Anda di halaman 1dari 11

AUDIT, ASURANS DAN ETIKA PROFESI

RINGKASAN MATERI KULIAH


(PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP STANDAR AUDIT 200 DAN 210)

OLEH :
KELOMPOK 6

NI PUTU ACHINTYA WIBAWA PUTRI 2207611011 (11)


NI LUH PUTU ARI DARMAYANTI 2207611012 (12)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI AKUNTAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2022
A. STANDAR AUDIT 200 (REVISI 2021)
TUJUAN KESELURUHAN AUDITOR INDEPENDEN DAN PELAKSANAAN
AUDIT BERDASARKAN STANDAR AUDIT
1. Ruang Lingkup
Standar Audit (SA) ini mengatur tentang tanggung jawab keseluruhan auditor
independen ketika melaksanakan audit atas laporan keuangan berdasarkan SA.
Secara spesifik, SA ini menetapkan tujuan keseluruhan auditor independen, serta
menjelaskan sifat dan ruang lingkup suatu audit yang didesain untuk
memungkinkan auditor independen mencapai tujuan tersebut. SA ini juga
menjelaskan ruang lingkup, wewenang, dan struktur SA, serta mengatur ketentuan
untuk menetapkan tanggung jawab umum auditor independen yang berlaku untuk
semua audit, termasuk kewajiban untuk mematuhi SA. Untuk selanjutnya auditor
independen disebut sebagai “auditor”.
SA ditulis dalam konteks audit atas laporan keuangan yang dilaksanakan oleh
auditor. Apabila dipandang perlu, SA dapat diadaptasi ketika diterapkan dalam
audit atas informasi keuangan historis lainnya. SA tidak mengatur tanggung jawab
auditor yang mungkin terdapat dalam peraturan perundang-undangan atau dalam
hubungannya dengan, sebagai contoh, penawaran efek kepada publik. Tanggung
jawab tersebut dapat berbeda dari tanggung jawab yang ditetapkan dalam SA. Oleh
karena itu, meskipun auditor dapat menemukan aspek dalam SA bermanfaat dalam
kondisi tersebut, auditor tetap bertanggung jawab untuk memastikan kepatuhan
terhadap seluruh kewajiban peraturan perundang-undangan atau profesi yang
relevan.

2. Suatu Audit atas Laporan Keuangan


Tujuan suatu audit adalah untuk meningkatkan tingkat keyakinan pengguna
laporan keuangan yang dituju. Hal ini dicapai melalui pernyataan suatu opini oleh
auditor tentang apakah laporan keuangan disusun, dalam semua hal yang material,
sesuai dengan suatu kerangka pelaporan keuangan yang berlaku. Dalam hal
kebanyakan kerangka bertujuan umum, opini tersebut adalah tentang apakah
laporan keuangan disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai

1
dengan kerangka tersebut. Suatu audit yang dilaksanakan berdasarkan SA dan
ketentuan etika yang relevan memungkinkan auditor untuk merumuskan opini.
Laporan keuangan yang diaudit adalah milik entitas, yang disusun oleh
manajemen entitas dengan pengawasan dari pihak yang bertanggung jawab atas
tata kelola. SA tidak mengatur tanggung jawab manajemen atau pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola, serta tidak mengabaikan peraturan perundang-
undangan yang mengatur tanggung jawab mereka. Namun, suatu audit berdasarkan
SA dilaksanakan dengan premis bahwa manajemen dan, jika relevan, pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola, mengakui tanggung jawab tertentu yang
fundamental bagi pelaksanaan audit. Audit atas laporan keuangan tidak
melepaskan manajemen atau pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola dari
tanggung jawab mereka.
Sebagai basis untuk opini auditor, SA mengharuskan auditor untuk memeroleh
keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan secara keseluruhan bebas
dari kesalahan penyajian material, baik yang disebabkan oleh kecurangan maupun
kesalahan. Keyakinan memadai merupakan suatu tingkat keyakinan tinggi.
Keyakinan tersebut diperoleh ketika auditor telah memperoleh bukti audit yang
cukup dan tepat untuk menurunkan risiko (risiko bahwa auditor menyatakan suatu
opini yang tidak tepat ketika laporan keuangan mengandung kesalahan penyajian
material) ke level rendah yang dapat diterima. Namun keyakinan memadai bukan
merupakan suatu tingkat keyakinan absolut, karena terdapat keterbatasan inheren
dalam audit yang menghasilkan kebanyakan bukti audit, yang menjadi basis
auditor dalam menarik kesimpulan dan merumuskan opini, bersifat persuasif
daripada konklusif.
Konsep materialitas diterapkan oleh auditor dalam perencanaan dan
pelaksanaan audit, serta dalam pengevaluasian dampak kesalahan penyajian dalam
audit dan kesalahan penyajian yang tidak dikoreksi, jika ada, yang teridentifikasi
terhadap laporan keuangan. Pada umumnya, kesalahan penyajian, termasuk
penghilangan penyajian, dipandang material jika, baik secara individual maupun
agregat, dapat diekspektasikan secara wajar akan memengaruhi keputusan ekonomi
yang diambil oleh pengguna berdasarkan laporan keuangan tersebut. Pertimbangan
tentang materialitas dibuat dengan memperhatikan kondisi yang melingkupinya,

