Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

AUDIT LAPORAN KEUANGAN


BERDASARKAN STANDAR PERIKATAN AUDIT (SPA)

OLEH:
1. RESI ARESTIANI (15114031)
2. INDRI WULANDARI (15114029)
3. CANDRA MANDALA S.P. (15114028)

UNIVERSITAS TRILOGI
2015-2016

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia-Nya Penulis dapat
meyelesaikan makalah sebagai salah satu tugas mata kuliah Auditing dengan pembahasan mengenai
Audit Laporan Keuangan.
Makalah ini membahas tentang materi Audit Laporan Keuangan yang terdiri dari Tujuan
Keseluruhan Auditor Independen dan Pelaksanaan Audit Berdasarkan Standar Audit, Persetujuan atas
Ketentuan Perikatan Audit, Pengendalian Mutu untuk Audit atas Laporan Keuangan, dan
Dokumentasi Audit yang diambil oleh Penulis dari Standar Perikatan Audit (SPA). Selain itu, tujuan
pembuatan makalah ini adalah untuk menambah ilmu serta pemahaman bagi penulis dan pembaca
terhadap Audit Laporan Keuangan.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Untuk itu, kritik
dan saran sangat penulis harapkan agar dalam penyusunan makalah berikutnya penulis dapat
membuat yang lebih baik.

Jakarta, 6 Oktober 2015

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .....................................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................................2
1.3 Tujuan ........................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................................3
2.1 Tujuan Keseluruhan Auditor Independen dan Pelaksanaan Audit
Berdasarkan Standar Auditing (SPA 200) .................................................................................3
2.2 Persetujuan atas Ketentuan Perikatan Audit (SPA 210) ............................................................7
2.3 Pengendalian Mutu atas Audit untuk Laporan Keuangan..........................................................9
2.4 Dokumentasi Audit ....................................................................................................................10
BAB III KESIMPULAN..................................................................................................................15
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................................16

ii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam perkembangan dunia bisnis, audit atas laporan keuangan sangat diperlukan terutama
untuk perusahaan yang berbadan hukum dan berbentuk perseroan terbatas yang bersifat terbuka.
Laporan keuangan dibuat oleh manajemen dan merupakan laporan kepada pemilik perusahaan
serta pemegang saham atas kegiatan operasional perusahaan selama satu periode akuntansi.
Manajemen bertanggung jawab penuh atas laporan keuangan yang dibuatnya. Laporan keuangan
tersebut perlu diaudit oleh pihak ketiga yang independen, dalam hal ini auditor eksternal, karena:
Pertama, adanya perbedaan kepentingan antara manajemen perusahaan dengan pihak luar
perusahaan menyebabkan perlunya pihak ketiga yang dapat dipercaya. Kedua, karena laporan
keuangan kemungkinan mengandung kesalahan, baik yang disengaja maupun yang tidak
disengaja sehingga audit dapat meminimalisir kesalahan tersebut. Ketiga, laporan keuangan yang
sudah diaudit dapat lebih meyakinkan pengguna laporan keuangan bahwa laporan keuangan
tersebut bebas dari salah saji yang material dan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum.
Di era globalisasi sekarang ini, dimana bisnis tidak lagi mengenal batas negara, perusahaan
membutuhkan laporan keuangan yang dapat dipercaya. Auditor eksternal yang independen
menjadi salah satu profesi yang dicari. Profesi auditor diharapkan oleh banyak orang untuk dapat
menambah kepercayaan pada pemeriksaan dan pendapat yang diberikan. Oleh karena itu,
profesionalisme menjadi tuntutan utama seseorang yang bekerja sebagai auditor eksternal. Dalam
proses audit atas laporan keuangan auditor harus berpedoman pada PSAK dan SPAP. PSAK yang
menjadi pedoman auditor adalah untuk mengatahui apakah laporan keuangan yang dibuat oleh
klien sudah sesuai dengan Standar Akuntansi yang belaku umum di Indonesia. Sedangkan SPAP
adalah pedoman bagi auditor dalam melakukan audit, prosedur apa saja yang harus dilakukan
dalam mengaudit suatu laporan keuangan. Dalam SPAP juga dijelaskan bagaimana auditor
melakukan perikatan dengan klien, mengidentifikasi kecurangan atau kesalahan dalam penyajian
laporan keuangan hingga risiko audit.
Dalam pekerjaan audit, seorang auditor tidak lepas proses-proses tersebut, seperti yang
dijelaskan dalam SPA 200 menjelaskan tentang Tujuan Keseluruhan Auditor Independen da
Pelaksanaan Audit Berdasarkan Standar Audit dan dalam SPA 210 menjelaskan tentang
1

