OLEH:
1. RESI ARESTIANI (15114031)
2. INDRI WULANDARI (15114029)
3. CANDRA MANDALA S.P. (15114028)
UNIVERSITAS TRILOGI
2015-2016
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia-Nya Penulis dapat
meyelesaikan makalah sebagai salah satu tugas mata kuliah Auditing dengan pembahasan mengenai
Audit Laporan Keuangan.
Makalah ini membahas tentang materi Audit Laporan Keuangan yang terdiri dari Tujuan
Keseluruhan Auditor Independen dan Pelaksanaan Audit Berdasarkan Standar Audit, Persetujuan atas
Ketentuan Perikatan Audit, Pengendalian Mutu untuk Audit atas Laporan Keuangan, dan
Dokumentasi Audit yang diambil oleh Penulis dari Standar Perikatan Audit (SPA). Selain itu, tujuan
pembuatan makalah ini adalah untuk menambah ilmu serta pemahaman bagi penulis dan pembaca
terhadap Audit Laporan Keuangan.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Untuk itu, kritik
dan saran sangat penulis harapkan agar dalam penyusunan makalah berikutnya penulis dapat
membuat yang lebih baik.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .....................................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................................2
1.3 Tujuan ........................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................................3
2.1 Tujuan Keseluruhan Auditor Independen dan Pelaksanaan Audit
Berdasarkan Standar Auditing (SPA 200) .................................................................................3
2.2 Persetujuan atas Ketentuan Perikatan Audit (SPA 210) ............................................................7
2.3 Pengendalian Mutu atas Audit untuk Laporan Keuangan..........................................................9
2.4 Dokumentasi Audit ....................................................................................................................10
BAB III KESIMPULAN..................................................................................................................15
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................................16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam perkembangan dunia bisnis, audit atas laporan keuangan sangat diperlukan terutama
untuk perusahaan yang berbadan hukum dan berbentuk perseroan terbatas yang bersifat terbuka.
Laporan keuangan dibuat oleh manajemen dan merupakan laporan kepada pemilik perusahaan
serta pemegang saham atas kegiatan operasional perusahaan selama satu periode akuntansi.
Manajemen bertanggung jawab penuh atas laporan keuangan yang dibuatnya. Laporan keuangan
tersebut perlu diaudit oleh pihak ketiga yang independen, dalam hal ini auditor eksternal, karena:
Pertama, adanya perbedaan kepentingan antara manajemen perusahaan dengan pihak luar
perusahaan menyebabkan perlunya pihak ketiga yang dapat dipercaya. Kedua, karena laporan
keuangan kemungkinan mengandung kesalahan, baik yang disengaja maupun yang tidak
disengaja sehingga audit dapat meminimalisir kesalahan tersebut. Ketiga, laporan keuangan yang
sudah diaudit dapat lebih meyakinkan pengguna laporan keuangan bahwa laporan keuangan
tersebut bebas dari salah saji yang material dan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum.
Di era globalisasi sekarang ini, dimana bisnis tidak lagi mengenal batas negara, perusahaan
membutuhkan laporan keuangan yang dapat dipercaya. Auditor eksternal yang independen
menjadi salah satu profesi yang dicari. Profesi auditor diharapkan oleh banyak orang untuk dapat
menambah kepercayaan pada pemeriksaan dan pendapat yang diberikan. Oleh karena itu,
profesionalisme menjadi tuntutan utama seseorang yang bekerja sebagai auditor eksternal. Dalam
proses audit atas laporan keuangan auditor harus berpedoman pada PSAK dan SPAP. PSAK yang
menjadi pedoman auditor adalah untuk mengatahui apakah laporan keuangan yang dibuat oleh
klien sudah sesuai dengan Standar Akuntansi yang belaku umum di Indonesia. Sedangkan SPAP
adalah pedoman bagi auditor dalam melakukan audit, prosedur apa saja yang harus dilakukan
dalam mengaudit suatu laporan keuangan. Dalam SPAP juga dijelaskan bagaimana auditor
melakukan perikatan dengan klien, mengidentifikasi kecurangan atau kesalahan dalam penyajian
laporan keuangan hingga risiko audit.
