OLEH :
KELOMPOK 6
1
dengan kerangka tersebut. Suatu audit yang dilaksanakan berdasarkan SA dan
ketentuan etika yang relevan memungkinkan auditor untuk merumuskan opini.
Laporan keuangan yang diaudit adalah milik entitas, yang disusun oleh
manajemen entitas dengan pengawasan dari pihak yang bertanggung jawab atas
tata kelola. SA tidak mengatur tanggung jawab manajemen atau pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola, serta tidak mengabaikan peraturan perundang-
undangan yang mengatur tanggung jawab mereka. Namun, suatu audit berdasarkan
SA dilaksanakan dengan premis bahwa manajemen dan, jika relevan, pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola, mengakui tanggung jawab tertentu yang
fundamental bagi pelaksanaan audit. Audit atas laporan keuangan tidak
melepaskan manajemen atau pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola dari
tanggung jawab mereka.
Sebagai basis untuk opini auditor, SA mengharuskan auditor untuk memeroleh
keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan secara keseluruhan bebas
dari kesalahan penyajian material, baik yang disebabkan oleh kecurangan maupun
kesalahan. Keyakinan memadai merupakan suatu tingkat keyakinan tinggi.
Keyakinan tersebut diperoleh ketika auditor telah memperoleh bukti audit yang
cukup dan tepat untuk menurunkan risiko (risiko bahwa auditor menyatakan suatu
opini yang tidak tepat ketika laporan keuangan mengandung kesalahan penyajian
material) ke level rendah yang dapat diterima. Namun keyakinan memadai bukan
merupakan suatu tingkat keyakinan absolut, karena terdapat keterbatasan inheren
dalam audit yang menghasilkan kebanyakan bukti audit, yang menjadi basis
auditor dalam menarik kesimpulan dan merumuskan opini, bersifat persuasif
daripada konklusif.
Konsep materialitas diterapkan oleh auditor dalam perencanaan dan
pelaksanaan audit, serta dalam pengevaluasian dampak kesalahan penyajian dalam
audit dan kesalahan penyajian yang tidak dikoreksi, jika ada, yang teridentifikasi
terhadap laporan keuangan. Pada umumnya, kesalahan penyajian, termasuk
penghilangan penyajian, dipandang material jika, baik secara individual maupun
agregat, dapat diekspektasikan secara wajar akan memengaruhi keputusan ekonomi
yang diambil oleh pengguna berdasarkan laporan keuangan tersebut. Pertimbangan
tentang materialitas dibuat dengan memperhatikan kondisi yang melingkupinya,
2
dan dipengaruhi oleh persepsi auditor atas kebutuhan informasi keuangan
pengguna laporan keuangan, serta oleh ukuran atau sifat suatu kesalahan penyajian,
atau kombinasi dari keduanya. Oleh karena opini auditor berhubungan dengan
laporan keuangan secara keseluruhan, auditor tidak bertanggung jawab untuk
mendeteksi kesalahan penyajian yang tidak material terhadap laporan keuangan
secara keseluruhan.
SA memuat tujuan, ketentuan, serta materi penerapan dan penjelasan lain yang
didesain untuk mendukung auditor dalam memeroleh keyakinan memadai. SA
mengharuskan auditor untuk menerapkan pertimbangan profesional dan
mempertahankan skeptisisme profesional selama perencanaan dan pelaksanaan
audit, dan antara lain mencakup:
a. Mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian material, baik
yang disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan, berdasarkan suatu
pemahaman atas entitas dan lingkungannya, termasuk pengendalian internal
entitas.
b. Memeroleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang apakah terdapat
kesalahan penyajian material, melalui desain dan implementasi respons
yang tepat terhadap risiko yang telah dinilai.
c. Merumuskan suatu opini atas laporan keuangan berdasarkan kesimpulan
yang ditarik dari bukti audit yang diperoleh.
Bentuk opini yang dinyatakan oleh auditor akan bergantung pada kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku serta peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Auditor juga dapat memiliki tanggung jawab komunikasi dan pelaporan
lain tertentu kepada pengguna laporan keuangan, manajemen, pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola, atau pihak-pihak di luar entitas, sehubungan
dengan hal-hal yang muncul dari audit. Tanggung jawab tersebut dapat ditetapkan
dalam SA atau peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3
3. Tujuan Keseluruhan Auditor
Dalam pelaksanaan suatu audit atas laporan keuangan, tujuan keseluruhan auditor
adalah:
a. Memeroleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan secara
keseluruhan bebas dari kesalahan penyajian material, baik yang disebabkan
oleh kecurangan maupun kesalahan, dan oleh karena itu memungkinkan
auditor untuk menyatakan suatu opini tentang apakah laporan keuangan
disusun, dalam semua hal yang material, sesuai dengan suatu kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku; dan
b. Melaporkan atas laporan keuangan dan mengomunikasikannya
sebagaimana yang diharuskan dalam SA, berdasarkan temuan auditor.
