Anda di halaman 1dari 11

METODE PENELITIAN AKUNTANSI

SKALA PENGUKURAN

OLEH:
KELOMPOK II

1. GUSTI AYU PUTU DIKA DESIYANI (1881621002)


2. JUSTINA LAURENA (1881621003)
3. PUTU ESA NARANATA DEWI (1881621014)

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2019
1. Sifat Sikap
Sikap merupakan sesuatu yang dapat diamati mengenai kecenderungan yang
stabil untuk bereaksi pada diri sendiri, orang lain, obyek-obyek, atau masalah
dengan cara yang menyenangkan atau tidak menyenangkan secara konsisten. Aspek
penting dari definisi ini mencakup pengamatan sifat sikap, kepermanenan
relatifnya, dan hubungannya dengan kejadian-kejadian dan obyek-obyek yang
signifikan secara sosial. Sikap biasanya terbentuk dari tiga komponen, yaitu
berdasarkan kognitif, afektif, dan perilaku.
1.1 Hubungan antara Sikap dan Perilaku
Hubungan antara sikap dan perilaku bukan merupakan hubungan
langsung, meskipun mungkin terdapat kaitan yang erat diantara keduanya.
Beberapa faktor yang berpengaruh pada penerapan riset sikap:
1) Sikap-sikap spesifik merupakan pemrediksi perilaku yang lebih baik
daripada sikap umum.
2) Sikap yang kuat merupakan pemrediksi perilaku yang lebih baik daripada
sikap lemah yang terbentuk dari intensitas yang kecil atau ketertarikan
pada topik tertentu.
3) Pengalaman langsung dengan obyek sikap menghasilkan perilaku yang
lebih dapat dihandalkan.
4) Sikap berdasar kognitif mempengaruhi perilaku lebih baik dibandingkan
sikap berdasarkan afektif.
5) Sikap berdasar afektif seringkali merupakan pemrediksi perilaku konsumsi
yang lebih baik.

1.2 Penskalaan Sikap


Penskalaan sikap merupakan proses penilaian kecenderungan sikap
menggunakan sebuah bilangan yang mewakili skor seseorang dalam rangkaian
sikap, dari sangat menyenangkan hingga sangat tidak menyenangkan.

2. Memilih Skala Pengukuran


Memilih dan membangun sebuah skala pengukuran harus
mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kehandalan, keabsahan, dan
kepraktisan skala, yaitu:

1
2

2.1 Tujuan Riset


Ada dua tujuan umum pengambilan skala, yaitu untuk mengukur
karakteristik partisipan yang berpartisipasi dalam kajian dan untuk
menggunakan partisipan sebagai juri atas obyek-obyek atau indikasi yang
diberikan kepada mereka.

2.2 Jenis Tanggapan


Terdapat empat jenis umum skala:
1) Skala Penilaian (Rating Scale), digunakan ketika pertisipan diminta untuk
memberikan skor atas suatu objek tanpa membuat perbandingan langsung
dari objek tersebut.
2) Skala Peringkat (Ranking Scale), membatasi partisipan dalam melakukan
perbandingan dan menentukan urutan diantara dua atau lebih objek.
Mengharuskan partisipan untuk memilih berdasarkan preferensinya
masing-masing.
3) Kategorisasi (Categorization), meminta partisipan untuk menempatkan
dirinya kedalam suatu kelompok atau kategori.
4) Penyortiran (Sorting), menuntut partisipan untuk menyortir kartu
(gagasan) ke dalam tumpukan dengan menggunakan kriteria yang
ditetapkan oleh peneliti.

2.3 Sifat-Sifat Data


Keputusan-keputusan pemilihan skala pengukuran seringkali dibuat
dengan memperhatikan sifat-sifat data yang dibentuk oleh masing-masing
skala, dimana skala tersebut adalah skala nominal, ordinal, interval, atau rasio.
Skala nominal mengelompokkan data ke dalam kategori-kategori tanpa
memperhatikan urutan, jarak, atau asal mula yang unik. Data ordinal
menunjukkan hubungan lebih dari atau kurang dari tanpa memperhatikan
urutan, jarak, atau asal mula yang unik. Data interval menunjukkan urutan
maupun jarak, tetapi tidak memperhatikan asal mula yang unik. Sedangkan
skala rasio menunjukkan empat fitur yang ada tersebut.
3

2.4 Banyaknya Dimensi


Skala pengukuran selain berdimensi tunggal, juga multi dimensi. Dalam
skala dimensi tunggal, dicari satu dimensi untuk mengukur sebuah atribut dari
partisipan atau obyek. Dalam skala multi dimensi, sebuah obyek bisa
digambarkan dengan lebih baik jika menggunakan beberapa dimensi
dibandingkan dimensi tunggal.

