Anda di halaman 1dari 13

RISET DAN TEORI AKUNTANSI

OLEH:
1. GUSTI AYU PUTU DIKA DESIYANI (1881621002)
2. JUSTINA LAURENA (1881621003)
3. PUTU ESA NARANATA DEWI (1881621014)

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2019
1. PENELITIAN AKUNTANSI DAN METODE ILMIAH
Teori sangat berguna karena teori dapat menjelaskan
h u b u n g a n a t a u m e m p r e d i k s i fenomena. Dalam metode ilmiah, teori
itu tidak lebih dari kalimat. Kalimat ini harus berisi premis (juga disebut
asumsi atau postulat). Premis - premis mungkin menjadi bukti tersendiri
atau mereka mungkin dibangun sehingga mereka dapat diuji oleh inferensi
statistik, dalam hal ini biasanya disebut hipotesis.

Bagi para peneliti, teka-teki merupakan masalah yang dapat diselesaikan


atau dapat dipecahkan meskipun dengan memberikan alasan. Setiap hari kita
membicarakan tentang tingkat keberhasilan, kemampuan, motivasi, perilaku
karyawan, sistem penghargaan dan lain sebagainya. Komunikasi yang kita
sampaikan biasanya berupa bahasa biasa atau sederhana, berupa masalah-
masalah khusus baik secara simbolik maupun berpikiran logis. Maksudnya,
sesuatu yang kita sampaikan setidaknya melalui salah satu dari dua jenis
pernyataan ini, yaitu: keterangan atau argumen. Keterangan terdiri dari
pernyataan yang dijelaskan tanpa berusaha menjelaskan. Argumen mengacu
pada penjelasan, penyampaian, mempertahankan, menantang dan menyelidiki
sebuah arti. Dua jenis pernyataan tersebut penting bagi penempatan maupun
pengurangan penelitian. Pada proses berfikir ilmiah, logika dan penalaran
menjadi dua hal yang tidak dapat dilepaskan. Baik logika maupun penalaran
digunakan sebagai pengkajian untuk berfikir secara sahih guna
mengembangkan pengetahuan. Logika dipakai untuk menarik kesimpulan dari
suatu proses berfikir berdasar cara tertentu, yang mana proses berfikir disini
merupakan suatu penalaran untuk menghasilkan suatu pengetahuan. Cara
berfikir secara logis dibagi kedalam cara berfikir deduksi dan Induksi.
Sedangkan penalaran merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan
manusia, karena dengan adanya penalaran pada manusia, maka manusia
menjadi bentuknya seperti yang sekarang ini. Oleh karena kemampuan menalar,
menyebabkan manusia mampu mengembangkan pengetahuan yang merupakan
rahasia kekuasaannya.

1
2

1) Pemikiran Deduksi
Dalam pendekatan deduksi, tujuan merupakan bagian yang paling
penting. Tujuan yang berbeda akan memerlukan struktur berbeda yang
dapat menghasilkan prinsip-prinsip berbeda. Metode yang digunakan dalam
penalaran deduksi adalah metode aksioma atau matemetika. Atas dasar
metode ini, perumusan teori diawali dari pemakaian asumsi dasar dan
aturan-aturan yang akan digunakan untuk menarik kesimpulan yang logis
dari masalah yang dianalisis. Kebenaran teori hanya diuji berdasarkan
logika analitisnya (operasional matematika). Apabila tujuannya benar,
asumsinya benar, maka teori yang dihasilkan juga benar. Pemikiran deduksi
juga disebut merupakan suatu cara berfikir secara umum ke hal-hal yang
lebih khusus. Tampilan dibawah menunjukkan contoh teori yang
dikembangkan melalui penalaran deduksi (yang berasal dari umum ke
khusus).
Misal:
Semua komponen laporan keuangan bagian dari siklus akuntansi (Premis 1)
Necara saldo adalah bagian dari laporan keuangan (Premis 2)
Necara saldo bagian dari siklus akuntansi (Kesimpulan)