Persetujuan atas Ketentuan Perikatan Audit. Auditor juga memiliki tanggung jawab tertentu
dalam memperhatikan prosedur pengendalian mutu untuk audit atas laporan keuangan seperti
yang dijelaskan dalam SPA 220 tentang Pengendalian Mutu untuk Audit atas Laporan
Keuangan. Serta selama proses audit di lapangan, auditor juga berkewajiban menyusun
dokumentasi audit untuk keperluan audit atas laporan keuangan. Dokumentasi audit tersebut
sebagaiman yang dijelaskan dalam SPA 230 tentang Dokumentasi Audit. Auditor harus
mempunyai bukti yang memadai untuk meyakini bahwa laporan keuangan klien telah disajikan
secara wajar dalam semua hal yang material.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa Tujuan Keseluruhan Auditor Independen dan Pelaksanaan Audit Berdasarkan Standar
Audit?
2. Apa yang menjadi Ketentuan Perikatan Audit?
3. Bagaimana Pengendalian Mutu untuk Audit atas Laporan Keuangan?
4. Apa yang dimaksud Dokumentasi Audit?

1.3 Tujuan Makalah


Adapun tujuan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengatahui Tujuan Keseluruhan Auditor Independen dan Pelaksanaan Audit
Berdasarkan Standar Audit.
2. Menjelaskan Ketentuan Perikatan Audit.
3. Untuk mengetahui Pengendalian Mutu untuk Audit atas Laporan Keuangan.
4. Untuk mengetahui apa saja Dokumentasi Audit.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tujuan Keseluruhan Auditor Independen dan Pelaksanaan Audit Berdasarkan Standar
Audit.
2.1.1

Ruang Lingkup
Tanggung jawab keseluruhan seorang auditor Independen ketika melaksanakan audit

laporan keuangan berdasarkan SPA diatur dalam SPA 200. Secara spesifik, standar ini
menetapkan tujuan keseluruhan auditor independen, serta menjelaskan sifat dan ruang lingkup
audit yang dirancang untuk memungkinkan auditor Independen mencapai tujuan tersebut.
Standar ini juga menjelaskan ruang lingkup, wewenang dan struktur SPA, serta mencakup
ketentuan untuk menetapkan tanggung jawab umum auditor independen yang berlaku untuk
semua perikatan audit, termasuk kewajiban untuk mematuhi SPA. Untuk selanjutnya auditor
Independen disebut sebagai auditor.
SPA ditulis dalam konteks audit laporan keuangan yang dilakukan oleh auditor. SPA
dapat diadopsi dalam kondisi yang berkaitan dengan audit atas informasi keuangan historis
yang lain. SPA tidak mengatur tanggung jawab auditor yang mungkin diatur dalam peraturan
perundang-undangan atau aturan lain, sebagai contoh aturan yang berkaitan dengan tanggung
jawab yang diterapkan dalam SPA. Oleh karena itu, walaupun auditor bisa saja menemukan
bahwa aspek SPA bermanfaat dalam kondisi tersebut, auditor tetap bertanggung jawab untuk
memastikan kepatuhan terhadap semua ketentuan hukum, regulasi, atau profesi yang relevan.
2.1.2

Tujuan Auditor
Dalam melaksanakan suatu audit atas laporan keuangan, tujuan auditor secara

keseluruhan adalah:
a. Memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan sebagai suatu
keseluruhan bebas dari salah saji material, baik yang disebakan oleh kecurangan
maupun kesalahan, dan oleh karena itu memungkin auditor untuk menyatakan
opini atas apakah laporan keuangan disusun, dalam semua hal yang material,
sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku
b. Menerbitkan laporan tentang laporan keuangan dan mengomunikasikannya
(sebagaimana yang diisyaratkan oleh SPA) berdasarkan temuan auditor

Dalam semua kasus ketika keyakinan memadai tidak dapat diperoleh dan opini wajar
dengan pengucualian dalam laporan auditor tidak memadai dalam kondisi yang bertujuan
untuk melaporkan kepada pemakai laporan keuangan yang dituju, SPA menuntut audito untuk
tidakmenyatakan opni atau untuk menarik (mengundurkan) diri dari perikatan, jika penarikan
diri dimungkinkan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2.1.3

