Anda di halaman 1dari 11

SEMINAR AKUNTANSI KEUANGAN

REVIEW ARTIKEL
“Real Earnings Management And Loan Contract Terms”

KELOMPOK II
1. Gusti Ayu Putu Dika Desiyanti ()
2. Justina Laurena ()
3. Putu Esa Naranata Dewi (15)

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2020
DAFTAR ISI

Daftar Isi
Abstrak
I. Latar Belakang
A. Isu/Fenomena
B. Research GAP
C. Pokok Masalah
D. Keunggulan/Kontribusi

II. Kajian Teori & Hipotesis


III. Metode Riset-Research Design
IV. Pembahasan
V. Simpulan
VI. Point to be Improved
ABSTRACT
REM atau Real Earnings Management tidak seperti ukuran kualitas akuntansi lainnya,sangat
sulit dideteksi oleh pihak eksternal perusahan. Sehingga sulit bagi kreditur untuk menafsirkan
apakah kegiatan nyata perusahaan peminjam mencerminkan pengaturan bisnis, fundamental
ekonomi, atau manipulasi pendapatan. Namun, dibandingkan dengan pemangku kepentingan
lainnya, kreditur memiliki beberapa informasi pribadi tentang peminjam, yang diperoleh dengan
melakukan uji tuntas terhadap peminjam dan pengalaman pemantauan kreditur sebelumnya
dengan peminjam atau perusahaan peminjam. Penelitian ini menyelidiki sisi sebaliknya dari
hubungan, yang merupakan dampak dari kualitas laba perusahaan peminjam pada kontrak
utang. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa semua ukuran REM keseluruhan secara
positif terkait positif dengan spread bunga dan intensitas perjanjian keuangan. Dua dari tiga
ukuran REM individu, serta ukuran REM keseluruhan, secara signifikan negatif (positif) terkait
dengan jatuh tempo. Penelitian menunjukkan bahwa bahwa kreditur cenderung mengidentifikasi
kegiatan REM perusahaan peminjam. Kreditur memandang kegiatan-kegiatan ini merusak nilai
perusahaan dan membutuhkan tingkat bunga yang lebih tinggi, maturity atau jatuh tempo yang
lebih pendek, adanya jaminan, dan pembatasan keuangan yang lebih intensif untuk memitigasi
peningkatan informasi dan risiko gagal bayar yang disebabkan oleh REM dan bahwa REM
dapat dideteksi dan diberi pinalti oleh kreditur.