2
dan dipengaruhi oleh persepsi auditor atas kebutuhan informasi keuangan
pengguna laporan keuangan, serta oleh ukuran atau sifat suatu kesalahan penyajian,
atau kombinasi dari keduanya. Oleh karena opini auditor berhubungan dengan
laporan keuangan secara keseluruhan, auditor tidak bertanggung jawab untuk
mendeteksi kesalahan penyajian yang tidak material terhadap laporan keuangan
secara keseluruhan.
SA memuat tujuan, ketentuan, serta materi penerapan dan penjelasan lain yang
didesain untuk mendukung auditor dalam memeroleh keyakinan memadai. SA
mengharuskan auditor untuk menerapkan pertimbangan profesional dan
mempertahankan skeptisisme profesional selama perencanaan dan pelaksanaan
audit, dan antara lain mencakup:
a. Mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian material, baik
yang disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan, berdasarkan suatu
pemahaman atas entitas dan lingkungannya, termasuk pengendalian internal
entitas.
b. Memeroleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang apakah terdapat
kesalahan penyajian material, melalui desain dan implementasi respons
yang tepat terhadap risiko yang telah dinilai.
c. Merumuskan suatu opini atas laporan keuangan berdasarkan kesimpulan
yang ditarik dari bukti audit yang diperoleh.
Bentuk opini yang dinyatakan oleh auditor akan bergantung pada kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku serta peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Auditor juga dapat memiliki tanggung jawab komunikasi dan pelaporan
lain tertentu kepada pengguna laporan keuangan, manajemen, pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola, atau pihak-pihak di luar entitas, sehubungan
dengan hal-hal yang muncul dari audit. Tanggung jawab tersebut dapat ditetapkan
dalam SA atau peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3
3. Tujuan Keseluruhan Auditor
Dalam pelaksanaan suatu audit atas laporan keuangan, tujuan keseluruhan auditor
adalah:
a. Memeroleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan secara
keseluruhan bebas dari kesalahan penyajian material, baik yang disebabkan
oleh kecurangan maupun kesalahan, dan oleh karena itu memungkinkan
auditor untuk menyatakan suatu opini tentang apakah laporan keuangan
disusun, dalam semua hal yang material, sesuai dengan suatu kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku; dan
b. Melaporkan atas laporan keuangan dan mengomunikasikannya
sebagaimana yang diharuskan dalam SA, berdasarkan temuan auditor.
Dalam hal keyakinan memadai tidak dapat diperoleh dan suatu opini wajar dengan
pengecualian dalam laporan auditor tidak cukup dalam kondisi tersebut untuk
tujuan pelaporan kepada pengguna laporan keuangan yang dituju, SA
mengharuskan auditor untuk tidak menyatakan suatu opini atau menarik diri
(mengundurkan diri) dari perikatan, jika penarikan diri dimungkinkan oleh
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

4. Pelaksanaan Audit Berdasarkan Standar Audit


a. Kepatuhan terhadap SA yang relevan dengan audit
- Auditor harus mematuhi seluruh SA yang relevan dengan audit. Suatu SA
relevan dengan audit ketika SA tersebut berlaku dan terdapat hal-hal yang
diatur dalam SA tersebut.
- Auditor harus memiliki suatu pemahaman tentang keseluruhan isi suatu SA,
termasuk materi penerapan dan penjelasan lain, untuk memahami tujuan
SA dan menerapkan ketentuan SA tersebut dengan tepat.
- Auditor tidak diperkenankan untuk menyatakan kepatuhannya terhadap SA
dalam laporan auditor kecuali auditor telah mematuhi ketentuan SA ini dan
seluruh SA lainnya yang relevan dengan audit.