Pelaksanaan Audit Berdasarkan SPA


Mematuhi SPA yang Relevan dengan Audit.
Auditor harus memenuhi semua SPA yang relevan dengan audit. Suatu SPA relevan

dengan audit bila SPA tersebut berlaku dan terdapat kondisi yang dibahas oleh SPA tersebut.
Auditor harus memiliki suatu pemahaman terhdap seluruh isi dari suatu SPA,
termasuk materi penerapan dan penjelasan lain, untuk memahami tujuannya dan menerapkan
ketentuan SPA tersebut dengan tepat.
Auditor tidak diperkenankan untuk mencantumkan kepatuhan terhadap SPA di dalam
laporan auditor kecuali auditor telah memenuhi ketentuan SPA ini dan semua SPA lainnya
yang relevan dengan audit.

2.1.4

Bentuk Opini Auditor


Opini yang dinyatakan oleh auditor adalah tentang apakah laporan keuangan disusun,

dalam semua hal yang material, sesuai denggan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.
Namun, bentuk opini auditor, akan tergantung pada kerangka pelaporan keuangan dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sebagian besar kerangka pelaporan keuangan
mencakup ketentuan yang berkaitan dengan penyajian laporan keuangan, untuk kerangka
tersebut, penyusunan laporan keuangan yang sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan
yang berlaku mencakup penyajian.
Bila kerangka pelaporan keuangan merupakan kerangka penyajian wajar, seperti yang
digunakan untuk laporan keuangan bertujuan umum, opini yang disyaratkan oleh SPA adalah
apakah laporan keuangan tersebut disajikan secara wajar dalam semua hal yang meterial. Jika
kerangka pelaporan keuangan merupakan suatu kerangka kepatuhan, opini yang disyaratkan
adalah apakah laporan keuangan telah disusun, dalam semua hal yang material, sesuai dengan
kerangka tersebut. Kecuali secara spesifik dinyatakan lain, opini auditor dalam SPA
mencakup kedua bentuk opini tersebut.

2.1.5

Ketentuan Etika yang berkaitan dengan Audit atas Laporan Keuangan


Auditor harus mematuhi ketentuan etika yang relevan, (termasuk ketentuan yang

terkait dengan independen) yang berkaitan dengan perikatan audit atas laporan keuangan.
Ketentuan etika yang relevan biasanya terdiri dari Bagian A dan B dalam kode etik yang
berkaitan dengan audit atas laporan keuangan beserta ketentuan perundang-undangan yang
lebih ketat.
Bagian A Kode Etik menetapkan prinsip dasar etika profesi bagi auditor ketika melaksanakan
suatu audit atas laporan keuangan dan memberikan kerangka konseptual untuk menerapkan
prinsip tersebut. Prinsip dasar yang disyaratkan oleh Kode Ettik untuk dipatuhi oleh seorang
auditor adalah:
a. Integritas
b. Objektivitas
c. Kompetensi dan kecematan profesional
d. Kerahasiaan
e. Perilaku profesional
Bagian B Kode Etik memberikan ilustrasi mengenai penerapan konseptual tersebut
pada situasi spesifik.
Suatu perikatan audit menyangkut kepentingan publik

dan, oleh karena itu, seperti

yang diisyaratkan oleh Kode Etik, auditor yang bersangkutan harus independen dari entitas
yang diauditnya. Kode Etik menjelaskan independensi terdiri dari independensi dalam
pemikiran dan independensi dalam penampilan. Indepedensi auditor dari entitas tersebut
menjaga kemampuan auditor dalam menyatakan suatu opini tanpa dipengaruhi oleh hal-hal
yang mungin dapat mengkompromikan opininya tersebut. Independensi meningkatkan
kemampuan auditor untuk bertindak dengan integritas, menjadi objektif, dan mempertahankan
sikap skeptisisme profesionalnya.
2.1.6

Skeptisisme Profesional
Auditor harus merencanakan dan melaksanakan audit dengan skeptisisme profesional

meningkatkan adanya kondisi yang mungkin menyebabkan terjadinya salah saji material atas
laporan keuangan.
Skeptisisme profesional mencakup kewaspadaan terhadap, sebagai contoh:

Bukti audit yang bertentangan dengan bukti audit lain yang diperoleh

Informasi yang menimbulkan pertanyaan tentang keandalandokumen dan tanggapan


terhadap permintaan keterangan yang digunakan sebagai bukti audit
5

Keadaan yang mengindikasikan adanya kemungkinan kecurangan

Kondisi yang menyarankan perlunya prosedur audit tambahan selain prosedur yang
disyaratkan ole SPA
Mempertahankan skeptisisme profesional selama audit diperlukan jika auditor

berusaha untuk, mengurangi risiko, sebagai misalnya:

Kegagalan dalam melihat kondisi-kondisi tidak lazim

Terlalu menyamaratakan kesimpulan ketika menarik kesimpulan tersebut dari


observasi audit

Menggunakan asumsi yang tidak tepat dalam menetapkan sifat, waktu, dan luas
prosedur audit serta penilaian atas hasilnya
Skeptisisme profesional diperlukan untuk penilaian secara kritis bukti audit. Hal ini

mencakup mempertanyakan bukti audit yang bertentangan, keandalan dokumen dan


tanggapan atas permintaan keterangan, serta informasi lainnya yang diperoleh dari
manajemen dan pihak-pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola entitas.
Auditor dapat menganggap catatan dan dokumen yang diterimanya asli, kecuali jika
auditor beralasan untuk tidak mempercayainya. Meskipun demikian, auditor tetap disyaratkan
untuk mempertimbangkan keandalan informasi tersebut sebagai bukti audit.
Auuditor diharapkan tidak mengabaikan pengalaman masa lalu atas kejujuran dan
integritas manajemen dan pihak-pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola entitas.
Meskipun demikian, suatu keyakinan bahwa manajemen dan pihak-pihak yang bertanggung
jawab atas tata kelola entitas adalah jujur dan berintegritas tidak membebaskan auditor dari
kewajibannya untuk mempertahankan skeptisisme profesional atau membolehkan auditor
puas dengan bukti audit yang kurang persuasif, ketika auditor ingin memperoleh keyakinan
memadai.
2.1.7

Bukti Audit yang Cukup dan Tepat serta Risiko Audit


Bukti audit diperlukan untuk mendukung opini dan laporan aditor. Bukti audit bersifat

kumulatif dan terutama diperoleh dari prosedur audit yang dilakukan selama audit. Namun,
bukti audit juga meliputi informasi yang diperoleh dari sumber lain, seperti audit periode
sebelumnya atau prosedur pengandalan mutu firm dalam penerimaan dan keberlanjutan
perikatan dengan klien.

2.2 Persetujuan Atas Ketentuan Perikatan Audit

2.2.1

Ruang Lingkup
Tanggung jawab auditor dalam menyapakati syarat perikatan auditor dengan

manajemen dan , jika relevan, dengan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola entitas
daiatur dalam SPA 210. SPA ini juga menetapkan bahwa terdapat prakondisi tertentu untuk
suatu audit, tanggung jawab manajemen, dan jika relevan, pihak yang bertanggung jawab atas
tata kelola entitas. SPA 210 berkaitan dengan aspek penerimaan perikatan yang berada dalam
pengendalaian auditor.
2.2.2

Prakondisi untuk Suatu Audit


Dalam rangka penentuan apakah terdapat prakondisi suatu audit, auditor harus:
a. Menentukan apakah kerangka laporan keuangan yang kan diterapkan dalam
penyusunan laporan keuangan dapat diterima dan
b. Memperoleh persetujuan dari manajemen bahwa manajemen mengakui dan
memahami tanggung jawab.
Pembahasan atas Ruang Lingkup Sebelum Penerimaan Perikatan Audit
Jika manajemen atau pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola menetapkan suatu
pembatasan terhadap ruang lingkup pekerjaan auditor yang harus dicantumkan dalam
surat perikatan audit dan pembatasan tersebut akan menyebabkan auditor tidak dapat
memberikan opini atas laporan keuangan, maka auditor tidak boleh menerima
perikatan tersebeut sebagai perikatan audit, kecuali jika diwajibabkan oleh peraturan
perundang-undangan.
Faktor-faktor lain yang memengaruhi penerimaan Perikatan Audit
Jika prakondisi untuk suatu audit tidak ada, auditor harus membahas hal tersebut
dengan manajemen. Kecuali jika suatu audit diwajibkan oleh peraturan perundangundangan, auditor harus tidak meneriman perikatan audit:

a. Jika auditor telah menentukan bahwa kerangkan pelaporan keuangan yang diterapkan
dalam penyusunan laporan keuangan tidak dapat diterima, kecuali yang telah diatur
oleh peraturan perungang-undangan. Auditor harus menerima perikatan audit hanya
jika terdapat kondisi-kondisi berikut ini:
i.