2.5 Seimbang atau Tak Seimbang


Skala rating seimbang mempunyai jumlah kategori yang sama di atas
dan di bawah titik tengah. Sedangkan skala rating tak seimbang mempunyai
jumlah tanggapan menyenangkan dan tidak menyenangkan yang tidak sama
banyak.

2.6 Pilihan Terpaksa atau Pilihan Bebas


Skala rating pilihan bebas memungkinkan partisipan untuk tidak
berpendapat apabila mereka tidak mampu membuat sebuah pilihan di antara
alternatif yang ditawarkan. Sedangkan skala rating pilihan terpaksa
mengharuskan partisipan memilih satu dari alternatif-alternatif yang
ditawarkan.

2.7 Jumlah Titik Skala


Sebuah skala harus sesuai dengan tujuannya. Agar sebuah skala
berguna, maka skala tersebut harus sesuai dengan stimulus yang ada dan dapat
menyaring informasi yang proporsional dengan kompleksitas obyek sikap,
konsep, atau konstruk.

2.8 Kesalahan Penilai


Nilai skala rating bergantung pada asumsi bahwa seseorang dapat dan
akan membuat penilaian yang baik. Kesalahan kecenderungan terpusat timbul
saat penilai enggan memberikan penilaian ekstrim. Sedangkan kesalahan
kelonggaran timbul saat penilai tidak mengenal obyek atau sifat yang dinilai.
4

3. Skala Rating
Skala rating memiliki beberapa kegunaan, fitur, desain, dan persyaratan.
Adapun jenis-jenis skala rating, yaitu:
3.1 Skala Sikap Sederhana
Skala kategori sederhana (dikotomi) menawarkan dua pilihan yang
harus dipilih salah satunya. Strategi tanggapan ini berguna untuk pertanyaan-
pertanyaan demografis atau jika tanggapan dikotomi dinilai memadai. Apabila
terdapat banyak pilihan tetapi hanya satu jawaban yang diperlukan, maka skala
pilihan-ganda-tanggapan-tunggal lebih tepat digunakan. Skala pilihan-ganda-
tanggapan-ganda (daftar periksa) memungkinkan penilai memilih satu atau
beberapa alternatif. Baik skala pilihan ganda, skala respons tunggal dan skala
kategori sederhana menghasilkan data nominal.
Skala sikap sederhana mudah dikembangkan, tidak mahal, dan dapat
didesain menjadi sangat spesifik. Skala sikap sederhana dapat memberikan
informasi yang berguna dan memadai jika dikembangkan dengan baik. Adapun
kelemahan dari skala sikap sederhana yakni pendekatan desain bersifat
subyektif. Kita tidak memiliki bukti bahwa setiap orang akan melihat semua
item dengan kerangka acuan yang sama seperti orang lain.
Ada beberapa contoh bentuk dari skala sikap sederhana:
Skala Kategori Sederhana
“Saya berencana untuk membeli sebuah laptop MindWriter dalam waktu 12
bulan ke depan.”
□ Ya
□ Tidak

Skala Pilihan Ganda Tanggapan Tunggal


“Surat kabar apa yang paling sering Anda baca untuk mencari berita finansial?”
□ East City Gazette
□ West City Tribune
□ Surat kabar local
□ Surat kabar nasional
□ Lain – lain (sebutkan:………..... )
5

Skala Pilihan Ganda Tanggapan Ganda


“Beri tanda centang untuk sumber – sumber di mana Anda berkonsultasi ketika
merancang rumah baru.”
□ Layanan perencanaan online
□ Majalah
□ Kontraktor/pembangun independen
□ Model/rencana pengembangan
□ Desainer
□ Arsitek
□ Lain – lain (sebutkan:…………..)

