LAPORAN AUDIT
Disusun Oleh :
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan
hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “laporan audit” pada
makalah ini kami banyak mengambil dari berbagai sumber dan referensi dari berbagai pihak.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh dari sempurna, untuk itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk
semua pihak yang membaca.
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Laporan adalah kesempatan bagi auditor internal untuk mendapatkan perhatian penuh dari
manajemen. Begitulah seharusnya cara seorang auditor memandang pelaporan sebagai sebuah
kesempatan dan bukan sebuah tugas yang membosankan, kesempatan yang sempurna untuk
menunjukkan kepada manajemen bagaimana seorang auditor dapat memberikan bantuan.
Seringkali auditor membuang kesempatan emas yang mampu membuka mata manajemen ini,
untuk menunjukkan kepada manajemen apa-apa yang telah mereka capai dan apa-apa yang dapat
mereka capai, untuk menjelaskan hal-hal yang perlu diketahui dan dikerjakan oleh manajemen.
Auditor internal membuang kesempatan ini dengan menggunakan cara penulisan yang datar,
merasa puas atas format pelaporan yang tidak menarik, membuat tuduhan-tuduhan yang tidak
dapat menahan sanggahan, mengambil kesimpulan-kesimpulan yang tidak berdasar dan tidak
logis, serta melaporkan temuan tanpa memberikan solusinya.
Auditor hendaknya mengunakan laporan-laporan mereka seperti seorang vendor yang
mengunakan sebuah kesempatan untuk mempresentasikan produk-produknya kepada direktur
suatu perusahaan, sebuah peluang untuk melakukan presentasi yang telah disiapkan, teruji dan
tervisualisasikan dengan baik.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana laporan audit bentuk pendek?
2. Apa saja isi laporan audit baku?
3. Apa saja tipe pendapat auditor?
4. Bagaimana pengaruh materialitas terhadap pendapat auditor?
5. Bagaimana pembatasan terhadap lingkup audit?
6. Bagaimana penyimpangan dari prinsip akuntansi berterima umum?
7. Bagaimana penerapan prinsip akuntansi berterima umum yang tidak konsisten dengan tahun
sebelumnya?
8. Bagaimana laporan audit yang mencakup dua periode akuntansi?
3
9. Bagaimana laporan keuanga klien tahun sebelumnya yang diaudit oleh auditor independen
lain?
10. Bagaimana laporan audit yang sebagian didasarkan atas audit yang dilakukan oleh auditor
sebelumnya?
C. TUJUAN MAKALAH
1. Untuk mengetahui laporan audit bentuk pendek.
2. Untuk mengetahui isi dari laporan audit baku.
3. Untuk mengetahui tipe pendapat auditor.
4. Untuk mengetahui pengaruh materialitas terhadap pendapat auditor.
5. Untuk mengetahui pembatasan terhadap lingkup audit.
6. Untuk mengetahui penyimpangan dari prinsip akuntansi berterima umum.
7. Untuk mengetahui penerapan prinsip akuntansi berterima umum yang tidak konsisten
dengan tahun sebelumnya.
8. Untuk mengetahui laporan audit yang mencakup dua periode akuntansi.
9. Untuk mengetahui laporan keuanga klien tahun sebelumnya yang diaudit oleh auditor
independen lain.
10. Untuk mengetahui laporan audit yang sebagian didasarkan atas audit yang dilakukan oleh
auditor sebelumnya.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
4. Paragraf Lingkup
Dalam paragraf ini auditor menyatakan bahwa audit atas laporan keuangan didasarkan atas
standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia, penjelasan singkat tentang standar
aditing, dan pernyataan tentang keyakinan auditor bahwa audit yang dilaksanakan oleh auditor
memberikan dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditor.
Standar auditing tersebut meliputi kelompok standar umum dan standar pekerjaan
lapangan. Jika salah satu atau lebih standar auditing tidak dapat dipenuhi maka auditor harus
membuat pengecualian terhadap lingkup auditnya. Jika auditor mencantumkan pengecualian
berarti auditor haru menambahkan uraian yang menjelaskan standar auditing yang tidak
dipenuhinya dan mengapa hal tersebut terjadi.
