Anda di halaman 1dari 5

Birgita Carla Octavianus

A31114029

Metodologi Penelitian (Kelas A)

CHAPTER 11

MEASUREMENT OF VARIABLES: OPERATIONAL DEFINITION

Pengukuran adalah penetapan angka-angka atau simbol lainnya untuk karakteristik (atau
ciri) objek menurut seperangkat peraturan yang ditetapkan sebelumnya. Objek meliputi
orang, unit bisnis strategi, perusahaan, negara, sepeda, gajah, peralatan dapur, restoran,
yogurt, dan lain sebagainya. Sebuah pengukuran harus mewakili seluruh domain dari
item. Pengukuran terhadap ciri-ciri yang abstrak dan subjektif lebih sulit dilakukan.
Beberapa variabel memberi kemudahan pengukuran melalui penggunaan instrumen
pengukuran yang tepat. Terdapat setidaknya dua jenis variabel, yaitu: (1) variabel yang
bisa diukur secara objektif dan tepat, dan (2) variable yang lebih samar-samar dan tidak
dapat diukur secara akurat karena sifatnya yang subjektif.
Meskipun kurangnya perangkat pengukuran fisik untuk mengukur lebih banyak variabel
yang samar-samar, ada cara untuk penyelesaian tipe variabel tersebut. Salah satu teknik
adalah dengan mengurangi konsep abstrak menjadi perilaku dan/atau karakteristik yang
dapat diamati. Dengan kata lain, gagasan abstrak diterjemahkan ke dalam perilaku atau
karakteristik yang dapat diamati.
Operasionalisasi dilakukan dengan melihat pada dimensi perilaku, aspek, atau sifat yang
ditunjukkan oleh konsep. Hal tersebut kemudian diterjemahkan ke dalam elemen atau
unsur-unsur yang dapat diamati dan diukur sehingga menghasilkan suatu indeks
pengukuran konsep. Operasionalisasi konsep meliputi serangkaian tahap, yaitu: (1)
mendefinisikan gagasan yang ingin diukur, (2) memikirkan tentang isi dari ukuran, yaitu,
instrumen (satu atau beberapa hal atau pertanyaan) di mana ukuran sesungguhnya dari
konsep yang ingin untuk diukur harus dibangun, (3) memerlukan format jawaban (sebagai
contoh, tujuh poin skala penilaian dengan poin terakhir ditunjukkan oleh sangat tidak
setuju atau sangat setuju), dan kemudian (4) menilai validitas dan realibilitas dari
skala pengukuran. Reduksi dari konsep abstrak untuk membuatnya bisa diukur dalam cara
tertentu disebut mengoperasionalkan konsep atau operasionalisasi konsep.
Dimensi dalam operasionalisasi bisa dikatakan sebagai karakteristik khusus suatu konsep.
Sebagai contoh, berikut ini merupakan dimensi yang dapat digunakan untuk
mendefinisikan secara operasional mengenai achievement motivation yang merupakan
konsep yang menarik bagi pendidik, manajer, dan mahasiswa.
1. Mereka akan digerakkan oleh pekerjaan, yaitu bekerja hampir sepanjang waktu untuk
memperoleh kepuasan mencapai dan menyelesaikan.
2. Fokus, dimana banyak dari mereka umumnya tidak memiliki hasrat untuk bersantai
dan mengarahkan perhatiannya pada aktivitas yang tidak berhubungan dengan
pekerjaan.
3. Karena mereka selalu ingin mencapai dan menyelesaikan, mereka akan lebih memilih
untuk bekerja sendiri dibanding dengan orang lain.
4. Dengan pikiran dan hati yang tertuju pada prestasi dan pencapaian, mereka akan lebih
menyukai pekerjaan yang bersifat menantang daripada yang mudah. Tetapi, mereka
tidak mau mengambil pekerjaan yang terlalu menantang karena harapan,
kemungkinan prestasi, dan pencapaian dalam pekerjaan semacam itu tergolong
rendah.
5. Mereka selalu ingin mengetahui bagaimana kemajuan mereka dalam pekerjaan.
Dalam hal ini, mereka suka menerima umpan balik yang langsung dan halus dari
atasan, kolega, dan pada waktu tertentu bahkan dari bawahan untuk mengetahui
bagaimana kemajuan mereka.
Dimensi-dimensi di atas harus dioperasionalkan menjadi elemen perilaku yang bisa
diukur. Berikut ini merupakan elemen atau umsur dari setiap dimensi yang telah
disebutkan di atas.
- Unsur dimensi 1, yaitu (1) bekerja sepanjang waktu, (2) enggan untuk tidak masuk
kerja, (3) tekun, meskipun dalam menghadapi sejumlah kemunduran.
- Unsur dimensi 2, yaitu (1) memikirkan pekerjaan meskipun ketika di rumah atau tidak
di tempat kerja, dan (2) tidak memiliki hobi.
- Unsur dimensi 3, yaitu (1) tidak memiliki kesabaran dengan orang-orang yang tidak
efektif, dan (2) enggan untuk bekerja dengan orang lain.
- Unsur dimensi 4, yaitu (1) menyukai tantangan daripada pekerjaan rutin, dan (2)
menyukai pekerjaan yang cukup menantang (menengah), tetapi tidak terlalu
menantang karena kemungkinan prestasi rendah.
- Unsur dimensi 5, yaitu (1) mencari umpan balik dari pekerjaan yang telah
diselesaikan, dan (2) tidak sabar untuk umpan balik.
CHAPTER 12