4
b. Kepatuhan terhadap ketentuan yang relevan
- Auditor harus mematuhi setiap ketentuan suatu SA dalam suatu audit,
kecuali: (a) Keseluruhan SA tidak relevan; atau (b) Ketentuan tersebut tidak
relevan karena ketentuan tersebut bersifat kondisional dan kondisi tersebut
tidak terjadi.
- Dalam kondisi pengecualian, auditor dapat memutuskan untuk
menyimpang dari ketentuan yang relevan dalam suatu SA. Dalam kondisi
tersebut, auditor harus melaksanakan prosedur audit alternatif untuk
mencapai tujuan ketentuan tersebut. Kebutuhan untuk menyimpang dari
suatu ketentuan relevan diekspektasikan hanya terjadi ketika ketentuan
tersebut hanya untuk suatu prosedur spesifik yang akan dilaksanakan dan,
dalam kondisi tertentu perikatan audit, prosedur tersebut tidak akan efektif
untuk mencapai tujuan ketentuan tersebut.

c. Kegagalan untuk mencapai suatu tujuan


Ketika suatu tujuan dalam suatu SA yang relevan tidak dapat dicapai, auditor
harus mengevaluasi apakah hal ini menghalangi auditor untuk mencapai tujuan
keseluruhan auditor dan oleh karena itu, mengharuskan auditor, berdasarkan
SA, untuk memodifikasi opini auditor atau menarik diri dari perikatan (jika
penarikan diri dimungkinkan oleh peraturan perundang-undangan yang
berlaku). Kegagalan untuk mencapai suatu tujuan merupakan suatu hal
signifikan yang membutuhkan suatu dokumentasi berdasarkan SA 230.

5
B. STANDAR AUDIT 210 (REVISI 2021)
PERSETUJUAN ATAS KETENTUAN PERIKATAN AUDIT
1. Ruang Lingkup
Standar Audit (SA) ini mengatur tentang tanggung jawab auditor dalam
menyepakati ketentuan perikatan audit dengan manajemen dan, jika relevan,
dengan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola entitas. SA ini juga
menetapkan bahwa terdapat prakondisi tertentu untuk suatu audit, tanggung jawab
manajemen dan, jika relevan, pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola
entitas. SA 220 (Revisi 2021) berkaitan dengan aspek penerimaan perikatan yang
berada dalam pengendalian auditor.
Tujuan auditor adalah untuk menerima atau melanjutkan perikatan audit hanya
ketika basis yang melandasi pelaksanaan audit telah disepakati, melalui:
a. Penetapan apakah terdapat prakondisi untuk suatu audit; dan
b. Penegasan bahwa terdapat pemahaman yang sama tentang ketentuan perikatan
audit antara auditor, manajemen dan, jika relevan, pihak yang bertanggung
jawab atas tata kelola entitas.

2. Persetujuan atas Ketentuan Perikatan Audit


Auditor harus menyepakati ketentuan perikatan audit dengan manajemen atau
pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola entitas, jika relevan. Ketentuan
perikatan audit yang disepakati harus dicatat dalam surat perikatan audit atau
bentuk kesepakatan tertulis lain yang sesuai dan harus mencakup:
a. Tujuan dan ruang lingkup audit atas laporan keuangan;
b. Tanggung jawab auditor
c. Tanggung jawab manajemen;
d. Identifikasi kerangka pelaporan keuangan yang berlaku dalam penyusunan
laporan keuangan;
e. Pengacuan pada bentuk dan isi laporan yang akan diterbitkan oleh auditor; dan
f. Suatu pernyataan bahwa terdapat kondisi tertentu yang bentuk dan isi
laporannya mungkin berbeda dengan yang diharapkan.

6
Dalam audit berulang, auditor harus menilai apakah terdapat kondisi yang
memerlukan suatu revisi terhadap ketentuan perikatan audit dan apakah perlu
mengingatkan entitas tentang ketentuan perikatan audit yang masih berlaku.

