oleh
Seperti yang telah diketahui bersama bahwa Indonesia merupakan salah satu
negara agraris, di mana sebagai besar penduduknya memiliki mata pencaharian di
bidang pertanian sebagai petani (liputan6.com). Akan tetapi, meskipun dikenal
sebagai negara agraris, Indonesia saat ini masih harus mengimpor beras dari
negara lainnya. Mungkin terkadang muncul dalam benak kita pertanyaan-pertanyaan
seperti ini, Apa sebenarnya yang terjadi dengan negara kita?, Mengapa kita harus
mengimpor beras, sedangkan di negara kita sendiri sebagian besar penduduknya
bekerja sebagai petani?, Adakah yang salah dengan kebijakan-kebijakan yang
dikeluarkan pemerintah?. Masih banyak pertanyaan yang mungkin meresahkan
kita. Bagi saya, tidak mudah menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Kita harus
memahami pembangunan pertanian yang ada di negara kita yang tercinta ini. Oleh
sebab itu, berdasarkan data yang telah diperoleh, saya mencoba untuk memahami
bagaimana pembangunan pertanian di Indonesia.
Berdasarkan data yang diperoleh dari website Badan Pusat Statistik, pertanian
didefinisikan sebagai kegiatan usaha yang meliputi budidaya tanaman pangan,
hortikultura, perkebunan, perikanan, kehutanan, dan peternakan. Dalam paper atau
tulisan ini, saya khusus akan membahas mengenai pembangunan pertanian untuk
tahun 2011 sampai dengan 2015 berdasarkan pada indeks produksi, di mana data
yang saya dapatkan bersumber dari website Badan Pusat Statistik.
Dalam menghitung angka yang sesuai dengan keadaan pada sektor pertanian,
digunakan formula indeks Paasche atau rata-rata harmonis tertimbang dengan
penimbang produksi dan harga tahun berjalan. Adapun rumusan yang digunakan
dalam indeks Paasche ialah jumlah perkalian dari indeks produksi tahun tertentu dan
produksi komoditi i pada tahun tertentu, lalu dibagi dengan jumlah perkalian dari
harga komoditi i pada tahun tertentu dan produksi komoditi i pada tahun dasar.
Dengan kata lain, indeks Paasche dapat ditulis dengan rumus matematis sebagai
berikut.
(pit x qit)
Pt = x 100
(pit x qi0)
Keterangan:
Berdasarkan data yang diperoleh, sebelum tahun 2013, tahun dasar yang
digunakan sebagai pembanding adalah tahun 2000. Akan tetapi, pada tahun 2013,
dilakukan penggantian tahun dasar untuk perhitungan indeks produksi pertanian,
yakni tahun 2010. Penggantian tahun dasar ini dikarenakan pada tahun 2010,
kondisi perekonomian Indonesia sudah cukup stabil setelah krisis ekonomi yang
terjadi pada tahun 2008, sehingga lebih mudah dalam mengamati pembangunan
pertanian tanpa adanya pengaruh dari krisis ekonomi yang terjadi sebelumnya.
Di mulai dari tanaman pangan, berdasarkan data yang diperoleh dari Badan
Pusat Statistik, indeks produksi tanaman pangan selalu mengalami peningkatan
mulai dari dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015. Indeks produksi yang dicapai
pada tahun 2015 adalah sebesar 106,72 atau dapat dikatakan meningkat sebesar
2,30 dibandingkan dengan tahun sebelumnya (2014). Meskipun tanaman pangan
mengalami peningkatan jika dilihat dari indeks produksi, namun pada tahun 2015
tersebut, ada komoditas yang meningkat pesat dan ada pula komoditas yang
mengalami penurunan. Kacang hijau, padi sawah, jagung, dan kedelai merupakan
komoditas yang mengalami peningkatan, sedangkan ubi jalar, kacang tanah, padi
ladang, dan ubi kayu merupakan komoditas yang mengalami penurunan.