MEASUREMENT: SCALING, RELIABILITY AND VALIDITY

Skala adalah suatu instrumen (alat) atau mekanisme untuk membedakan individu dalam
hal terkait variabel yang diteliti. Terdapat empat tipe skala dasar, yaitu:
1. Skala nominal (nominal scale), adalah skala yang memungkinkan peneliti untuk
menetapkan subyek pada kategori atau kelompok tertentu.
2. Skala ordinal (ordinal scale), tidak hanya mengkategorikan variabel-variabel untuk
menunjukkan perbedaan di antara berbagai kategori, tetapi juga mengurutkannya ke
dalam beberapa cara. Dengan banyaknya variabel untuk berbagai kategori yang
digunakan berdasarkan beberapa pilihan, maka digunakanlah skala ordinal. Dengan
demikian, skala ordinal memberikan informasi lebih dari skala nominal.
3. Skala interval (interval scale), merupakan skala yang tidak hanya mengelompokkan
individu menurut kategori tertentu dan menentukan urutan kelompok, namun juga
mengukur besaran (magnitude) perbedaan preferensi antarvariabel. Dengan demikian
skala interval lebih kuat dibanding skala nominal dan ordinal dan bisa diukur tendensi
sentralnya (central tendency) dengan rata-rata aritmatik.
4. Skala rasio (ratio scale), mengatasi kekurangan titik permulaan yang berubah-ubah
pada skala interval, yaitu skala rasio memiliki titik nol absolut yang merupakan titik
pengukuran yang berarti. Jadi, skala rasio tidak hanya mengukur besaran perbedaan
antartitik pada skala, namun juga menunjukkan proporsi dalam perbedaan. Skala ini
merupakanskala yang tertinggi di antara keempat skala karena memiliki titik awal nol
yang unik (bukan titik awal yang berubah-ubah) dan mencakup semua sifat dari ketiga
skala lainnya.
Skala penilaian (rating scale) berikut ini sering dipakai dalam penelitian bisnis:
1. Skala Dikotomi (dichotomous scale), digunakan untuk memperoleh jawaban Ya atau
Tidak. Skala nominal (nominal scale) digunakan untuk mengungkapkan respon.
2. Skala Kategori (category scale), menggunakan banyak item untuk mendapatkan
respon tunggal. Skala ini menggunakan skala nominal.
3. Skala Diferensial Semantik (semantic differential scale), digunakan untuk menilai
sikap responden terhadap merek, iklan, objek, atau individu tertentu. Skala diferensial
semantik menggunakan skala ordinal.
4. Skala Numerikal (numerical scale), mirip dengan skala diferensial semantik, dengan
perbedaan dalam hal nomor pada skala 5 titik atau 7 titik disediakan, dengan kata sifat
berkutub dua pada ujung keduanya. Ini juga merupakan skala interval, meskipun
secara resmi menggunakan skala ordinal.
5. Skala Penilaian Terperinci (itemized rating scale), pada skala ini, skala 5 titik atau 7
titik dengan titik panduan, sesuai keperluan, disediakan untuk tiap item dan responden
menyatakan nomor yang tepat di sebelah masing-masing item atau melingkari nomor
yang relevan untuk tiap item. Tanggapan untuk item kemudian dijumlahkan. Hal ini
menggunakan skala interval. Ketika titik netral disediakan, itu adalah skala penilaian
yang seimbang, dan jika tidak, itu adalah skala penilaian yang tidak seimbang.
6. Skala Likert (likert scale), didesain untuk menelaah seberapa kuat subjek setuju atau
tidak setuju dengan pernyataan pada skala 5 titik dengan susunan: (1) Sangat Tidak
Setuju, (2) Tidak Setuju, (3) Tidak Berpendapat, (4) Setuju, dan (5) Sangat Setuju.
7. Skala Jumlah Konstan atau Tetap (fixed or constant sum rating scale), responden
diminta untuk mendistribusikan sejumlah poin yang diberikan ke berbagai item. Skala
jumlah konstan atau tetap (fixed or constant sum scale) lebih bersifat skala ordinal.
8. Skala Stapel (staple scale), secara simultan mengukur arah dan intensitas sikap