Dalam pekerjaan audit, seorang auditor tidak lepas proses-proses tersebut, seperti yang
dijelaskan dalam SPA 200 menjelaskan tentang Tujuan Keseluruhan Auditor Independen da
Pelaksanaan Audit Berdasarkan Standar Audit dan dalam SPA 210 menjelaskan tentang
1
Persetujuan atas Ketentuan Perikatan Audit. Auditor juga memiliki tanggung jawab tertentu
dalam memperhatikan prosedur pengendalian mutu untuk audit atas laporan keuangan seperti
yang dijelaskan dalam SPA 220 tentang Pengendalian Mutu untuk Audit atas Laporan
Keuangan. Serta selama proses audit di lapangan, auditor juga berkewajiban menyusun
dokumentasi audit untuk keperluan audit atas laporan keuangan. Dokumentasi audit tersebut
sebagaiman yang dijelaskan dalam SPA 230 tentang Dokumentasi Audit. Auditor harus
mempunyai bukti yang memadai untuk meyakini bahwa laporan keuangan klien telah disajikan
secara wajar dalam semua hal yang material.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tujuan Keseluruhan Auditor Independen dan Pelaksanaan Audit Berdasarkan Standar
Audit.
2.1.1
Ruang Lingkup
Tanggung jawab keseluruhan seorang auditor Independen ketika melaksanakan audit
laporan keuangan berdasarkan SPA diatur dalam SPA 200. Secara spesifik, standar ini
menetapkan tujuan keseluruhan auditor independen, serta menjelaskan sifat dan ruang lingkup
audit yang dirancang untuk memungkinkan auditor Independen mencapai tujuan tersebut.
Standar ini juga menjelaskan ruang lingkup, wewenang dan struktur SPA, serta mencakup
ketentuan untuk menetapkan tanggung jawab umum auditor independen yang berlaku untuk
semua perikatan audit, termasuk kewajiban untuk mematuhi SPA. Untuk selanjutnya auditor
Independen disebut sebagai auditor.
SPA ditulis dalam konteks audit laporan keuangan yang dilakukan oleh auditor. SPA
dapat diadopsi dalam kondisi yang berkaitan dengan audit atas informasi keuangan historis
yang lain. SPA tidak mengatur tanggung jawab auditor yang mungkin diatur dalam peraturan
perundang-undangan atau aturan lain, sebagai contoh aturan yang berkaitan dengan tanggung
jawab yang diterapkan dalam SPA. Oleh karena itu, walaupun auditor bisa saja menemukan
bahwa aspek SPA bermanfaat dalam kondisi tersebut, auditor tetap bertanggung jawab untuk
memastikan kepatuhan terhadap semua ketentuan hukum, regulasi, atau profesi yang relevan.
2.1.2
Tujuan Auditor
Dalam melaksanakan suatu audit atas laporan keuangan, tujuan auditor secara
keseluruhan adalah:
a. Memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan sebagai suatu
keseluruhan bebas dari salah saji material, baik yang disebakan oleh kecurangan
maupun kesalahan, dan oleh karena itu memungkin auditor untuk menyatakan
opini atas apakah laporan keuangan disusun, dalam semua hal yang material,
sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku
b. Menerbitkan laporan tentang laporan keuangan dan mengomunikasikannya
(sebagaimana yang diisyaratkan oleh SPA) berdasarkan temuan auditor
Dalam semua kasus ketika keyakinan memadai tidak dapat diperoleh dan opini wajar
dengan pengucualian dalam laporan auditor tidak memadai dalam kondisi yang bertujuan
untuk melaporkan kepada pemakai laporan keuangan yang dituju, SPA menuntut audito untuk
tidakmenyatakan opni atau untuk menarik (mengundurkan) diri dari perikatan, jika penarikan
diri dimungkinkan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2.1.3
dengan audit bila SPA tersebut berlaku dan terdapat kondisi yang dibahas oleh SPA tersebut.