2) Pemikiran Induksi
Pendekatan induksi didasarkan pada pambuatan kesimpulan yang
berasal dari generalisasi atas fenomena yang bersifat khusus (spesifik).
Penalaran induksi dimulai dengan adanya observasi terhadap seperangkat
fenomena tertentu yang merupakan perwujudan dari sesuatu yang dapat
memberikan gambaran umum dari suatu fenomena. Dari sesuatu yang
spesifik tersebut, kemudian dianalisis hubungannya (persamaan dan
perbedaanya) untuk digunakan sebagai acuan dalam melakukan
generalisasi. Generalisasi didasarkan pada bukti empiris yang ditemui
dalam kegiatan observasi tersebut. Jadi, berbeda dengan pendekatan
deduksi, dalam pendekatan induksi, kebenaran dari suatu teori tidak
didasarkan pada alur logikanya tetapi pada pengujian secara empiris.
3

Tampilan dibawah menunjukkan contoh teori yang dikembangkan melalui


penalaran induksi (yang berasal dari khusus ke umum). Misal:
Tanah dan Bangunan adalah rekening aktiva dan memiliki saldo debit
(Premis 1)
Mesin adalah rekening aktiva dan memiliki saldo debit (Premis 2)
Semua rekening aktiva memiliki saldo debit (Kesimpulan)

3) Gabungan Pemikiran Induksi dan Deduksi


Fungsi berfikir secara Induksi dan deduksi digunakan sebagai alasan
penelitian berikutnya. Jhon Dewey menguraikan proses ini sebagai
“gerakan ganda refleksi pemikiran”. Induksi terjadi ketika kita mengamati
suatu kejadian dan kemudian bertanya, kenapa, mengapa, apa ini?.
Menjawab pertanyaan tersebut, kita membantu menjelaskan (hipotesis).
Hipotesis akan masuk akal jika dijelaskan kejadian atau kondisi (fakta) yang
mendorong adanya pertanyaan. Deduksi merupakan proses dimana kita
menguji apakah hipotesis mampu menjelaskan kondisi tersebut. Misalnya:
a. Anda meningkatkan reward karyawan tetapi kinerja tidak meningkat
(Fakta 1).
b. Anda bertanya: “kenapa kinerja tidak meningkat?” (Induksi)
c. Anda menarik kesimpulan untuk menjawab pertanyaan: Peningkatan
reward tidak merata. (Hipotesis)
d. Anda menggunakan hipotesis ini untuk menyimpulkan bahwa kinerja
tidak akan meningkat sepanjang pemberian reward tidak merata. Anda
mengetahui dari pengalaman bahwa pembagian reward yang tidak
merata tidak akan meningkatkan kinerja. (Kesimpulan)
e. Reward yang baik akan meningkatkan kinerja (Kesimpulan 2)
f. Kami menjalankan sistem reward dengan efektif dan merata serta
kinerjapun meningkat (Fakta 2).
Pada kebanyakan penelitian, proses lebih rumit dibanding dengan
contoh sederhana. Misalnya, kita sering mengembangkan berbagai hipotesis
dengan menjelaskan peristiwa yang dipertanyakan. Kemudian kita
4

mendisain suatu studi untuk menguji semua hipotesis tersebut dengan


segera. Tidak hanya lebih efisien, tetapi juga merupakan cara yang baik
untuk mengurangi penggabungan (penyimpangan potensial) tentang
hipotesis penelitian.