Kata kunci : REM, Loan, Bond, Maturity


Title : Real Earnings Management And Loan Contract Terms
Author : Kostas Pappas, Eamonn Walsh, Alice Liang Xu
Journal : The British Accounting Review 51 (2019) 373-401
1. LATAR BELAKANG
1.1. Isu dan Fenomena
Pendapatan akuntansi adalah komponen penting dari kontrak utang yang memainkan
peran informasi dalam membantu penilaian kreditur tentang kelayakan kredit perusahaan
dan peran kontrak di mana angka akuntansi digunakan sebagai ukuran kinerja dalam
persyaratan kontrak (misal Perjanjian utang). Namun, berdasarkan penelitian-penelitian
terdahulu diketahui bahwa manajer memiliki kecendrungan untuk memanipulasi jumlah
pendapatan. Manajemen laba mengaburkan kinerja sebenarnya dari perusahaan dan
merusak kegunaan angka akuntansi sebagai alat evaluasi dan pemantauan.
Oleh karena itu, kreditur cenderung berupaya untuk mengidentifikasi dan
memastikan tanda-tanda manajemen laba. Bahwa perusahaan dengan kualitas akrual yang
lebih buruk melaporkan biaya bunga yang lebih tinggi dalam laporan keuangan ,
menemukan bahwa kualitas akrual yang lebih buruk dikaitkan dengan spread bunga yang
lebih tinggi, jatuh tempo yang lebih pendek, dan kemungkinan lebih tinggi dari persyaratan
agunan yang ditunjukkan.
Penelitian ini fokus secara eksklusif membahas manajemen laba berbasis akrual.
Namun, manajer dapat menggarisbawahi tidak hanya dengan menggunakan kebijaksanaan
atas akrual tetapi juga dengan menyesuaikan waktu dan penataan kegiatan ekonomi riil.
Fenomena tersebut dijelaskan sebagai REM. (Manajemen Penghasilan Riil).
Tidak seperti ukuran kualitas akuntansi lainnya, REM sangat sulit dideteksi oleh
pihak eksternal perusahan. Sehingga sulit bagi kreditur untuk menafsirkan apakah kegiatan
nyata perusahaan peminjam mencerminkan pengaturan bisnis, fundamental ekonomi, atau
manipulasi pendapatan. Namun, dibandingkan dengan pemangku kepentingan lainnya,
kreditur memiliki beberapa informasi pribadi tentang peminjam, yang diperoleh dengan
melakukan uji tuntas terhadap peminjam dan pengalaman pemantauan kreditur sebelumnya
dengan peminjam atau perusahaan peminjam. Informasi pribadi ini dapat memungkinkan
kreditur untuk mendeteksi dan menanggapi REM perusahaan peminjam ketika
menegosiasikan persyaratan kontrak pinjaman. Jika kreditur dapat mendeteksi REM, maka
ia cenderung merespons dengan persyaratan pinjaman yang lebih ketat. Karena REM tidak
hanya meningkatkan risiko informasi perusahaan tetapi juga memiliki dampak nyata pada
risiko wanprestasi karena REM merusak arus kas masa depan dan nilai perusahaan jangka
panjang. Karena tidak ada bukti a priori yang menunjukkan apakah informasi pribadi yang
dimiliki oleh kreditur cukup bagi perusahaan untuk mendeteksi REM dengan benar.
1.2. Research Gap
Penelitian ini melihat beberapa gap dari penelitian sebelumnya terkait hubungan
antara kualitas laba dan kontrak utang. Seperti yang dilakukan oleh Watts dan Zimmerman
(1986, 1990) tentang hipotesis perjanjian utang dari teori akuntansi positif mengusulkan
bahwa kontrak utang memberi perusahaan peminjam insentif untuk melakukan manajemen
laba untuk menghindari pelanggaran perjanjian.
Konsisten dengan teori ini, Franz, HassabElnaby, dan Lobo (2014) dan Kim, Lisic,
Myers, dan Pevzner (2011) memberikan bukti empiris bahwa perusahaan yang berpotensi
melakukan pelanggaran perjanjian utang atau secara default terlibat dalam manajemen laba
yang lebih besar, terutama REM dibandingkan perusahaan yang jauh dari pelanggaran.
Berbeda dengan penelitian-penelitian tersebut, penelitian ini menyelidiki sisi
sebaliknya dari hubungan, yang merupakan dampak dari kualitas laba perusahaan
peminjam pada kontrak utang.
1.3. Pokok Masalah
Penelitian ini membahas tentang apakah REM yang lebih besar dikaitkan dengan
spread bunga yang lebih tinggi, jatuh tempo yang lebih pendek, kemungkinan lebih tinggi
untuk memaksakan persyaratan agunan, dan pembatasan keuangan yang lebih intensif.
1.4. Keunggulan dan Kontribusi
Penelitian ini menunjukkan bahwa perusahaan perlu mempertimbangkan trade-off
antara memenuhi insentif untuk melakukan REM dan menanggung kenaikan biaya
pinjaman. Mengingat pentingnya pembiayaan pinjaman bagi banyak perusahaan yang
mengeluarkan harga yang kurang menguntungkan dan persyaratan pinjaman non-price
harus dianggap sebagai biaya non-trivial bagi perusahaan.
Penelitian ini memberikan kontribusi mengenai REM dengan memberikan wawasan
tentang biay-biaya yang terlibat dalam REM dari perspektif kontrak pinjaman. Dengan
adanya insentif yang kuat untuk melakukan REM (misalnya, untuk mempengaruhi harga
saham, untuk memenuhi tolok ukur pendapatan tertentu, dan untuk memenuhi persyaratan