Auditor harus memiliki suatu pemahaman terhdap seluruh isi dari suatu SPA,
termasuk materi penerapan dan penjelasan lain, untuk memahami tujuannya dan menerapkan
ketentuan SPA tersebut dengan tepat.
Auditor tidak diperkenankan untuk mencantumkan kepatuhan terhadap SPA di dalam
laporan auditor kecuali auditor telah memenuhi ketentuan SPA ini dan semua SPA lainnya
yang relevan dengan audit.
2.1.4
dalam semua hal yang material, sesuai denggan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.
Namun, bentuk opini auditor, akan tergantung pada kerangka pelaporan keuangan dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sebagian besar kerangka pelaporan keuangan
mencakup ketentuan yang berkaitan dengan penyajian laporan keuangan, untuk kerangka
tersebut, penyusunan laporan keuangan yang sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan
yang berlaku mencakup penyajian.
Bila kerangka pelaporan keuangan merupakan kerangka penyajian wajar, seperti yang
digunakan untuk laporan keuangan bertujuan umum, opini yang disyaratkan oleh SPA adalah
apakah laporan keuangan tersebut disajikan secara wajar dalam semua hal yang meterial. Jika
kerangka pelaporan keuangan merupakan suatu kerangka kepatuhan, opini yang disyaratkan
adalah apakah laporan keuangan telah disusun, dalam semua hal yang material, sesuai dengan
kerangka tersebut. Kecuali secara spesifik dinyatakan lain, opini auditor dalam SPA
mencakup kedua bentuk opini tersebut.
2.1.5
terkait dengan independen) yang berkaitan dengan perikatan audit atas laporan keuangan.
Ketentuan etika yang relevan biasanya terdiri dari Bagian A dan B dalam kode etik yang
berkaitan dengan audit atas laporan keuangan beserta ketentuan perundang-undangan yang
lebih ketat.
Bagian A Kode Etik menetapkan prinsip dasar etika profesi bagi auditor ketika melaksanakan
suatu audit atas laporan keuangan dan memberikan kerangka konseptual untuk menerapkan
prinsip tersebut. Prinsip dasar yang disyaratkan oleh Kode Ettik untuk dipatuhi oleh seorang
auditor adalah:
a. Integritas
b. Objektivitas
c. Kompetensi dan kecematan profesional
d. Kerahasiaan
e. Perilaku profesional
Bagian B Kode Etik memberikan ilustrasi mengenai penerapan konseptual tersebut
pada situasi spesifik.
Suatu perikatan audit menyangkut kepentingan publik
yang diisyaratkan oleh Kode Etik, auditor yang bersangkutan harus independen dari entitas
yang diauditnya. Kode Etik menjelaskan independensi terdiri dari independensi dalam
pemikiran dan independensi dalam penampilan. Indepedensi auditor dari entitas tersebut
menjaga kemampuan auditor dalam menyatakan suatu opini tanpa dipengaruhi oleh hal-hal
yang mungin dapat mengkompromikan opininya tersebut. Independensi meningkatkan
kemampuan auditor untuk bertindak dengan integritas, menjadi objektif, dan mempertahankan
sikap skeptisisme profesionalnya.
2.1.6
Skeptisisme Profesional
Auditor harus merencanakan dan melaksanakan audit dengan skeptisisme profesional
meningkatkan adanya kondisi yang mungkin menyebabkan terjadinya salah saji material atas
laporan keuangan.
Skeptisisme profesional mencakup kewaspadaan terhadap, sebagai contoh:
Bukti audit yang bertentangan dengan bukti audit lain yang diperoleh
Kondisi yang menyarankan perlunya prosedur audit tambahan selain prosedur yang
disyaratkan ole SPA
Mempertahankan skeptisisme profesional selama audit diperlukan jika auditor
Menggunakan asumsi yang tidak tepat dalam menetapkan sifat, waktu, dan luas
prosedur audit serta penilaian atas hasilnya
Skeptisisme profesional diperlukan untuk penilaian secara kritis bukti audit. Hal ini
kumulatif dan terutama diperoleh dari prosedur audit yang dilakukan selama audit. Namun,
bukti audit juga meliputi informasi yang diperoleh dari sumber lain, seperti audit periode
sebelumnya atau prosedur pengandalan mutu firm dalam penerimaan dan keberlanjutan
perikatan dengan klien.