4) Metode dengan Penggabungan


Pendekatan induksi, deduksi, observasi dan pengujian hipotesis
dapat digabungkan dalam suatu cara yang sistematis ketika menjelaskan
metode ilmiah. Ide-ide yang digunakan pada dasarnya menghasilkan satu
pendekatan untuk menilai validitas kesimpulan tentang kejadian-kejadian
yang diobservasi. Umumnya bagi para peneliti seluruh kesimpulan
tergantung pada data empiris. Oleh karena itu, para peneliti harus:
a. Menghadapi kebimbangan, keraguan, penghalang, kecurigaan atau
rintangan.
b. Berjuang untuk menyatakan masalah: meminta pertanyaan,
merenungkan keberadaan pengetahuan, mengumpulkan fakta, dan
konfrontasi intelektual tentang masalah.
c. Mengajukan hipotesis untuk menjelaskan fakta yang dipercaya secara
logika berhubungan dengan masalah
d. Menyimpulkan hasil atau konsekwensi hipotesis: mencoba untuk
menemukan apa kejadian-kejadian jika dihasilkan dari arah yang
berlawanan tentang prediksi atau jika hasil mendukung yang
diharapkan
e. Merumuskan beberapa hipotesis saingan
f. Menghasilkan kesimpulan pengujian empiris dengan berbagai
kemungkinan hasil, masing-masing dipilih memasukkan satu atau lebih
hipotesis
g. Menarik kesimpulan, dengan simpulan induktif yang didasarkan pada
penerimaan atau penolakan hipotesis
h. Memberi Informasi kembali terhadap keaslian masalah, memodifikasi
sesuai dengan kekuatan bukti.
5

Ilmuwan mengatakan bahwa tidak ada hal-hal yang sama seperti


metode ilmiah, atau jika itu ada, hal tersebut tidak diungkapkan dalam
tulisan mereka. Peringatan tersebut sangat baik untuk dicermati, mengingat
hal-hal tersebut akan menambah ide-ide dalam memperkenalkan tingginya
sifat saling ketergantungan. Meskipun demikian, peneliti awal perlu
memahami tentang penelitian ketika dihasilkan secara proses ilmiah.

2. APAKAH AKUNTANSI MERUPAKAN ILMU ATAU SENI


Kedua struktur pembuat aturan dan praktik akuntansi kadang-kadang
menimbulkan pertanyaan bahwa apakah akuntansi itu merupakan sebuah seni
atau sebuah ilmu pengetahuan. Pada tahun 1940-an, seorang penulis
beranggapan akuntansi sebagai sebuah ilmu pengetahuan. Namun, dia tidak
benar-benar mengatur kriteria untuk mendefinisikan sebuah ilmu pengetahuan,
kecuali prasangka tertentunya sendiri dalam hal masalah penilaian. Beberapa
waktu kemudian, penulis lain menyatakan bahwa akuntansi itu sangat erat
kaitannya dengan seni liberal. Akuntansi itu sendiri dipandang sebagai sebuah
“seni praktis”. Namun, penulis tersebut tidak menunjukan kriteria nyata apa pun
untuk membedakan antara sebuah seni dan sebuah ilmu pengetahuan.
1) Sterling berpendapat bahwa akuntansi itu jauh lebih dekat dengan seni
daripada ilmu pengetahuan dilihat dari cara cara para akuntan
mendefinisikan masalah. Dalam kasus penyusutan, misalnya: sebuah garis
lintang yang bagus memperbolehkan atribut dalam pengukuran dalam
memilih sebuah metode penyusutan serta memutuskan perkiraan jumlah
tahun kehidupan dan nilai sisa) hasilnya adalah tingkat objektivitas yang
rendah, serta fakta bahwa tidak ada atribut yang nyata dari aset dari
perhitungan biaya terkait yang muncul kecuali untuk konsep yang tidak
jelas dari biaya historis yang belum diamortasi dan beban penyusutan.
2) Di sisi lain, sebuah pendekatan ilmiah akan berusaha untuk melembagakan
prosedur pengukuran yang ketat sehingga menghasilkan atribut yanag
bermakna secara ekonomi, seperti biaya penggantian atau nilai realisasi
bersih dari aset atau unsur-unsur lain yang diukur.
6