3.2 Skala Likert


Skala ini terdiri dari pernyataan yang menyatakan sikap menyenangkan
maupun tidak menyenangkan atas obyek yang diamati. Partisipan diminta
untuk menyetujui atau tidak menyetujui setiap pernyataan. Setiap tanggapan
diberi skor numerik yang mencerminkan tingkat kesukaan, dan skor-skor ini
dapat dijumlah untuk mengukur sikap partisipan secara keseluruhan. Skala
likert lebih handal dan memberikan volume data yang lebih besar dibandingkan
skala lainnya, dimana skala ini menghasilkan data interval. Menciptakan Skala
Likert melibatkan prosedur yang dikenal sebagai analisis item.
Contoh dari Skala Likert:
“Untuk pencarian yang komprehensif, internet lebih baik dibandingkan perpustakaan
tradisional”

Sangat Tidak Sangat Tidak


Setuju Netral
Setuju Setuju Setuju
(5) (4) (3) (2) (1)

3.3 Skala Diferensial Semantik


Skala diferensial semantik mengukur makna psikologis dari objek sikap
menggunakan kata sifat bipolar. Peneliti menggunakan skala ini untuk studi
seperti citra merek dan kelembagaan. Metode ini terdiri dari satu set skala
penilaian bipolar, biasanya dengan 7 poin, dimana satu atau lebih peserta
6

menilai satu atau lebih konsep pada setiap item skala. Skala semantik
diferensial didasarkan pada proposisi bahwa suatu objek dapat memiliki
beberapa dimensi makna konotatif. Makna ini terletak di ruang properti
multidimensi, yang disebut ruang semantik. Arti konotatif adalah makna yang
disarankan atau tersirat, di samping makna eksplisit dari suatu objek.
Ada tiga faktor yang paling berkontribusi dalam penilaian yang berarti
oleh para peserta yaitu:
1) Potensi, yaitu kekuatan atau atraksi fisik suatu obyek.
2) Evaluasi, yaitu hal-hal yang menguntungkan atau tidak menguntungkan
suatu obyek.
3) Aktivitas, yaitu tingkatan gerakan suatu obyek
Diferensial semantik memiliki beberapa keuntungan yaitu efisien dan
mudah untuk mengamankan sikap dari sampel besar. Sikap-sikap ini dapat
diukur dalam dua arah dan intensitas. Set total respons memberikan gambaran
komprehensif tentang makna suatu objek dan ukuran orang yang melakukan
pemeringkatan. Ini menghasilkan data interval.
Contoh:

Huruf dalam tanda kurung menyatakan: A (Aktivitas), E (Evaluasi) dan


P (Potensi). Penempatan sifat bipolar tidak boleh monoton, dari baik ke buruk,
tetapi kadangkala dibalik seperti ditandai oleh *. Hal ini dilakukan agar dapat
menghindari tendensi bias dari responden.

3.4 Skala Daftar Rating Numerik/Ganda


7

Skala numerik mempunyai interval yang sama yang memisahkan titik-


titik skala numeriknya. Skala ini biasanya merupakan skala 5 titik tetapi dapat
juga 7 atau 10 titik. Sedangkan skala daftar rating ganda serupa dengan skala
numerik tetapi berbeda dalam dua hal, yaitu skala ini menerima tanggapan
melingkar, dan tata letaknya memberikan visualisasi hasil-hasilnya. Skala ini
menghasilkan data interval.
Contoh:
“Seberapa puas anda dengan pelayanan kami berikan?”
Puas 7 6 5 4 3 2 1 Tidak Puas.

3.5 Skala Stapel


Skala Stapel digunakan sebagai alternatif untuk diferensial semantik,
terutama ketika sulit untuk menemukan kata sifat bipolar yang sesuai dengan
pertanyaan investigasi. Peserta memilih nomor plus untuk karakteristik yang
menggambarkan objek sikap. Semakin akurat uraiannya, semakin besar
bilangan positifnya. Demikian pula, semakin kurang akurat uraiannya, semakin
besar angka negatif yang dipilih. Peringkat berkisar dari 15 hingga 25. Seperti
skala likert, semantik diferensial, dan numerik, skala stapel biasanya
menghasilkan data interval.