2.2.1
Ruang Lingkup
Tanggung jawab auditor dalam menyapakati syarat perikatan auditor dengan
manajemen dan , jika relevan, dengan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola entitas
daiatur dalam SPA 210. SPA ini juga menetapkan bahwa terdapat prakondisi tertentu untuk
suatu audit, tanggung jawab manajemen, dan jika relevan, pihak yang bertanggung jawab atas
tata kelola entitas. SPA 210 berkaitan dengan aspek penerimaan perikatan yang berada dalam
pengendalaian auditor.
2.2.2
a. Jika auditor telah menentukan bahwa kerangkan pelaporan keuangan yang diterapkan
dalam penyusunan laporan keuangan tidak dapat diterima, kecuali yang telah diatur
oleh peraturan perungang-undangan. Auditor harus menerima perikatan audit hanya
jika terdapat kondisi-kondisi berikut ini:
i.
ii. Adanya pencatuman dalam ketentuan perikatan audit bahwa laporan auditor atas
laporan keuangan akan menambahkan paragraf penekanan Suatu hal, untuk
menarik perhatian pemakai laporan keuangan terhadap pengungkapan tambahan
b. Jika persetujuan dari manajemen bahwa manajemen mengakui dan memahami
tanggung jawabnya belum diperoleh
Persetujuan atas Ketentuan Perikatan Audit
Auditor harus menyepakati ketentuan perikatan audit dengan manajemen atau pihak
yang bertanggung jawab atas tata kelola entitas, jika relevan
Ketentuan perikatan audit yang disepakati harus dicatat dalam surat perikatan audit
atau bentuk kesepakatan tertulis lain yang tepat
2.2.3
standar yang berwenang atau diakui diberi ketentuan tambahan oleh peraturan perundangundangan, auditor harus mempertimbangkan apakah ada benturan antara standar pelaporan
keuangan dan ketentuan tambahan tersebut. Jika timbul suatu benturan, auditor harus
membahas dengan manajemen sifat ketentuan tambahan tersebut dan harus meyepakati
apakah:
a. Ketentuan tambahan tersebut dapat dipenuhi dengan menambahkan pengungkapan
dalam laporan keuangan, atau
b. Deskripsi kerangka pelaporan keuangan yang berlaku dalam laporan keuangan dapat
diubah sesuai dengan ketentuan tambahan tersebut
Jika tidak ada satu pun tindakan diatas yang dapat dilakukan, auditor harus
mempertimbangkan apakah diperlukan modifikasi opini auditor bedasarkan SPA 705.
2.3.1
Ruang Lingkup
Tanggung jawab tertentu auditor dalam memperhatikan prosedur pengendalian mutu
untuk audit atas laporan keuangan diatur dalam SPA 220. SPA ini juga mengatur, jika
relevan, tanggung jawab penelaah pengendalian mutu perikatan. SPA ini harus dibaca
bersama dengan ketentuan etika yang relevan.
2.3.2
Berdasarkan SPM 1, firm berkewajiban untuk meretapkan dan memelihara suatu sistem
pengendalian mutu untuk memberikan keyakinan memadai bahwa:
a. Firm dan personelnya mematuhi standar profesi serta ketentuan hukum dan peraturan
yang berlaku.
b. Laporan yang diterbitkan oleh firm atau rekan perikatan telah sesuai dengan
kondisinya
Dalam hubungan dengan sistem pengendalian mutu firm, tim perikatan bertanggung
jawab untuk menerapkan prosedur pengendalian mutu yang dapat diterapkan terhadap
perikatan audit dan memberikan informasi yang relevan kepada firm untuk memungkinkan
berfungsinya sistem pengendalian mutu firm yang berhubungan dengan independensi.