Sub sektor kelima yang termasuk dalam sektor pertanian adalah sub sektor
perikanan. Berdasarkan sumber yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik, untuk
komoditi pertanian, data dianalisis mulai dari tahun 2010 sampai dengan tahun
2014, di mana hal ini berbeda dari data komoditi lainnya yang dimulai dari tahun
2011 sampai dengan tahun 2015. Tidak jauh berbeda dari indeks produksi
peternakan, indeks produksi perikanan juga mengalami peningkatan setiap tahunnya
meskipun peningkatan tersebut tidak begitu signifikan di antara tahun 2013 sampai
dengan tahun 2014. Secara keseluruhan, indeks produksi untuk setiap komoditas
perikanan mengalami peningkatan, sehingga mengakibatkan meningkatnya indeks
produksi perikanan. Berdasarkan sumber yang diperoleh, peningkatan indeks
produksi komoditas tanaman air dan binatang berkulit keras yang cukup
mempengaruhi peningkatan indeks produksi perikanan.
Sub sektor yang terakhir dibahas adalah sub sektor kehutanan. Dengan
mengacu pada grafik yang disajikan Badan Pusat Statistik berkaitan dengan indeks
produksi kehutanan, dapat dilihat bahwa perubahan indeks produksi tidak menentu,
kadang meningkat dan kadang pula menurun. Untuk tahun 2011 ke tahun 2012,
indeks produksi kehutanan mengalami peningkatan. Kemudian, dari tahun 2012 ke
tahun 2013 dan selanjutnya dari tahun 2013 ke tahun 2014 mengalami penurunan.
Untuk penurunan dari tahun 2012 ke tahun 2013 terjadi penurunan yang cukup
signifikan. Selanjutnya, untuk tahun 2014 ke tahun 2015, indeks produksi kehutanan
mengalami peningkatan. Berdasarkan data yang diolah oleh Badan Pusat Statistik,
indeks produksi kehutanan dihitung dari indeksi produksi kayu bulat dan indeks
produksi kayu bakar yang berasal dari hutan alam dan hutan budidaya. Dari grafik
yang disajikan, dapat dilihat bahwa indeks produksi kehutanan tertinggi terjadi pada
tahun 2012.
Apabila dilihat secara keseluruhan, hampir semua sub sektor yang termasuk
sektor pertanian mengalami peningkatan indeks produksi, meskipun untuk sub
sektor tanaman hortikultura mengalami penurunan dari tahun 2014 ke tahun 2015
dan sub sektor kehutanan yang mengalami perubahan indeks yang tidak menentu,
kadang meningkat dan kadang pula menurun. Dari pembahasan di atas, kita dapat
melihat bahwa indeks produksi secara keseluruhan mengalami peningkatan setiap
tahunnya. Selain itu, kita juga dapat melihat sub sektor mana yang mempengaruhi
dan kurang mempengaruhi peningkatan indeks produksi pertanian. Menurut saya,
dapat pula ditarik kesimpulan bahwa peningkatan maupun penurunan indeks
produksi untuk setiap sub sektor pasti dipengaruhi oleh meningkatnya atau
menurunnya indeks produksi komoditas yang termasuk dalam sub sektor tersebut.
https://www.bps.go.id/website/pdf_publikasi/Indikator-Pertanian-2015-2016--.pdf
diakses pada tanggal 5 April 2017, Pukul 08.55 WITA
https://www.bps.go.id/website/pdf_publikasi/Indikator-Pertanian-2014-2015_rev.pdf
diakses pada tanggal 5 April 2017, Pukul 08.56 WITA
https://www.bps.go.id/website/pdf_publikasi/Pendapatan-Nasional-Indonesia-Tahun-
2011-2015--.pdf diakses pada tanggal 5 April 2017, Pukul 09.01 WITA
m.liputan6.com/bisnis/read/682355/video-masihkah-Indonesia-disebut-negara-
agraris diakses pada tanggal 5 April 2017, Pukul 18.31 WITA
nasional.kompas.com/read/2016/09/25/06000051/kebijakan.pemerintah.di.sektor.per
tanian.belum.berpihak.pada.petani diakses pada tanggal 5 April 2017, Pukul
19.57 WITA
batamnews.co.id/berita-8700-3-alasan-indonesia-masih-impor-beras-menurut-
wapres-jk.html diakses pada 5 April 2017, Pukul 20.05