
berpengaruh negatif terhadap penjualan karena seringnya promosi harga berdampak negatif pada
reputasi atau citra produk. Berdasarkan wawancara tersebut, manajer mengembangkan teori baru
tentang mengapa promosi harga berpengaruh negatif pada penjualan - karena promosi harga yang
sering berdampak negatif pada reputasi produk. Dengan demikian, manajer berhipotesis akan hal
itu Promosi harga yang sering dilakukan secara negatif mempengaruhi reputasi produk dan juga
penjualan produk. Manajer dapat memverifikasi hipotesis ini melalui deduksi.

Contoh diatas menunjukkan bahwa proses induktif dan deduktif keduanya diterapkan
dalam penyelidikan ilmiah. Meskipun proses deduktif dan induktif dapat digunakan dalam
penelitian kuantitatif dan kualitatif, Proses deduktif lebih sering digunakan dalam studi kausal
dan kuantitatif, sedangkan proses penelitian induktif secara teratur digunakan dalam studi
eksplorasi dan kualitatif.

10
Singkatnya, teori yang didasarkan pada deduksi dan induksi membantu kita untuk memahami,
menjelaskan, dan / atau memprediksi fenomena bisnis. Ketika penelitian dirancang untuk
menguji beberapa hasil hipotesis tertentu (misalnya, untuk melihat apakah pengendalian
kebisingan permusuhan di lingkungan meningkatkan kinerja individu dalam memecahkan teka-
teki mental), langkah-langkah berikut terjadi : Peneliti memulai dengan teori bahwa kebisingan
mempengaruhi pemecahan masalah mental secara negatif. Hipotesis kemudian dihasilkan bahwa
jika kebisingan dikendalikan, teka-teki mental dapat diselesaikan lebih cepat dan benar.
Berdasarkan hal tersebut maka dirancang suatu proyek penelitian untuk menguji hipotesis
tersebut. Hasil studi membantu peneliti menyimpulkan bahwa mengendalikan kebisingan
permusuhan memang membantu peserta untuk meningkatkan kinerja mereka pada teka-teki
mental. Metode yang dimulai dengan kerangka teoritis, merumuskan hipotesis, dan secara logis
menyimpulkan dari hasil penelitian ini dikenal sebagai (Anda mungkin sudah mengenalinya)
metode deduktif hipotetis. Berikut adalah contoh lain dari proses penelitian deduktif hipotetis.

Example : Seorang manajer penjualan bisa mengamati bahwa pelanggan mereka mungkin tidak
puas seperti biasanya. Manajer mungkin tidak yakin bahwa ini benar-benar masalahnya, tetapi
mungkin teralaminya ketidaknyamanan di antara konsumen dan mengobservasi bahwa jumlah
keluhan pelanggan baru saja meningkat. Proses observasi atau penginderaan Fenomena di sekitar
kita inilah yang paling banyak diteliti - apakah diterapkan atau dasar - dimulai. Langkah
selanjutnya untuk manajer adalah untuk menentukan apakah ada masalah yang nyata dan jika
demikian seberapa seriusnya. Pengidentifikasian masalah ini membutuhkan beberapa
pengumpulan data awal. Manajer mungkin berbicara dengan santai kepada beberapa pelanggan
untuk mengetahui bagaimana perasaan mereka tentang produk dan pelayanan pelanggan. Selama
percakapan itu Manajer mungkin menemukan bahwa pelanggan menyukai produknya tetapi kesal
karena banyak item yang mereka butuhkan sering habis, dan merasa staf penjualan tidak
membantu mereka. Dari diskusi dengan beberapa staf penjualan, manajer mungkin menemukan
bahwa pabrik supplier tidak memasok barang tepat waktu dan pemberitahuan tanggal pengiriman
baru yang tidak tersimpan. Tenaga penjualan mungkin juga menunjukkan bahwa mereka
mencoba untuk menyenangkan dan mempertahankan pelanggan dengan mengkomunikasikan
tanggal pengiriman baru yang diberikan oleh pabrik kepada mereka. Integrasi informasi yang
diperoleh melalui proses wawancara informal dan formal membantu manajer untuk menentukan
bahwa masalah memang ada dan untuk mendefinisikan pertanyaan inti dari penelitiannya sebagai
berikut: “Bagaimana keterlambatan pengiriman barang memengaruhi kepuasan pelanggan?” Ini
juga membantu manajer untuk merumuskan kerangka teoritis semua faktor yang menyebabkan