Tim perikatan berhak untuk mengandalkan sisitem pengendalian mutu firm, kecuali
informasi yang disediakan oleh firm atau pihak lain menunjukan sebaliknya.
2.3.3
Tujuan Auditor
Tujuan auditor adalah untuk mengimplementasikan prosedur pengendalian mutu pada
2.3.4
2.3.5
permintaan keterangan selama diperlukan, terhadap bukti atas ketidakpatuhan anggota tim
perikatan terhadap ketentuan etika yang relevan
Apabila terdapat hal yang menjadi perhatian rekan perikatan melalui sistem
pengendalian mutu firm atau sebaliknya yang mengindikasikan bahwa anggota tim perikatan
tidak mematuhi ketentuan etika yang relevan, maka rekan perikatan harus menetukan
tindakan yang tepat setelah berkonsultasi dengan pihak lain dalam firm.
2.3.6
dan keberlanjutan hubungan dengan klien dan perikatan audit telah diikuti, dan harus
menentukan bahwa kesimpulan yang ditarik dalam hal ini sudah tetap.
Jika rekan perikan memperoleh informasi yang dapat menyebabkan firm untuk
menolak perikatan audit seandainya informasi tersebut tersedia lebih awal, maka rekan
perikatan harus mengomunikasikan informasi tersebut dengan segera kepada firm, sehingga
firm dan rekan perikatan dpat melakukan tindakan yang diperlukan.
2.3.7
auditor yang bukan merupakan bagian dari tim perikatan, secara kolektif memiliki
kompetensi dan kemampuan yang sesuai untuk:
Melaksanakan perikatan audit sesuai dengan standar profesi serta ketentuan hukum
dan peraturan yang berlaku, dan
2.4.1
Ruang Lingkup
Kewajiban auditor dalam menyusun dokumentasi audit untuk keperluan audit atas
laporan keuangan diatur dalam SPA 230. Peraturan perundang-undangan dapat menetapkan
tambahan persyaratan dokumentasi.
10
2.4.2
a) Bukti sebagai dasar bagi auditor untuk menarik suatu kesimpulan tentang pencapaian
tujuan keselurahan auditor, dan
b) Bukti bahwa audit telah direncanakan sesuai dengan SPA dan peraturan perundangundangan yang berlaku.
Dokumentasi audit juga berfungsi untuk memenuhi tujuan tambahan berikut ini:
a) Membantu tim perikatan untuk merencanakan dan melaksanakan audit.
b) Membantu anggota tim perikatan yang bertanggung jawab dan supervisi untuk
mengarahkan dan mensupervisi proses audit serta menunaikan tanggung jawab
penelaahan sebagaimana diatur dalam SPA 220.
c) Memungkinkan tim perikatan untuk mempertanggungjawabkan pekerjaan mereka.
d) Menyimpan catatan atas hal-hal signifikan yang berkelanjutan untuk audit di masa
yang akan datang.
e) Memungkinkan dilaksanakannya penelaahan dan isnpeksi atas pengendalian mutu
sesuai dengan SPM 1 atau persyaratan setara lainnya.
f) Memungkinkan dilaksanakannya inspeksi eksternal sesuai dengan peraturan
perundang-undangan atau persyaratan lain yang berlaku.
2.4.3
bukti audit relevan yang diperoleh, dan kesimpulan yang ditarik oleh auditor (istilah seperti
kertas kerja juga kadang-kadang digunakan). Auditor harus menyiapkn dokumentasu audit
secara tepat waktu.
2.4.4
seorang auditor berpengalaman, yang tidak memiliki keterkaitan sebelumnya dengan audit
tersebut, memahami:
a. Sifat, waktu dan luas prosedur audit yang telah dilaksanakan dan kepatuhan terhadap
SPA serta peraturan perundang- undangan yang berlaku
b. Hasil prosedur audit yang dilaksanakan, dan bukti audit yang diperoleh; dan
11
2.4.5
Program Audit;
Analisis;
Memorandum isu;
Daftar uji;
laporan keuangan versi sebelum final, catatan yang berisi pemikiran awal atau pemikiean
yang tidak lengkap, dokumentasi audit sebelum dilakukannya koreksi kesalahan ketik atau
kesalahan lainnya, serta duplikasi dokumen.