Manajemen setuju untuk memberikan pengungkapan tambahan dalam laporan


keungan untuk menghindari laporan keungan yang menyesatkan

ii. Adanya pencatuman dalam ketentuan perikatan audit bahwa laporan auditor atas
laporan keuangan akan menambahkan paragraf penekanan Suatu hal, untuk
menarik perhatian pemakai laporan keuangan terhadap pengungkapan tambahan
b. Jika persetujuan dari manajemen bahwa manajemen mengakui dan memahami
tanggung jawabnya belum diperoleh
Persetujuan atas Ketentuan Perikatan Audit

Auditor harus menyepakati ketentuan perikatan audit dengan manajemen atau pihak
yang bertanggung jawab atas tata kelola entitas, jika relevan

Ketentuan perikatan audit yang disepakati harus dicatat dalam surat perikatan audit
atau bentuk kesepakatan tertulis lain yang tepat

Jika peraturan perundang-undangan telah menentukan secara rinci ketentuan


perikatan audit, auditor tidak perlu mencantumkannya dalam kesepatan tertulis,
kecuali untuk fakta bahwa peraturan perundang-undangan tersebut berlaku dan
manajemen mengakui dan memahami tanggung jawabnya

Jika peraturan perundang-undangan menetapkan tanggung jawab manajemen, auditor


diperkenankan untuk menggunakan pernyataan yang tercantum dalam peraturan
perundang-undangan tersebut di surat perikatan.

2.2.3

Pertimbangan lain dalam penerimaan Perikatan


Jika standar pelaporan keuangan yang ditetapkan oleh suatu oerganisasi penyusun

standar yang berwenang atau diakui diberi ketentuan tambahan oleh peraturan perundangundangan, auditor harus mempertimbangkan apakah ada benturan antara standar pelaporan
keuangan dan ketentuan tambahan tersebut. Jika timbul suatu benturan, auditor harus
membahas dengan manajemen sifat ketentuan tambahan tersebut dan harus meyepakati
apakah:
a. Ketentuan tambahan tersebut dapat dipenuhi dengan menambahkan pengungkapan
dalam laporan keuangan, atau
b. Deskripsi kerangka pelaporan keuangan yang berlaku dalam laporan keuangan dapat
diubah sesuai dengan ketentuan tambahan tersebut
Jika tidak ada satu pun tindakan diatas yang dapat dilakukan, auditor harus
mempertimbangkan apakah diperlukan modifikasi opini auditor bedasarkan SPA 705.

2.3 Pengendalian Mutu untuk Audit atas Laporan Keuangan

2.3.1

Ruang Lingkup
Tanggung jawab tertentu auditor dalam memperhatikan prosedur pengendalian mutu

untuk audit atas laporan keuangan diatur dalam SPA 220. SPA ini juga mengatur, jika
relevan, tanggung jawab penelaah pengendalian mutu perikatan. SPA ini harus dibaca
bersama dengan ketentuan etika yang relevan.
2.3.2

Sistem Pengendalian Mutu dan Peran Tim Perikatan


Sistem, kebijakan, dan prosedur pengendalian mutu merupakan tanggung jawab firm.

Berdasarkan SPM 1, firm berkewajiban untuk meretapkan dan memelihara suatu sistem
pengendalian mutu untuk memberikan keyakinan memadai bahwa:
a. Firm dan personelnya mematuhi standar profesi serta ketentuan hukum dan peraturan
yang berlaku.
b. Laporan yang diterbitkan oleh firm atau rekan perikatan telah sesuai dengan
kondisinya
Dalam hubungan dengan sistem pengendalian mutu firm, tim perikatan bertanggung
jawab untuk menerapkan prosedur pengendalian mutu yang dapat diterapkan terhadap
perikatan audit dan memberikan informasi yang relevan kepada firm untuk memungkinkan
berfungsinya sistem pengendalian mutu firm yang berhubungan dengan independensi.
Tim perikatan berhak untuk mengandalkan sisitem pengendalian mutu firm, kecuali
informasi yang disediakan oleh firm atau pihak lain menunjukan sebaliknya.
2.3.3

Tujuan Auditor
Tujuan auditor adalah untuk mengimplementasikan prosedur pengendalian mutu pada

tingkat perikatan untuk memberikan keyakinan memadai bagi auditor, bahwa:


a. Audit telah dilakukan dengan mematuhi standar profesi serta ketentuan hukum dan
peraturan yang berlaku, dan
b. Laporan auditor yang diterbitkan telah sesuai dengan kondisinya.