3.6 Skala Jumlah Konstan


8

Merupakan sebuah skala yang membantu periset menemukan proporsi


tanggapan. Dengan skala ini, partisipan mengalokasikan angka-angka pada
lebih dari satu atribut atau indikasi sifat, sehingga hasilnya konstan.
Keunggulannya adalah kompatibilitasnya dengan persen (100 persen) dan
alternatif yang dirasakan sama dapat memperoleh skor yang sama. Skala
jumlah-konstan menghasilkan data interval.
Contoh:
Isilah angka dengan jumlah 100 untuk tiap kategori; Berikan penilaian sesuai
dengan seberapa besar bagian tersebut mempengaruhi keputusan anda dalam
memilih restoran.
___30___Harga
___10___Atmosfer
___25___Pelayanan
___35___Kualitas Makanan
100 Total

3.7 Skala Rating Grafik


Skala ini awalnya diciptakan agar periset dapat melihat perbedaan
dengan baik. Partisipan diminta untuk menandai tanggapan mereka di
sembarang titik disepanjang sebuah garis tak terputus. Hasilnya diperlakukan
sebagai data interval. Kesulitannya adalah melakukan penyandian dan analisis.
Skala ini memerlukan lebih banyak waktu dibandingkan skala lainnya.
Contoh:
Tidak Pernah _________________X_______Selalu

4. Skala Ranking
Dalam skala ranking, partisipan membandingkan dua obyek atau lebih
secara langsung, dan membuat pilihan diantara obyek-obyek tersebut. Skala ini
seringkali menghasilkan keadaan yang sulit jika terdapat lebih dari dua pilihan.
Dengan menggunakan skala perbandingan-pasangan, partisipan dapat menyatakan
sikap tidak mendua, yaitu dengan memilih diantara dua obyek. Sedangkan skala
ranking terpaksa merupakan metode yang lebih cepat daripada perbandingan-
9

pasangan dan biasanya juga lebih mudah serta memberi motivasi kepada partisipan.
Tetapi kekurangannya adalah jumlah stimulus yang dapat ditangani. Lima obyek
dapat dibuat ranking dengan mudah, tetapi pastisipan mungkin saja membuat
ranking sembarangan apabila terdapat 10 alternatif atau lebih.

5. Penyortiran
Q-sorts membutuhkan penyortiran serangkaian kartu menjadi tumpukan-
tumpukan yang mewakili titik-titik sepanjang rangkaian tidak terputus. Periset
dengan menggunakan Q-sort memecahkan tiga masalah khusus, yaitu seleksi item,
pilihan terstruktur atau tidak terstruktur dalam penyortiran, dan analisis data.
Tujuan penyortiran adalah untuk memperoleh gambaran konseptual atas objek
sikap yang disortir serta membandingkan hubungannya diantara orang-orang.
Dalam kasus penyortiran terstruktur, distribusi kartu yang diperbolehkan di
setiap tumpukan ditetapkan sebelumnya. Sedangkan dalam penyortiran tidak
terstruktur, hanya jumlah tumpukan yang ditentukan sebelumnya. Meskipun
distribusi kartu dalam sebagian besar penyortiran terstruktur menyerupai distribusi
normal, akan tetapi terdapat beberapa kontroversi mengenai analisis data apakah
data tersebut dianggap sebagai ranking (data ordinal) ataukah data interval.

6. Skala Kumulatif
Total skor pada skala kumulatif memiliki pengertian yang sama.
Berdasarkan total skor seseorang, merupakan hal yang mungkin untuk
mengestimasi item manakah yang dijawab secara positif dan negatif, skala jenis ini
disebut skalogram. Analisis skalogram adalah sebuah suatu prosedur untuk
menentukan apakah sekumpulan item-item membentuk skala dimensi tunggal,
dikatakan berdimensi tunggal jika tanggapan-tanggapannya membentuk sebuah
pola dimana pembenaran item yang menunjukkan posisi ekstrim berakibat
pembenaran semua item yang kurang ekstrim. Saat ini skalogram sangat jarang
digunakan namun tetap berpotensi untuk aplikasi khusus, skalogram dan prosedur
serupa untuk menentukan struktur yang mendasar berguna unruk menilai sikap-
sikap dan perilaku yang sangat terstruktur, seperti jarak sosial, hierarki organisasi
dan tahapan produk evolusioner.
10

DAFTAR PUSTAKA

Cooper, Donald R. dan Schindler, Pamela S. 2006. Metode Riset Bisnis Volume 2.
Jakarta: PT. Media Global Edukasi

Anda mungkin juga menyukai