11
masalah. Pada kasus ini, terdapat hubungan antara factor-faktor yang ada seperti : keterlambatan
pengiriman barang oleh pabrik, pemberitahuan tanggal pengiriman nanti yang tidak disimpan,
janji staf penjualan kepada pelanggan (dalam format harapan untuk mempertahankannya) yang
tidak bisa dipenuhi, semuanya yang berkontribusi pada ketidakpuasan pelanggan. Dari kerangka
teoritis, yang merupakan integrasi yang berarti dari semua informasi yang dikumpulkan, beberapa
hipotesis dapat dibuat dan diuji untuk menentukan apakah data yang didapatkan mendukung
mereka. Konsep kemudian didefinisikan secara operasional agar bisa diukur. Sebuah desain
penelitian ditetapkan hingga memutuskan, di antara masalah lain, bagaimana mengumpulkan data
lebih lanjut, menganalisis dan menafsirkannya, dan akhirnya, untuk memberikan jawaban atas
masalah tersebut. Proses menarik kesimpulan dari gambaran analisis logis yang bertujuan untuk
menjadi bukti nyata disebut deduksi. Dengan demikian blok bangunan ilmu pengetahuan menjadi
asal-usul untuk metode penelitian ilmiah hipotetis-deduktif.

2.2.3. Beberapa kendala untuk melakukan penelitian ilmiah di bidang manajemen

Dalam area manajemen dan perilaku tidak selalu memungkinkan untuk dilakukan
investigasi yang 100% ilmiah, dalam artian, berbeda dengan ilmu fisika, hasil yang diperoleh
tidak akan tepat dan bebas dari kesalahan. Ini adalah terutama karena kesulitan yang mungkin
dihadapi dalam pengukuran dan pengumpulan data di bidang subjektif perasaan, emosi, sikap,
dan persepsi. Masalah ini terjadi setiap kali mencoba mengukur konstruksi abstrak dan subjektif.
Kesulitan mungkin juga ditemui dalam mendapatkan sampel yang representatif, membatasi
generalisasi temuan. Dengan demikian, tidak mungkin untuk selalu memenuhi semua keunggulan
sains secara penuh. Perbandingan, konsistensi, dan generalisasi yang luas seringkali sulit
diperoleh dalam penelitian. Namun sejauh penelitian dirancang untuk memastikan tujuan,
ketelitian, dan testabilitas semaksimal mungkin, replikasi, generalisasi, objektivitas,
kesederhanaan, dan presisi dan kepercayaan, para peneliti tetap berusaha untuk terlibat dalam
penyelidikan ilmiah.

2.3 Pendekatan-Pendekatan Alternatif untuk Penelitian


Dalam pendekatan ilmiah untuk suatu penelitian yang akan membantu peneliti untuk
mendapatkan kebenaran tentang subjek penelitian. Tetapi apakah penelitian tersebut sudah dapat di
katakan penelitian yang benar, tentunya ketidak sepakatan tentang hakikat pengetahuan atau bagaimana
kita mengetahui yang mana yang benar dapat di sebut juga dengan (Epistemologi).

12
Maka dari itu ada beberapa poin penting dalam penelitian kontemporer dalam pendekatan-
pendekatan alternatif untuk penelitian diantaranya yaitu :

1. Positivisme (Positivist)

Dalam pandangan penganut positivisme (positivist), ilmu pengetahuan dan penelitian ilmiah dilihat
sebagai jalan untuk mendapatkan kebenaran. Positivist memperhatikan rigor dan dapat disalinnya
penelitian mereka, keandalan observasi, dan kemampuan generalisasi temuan. Mereka menggunakan
pemikiran deduktif untuk menempatkan teori yang dapat mereka uji dengan pengukuran yang tetap,
desain sebelum penelitian dan objektif yang dimana Kunci dari Pendekatan peneliti positivis adalah
eksperimen, yang kemungkinan mereka untuk menguji hubungan sebab dan akibat melalui manipulasi
dan observasi. Beberapa positivis percaya bahwa tujuan penelitian adalah hanya mendeskripsikan
fenomena yang dapat diamati secara langsung dan diukur secara obyektif. Bagi mereka, pengetahuan
tentang apa pun di luar itu - seperti emosi, perasaan, dan pikiran

2. Konstruksionisme (Constructionism)

Constructionist bertujuan untuk memahami aturan yang digunakan masyarakat untuk mengerti
dunia dengan menginvestigasi apa yang terjadi dalam pikiran masyarakat. Metode penelitian dari para
peneliti constructionist sering kali merupakan kualitatif alami. Constructionist sering kali lebih
memikirkan pemahaman kasus spesifik daripada generalisasi temuan mereka. Tidak terdapat realitas
objektif yang harus digeneralisasi yang dimana para konstruksionis melakukannya tidak mencari
kebenaran obyektif. Sebaliknya, mereka bertujuan untuk memahami aturan yang digunakan orang untuk
sebuah pemahaman.