kontrak atau target terkait dengan laba yang dilaporkan), dan karena fakta bahwa REM
cenderung lebih diperhatikan daripada metode manipulasi laba lain maka REM sering
diadopsi oleh perusahaan.
2. KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS
2.1. Accounting quality and debt contracting (Kualitas Akuntansi dan Kontrak Utang)
Pada penelitian-penelitian sebelumnya bahwa kreditur memperhitungkan kualitas
akuntansi saat menetapkan persyaratan kontrak. Sebagai contoh, penelitian yang dilakukan
oleh Yang & Zhang (2016) menunjukkan bahwa pemberi pinjaman memberlakukan
persyaratan kontrak yang lebih ketat pada peminjam dengan AEM yang lebih besar untuk
melindungi diri sendiri dari risiko informasi tambahan.
Beberapa studi (Li, 2015; Zhang, 2008) menunjukkan bahwa pemberi pinjaman lebih
peduli tentang risiko downside peminjam daripada potensi terbalik. Oleh karena itu,
kreditur lebih suka pelaporan keuangan konservatif, yang membuat manajer mengakui
berita baru pada waktu yang tepat, dan memfasilitasi pemindahan hak kontrol tepat waktu
melalui pelanggaran perjanjian ketika kinerja peminjam memburuk. Beberapa dokumen
penelitian lain bahwa kontrak utang juga dipengaruhi oleh prediktabilitas pendapatan
peminjam (Hasan et al., 2012), komparabilitas laporan keuangan (Fang et al., 2016), dan
kemampuan angka akuntansi peminjam untuk menangkap penurunan kualitas kredit yang
terjad tepat waktu (Ball et al., 2008).
2.2. The prevalence of REM (Prevalensi REM)
Menurut penelitian yang dilakukan Roychowdhury (2006) menemukan bukti empiris
perusahaan terlibat dalam manipulasi penjualan, kelebihan produksi, dan pengurangan
pengeluaran diskresioner yang agresif untuk menghindari kerugian. Cohen et al. (2008)
dan Bartov dan Cohen (2009) menemukan bahwa perusahaan bergeser dari AEM dan
beralih ke REM setelah berlakunya UU Sarbanes-Oxley.
Dechow dan Sloan (1991) menemukan pengurangan yang signifikan dalam
pengeluaran R&D ketika CEO akan pensiun dan memiliki insentif untuk meningkatkan
pendapatan jangka pendek.
Baber, Fairfield, dan Haggard (1991) dan Bushee (1998) juga memberikan bukti
yang konsisten dengan perusahaan yang mengurangi investasi dalam R&D untuk
memenuhi tolok ukur pendapatan tertentu. Bartov (1993) menunjukkan bahwa perusahaan
berusaha untuk menghindari pertumbuhan pendapatan negatif dan pelanggaran perjanjian
utang dengan menjual aset tetap.
2.3. Konsekuensi REM
Menurut penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menyatakan bahwa
REM adalah aktivitas oportunistik yang meningkatkan risiko informasi perusahaan dan
risiko defaultnya.
Konsekwensi merugikan dari REM termasuk mengaburkan kinerja perusahaan yang
sebenarnya dan meningkatkan asimetri informasi antara pemberi pinjaman dan manajer.
REM juga mengorbankan arus kas masa depan perusahaan dengan imbalan laba yang
dilaporkan saat ini. Produksi berlebihan mengakibatkan penyimpanan persediaan dan biaya
pemeliharaan yang lebih besar dan, jika persediaan menjadi usang, perusahaan harus
membayar biaya pembuangan. Mengurangi investasi dalam pengeluaran diskresioner dapat
menghemat arus kas keluar saat ini, tetapi mungkin dengan mengorbankan arus kas masuk
di masa depan. Pemberi pinjaman mengandalkan arus kas masa depan perusahaan untuk
mengumpulkan pembayaran bunga dan pokoknya. Oleh karena itu, efek merugikan REM
pada arus kas masa depan perusahaan harus menjadi perhatian khusus bagi pemberi
pinjaman atau kreditur.
2.4. Hipotesis
Perusahaan memiliki motiviasi yang kuat untuk terlibat dalam REM. REM
meningkatkan risiko informasi perusahaan dan risiko standarnya. Namun, REM sangat
sulit dideteksi oleh pihak luar. Meskipun ada alasan untuk percaya bahwa kreditur
memiliki beberapa informasi pribadi namun tidak ada bukti apriori yang menunjukkan
apakah informasi pribadi yang dimiliki cukup untuk mendeteksi REM dengan benar.
Oleh karena itu, hubungan antara kegiatan REM peminjam dan ketentuan kontrak
pinjaman pada akhirnya merupakan pertanyaan empiris. Berdasarkan argumen di atas,
penelitian ini menetapkan hipotesis yang dapat diuji berikut:
H1a : Kreditur dapat mendeteksi kegiatan REM peminjam dan memberlakukan
persyaratan kontrak yang lebih ketat yaitu, spread bunga yang lebih tinggi, jatuh tempo
yang lebih pendek, kemungkinan lebih tinggi membutuhkan jaminan, dan perjanjian yang
lebih ketat.
H1b : Kreditur tidak dapat mendeteksi kegiatan REM peminjam dan tidak
memberlakukan persyaratan kontrak yang lebih ketat yaitu, spread bunga yang lebih tinggi,
jatuh tempo yang lebih pendek, kemungkinan lebih tinggi membutuhkan jaminan, dan
perjanjian yang lebih ketat.