5. Paragraf Pendapat
Dalam paragraf ini auditor menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan. Dalam
merumuskan paragraf pendapat ini, auditor berpedoman pada empat standar pelaporan yang
terdapat dalam standar uditing berikut ini:
a. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
b. Laporan auditor hars menunjukan atau menyatakan, jika ada, ketidak konsistenan
penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan
dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.
c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali
dinyatakan lainya dalam laporan auditor.
d. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan
secara keseluruhan atau suatu arsesi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika
pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan.
6. Tanda Tangan
Tanda tangan yang dicantumkan dalam laporan audit menjukkan pengesahan oleh auditor
atas laporan audit yang bersangkutan. Penandatangan laporan audit adalah partner (sekutu)
dalam kantor akuntan yang bersangkutan. Di samping tanda tangan, auditor harus
mencantmkan nama rekan (partner) yang menandatangani laporan audit, nomor izin akuntan
public, dan nomor izin kantor akuntan publik.
6
7. Tanggal Laporan
SA Seksi 530 Pemberian tanggal atas Laporan Audit Independen menyebutkan bahwa
tanggal selesainya pekerjaan lapangan harus digunakan oleh auditor sebagai tanggal laporan
auditnya. Setelah pekerjaan lapangan selesai dilakukan, auditor beserta asisten auditor
meninggalkan perusahaan klien, dan untk selanjutnya mengelolah penerbitan laporan audit
dikantornya.
Jika Pengungkapan peristiwa dilakukan dalam catatan atas laporan keuangan atau laporan
audit, auditor dapat memiliki dua metode berikut ini: (1) menggunakan tanggal ganda (dual
dating) atau (2) menggunakan tanggal kemudian.
Tanggal ganda Auditor dapat memilih satu atau dua metode berikut ini untuk memberikan
tanggal laporan auditnya, jika peristiwa kemudian yang diungkapkan dalam laporan keuangan
terjadi setelah tanggal selesainya pekerjaan lapangan namun sebelum penerbitan laporan
auditor:
a. Auditor dapat menggunakan ”tanggal ganda” (dual auditing).
Sebagai contoh, “16 Februari 20X2….., kecuali untuk Catatan No. X …., yang
bertanggal 1 Maret, 20X2….” Dalam metode tanggal ganda, tanggung jawab auditor untuk
peristiwa yang terjadi setelah tanggal selesainya pekerjaan lapangan dibatasi kepada
peristiwa tertentu yang secara spesifik disebut dalam catatan atas laporan keuangan. (atau
yang diungkapkan).
b. Auditor dapat memberikan tanggal kemudian terhadap laporan auditnya.
Dengan menggunakan tanggal kemudian (tanggal peristiwa yang terjadi setelah tanggal
selesainya pekerjaan lapangan), tanggung jawab aditor untuk peristiwa kemudian diperluas
sampai dengan tanggal laporan auditnya.
Tanggal Kemudian dengan penggunaan tanggal kemudian ini, auditor menggunakan
tanggal tunggal (bukan ganda) dengan mengundur tanggal laporan audit, dari tanggal
selesainya pekerjaan lapangan ke tanggal terjadinya peristiwa yang menyebabkan auditor
menggunakan tanggal tunggal kemudian.
7
Tanggung jawab auditor atas peristiwa kmudian diperluas, yang sebelumnya hanya
terjadi dalam periode sejak tanggal neraca sampai dengan tanggal selesainya pekerjaan
lapangan ke periode sejak tanggal neraca sampai dengan tanggal terjadinya peristiwa yang
menyebabkan auditor menggunakan tanggal kemudian.
8
c. Auditor setuju dengan suatu penyimpangan dari prinsip akuntansi yang dikeluarkan oleh
Dewan Standar Akuntansi Keuangan.
d. Pendekatan atas suatu hal.
e. Laporan audit yang melibatkan auditor lain.
3. Pendapat Wajar dengan Pengecualian (Qualified Opinion)
Opini ini diberikan jika auditor yakin akan laporan keuangan telah disajikan secara
wajar,tetapi karena ada pembatasan ruang lingkup atau tidak ditaatinya standar akuntansi yang
berlaku umum,maka terdapat pengecualiaan terhadap ruang lingkup dan pendapatan atau
hanya pada pendapatan.