Sehingga dapat disimpulkan akuntansi adalah sebuah seni mencatat,


menggolongkan dan meringkas transaksi dan kejadian yang bersifat keuangan
dengan cara tertentu dan dalam bentuk satuan uang, serta menafsirkan hasil-
hasilnya. Jadi apabila akuntansi dikatakan sebagai seni maka yang dimaksud
adalah cara menerapkannya. Selain itu akuntansi dapat didefinisikan sebagai
proses pengidentifikasian, pengesahan, pengukuran, pengakuan,
pengklasifikasian dan penyajian data keuangan dasar (bahan oleh akuntansi)
yang terjadi dari kejadian-kejadian, transaksi-transaksi atau kegiatan operasi
suatu unit organisasidengan cara tertentu untuk menghasilkan informasi yang
relevan bagi pihak yang berkepentingan. Bila akuntansi dipandang sebagai
sains, maka akuntansi akan banyak membahas gejala akuntansi seperti kenapa
perusahaan menggunakan metode akuntansi tertentu, faktor apa saja yang
mendorong manajemen memanipulasi laba, apakah partisipasi dalam
penyusunan anggaran mempengaruhi kinerja manajer divisi.

3. ARAH RISET DALAM AKUNTANSI


Pendekatan yang didiskusikan di bawah ini mewakili orientasi tertentu
atau petunjuk riset akuntansi. Mewakili perubahan yang signifikan melampaui
riset normatif murni generasi yang lalu.

1) The Decision-Model Approach/Pendekatan Keputusan-Model


Model ini menyatakan informasi apa yang dibutuhkan dalam
pengambilan keputusan. Dari sudut pandang ini laporan keuangan
didasarkan pada entry value, exit value dan discounted cash flows sebagai
kemungkinan yang berguna. Pendekatan ini tidak menyatakan informasi
yang diinginkan pengguna melainkan lebih berkonsentrasi pada informasi
yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan tertentu. Dengan demikian
orientasinya adalah normatif dan deduktif. Premis yang mendasari riset ini
adalah pembuat keputusan yang perlu diingatkan bagaimana menggunakan
informasi jika mereka tidak familiar dengan informasi tersebut.
7

Dua keputusan utama yang dianut oleh pendekatan model keputusan


adalah:
a. Memungkinkan pengguna untuk lebih memprediksi arus kas masa
depan dan,
b. Menganalisis efisiensi dan efektivitas manajemen (penatalayanan) serta
sub-kategori dari kedua jenis utama ini.

2) Riset Pasar Modal


Sejumlah besar penelitian empiris (induktif) menunjukkan bahwa
harga sekuritas yang diperdagangkan secara publik bereaksi dengan cepat
dan tidak memihak terhadap informasi baru. Karenanya, harga pasar
diasumsikan mencerminkan sepenuhnya semua informasi yang tersedia
untuk umum. Proposisi ini, yang berasal dari disiplin ilmu keuangan,
dikenal sebagai hipotesis pasar efisien. Hipotesis efesiensi pasar memiliki
potensi implikasi yang signifikan untuk akuntansi. Misalnya karena
informasi tercermin dengan cepat pada harga saham, dorongan untuk
meningkatkan pengungkapan dengan lebih sedikit perhatian terhadap
pilihan di antara alternatif akuntansi telah tumbuh lebih kuat. Karena
hipotesis efisiensi pasar menyatakan bahwa pengembalian sekuritas
didasarkan pada risikonya, penelitian lain telah berupaya menilai hubungan
antara ukuran risiko berbasis akuntansi (misalnya rasio laporan keuangan)
dan ukuran risiko berbasis pasar. Pengaruh pilihan kebijakan akuntansi pada
harga sekuritas juga telah diuji secara luas.

3) Riset Perilaku
Perhatian utama dari riset ini adalah bagaimana pengguna informasi
akuntansi membuat keputusan dan informasi apa yang mereka butuhkan.
Pendekatannya adalah deskriptif, sedangkan pendekatan decision model
adalah normatif. Sebagian besar penelitian ini menggunakan subjek situasi
percobaan yang terkendalikan dengan seksama.
8

Banyak penelitian telah menunjukkan perbedaan antara model


keputusan normatif dan proses keputusan aktual pengguna. Riset lain telah
menemukan bahwa mungkin ada kecenderungan untuk menggunakan
laporan keuangan yang dipublikasikan untuk tujuan pengambilan keputusan
manajerial. Pada saat riset perilaku merupakan deskriptif atau positif dalam
pendekatannya akan mudah melompat kepada kesimpulan normatif yang
memakai data akuntansi untuk tujuan pengambilan keputusan.