3. METODE RISET
3.1 Desain Penelitian

Manajemen Laba
3.2. Lokasi,Loan Contract
Populasi danTerm
Sampel Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan perusahaan Amerika Serikat yang terdaftar
dalam Thomson Reuters LPC DealScan Database dengan tanggal penerbitan antara Januari
1996 sampai dengan Desember 2017.
Sampel akhir terdiri dari 22.918 pinjaman yang diterbitkan untuk 3723 perusahaan.
3.3. Identifikasi Variabel
1) Variabel Terikat
Manajemen Laba (earnings management).
2) Variabel Bebas
Loan Contract Term berupa Avg IntSpread, Collateral, Cov_Ind_BR, Cov_Ind_FFS,
Fin Cov, Indy Fin Cov, Indy Maturity, InstLoan, IntSpread, LeadRep, Lender No, Loan
Concn, Loan Purpose, Loan Size, Maturity, PPP, Pre-Relation, PViol_DO, Revolver, Term
Spread.
3.4. Sumber dan Teknik Analisis Data
Sumber data penelitian ini adalah data sekunder, yaitu Informasi keuangan
perusahaan peminjam diperoleh dari Compustat. Penelitian ini menggunakan teknik
analisis berupa Three Stage Least Square (3SLS) analysis.

4. PEMBAHASAN
4.1. Pengaruh REM terhadap Ketentuan Pinjaman
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif signifikan pada
Ab.CFO.neg, b.Disc.Exp.neg. Koefisien pada Ab.Prod.Cost juga positif dan signifikan.
Karena nilai-nilai yang lebih tinggi dari ketiga langkah-langkah REM ini semuanya
menyiratkan REM yang lebih besar menunjukkan bahwa perusahaan mengeluarkan biaya
bunga yang lebih tinggi ketika terlibat dalam REM yang lebih besar. Hasil ini konsisten
dengan pemberi pinjaman mendeteksi dan menghukum kegiatan REM peminjam.
Penelitian ini juga menemukan hubungan positif yang signifikan antara REM dan log
(IntSpread). Secara kolektif, temuan untuk ukuran REM individu dan gabungan
menunjukkan bahwa perusahaan yang terlibat dalam REM lebih besar harus membayar
suku bunga yang lebih tinggi, konsisten dengan prediksi dalam hipotesis H1a.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa perusahaan kecil dengan leverage yang lebih
tinggi dan volatilitas ROA dan rasio pasar terhadap buku yang lebih rendah, rasio
tangibilitas, dan ROA tunduk pada spread bunga yang lebih tinggi. Namun, koefisien pada
rasio cakupan bunga, rasio saat ini, dan skor-Z entah berbeda secara signifikan dari nol
atau tidak konsisten dengan prediksi penelitian. Sehubungan dengan variabel kontrol
khusus pinjaman, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa log (IntSpread) secara signifikan
terkait negatif dengan log (Ukuran Pinjaman). Pinjaman kelembagaan dikenakan biaya
yang lebih tinggi sementara pinjaman bergulir lebih murah.
Kehadiran PPP mengurangi spread bunga. Pimpinan pengatur dengan hubungan
peminjaman sebelumnya dengan peminjam menawarkan suku bunga yang lebih rendah.
Namun, penelitian ini tidak mendokumentasikan dampak signifikan dari jumlah pemberi
pinjaman pada tingkat bunga. Intensitas perjanjian keuangan, jatuh tempo, dan keberadaan
agunan semuanya secara positif terkait dengan spread bunga. Koefisien positif pada log (1
þ Fin Cov) tidak konsisten dengan prediksi penelitian.
Pada variabel Maturity (jatuh tempo) menunjukkan bahwa Koefisien pada
Ab.CFO.neg negatif tetapi tidak mencapai signifikansi pada tingkat konvensional,
koefisien pada Ab.Disc.Exp.neg negatif dan signifikan pada level 1% dan ada hubungan
negatif yang signifikan antara Ab.Prod.Cost dan jatuh tempo.
Hasil untuk ukuran gabungan REM juga menunjukkan bahwa REM secara signifikan
berhubungan negatif dengan jatuh tempo. Temuan-temuan ini umumnya konsisten dengan
peminjam yang terlibat dalam REM yang lebih besar dengan jatuh tempo pinjaman yang
lebih pendek, memberikan dukungan untuk hipotesis H1a.
Berkenaan dengan variabel kontrol, penelitian ini menunjukkan bahwa peminjam
dengan rasio lancar yang lebih tinggi, ROA yang lebih tinggi, dan volatilitas ROA yang
lebih rendah menikmati jatuh tempo pinjaman yang lebih lama. Selain itu, pinjaman
dengan jumlah yang lebih besar, dari jenis pinjaman bukan jenis pinjaman bergulir,