3. Realisme Kritis

Realisme kritis merupakan sebuah kombinasi dari kepercayaan dalam realitas eksternal
(kebenaran objektif) dengan penolakan terhadap klaim bahwa realitas eksternal dapat diukur secara
objektif. Observasi (terutama observasi fenomena yang tidak dapat diamati dan diukur secara langsung,
seperti kepuasan, motivasi, dan budaya) akan selalu menjadi subjek untuk interpretasi. Berdasarkan
pandangan critical realist, mengukur fenomena dan pengumpulan data seperti emosi, perasaan, dan sikap
sering kali bersifat subjektif, pembicaraan secara umum, tidak sempurna dan memiliki kekurangan.

4. Pragmatisme

Pragmatist tidak mengambil posisi tertentu dalam membuat penelitian yang baik. Mereka
menganggap penelitian dalam fenomena yang dapat diamati dan makna subjektif dapat menghasilkan
pengetahuan yang berguna, tergantung pada masalah-masalah penelitian dari studi. Fokus dari

13
pragmatisme adalah dalam hal praktis, penelitian yang diterapkan di mana sudut pandang berbeda dalam
penelitian dan subjek dalam studi yang membantu dalam penyelesaian masalah. Pragmatisme
mendeskripsikan penelitian sebagai suatu proses di mana konsep-konsep dan makna (teori) adalah
generalisasi dari tindakan pada masa lalu dan pengalaman-pengalaman, dan interaksi dengan lingkungan.
Untuk para pragmatist, prespektif-prespektif yang berbeda, ide-ide, dan teori-teori membantu dalam
meningkatkan pemahaman tentang dunia. Pragmatisme menyokong eklesitisme dan pluralisme.

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dalam pemecahan suatu permasalahan dan menemukan solusi yang tepat harus dilakukan
investigasi yang berfokus pada pemecahan masalah, mengejar step‐by‐step logical, terorganisir, dan
metode yang tepat untuk mengidentifikasi masalah, mengumpulkan data, menganalisisnya, sehingga
akhirnya dapat menarik kesimpulan yang valid adalah investigasi dan penelitian secara ilmiah. Penelitian
ilmiah dapat membantu peneliti untuk menyatakan temuan mereka dengan akurat. Investigasi ilmiah
cenderung lebih objektif dari pada subjektif, dan membantu manajer untuk menyoroti faktor paling kritis
di tempat kerja yang perlu perhatian spesifik. Investigasi ilmiah dan pengambilan keputusan manajerial
adalah aspek integral dari pemecahan masalah yang efektif. Ciri-ciri atau karakterisrik utama investigasi
ilmiah adalah tujuan yang jelas, tepat, dapat diuji, dapat ditiru, meyakinkan, objektif, dapat
digeneralisasi, hemat.

Dalam pembuatan hipotesis penelitian ilmiah juga terdapat metode deduktif yang memberikan
pendekatan masalah dari cakupan umum ke lebih khusus atau spesifik. Metode ini berguna dan sistematis
untuk menghasilkan pengetahuan untuk pemecahan masalah dasar dan manajerial. Terdapat tujuh langkah
dalam penelitian ilmiah menggunakan metode deduktif yaitu identifikasi luasnya area masalah,
menentukan masalah, membuat hipotesis, menetapkan alat ukur, mengumpulkan data, analisis data,
menafsirkan hasil data dan membuat kesimpulan.

Adapun pendekatan-pendekatan alternative penting dalam penelitian seperti mencari kebenaran


(positivisme), memahami aturan yang digunakan masyarakat (konstruksionisme) pandangan adanya data
yang tidak dapat diamati dan diukur secara langsung (realisme kritis), dan tidak mengambil posisi tertentu
dalam membuat penelitian (pragmatism) agar mengetahui mana yang benar.

3.2 Saran

Kepada para akademisi dan para pekerja dalam segala bidang dalam menghadapi masalah di
perusahaan dan lingkungan sekitar agar melakukan investigasi ilmiah atau mengacu pada penelitian-
penelitian yang ilmiah dalam pengambilan keputusannya agar mengetahui masalah yang sebenarnya dan
mendapatkan solusi yang tepat.

15
DAFTAR PUSTAKA

Sekaran, Uma and Bougie, Roger. (2017). E-book Research Methods for Business : A Skill-
Building Approach, Edisi 7. 7th Edition. Printer Trento Srl. Italy.

16

Anda mungkin juga menyukai