terhadap item yang diteliti. Skala ini memberikan ide mengenai seberapa dekat atau
jauh respons individu terhadap stimulus. Karena skala ini tidak memiliki titik nol
absolut, skala ini adalah skala interval.
9. Skala Penilaian Grafik (graphic rating scale), di mana gambaran grafis membantu
responden untuk menunjukkan pada skala penilaian grafik jawaban mereka untuk
pertanyaan tertentu dengan menempatkan tanda pada titik yang tepat pada garis. Ini
merupakan skala ordinal.
10. Skala Konsensus, dimana panel juri memilih item tertentu, mengukur konsep yang
menurut mereka relevan. Item dipilih terutama berdasarkan ketepatan atau
relevansinya dengan konsep. Skala konsensus tersebut dikembangkan setelah item
yang dipilih telah diperiksa dan diuji validitas dan reliabilitasnya.
Skala peringkat (ranking scales) digunakan untuk mengungkap preferensi antara dua atau
lebih objek atau item yang bersifat skala ordinal. Metode alternatif yang termasuk skala
peringkat, antara lain:
- Skala perbandingan berpasangan (paired comparison), digunakan ketika di antara
sejumlah kecil objek, responden diminta untuk memilih antara dua objek pada satu
waktu. Hal ini membantu untuk menilai preferensi.
- Pilihan yang diharuskan (forced choice), memungkinkan responden untuk
memeringkat objek secara relatif terhadap satu sama lain, di antara altenatif yang
disediakan. Ini lebih mudah untuk responden, terutama jika jumlah pilihan untuk
peringkat dibatasi jumlahnya.
- Skala komparatif atau skala perbandingan (comparative scale), menyediakan patokan
atau titik acuan untuk menilai sikap terhadap objek, peristiwa, atau situasi saat ini
yang diteliti.
Sebagai bagian dari kepekaan terhadap definisi operasional konsep dalam kebudayaan
lain, persoalan penyusunan skala juga perlu mendapat perhatian dalam penelitian lintas
budaya. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa orang-orang dari berbagai negara
memiliki kecenderungan untuk menggunakan peringkat skala yang ekstrim dan untuk
merespon dengan cara yang diinginkan secara sosial.
Untuk memastikan bahwa ukuran yang dibuat adalah baik dan logis, sehingga dapat
meningkatkan kualitas ilmiah penelitian, hal pertama yang dilakukan adalah sebagai
berikut.
- Item analysis, dilakukan untuk melihat apakah item dalam instrumen memang sudah
seharusnya berada dalam instrumen atau tidak. Tiap item diuji kemampuannya untuk
membedakan antara subjek yang total skornya tinggi, dan yang rendah.
- Validity, dilakukan untuk melihat apakah peneliti mengukur konsep yang tepat, dan
kehandalan dengan stabilitas dan konsistensi pengukuran. Beberapa jenis uji validitas
digunakan untuk menguji kebaikan tindakan dan penulis menggunakan istilah yang
berbeda untuk setiap jenisnya, yakni (1) validitas isi, (2) validitas terkait kriteria, dan
(3) validitas konsep.
- Reliability (keandalan), dilakukan untuk melihat stabilitas dan konsistensi di mana
instrumen mengukur konsep dan membantu menilai ketepatan suatu pengukuran.
Pengujian stabilitas dibedakan menjadi dua, yaitu (1) keandalan tes ulang dan (2)
keandalan bentuk paralel. Sedangkan, konsistensi dapat diuji melalui (1) keandalan
antar-item dan (2) split-half reliability (uji keandalan yang mencerminkan korelasi
antara dua bagian instrumen).
Item yang mengukur konsep tidak harus selalu bersatu: ini hanya berlaku untuk reflektif,
tetapi tidak untuk formatif. Dalam skala reflektif, semua item diharapkan berkorelasi.
Sedangkan, skala formatif merupakan skala yang berisi item yang tidak selalu
berhubungan. Skala formatif digunakan ketika suatu konsep dipandang sebagai sebuah
kombinasi penjelas dari indikator-indikatornya.

Anda mungkin juga menyukai