4) Teori Keagenan
Teori keagenan (juga disebut teori kontrak) sekarang merupakan
jenis penelitian akuntansi yang sangat penting. Teori keagenan bisa
merupakan deduktif dan induktif dan merupakan contoh yang istimewa dari
riset perilaku walaupun akar teori keagenan pada keuangan dan ekonomi
lebih dari psikologi dan sosiologi. Asumsi yang mendasari adalah reaksi
individu pada saat terjadi konflik antara kepentingannya dengan
kepentingan perusahaan. Asumsi lain yang penting dari teori adalah titik
persimpangan antara banyak tipe kontrak di antara manajemen, pemilik,
kreditur dan pemerintah. Hasilnya teori keagenan memperhatikan variasi
biaya dari hubungan pemantauan dan pelaksanaan di antara kelompok yang
beragam.

Misalnya, audit dapat dilihat sebagai instrumen untuk memastikan


bahwa laporan keuangan perusahaan telah sesuai dengan SPI. Selain itu,
pernyataan yang mereka anggap sebagai opini wajar tanpa pengecualian
dianggap untuk memenuhi kriteria sebagai sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum. Audit, untuk itu mencoba memberi jaminan pada pihak
luar seperti pemilik dan kreditur tentang pengelolaan perusahaan oleh
manajemen. Banyak hubungan keagenan antara bagian yang didefenisikan
atau diatur oleh akuntansi. Termasuk di dalamnya perjanjian obligasi,
kontrak kompensasi manajemen dan ukuran perusahaan. Frekuensi
perjanjian obligasi menentukan tingkat maksimum dari ratio seperti debt to
equity, pelanggaran bisa menyebabkan kegagalan teknis. Yang lebih sempit
9

dari debt to equity, manajemen akan memilih alternatif akuntansi yang akan
meningkatkan income. Manajemen kemungkinan akan mencoba untuk
memilih metode yang akan meningkatkan income dan juga meningkatkan
bonus. Sebagai hasil, pilihan metode akuntansi oleh perusahaan akan
dipengaruhi oleh akibat dari kontrak keagenan.

Salah satu hipotesis teori keagenan adalah manajemen akan


mencoba meminimalisir kesejahteraannya sendiri dengan meminimalisasi
kenaikan berbagai biaya keagenan dari pengawasan dan kontrak. Ini tidak
sama dengan manajemen memaksimalisasi nilai perusahaan. Ketika
manajemen mencoba menaikkan kompensasi, ia harus melakukannya dalam
kerangka kerja yang meningkatkan pendapatan bersih, laba atas investasi,
atau harga saham perusahaan. Karenanya, meminimalisir beban kontrak
menunjukkan mengacaukan secara negatif hubungan ‘halus’ antara
akuntansi yang didasarkan pada pengukuran kinerja dan tidak mendapatkan
pendapat yang memenuhi syarat tentang audit. Pada saat manajemen utama
mengendalikan biasanya akan meningkatkan kinerja, manajemen akan
mencoba memilih aturan akuntansi yang segera dapat meningkatkan
income, seperti dalam kasus kredit pajak investasi untuk meningkatkan
kompensasi bagi dirinya. Pada kasus serupa, tindakan manajemen tidak
selalu merupakan yang terbaik bagi pemegang saham. Inilah yang biasa
disebut perilaku oportunis atau risiko moral.
Selanjutnya, penganut dari riset teori keagenan menuntut agar hasil
positif dan deskriptif dan tidak dapat digunakan untuk tujuan kebijakan,
tidak ada alasan mengapa penentu standar tidak boleh menggunakan hasil
penelitian teori agensi jika hasilnya dianggap sah dan berguna.