Pendapat wajar dengan pengecualian dinyatakan dalam keadaan:
a. Tidak adanya bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan terhadap terhadap
lingkup audit yang mengakibatkan auditor berkesimpulan bahwa ia tidak dapat menyatakan
tidak memberikan pendapat.
b. Auditor yakin, atas dasar auditnya, bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari
prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia, yang berdampak material, dan ia
berkesimpulan untuk tidak menyatakan pendapat tidak wajar. Bila auditor menyatakan
pendapat wajar dengan pengecualian, ia harus menjelaskan semua alasan yang
menyebabkan ia berkesimpulan bahwa terdapat penyimpangan dari prinsip akuntansi
berterima umum di Indonesia, dalam paragraf (atau beberapa paragraf) tambahan yang
terpisah, sebelum paragraf pendapat dalam laporan audit.
4. Pendapat tidak Wajar (Adverse Opinion)
Dengan pendapat tidak wajar, auditor menyatakan bahwa laporan keuangan tidak
menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai
dengan prinsip akuntansi berterima umum.
5. Pernyataan tidak Memberikan Pendapat
Dengan pernyataan tidak memberikan pendapat, auditor menyatakan bahwa ia tidak
menyatakan pendapat atas laporan keuangan klien. Pernyataan tidak memberikan pendapat
diberikan oleh auditor jika auditor tidak melaksanakan audit yang berlingkup memadai untuk
memungkinkan auditor memberikan pendapat atas laporan keuangan.
9
Pernyataan tidak memberikan pendapat juga dapat diberikan oleh auditor jika ia dalam
kondisi tidak independen dalam hubungannya dengan klien. Jika auditor menyatakan tidak
memberikan pendapat, dalam laporan auditnya, auditor harus memberikan semua alasan
substansif yang mendukung pernyataannya tersebut, yang dicantumkan sebelum paragraf
pendapat.
Jika pernyataan tidak memberikan pendapat disebabkan oleh lingkup audit yang
dilaksanakan oleh auditor tidak memadai untuk memungkinkan auditor memberikan pendapat,
ada 3 hal yang harus dilakukan oleh auditor:
a. Dalam paragraf pengantar, auditor melakukan perubahan frasa. Hal ini dilakukan untuk
menjelaskan bahwa auditor tidak melaksanakan audit sebagaimana yang disyaratkan dalam
standar pekerjaan lapangan.
b. Paragraf lingkup audit tidak dicantumkan dalam laporan audit karena pembatasan terhadap
lingkup audit telah mengakibatkan auditor tidak dapat menyatakan bahwa audit yang
dilaksanakan oleh auditor sesuai dengan standar auditing yang diterapkan oleh Ikatan
Akuntan Indonesia.
c. Menjelaskan dalam suatu paragraf tentang alasan yang menyebabkan auditor tidak
menyatakan pendapat atas laporan keuangan klien.
10
Oleh karena itu, pada tingkat material, auditor memberikan pendapat wajar pengecualian.
Pada tingkat sangat material hampir semua keputusan yang didasarkan atas laporan keuangan
auditan kemungkinan akan terpengaruh secara signifikan. Oleh karena itu, pada tingkat sangat
material, auditor menyatakan tidak memberikan pendapat atau memberikan pendapat tidak
wajar.
11
Bila pendapat wajar dengan pengecualian disebabkan oleh pembatasan atas lingkup audit atau
kurangnya bukti audit, situasi ini harus dijelaskan dalam paragraf penjelasan yang dicantumkan
sebelum paragraf pendapat dalam laporan audit. Pencantuman penjelasan lingkup audit di dalam
catatan atas laporan keuangan tidaklah tepat, karena penjelasan lingkup audit merupakan
tanggung jawab auditor, bukan tanggung jawab klien. Jika pembatasan terhadap lingkup audit ini
kurang material dampaknya terhadap informasi yang disajikan oleh klien dalam laporan
keuangannya ,sehingga auditor masih dapat memberikan pendapat wajar terhadap laporan
keuangan secara keseluruhan, maka auditor akan memberikan pendapat wajar dengan
pengecualian.