Penjelasan secara lisan oleh auditor bukan merupakan pendukung yang memadai
untuk pekerjaan yang dilakukan oleh auditoe atau kesimpulan yang ditarik oleh auditor, tetapi
dapat digunakan untuk menjelaskan atau mengklarifikasi informasi yang tercantum dalam
dokumentasi audit.
2.4.6
dengan penyelesaikan pengumpulan folder audit secara tepat waktu. Batas waktu yang tepat
untuk menyelesaikan proses pengumpulan dokumentasi audit final adalah tidak lebih dari 60
hari setelah tanggal laporan auditor.
Penyelesaian pengumpulan folder audit final setelah tanggal laporan auditor adalah
proses administratif yang bukan merupakan prosedur audit baru atau pengambilan keputusan
baru.
13
SPM 1 menuntut firm untuk menetapkan suatu kebijakan dan prosedur yang mengatur
masa penyimpanan dokumen perikatan. Batas waktu penyimpanan pada umumnya tidak boleh
kurang dari lima tahun sejak tanggal yang lebih akhir dari: (i) laporan auditor atas laporan
keuangan entitas, atau (ii) laporan auditor atas laporan keuangan konsolidasian entitas dan
anak perusahaan.
Contoh suatu kejadian yang didalamnya auditor perlu mengubah atau menambah
dokumentasi audit setelah diselesaikan proses pengumpulan folder adalah ketika auditor perlu
mengklarifikasi dokumentasi audit yang telah ada yang disebabkan oleh komentar yang
diberikan oleh pihak internal maupun eksternal selama proses pemantauan dan inspeksi.
14
BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan
Tanggung jawab keseluruhan seorang auditor Independen ketika melaksanakan audit laporan
keuangan berdasarkan SPA diatur dalam SPA 200.
Opini yang dinyatakan oleh auditor adalah tentang apakah laporan keuangan disusun, dalam semua
hal yang material, sesuai denggan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.
Tanggung jawab auditor dalam menyapakati syarat perikatan auditor dengan manajemen dan , jika
relevan, dengan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola entitas daiatur dalam SPA 210.
Jika standar pelaporan keuangan yang ditetapkan oleh suatu oerganisasi penyusun standar yang
berwenang atau diakui diberi ketentuan tambahan oleh peraturan perundang-undangan, auditor harus
mempertimbangkan apakah ada benturan antara standar pelaporan keuangan dan ketentuan tambahan
tersebut.
Tanggung jawab tertentu auditor dalam memperhatikan prosedur pengendalian mutu untuk audit atas
laporan keuangan diatur dalam SPA 220.
Rekan perikatan harus bertanggung jawab atas keseluruhan mutu setiap perikatan audit yang
ditugaskan kepada rekan yang bersangkutan
Kewajiban auditor dalam menyusun dokumentasi audit untuk keperluan audit atas laporan keuangan
diatur dalam SPA 230.
Dokumentasi Audit adalah Dokumentasi atas prosedur audit yang telah dilakukan, bukti audit relevan
yang diperoleh, dan kesimpulan yang ditarik oleh auditor (istilah seperti kerrtas kerja juga kadangkadang digunakan). Auditor harus menyiapkn dokumentasu audit secara tepat waktu.
15
DAFTAR PUSTAKA
Standar Perikatan Audit (SPA) 200, Tujuan Keseluruhan Auditor Independen dan Pelaksanaan Suatu
Audit Berdasarkan Standar Perikatan Audit. IAPI. 2013.
Standar Perikatan Audit (SPA) 210, Persetujuan atas Ketentuan Perikatan Audit. IAPI. 2013.
Standar Perikatan Audit (SPA) 220, Pengendalian Mutu untuk Audit atas Laporan Keuangan. IAPI.
2013.
Standar Perikatan Audit (SPA) 230, Dokumentasi Audit. IAPI. 2013.