5) Informasi Ekonomi
Akuntan menjadi semakin sadar akan biaya dan manfaat dalam
menghasilkan informasi akuntansi. Ini bidang yang relatif baru bagi periset
akuntansi, informasi ekonomi. Riset informasi ekonomi biasanya dasarnya
adalah analitis/deduktif.
10

Informasi ekonomi mutakhir termasuk asumsi teori keagenan dan


analisa situasi dalam analisanya. Prinsipal dan agen terkait erat dengan
masalah apakah kedua belah pihak memiliki informasi lengkap atau apakah
ada asimetri informasi di mana satu pihak (biasanya agen) memiliki lebih
banyak informasi daripada pihak lain. Tujuan dari analisa teori informasi
adalah menentukan bagaimana rancangan kontrak dioptimalkan untuk
menegosiasikan insentif dan pembagian resiko. Riset juga memperlihatkan
pentingnya fungsi pelayanan akuntansi (menilai kinerja manajemen relatif
penting untuk menentukan insentif dan reward manajemen).

6) Critical Accounting
Critical Accounting adalah cabang teori akuntansi yang memandang
akuntansi memiliki peran sebagai poros dalam memutuskan konflik antara
perusahaan dan konstituen sosial seperti buruh, konsumen dan masyarakat
umum. Dengan demikian secara langsung berkaitan secara aktif dalam
peran sosial akuntan. Critical Accounting merupakan perpaduan gabungan
dua area lain dari akuntansi yang dikembangkan sejak 1960-an yaitu
akuntansi kepentingan publik dan akuntansi sosial. Akuntansi kepentingan
publik melakukan pekerjaaan bebas dari pajak dan penasehat keuangan
untuk individu, kelompok dan usaha kecil yang tidak mampu membayar
jasa tersebut. Akuntansi sosial menyinggung usaha menjelaskan
pengukuran untuk mengambil dari perusahaan beban eksternal, seperti
polusi yang menimbulkan kerusakan pada masyarakat. Critical Accounting
lebih luas dari akuntansi kepentingan publik dan akuntansi sosial (namun
keduanya masih tercakup). Selanjutnya, tujuan dari periset Critical
Accounting kritis jauh lebih luas daripada akuntansi kepentingan publik dan
akuntansi sosial ke dalam arus utama penelitian akuntansi (dan tindakan)
dengan mengadopsi perspektif berbasis konflik . Critical Accounting
meyakini bahwa akuntansi harus lebih ditekankan untuk mencoba
menyelesaikan masalah-masalah sosial.
11

7) Revolusi Ilmiah dalam Akuntansi


Seperti dinyatakan dalam pembahasan mengenai banyak sudut
pandang tentang riset akuntansi, riset akuntansi merupakan bidang yang
dapat berubah secara terus menerus. Sebagian diprediksi sebagai revolusi
ilmiah dalam akuntansi karena ketidakpuasan dengan paradigma yang ada.
Paradigma adalah bagian pemecahan masalah yang dipandang sebagai ilmu
atau disiplin. Dalam akuntansi, bagian paradigma adalah biaya historis yang
didasari oleh konsep realisasi, matching dan prinsip-prinsip lainnya seperti
konservatisme, going concern, entitas akuntansi dan periode waktu.
Ketidakmampuan biaya historis dalam mengatasi masalah pelaporan
keuangan sepanjang tahun 1970-an untuk bangkit dari inflasi hebat
menyebabkan ketidakpuasan. Dampak inflasi pada saat itu ditambah lagi
dengan bersamaan dengan pengembangan riset empiris di bidang akuntansi
sebaik perspektif riset lainnya mengidamkan kemungkinan pengembangan
paradigma dalam akuntansi.
DAFTAR PUSTAKA

Harry I. Wolk. Michael G.Tearny. James L.Dodd, 2001. Accounting Theory: A


Conceptual and Institutional Approach, Fifth Edition. USA:South-Western College
Publising, Cincinnati, Ohio.

Anda mungkin juga menyukai