menampilkan keberadaan PPP, dengan lebih banyak pemberi pinjaman dalam sindikat, dan
memiliki persyaratan jaminan memiliki jangka waktu yang lebih panjang. Hasil pada
variabel kontrol lainnya tidak signifikan atau tidak konsisten dengan prediksi penelitian.
Pada variabel Collateral (Jaminan), hasil penelitian menunjukkan bahwa Koefisien
pada Ab.CFO.neg positif dan signifikan pada level 1%, selanjutnya koefisien pada
Ab.Disc.Exp.neg juga positif tetapi tidak mencapai signifikansi pada tingkat konvensional.
Penelitian ini menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara Ab.Prod.Cost
dan Agunan. Dengan menggunakan ukuran gabungan REM penelitian ini menemukan
hubungan positif yang signifikan antara REM dan Agunan, menyiratkan bahwa REM
meningkatkan kemungkinan persyaratan agunan yang dimasukkan ke dalam kontrak
pinjaman. Temuan dalam Panel C umumnya konsisten dengan prediksi dalam hipotesis
H1a.
Hasil pada variabel kontrol spesifik perusahaan menunjukkan bahwa AEM, leverage,
dan volatilitas ROA secara positif terkait dengan kemungkinan memaksakan persyaratan
agunan, dan ukuran perusahaan, rasio market-to-book, dan ROA secara signifikan terkait
negatif dengan hal ini. kemungkinan.
Dalam hal variabel kontrol spesifik-pinjaman, pinjaman yang lebih kecil, pinjaman
institusional, pinjaman bergulir, dan pinjaman dengan perjanjian keuangan yang lebih
intensif dan jatuh tempo yang lebih lama lebih cenderung memiliki persyaratan jaminan.
Koefisien pada variabel kontrol lainnya tidak signifikan.
4.2. Pengaruh REM pada Ketentuan Jaminan (Bond Terms)
Dari hasil peneltiian menunjukkan bahwa ada koefisien positif signifikan pada
Ab.CFO.neg, Ab.Prod.Cost, dan REM, menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan REM
mengeluarkan biaya yang lebih tinggi untuk obligasi korporasi baru. Namun penelitian ini
tidak menemukan dampak signifikan dari REM pada jatuh tempo atau persyaratan agunan.
Selanjutnya hasil penelitian menunjukkan hubungan positif yang signifikan antara
semua variabel REM dan jumlah total perjanjian. Singkatnya, hasil penelitian menyiratkan
bahwa kontrak obligasi mengatasi risiko tambahan yang disebabkan oleh REM melalui
spread hasil yang lebih tinggi dan perjanjian yang lebih ketat, tetapi baik jangka waktu
jatuh tempo maupun persyaratan jaminan tidak terpengaruh.
Membandingkan ini dengan hasil tes jangka waktu pinjaman menunjukkan dampak
signifikan dari REM dari harga dan semua persyaratan pinjaman non-price respon yang
berbeda dari pemegang obligasi terhadap REM sehingga dapat dikatakan bahwa kontrak
pinjaman membahas kualitas pendapatan peminjam dengan cara yang lebih fleksibel dan
khusus daripada kontrak obligasi, karena perbedaan kelembagaan antara pinjaman dan
pasar obligasi.
5. SIMPULAN
Penelitian ini mengenai pentingnya pilihan ukuran kinerja dalam kontrak bonus CEO
dalam membatasi manajemen laba baik melalui manajemen akrual dan aktivitas riil.
Ukuran kinerja diklasifikasikan sebagai ukuran finansial dan nonfinansial dengan
penekanan khusus pada tingkat bobot yang diberikan kepada FPM dan NFPM yang
digunakan bersama untuk menilai kinerja eksekutif. Peneliti mengkasifikasikan ukuran
kinerja menggunakan analisis komponen utama menjadi dua faktor yang ditafsirkan
sebagai faktor jangka panjang dan jangka pendek. Penelitian ini menekankan pentingnya
memasukkan ukuran kinerja yang beragam untuk menilai kinerja eksekutif dan
menunjukkan bahwa penggunaan campuran FPM dan NFPM serta tindakan jangka
panjang dan jangka pendek lebih efektif dan menguntungkan semua pemangku
kepentingan.
6. Point To Be Improve
Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengkaji lebih jauh tentang pengaruh nyata dari
REM terhadap kemampuan perusahaan membayar hutang. Penelitian selanjutnya juga
disarankan untuk memberikan pengertian-pengertian dari tiap variabel dan juga hubungan
antara variabel secara lebih detail.

Anda mungkin juga menyukai