12
b. Jika manajeman tidak memberikan alasan yang masuk akal tentang perubahan prinsip
akuntansi yang di terapkan, auditor harus menyatakan pengecualian mengenai perubahan yang
telah dilakukan oleh perusahaan tanpa alasan yang masuk akal tersebut.
Tujuan penerapan prinsip konsistensi adalah:
Untuk memberikan jaminan bahwa perbandingan laporan keuangan antar periode tidak
dipengaruhi dalam jumlah yang material oleh perubahan prinsip akuntansi, yang tidak
hanya meliputi prinsip dan praktik akuntansi tetapi juga dalam metode penerapannya.
Jika perbandingan laporan keuangan antar periode tersebut dipengaruhi dalam jmlah
material oleh perubahan tersebut, auditor berkewajiban untuk melaporkan akibat
perubahan tersebut terhadap laporan keuangan yang diauditnya.
Dalam audit pertama kali terhadap perusahaan yang laporan keuangannya belum pernah
diaudit oleh auditor independen, auditor harus melakukan prosedur audit terhadap keuangan
tahun sebelumnya untuk memperoleh keyakinan mengenai konsistensi penerapan prinsip
akuntansi dalam tahun yang diaudit dengan tahun sebelumnya. Dalam audit terhadap laporan
keuangan yang dibuat pertama kalinya oleh perusahaan yang baru melewati tahun pertama
usahanya, auditor tidak berkewajiban untuk mereview konsistensi penerapan prinsip akuntansi.
13
I. LAPORAN KEUANGAN KLIEN TAHUN SEBELUMNYA DIAUDIT OLEH AUDITOR
INDEPENDEN LAIN
Jika laporan keuangan klien tahun sebelumnya diaudit oleh auditor independen lain, dan
laporan keuangan tersebut tidak dicantumkan dalam laporan audit tahun kini, maka informasi
mengenai hal ini harus dijelaskan dalam laporan audit sekarang. Jika laporan auditor pendahulu
bukan merupakan laporan audit baku, auditor pengganti harus menjelaskan sifat dan alasan yang
terdapat dalam paragraph penjelasan yang ditambahkan dalam laporan auditor pendhulu atau
pengecualian pendapatnya. Jika laporan keuangan tersebut disajikan kembali, paragraph
pengantar harus menunjukkan bahwa auditor pendahulu membuat laporan audit atas laporan
keuangan periode yang lalu sebelum disajikan kembali.
14
Contoh Laporan Auditor
Badan Pengurus
Kami telah mengaudit laporan keuangan Yayasan Bina Nusantara terlampir, yang terdiri dari
laporan posisi keuangan tanggal 31 Desember 2013, serta laporan aktivitas dan laporan arus kas
untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut, dan suatu ikhtisar kebijakan akuntansi
signifikan dan informasi penjelasan lainnya.
Manajemen bertanggung jawab atas penyusunan dan penyajian wajar laporan keuangan
tersebut sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia, dan atas pengendalian internal
yang dianggap perlu oleh manajemen untuk memungkinkan penyusunan laporan keuangan yang
bebas dari kesalahan penyajian material, baik yang disebabkan oleh kecurangan maupun
kesalahan.
Tanggung jawab kami adalah untuk menyatakan suatu opini atas laporan keuangan tersebut
berdasarkan audit kami. Kami melaksanakan audit kami berdasarkan Standar Audit yang
ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia. Standar tersebut mengharuskan kami untuk
mematuhi ketentuan etika serta merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh
keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan tersebut bebas dari kesalahan penyajian
material.