Dalam hal keyakinan memadai tidak dapat diperoleh dan suatu opini wajar dengan
pengecualian dalam laporan auditor tidak cukup dalam kondisi tersebut untuk
tujuan pelaporan kepada pengguna laporan keuangan yang dituju, SA
mengharuskan auditor untuk tidak menyatakan suatu opini atau menarik diri
(mengundurkan diri) dari perikatan, jika penarikan diri dimungkinkan oleh
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4
b. Kepatuhan terhadap ketentuan yang relevan
- Auditor harus mematuhi setiap ketentuan suatu SA dalam suatu audit,
kecuali: (a) Keseluruhan SA tidak relevan; atau (b) Ketentuan tersebut tidak
relevan karena ketentuan tersebut bersifat kondisional dan kondisi tersebut
tidak terjadi.
- Dalam kondisi pengecualian, auditor dapat memutuskan untuk
menyimpang dari ketentuan yang relevan dalam suatu SA. Dalam kondisi
tersebut, auditor harus melaksanakan prosedur audit alternatif untuk
mencapai tujuan ketentuan tersebut. Kebutuhan untuk menyimpang dari
suatu ketentuan relevan diekspektasikan hanya terjadi ketika ketentuan
tersebut hanya untuk suatu prosedur spesifik yang akan dilaksanakan dan,
dalam kondisi tertentu perikatan audit, prosedur tersebut tidak akan efektif
untuk mencapai tujuan ketentuan tersebut.
5
B. STANDAR AUDIT 210 (REVISI 2021)
PERSETUJUAN ATAS KETENTUAN PERIKATAN AUDIT
1. Ruang Lingkup
Standar Audit (SA) ini mengatur tentang tanggung jawab auditor dalam
menyepakati ketentuan perikatan audit dengan manajemen dan, jika relevan,
dengan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola entitas. SA ini juga
menetapkan bahwa terdapat prakondisi tertentu untuk suatu audit, tanggung jawab
manajemen dan, jika relevan, pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola
entitas. SA 220 (Revisi 2021) berkaitan dengan aspek penerimaan perikatan yang
berada dalam pengendalian auditor.
Tujuan auditor adalah untuk menerima atau melanjutkan perikatan audit hanya
ketika basis yang melandasi pelaksanaan audit telah disepakati, melalui:
a. Penetapan apakah terdapat prakondisi untuk suatu audit; dan
b. Penegasan bahwa terdapat pemahaman yang sama tentang ketentuan perikatan
audit antara auditor, manajemen dan, jika relevan, pihak yang bertanggung
jawab atas tata kelola entitas.
6
Dalam audit berulang, auditor harus menilai apakah terdapat kondisi yang
memerlukan suatu revisi terhadap ketentuan perikatan audit dan apakah perlu
mengingatkan entitas tentang ketentuan perikatan audit yang masih berlaku.
7
b. Deskripsi kerangka pelaporan keuangan yang berlaku dalam laporan keuangan
dapat diubah berdasarkan ketentuan tambahan tersebut.
Jika tidak terdapat satu pun tindakan di atas yang dapat dilakukan, auditor harus
mempertimbangkan apakah diperlukan modifikasi opini auditor berdasarkan SA
705.
Ketika auditor telah menentukan bahwa kerangka pelaporan keuangan yang
diatur oleh peraturan perundang-undangan tidak dapat diterima namun faktanya hal
tersebut telah ditentukan oleh peraturan perundang-undangan, auditor harus
menerima perikatan audit hanya jika terdapat kondisi berikut ini:
a. Manajemen setuju untuk memberikan pengungkapan tambahan dalam laporan
keuangan untuk menghindari laporan keuangan yang menyesatkan; dan
b. Adanya pencantuman dalam ketentuan perikatan audit bahwa:
- Laporan auditor atas laporan keuangan akan menambahkan paragraf
Penekanan Suatu Hal, untuk menarik perhatian pengguna laporan keuangan
terhadap pengungkapan tambahan, berdasarkan SA 706 (Revisi 2021); dan
- Kecuali jika auditor diharuskan oleh peraturan perundang-undangan untuk
menyatakan opininya atas laporan keuangan dengan menggunakan frasa
“menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material”, sesuai dengan
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku, opini auditor atas laporan
keuangan tidak perlu mencakup frasa tersebut.
Ketika tidak terdapat kondisI dimana auditor diharuskan oleh peraturan
perundang-undangan untuk melaksanakan perikatan audit, auditor harus:
a. Mengevaluasi dampak sifat laporan keuangan yang menyesatkan dalam
laporan auditor; dan
b. Mencakup pengacuan yang tepat terhadap hal-hal tersebut dalam ketentuan
perikatan audit.
Ketika peraturan perundang-undangan mengatur susunan dan penggunaan
kata-kata dalam laporan auditor yang berbeda dengan yang diharuskan dalam SA,
auditor harus mengevaluasi: Apakah pengguna laporan keuangan akan salah
memahami asurans yang diperoleh dari audit atas laporan keuangan tersebut dan,
jika demikian Apakah penjelasan tambahan dalam laporan auditor dapat
memitigasi kemungkinan kesalahpahaman tersebut. Jika auditor menyimpulkan
8
bahwa penjelasan tambahan dalam laporan auditor tidak dapat memitigasi
kemungkinan kesalahpahaman, auditor tidak boleh menerima perikatan audit
tersebut, kecuali jika diharuskan oleh peraturan perundang-undangan. Sebagai
konsekuensinya, auditor tidak boleh mencakup pengacuan apapun dalam laporan
auditor bahwa audit telah dilaksanakan berdasarkan SA.
9
DAFTAR PUSTAKA
Institut Akuntan Publik Indonesia. (2021). Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta
Selatan
10