2.3.4

Tanggung Jawab Kepemimpinan atas Mutu Audit


Rekan perikatan harus bertanggung jawab atas keseluruhan mutu setiap perikatan

audit yang ditugaskan kepada rekan yang bersangkutan.

2.3.5

Ketentuan Etika yang Relevan


Selama perikatan audit, rekan perikatan harus tetap waspada, melalui observasi dan

permintaan keterangan selama diperlukan, terhadap bukti atas ketidakpatuhan anggota tim
perikatan terhadap ketentuan etika yang relevan
Apabila terdapat hal yang menjadi perhatian rekan perikatan melalui sistem
pengendalian mutu firm atau sebaliknya yang mengindikasikan bahwa anggota tim perikatan
tidak mematuhi ketentuan etika yang relevan, maka rekan perikatan harus menetukan
tindakan yang tepat setelah berkonsultasi dengan pihak lain dalam firm.
2.3.6

Penerimaan dan Keberlanjutan Hubungan dengan Klien dan Perikatan Audit


Rekan perikatan harus dapat diyakinkan bahwa prosedur yang tepat atas penerimaan

dan keberlanjutan hubungan dengan klien dan perikatan audit telah diikuti, dan harus
menentukan bahwa kesimpulan yang ditarik dalam hal ini sudah tetap.
Jika rekan perikan memperoleh informasi yang dapat menyebabkan firm untuk
menolak perikatan audit seandainya informasi tersebut tersedia lebih awal, maka rekan
perikatan harus mengomunikasikan informasi tersebut dengan segera kepada firm, sehingga
firm dan rekan perikatan dpat melakukan tindakan yang diperlukan.
2.3.7

Penugasan Tim Perikatan


Rekan perikatan harus dapat diyakinkan bahwa tim perikatan, dan setiap pakar

auditor yang bukan merupakan bagian dari tim perikatan, secara kolektif memiliki
kompetensi dan kemampuan yang sesuai untuk:

Melaksanakan perikatan audit sesuai dengan standar profesi serta ketentuan hukum
dan peraturan yang berlaku, dan

Memungkinkan diterbitkannya laporan auditor yang sesuai dengan kondisinya

2.4 Dokumentasi Audit

2.4.1

Ruang Lingkup
Kewajiban auditor dalam menyusun dokumentasi audit untuk keperluan audit atas

laporan keuangan diatur dalam SPA 230. Peraturan perundang-undangan dapat menetapkan
tambahan persyaratan dokumentasi.

10

2.4.2

Sifat dan Tujuan Dokumentasi Audit


Dokumentasi Audit yang memenuhi persyaratan:

a) Bukti sebagai dasar bagi auditor untuk menarik suatu kesimpulan tentang pencapaian
tujuan keselurahan auditor, dan
b) Bukti bahwa audit telah direncanakan sesuai dengan SPA dan peraturan perundangundangan yang berlaku.
Dokumentasi audit juga berfungsi untuk memenuhi tujuan tambahan berikut ini:
a) Membantu tim perikatan untuk merencanakan dan melaksanakan audit.
b) Membantu anggota tim perikatan yang bertanggung jawab dan supervisi untuk
mengarahkan dan mensupervisi proses audit serta menunaikan tanggung jawab
penelaahan sebagaimana diatur dalam SPA 220.
c) Memungkinkan tim perikatan untuk mempertanggungjawabkan pekerjaan mereka.
d) Menyimpan catatan atas hal-hal signifikan yang berkelanjutan untuk audit di masa
yang akan datang.
e) Memungkinkan dilaksanakannya penelaahan dan isnpeksi atas pengendalian mutu
sesuai dengan SPM 1 atau persyaratan setara lainnya.
f) Memungkinkan dilaksanakannya inspeksi eksternal sesuai dengan peraturan
perundang-undangan atau persyaratan lain yang berlaku.