Suatu audit melibatkan pelaksanaan prosedur untuk memperoleh bukti audit tentang angka-
angka dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Prosedur yang dipilih bergantung pada
pertimbangan auditor, termasuk penilaian atas risiko kesalahan penyajian material dalam laporan
15
keuangan, baik yang disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan. Dalam melakukan
penilaian risiko tersebut, auditor mempertimbangkan pengendalian internal yang relevan dengan
penyusunan dan penyajian wajar laporan keuangan entitas untuk merancang prosedur audit yang
tepat sesuai dengan kondisinya, tetapi bukan untuk tujuan menyatakan opini atas keefektivitasan
pengendalian internal entitas. Suatu audit juga mencakup pengevaluasian atas ketepatan
kebijakan akuntansi yang digunakan dan kewajaran estimasi akuntansi yang dibuat oleh
manajemen, serta pengevaluasian atas penyajian laporan keuangan secara keseluruhan.
Kami yakin bahwa bukti audit yang telah kami peroleh adalah cukup dan tepat untuk
menyediakan suatu basis bagi opini audit kami.
Opini
Menurut opini kami, laporan keuangan terlampir menyajikan secara wajar, dalam semua hal
yang material, posisi keuangan Yayasan Bina Nusantara tanggal 31 Desember 2013, serta
aktivitas dan arus kasnya untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut, sesuai dengan Standar
Akuntansi Keuangan di Indonesia.
16
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Ada dua bentuk lapora audit: laporan audit bentuk pendek dan laporan audit bentuk panjang.
Isi laporan audit bentuk pendek baku terdiri dari tiga paragraf: 1. Paragraf pengantar, 2. Pargraf
lingkup dan 3. Paragraf pendapat. Penyusunan isi laporan audit didasarkan pada empat standar
pelaporan yang terdapat dalam standar auditing. Pendapat auditor dipengaruhi oleh materialistis
informasi yang diperolehnya dalam auditnya. Jika menurut pertimbangan auditor, informasi yang
ditemukan dalam auditnya tidak material dampaknya terhadap kewajara laporan keuangan yang
diaditnya, auditor memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan
auditan. Jika informasi tersebut material, namun tidak mempengaruhi kewajaran leporan
keuangan secara keseluruhan, auditor masih dapat memberikan pendapat wajar dengan
pengecualian atas laporan keuangan auditan. Namun, jika menurut pertimbangan auditor,
informasi yang ditemukan dalam auditnya sangat material dampaknya terhadap kewajaran lapora
keuangan auditan, auditor memilih untuk tidak memberikan pendapat atau memberikan pendapat
tidak wajar atas laporan keuangan auditan. Susunan dan gaya kalimat yang digunakan untuk
mengungkapkan pendapat auditor telah ditentukan oleh profesi akuntan publik.
17
DAFTAR PUSTAKA
18
LAMPIRAN KASUS
Kasus kemendes dan BPK
Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memeriksa Plt Direktur Jenderal (Dirjen)
Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (PPMD) Kemendes PDTT, Taufik Madjid,
Kamis (8/6/2017). Taufif diperiksa sebagai saksi terkait kasus dugaan suap dengan tersangka
Irjen Kemendes PDTT Sugito. Kasus dugaan suap tersebut terkait pemberian opini wajar tanpa
pengecualian (WTP) oleh BPK RI terhadap laporan keuangan Kemendes PDTT tahun anggaran
2016. "Yang bersangkutan diperiksa sebagai saksi untuk tersangka SUG (Sugito)," kata Juru
Bicara KPK Febri Diansyah. Selain Taufik, KPK juga memeriksa empat saksi lain, yakni
Sekretaris Inspektorat Jenderal ( Itjen) Kemendes PDTT Uled Nefo Indrahadi dan Sekretaris
Ditjen PPMD Mukhlis, Sekretaris Ditjen Pembangunan Kawasan Perdesaan Harlina Sulistyarini,
Sekretaris Badan Penelitian, Pelatihan dan Informasi Kemendes PDTT Jajang Abdullah.
Kasus ini bermula dari operasi tangkap tangan di Kantor BPK RI, Jalan Jenderal Gatot
Subroto, Jakarta, pada Jumat (26/5/2017) sekitar pukul 15.00 WIB. Pejabat Eselon I BPK
Rochmadi Saptogiri (RS) dan Auditor BPK Ali Sadli (ALS) ditangkap KPK saat OTT tersebut.