3. Penerimaan Perubahan dalam Ketentuan Perikatan Audit


- Auditor tidak boleh menyepakati perubahan dalam ketentuan perikatan audit
jika tidak terdapat justifikasi yang memadai untuk melakukan perubahan
tersebut.
- Ketika, sebelum penyelesaian perikatan audit, auditor diminta untuk mengubah
perikatan audit tersebut menjadi suatu perikatan yang memberikan tingkat
asurans yang lebih rendah, auditor harus mempertimbangkan apakah terdapat
justifikasi yang memadai untuk melakukan perubahan tersebut.
- Ketika ketentuan perikatan audit diubah, auditor dan manajemen harus sepakat
atas ketentuan baru tersebut dan mencatatnya ke dalam suatu surat perikatan
baru atau bentuk kesepakatan tertulis lain yang sesuai.
- Ketika auditor tidak dapat menyepakati perubahan dalam ketentuan perikatan
audit dan manajemen tidak mengizinkan auditor untuk melanjutkan perikatan
audit semula, auditor harus: (a) Menarik diri dari perikatan audit (jika
dimungkinkan) berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku; dan
(b) Menentukan apakah terdapat kewajiban, baik kontraktual maupun dalam
bentuk lainnya, untuk melaporkan kondisi tersebut kepada pihak lain, seperti
pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola entitas, pemilik, atau regulator.

4. Pertimbangan Tambahan dalam Penerimaan Perikatan


Ketika standar pelaporan keuangan yang ditetapkan oleh suatu organisasi
penyusun standar yang berwenang atau diakui diberi ketentuan tambahan oleh
peraturan perundang-undangan, auditor harus mempertimbangkan apakah terdapat
benturan antara standar pelaporan keuangan dan ketentuan tambahan tersebut. Jika
muncul suatu benturan, auditor harus membahas dengan manajemen sifat
ketentuan tambahan tersebut dan harus menyepakati apakah:
a. Ketentuan tambahan tersebut dapat dipenuhi dengan menambahkan
pengungkapan dalam laporan keuangan; atau

7
b. Deskripsi kerangka pelaporan keuangan yang berlaku dalam laporan keuangan
dapat diubah berdasarkan ketentuan tambahan tersebut.
Jika tidak terdapat satu pun tindakan di atas yang dapat dilakukan, auditor harus
mempertimbangkan apakah diperlukan modifikasi opini auditor berdasarkan SA
705.
Ketika auditor telah menentukan bahwa kerangka pelaporan keuangan yang
diatur oleh peraturan perundang-undangan tidak dapat diterima namun faktanya hal
tersebut telah ditentukan oleh peraturan perundang-undangan, auditor harus
menerima perikatan audit hanya jika terdapat kondisi berikut ini:
a. Manajemen setuju untuk memberikan pengungkapan tambahan dalam laporan
keuangan untuk menghindari laporan keuangan yang menyesatkan; dan
b. Adanya pencantuman dalam ketentuan perikatan audit bahwa:
- Laporan auditor atas laporan keuangan akan menambahkan paragraf
Penekanan Suatu Hal, untuk menarik perhatian pengguna laporan keuangan
terhadap pengungkapan tambahan, berdasarkan SA 706 (Revisi 2021); dan
- Kecuali jika auditor diharuskan oleh peraturan perundang-undangan untuk
menyatakan opininya atas laporan keuangan dengan menggunakan frasa
“menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material”, sesuai dengan
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku, opini auditor atas laporan
keuangan tidak perlu mencakup frasa tersebut.
Ketika tidak terdapat kondisI dimana auditor diharuskan oleh peraturan
perundang-undangan untuk melaksanakan perikatan audit, auditor harus:
a. Mengevaluasi dampak sifat laporan keuangan yang menyesatkan dalam
laporan auditor; dan
b. Mencakup pengacuan yang tepat terhadap hal-hal tersebut dalam ketentuan
perikatan audit.
Ketika peraturan perundang-undangan mengatur susunan dan penggunaan
kata-kata dalam laporan auditor yang berbeda dengan yang diharuskan dalam SA,
auditor harus mengevaluasi: Apakah pengguna laporan keuangan akan salah
memahami asurans yang diperoleh dari audit atas laporan keuangan tersebut dan,
jika demikian Apakah penjelasan tambahan dalam laporan auditor dapat
memitigasi kemungkinan kesalahpahaman tersebut. Jika auditor menyimpulkan

8
bahwa penjelasan tambahan dalam laporan auditor tidak dapat memitigasi
kemungkinan kesalahpahaman, auditor tidak boleh menerima perikatan audit
tersebut, kecuali jika diharuskan oleh peraturan perundang-undangan. Sebagai
konsekuensinya, auditor tidak boleh mencakup pengacuan apapun dalam laporan
auditor bahwa audit telah dilaksanakan berdasarkan SA.

9
DAFTAR PUSTAKA

Institut Akuntan Publik Indonesia. (2021). Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta
Selatan

10

Anda mungkin juga menyukai