2.4.3

Definisi Dokumentasi Audit


Dokumentasi Audit adalah Dokumentasi atas prosedur audit yang telah dilakukan,

bukti audit relevan yang diperoleh, dan kesimpulan yang ditarik oleh auditor (istilah seperti
kertas kerja juga kadang-kadang digunakan). Auditor harus menyiapkn dokumentasu audit
secara tepat waktu.
2.4.4

Pendokumentasian Prosedur Audit yang telah dilaksanakan dan bukti audit


yang diperoleh
Auditor harus menyusun dokumentasi audit yang memadai sehingga memungkinkan

seorang auditor berpengalaman, yang tidak memiliki keterkaitan sebelumnya dengan audit
tersebut, memahami:
a. Sifat, waktu dan luas prosedur audit yang telah dilaksanakan dan kepatuhan terhadap
SPA serta peraturan perundang- undangan yang berlaku
b. Hasil prosedur audit yang dilaksanakan, dan bukti audit yang diperoleh; dan

11

c. Hal-hal signifikan yang timbul selama proses audit, kesimpulan-kesimpulan yang


ditarik, dan pertimbanan profesional signifikan yang dibuat untuk mencapai
kesimpulan-kesimpulan tersebut.
Dalam mendokumentasikan sifat, waktu dan luas prosedur audit yang dilaksanakan,
auditor harus mencantumkan:
a. Karakteristik yang diidentifikasi tentang unsur spesifik atau hal-hal tertentu yang
telah diuji
b. Siapa yang melaksanakan pekerjaan audit tersebut dan tanggal pekerjaan tersebut
diselesaikan
c. Siapa yang menelaah pekerjaan audit tersebut serta tanggal dan luas penelaahan yang
dilakukan.
Auditor harus mendokumentasikan pembahasan atas hal-hal signifikan dengan
manajemen, pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola, dan pihak lain, termasuk sifat halhal signifikan tersebut, serta kapan dan dengan siapa pembahasan tersebut dilakukan.
Jika auditor menemukan informasi yang tidak mendukung kesimpulan akhir tentang
hal-hal yang signifikan, auditor harus mendokumentasikan pendekatan yang digunkan untuk
mengatasi ketidak konsistensian tersebut.
Jika, dalam kondisi ekspsional, auditor mempertimbangkan bahwa auditor perlu
menyimpang dari ketentuan yang relevan dalam suatu SPA, maka auditor harus
mendokumentasikan bagaimana prosedur audit alternatif yang telah dilakukan mencapai
tujuan ketentuan SPA tersebut, dan alasan dilakukannya penyimpangan tersebut.
Jika, dalam kondisi eksepsional, auditor melakukan prosedur audit baru atau
tambahan, atau menarik kesimpulan baru setelah tanggal laporan auditor, maka auditor harus
mendokumentasikan hal-hal berikut ini:
a) Kondisi yang dihadapi tersebut
b) Prosedur audit baru atau tambahan yang dilakukan, bukti audit yang diperoleh, dan
kesimpulan yang ditarik, serta pengaruhnya terhadap laporan auditor; dan
c) Kapan dan oleh siapa perubahan atas dokumentasi audit dilakukan dan ditelaah,

2.4.5

Pendokumentasian Prosedur Audit yang Dilakukan dan Bukti Audit yang


Diperoleh
Bentuk, isi, dan luas dokumentasi audit bergantung pada faktor-faktor berikut ini:

Ukuran dan Kompleksitas entitas.


12

Sifat prosedur audit yang akan dilakukan

Risiko salah saji material yang diidentifikasi

Signifikansi bukti audit yang diperoleh

Sifat dan luas penyimpangan yang diidentifikasi

Kebutuhan untuk mendokumentasikan suatu kesimpulan atau basis untuk suatu


kesimpulan yang belum dapat ditentukan dengan segera dari dokumentasi pekerjaan
audit yang dilakukan atau bukti audit yang diperoleh.

Metodelogi dan perangkat audit yang digunakan


Dokumentasi audit dapat dilakukan pada kertas atau media elektronis, atau media

lain, contoh-contoh dokumentasi audit mencakup:

Program Audit;

Analisis;

Memorandum isu;

Ikhtisar hal-hal signifikan;

Surat konfirmasi dan surat representasi;

Daftar uji;

Korespondensi (termasuk email) tentang hal-hal signifikan.