Di kantor BPK, KPK juga mengamankan Jarot Budi Prabowo (JBP), Sekretaris RS, sopir JBP,
dan satu orang satpam. KPK kemudian melakukan penggeledahan di sejumlah ruangan di Kantor
BPK. Di ruang Ali Sadli, KPK menemukan uang Rp 40 juta yang diduga merupakan bagian dari
total commitment fee Rp 240 juta untuk suap bagi pejabat BPK. Uang Rp 40 juta ini merupakan
pemberian tahap kedua. Pada tahap pertama, diduga telah diserahkan Rp 200 juta pada awal Mei
2017. Sementara, KPK menemukan uang Rp 1,145 miliar dan 3.000 dollar AS atau setara
dengan 39,8 juta di dalam brankas saat menggeledah ruangan milik Rochmadi Saptogiri. KPK
sedang mempelajari uang di ruangan Rochmadi Saptogiri tersebut terkait kasus dugaan suap
yang sedang ditangani ini atau bukan. Pada hari yang sama sekitar pukul 16.20 WIB, KPK
mendatangi Kantor Kemendes PDTT di Jalan TMP Kalibata, Jakarta Selatan dan mengamankan
Sugianto. Setelah melakukan rangkaian penangkapan dan penggeledahan, dari hasil gelar perkara
KPK meningkatkan status perkara kasus ini menjadi penyidikan. Dari total tujuh orang yang
diamankan, empat di antaranya menjadi tersangka.
19
Mereka yang menjadi tersangka, yakni Sugito, Jarot Budi Prabowo, Rochmadi Saptogiri dan
Ali Sadli. KPK menyimpulkan adanya dugaan tidak pidana korupsi penerimaan hadiah atau janji
terkait dengan pemeriksaan BPK RI terhadap laporan keuangan Kemendes PDTT tahun
anggaran 2016. KPK menemukan dugaan korupsi dalam bentuk suap terkait pemberian opini
wajar tanpa pengecualian (WTP) oleh BPK RI terhadap laporan keuangan Kemendes PDTT
tersebut.
Penyelesaian :
Bagaimana Anda melihat kejadian OTT yang menimpa dua auditor BPK baru-baru ini?
(Hasil audit) tersebut menjadi tidak independen. (seharusnya audit) itu adalah sesuatu yang
profesional. Tapi ini justru digunakan untuk mendapatkan keuntungan pribadi, dari pihak
kementeriannya maupun dari pihak BPk-nya.
Semestinya di kementerian, Irjennya itu “menjaga” dalam artian dia tidak menutupi.
seharusnya memperbaiki, meminta dan mem-bimbing para direktur jenderal lainnya agar
mentaati peraturan mengenai keuangan itu. Tapi kenyataannya tidak. Irjennya itu justru
melakukan suap dan menutupi yang seharusnya bukan WTP menjadi WTP dengan
melakukan suap. Dengan demikian mereka tidak melakukan tugasnya dengan sebaiknya.
Bagaimana dengan BPK ?
tugas sebagai pengawas tidak dijalankan, abuse of power.
Inilah yang harus dibenahi. karena kejadian seperti ini bukan baru kali ini terjadi. Tapi sudah
beberapa kali, bahkan di daerah-daerah juga sudah pernah terjadi.
seperti di kementerian esDM sudah terjadi seperti itu dan di persidangan, disampaikan
bahwa BPk, pihak irjen juga disuap. waktu itu terdakwanya adalah mantan irjennya tersebut.
Jadi seharusnya lembaga atau seseorang yang seharusnya mengawal dan menjaga agar
laporan keuangan itu baik, akuntabel, tapi malah mereka sendiri yang main. kalau sudah
seperti itu, kita percaya ke mana lagi.
20
Yang jelas bagi yang bersalah itu harus diambil tindakan secara hukum. nama-nama yang
sudah menjadi tersangka, ditahan dan harus diproses tuntas.
ke depan BPk harus mengembalikan marwahnya, karena saat ini banyak orang yang tidak
percaya mengenai WTP-WTP, karena kita tidak bisa menghindari pemikiran masyarakat.
Oleh karena itu, BPk harus menunjukkan bukan dengan kata-kata, namun dijawab dengan
tindakan.
21