Auditor tidak perlu memasukan dalam dokumentasi audit draf kertas kerja dan

laporan keuangan versi sebelum final, catatan yang berisi pemikiran awal atau pemikiean
yang tidak lengkap, dokumentasi audit sebelum dilakukannya koreksi kesalahan ketik atau
kesalahan lainnya, serta duplikasi dokumen.
Penjelasan secara lisan oleh auditor bukan merupakan pendukung yang memadai
untuk pekerjaan yang dilakukan oleh auditoe atau kesimpulan yang ditarik oleh auditor, tetapi
dapat digunakan untuk menjelaskan atau mengklarifikasi informasi yang tercantum dalam
dokumentasi audit.
2.4.6

Pengumpulan Folder Audit Final


SPM 1 mengharuskan firm untuk membuat kebijakan dan prosedur sehubungan

dengan penyelesaikan pengumpulan folder audit secara tepat waktu. Batas waktu yang tepat
untuk menyelesaikan proses pengumpulan dokumentasi audit final adalah tidak lebih dari 60
hari setelah tanggal laporan auditor.
Penyelesaian pengumpulan folder audit final setelah tanggal laporan auditor adalah
proses administratif yang bukan merupakan prosedur audit baru atau pengambilan keputusan
baru.
13

SPM 1 menuntut firm untuk menetapkan suatu kebijakan dan prosedur yang mengatur
masa penyimpanan dokumen perikatan. Batas waktu penyimpanan pada umumnya tidak boleh
kurang dari lima tahun sejak tanggal yang lebih akhir dari: (i) laporan auditor atas laporan
keuangan entitas, atau (ii) laporan auditor atas laporan keuangan konsolidasian entitas dan
anak perusahaan.
Contoh suatu kejadian yang didalamnya auditor perlu mengubah atau menambah
dokumentasi audit setelah diselesaikan proses pengumpulan folder adalah ketika auditor perlu
mengklarifikasi dokumentasi audit yang telah ada yang disebabkan oleh komentar yang
diberikan oleh pihak internal maupun eksternal selama proses pemantauan dan inspeksi.

14

BAB III
KESIMPULAN

Kesimpulan
Tanggung jawab keseluruhan seorang auditor Independen ketika melaksanakan audit laporan
keuangan berdasarkan SPA diatur dalam SPA 200.
Opini yang dinyatakan oleh auditor adalah tentang apakah laporan keuangan disusun, dalam semua
hal yang material, sesuai denggan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.
Tanggung jawab auditor dalam menyapakati syarat perikatan auditor dengan manajemen dan , jika
relevan, dengan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola entitas daiatur dalam SPA 210.
Jika standar pelaporan keuangan yang ditetapkan oleh suatu oerganisasi penyusun standar yang
berwenang atau diakui diberi ketentuan tambahan oleh peraturan perundang-undangan, auditor harus
mempertimbangkan apakah ada benturan antara standar pelaporan keuangan dan ketentuan tambahan
tersebut.
Tanggung jawab tertentu auditor dalam memperhatikan prosedur pengendalian mutu untuk audit atas
laporan keuangan diatur dalam SPA 220.
Rekan perikatan harus bertanggung jawab atas keseluruhan mutu setiap perikatan audit yang
ditugaskan kepada rekan yang bersangkutan
Kewajiban auditor dalam menyusun dokumentasi audit untuk keperluan audit atas laporan keuangan
diatur dalam SPA 230.
Dokumentasi Audit adalah Dokumentasi atas prosedur audit yang telah dilakukan, bukti audit relevan
yang diperoleh, dan kesimpulan yang ditarik oleh auditor (istilah seperti kerrtas kerja juga kadangkadang digunakan). Auditor harus menyiapkn dokumentasu audit secara tepat waktu.

15

DAFTAR PUSTAKA
Standar Perikatan Audit (SPA) 200, Tujuan Keseluruhan Auditor Independen dan Pelaksanaan Suatu
Audit Berdasarkan Standar Perikatan Audit. IAPI. 2013.
Standar Perikatan Audit (SPA) 210, Persetujuan atas Ketentuan Perikatan Audit. IAPI. 2013.
Standar Perikatan Audit (SPA) 220, Pengendalian Mutu untuk Audit atas Laporan Keuangan. IAPI.
2013.
Standar Perikatan Audit (SPA) 230, Dokumentasi Audit. IAPI. 2013.

Anda mungkin juga menyukai