AKREDITASI
Lemba~a
Admimstrasi
Negara
TUV~
ISO 9001 : 2008
Certificate: 161000632
2014
Buku Kerja Audit Intern - Reviu dan Simpulan
Pusdiklatwas BPKP
JI. Beringin II, Pandansari,Ciawi, Bogor 16720
Telp. (0251) 8249001- 8249003
Fax.(0251) 8248986 - 8248987
Email : pusdiklat@bpkp.go.id
Website : http://pusdiklatwas.bpkp.go.id
e-Learning : http://lms.bpkp.go.id
Pusdiklatwas BPKP sebagai salah satu instansi penyelenggara pendidikan dan pelatihan,
berkomitmen untuk memberikan yang terbaik bagi para pengguna jasanya. Kami menyadari
bahwa pelatihan selain harus memberikan pemahaman terhadap suatu pengetahuan, juga
harus memberikan keterampilan untuk mampu menerapkan pengetahuan tersebut. Setelah
pelaksanaan diklat diharapkan peserta diklat siap menerapkan pengetahuan dan keterampilan
yang diperoleh di tempat kerjanya. Untuk itu, selain modul yang bermuatan konsep-konsep,
bahan ajar pelatihan di Pusdiklatwas BPKPdilengkapi dengan modul buku kerja.
Modul buku kerja akan digunakan sebagai bahan latihan dalam menerapkan konsep-konsep
yang terkait. Melalui proses survei di lapangan, perbaikan berkelanjutan, dan kendali mutu yang
cukup, kami berusaha untuk dapat menyajikan modul buku kerja yang dapat mencerminkan
kondisi yang terjadi di lapangan.
Buku kerja ini adalah salah satu bahan ajar tertulis untuk digunakan pada proses pembelajaran
diklat yang dilaksanakan oleh Pusdiklatwas BPKP. Buku Kerja ini tidak dimaksudkan untuk
menjadi satu-satunya referensi yang berkenaan dengan substansi materinya. Peserta diklat
diharapkan memperkaya pemahamannya melalui berbagai referensi lain yang terkait.
Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
kontribusi atas terwujudnya modul ini.
Kata Pengantar i
Bab I PENDAHULUAN 1
A. Pengertian Reviu Kertas Kerja Audit.. 1
B. Tujuan dan Manfaat Reviu Kertas Kerja Audit.. 2
C. Jenis dan Jenjang Reviu KKA 2
D. Tahapan Pelaksanaan Reviu KKA 3
E. Sarana dan Media Reviu KKA 5
Reviu Kertas Kerja Audit (KKA) merupakan suatu proses penelaahan ulang secara cermat,
kritis, dan sistematis atas catatan-catatan yang dibuat, dikumpulkan, dan disimpan oleh
auditor mengenai prosedur audit yang ditempuh, pengujian yang dilakukan, informasi
yang diperoleh, serta simpulan audit yang dibuat. KKA yang dibuat oleh anggota tim
dan/atau ketua tim akan direviu oleh ketua tim, pengendali teknis (pengawas), dan
pengendali mutu (penanggung jawab). Reviu dilakukan untuk memastikan bahwa audit
dijalankan sesuai dengan program kerja audit, serta simpulan audit yang diambil dan
dituangkan dalam laporan hasil audit telah didukung oleh bukti-bukti kompeten yang
cukup.
Sedangkan KKA adalah catatan (dokumentasi) yang dibuat oleh auditor mengenai bukti-
bukti yang dikumpulkan, berbagai teknik dan prosedur audit yang diterapkan, serta
simpulan-simpulan audit yang dibuat selama melakukan audit. KKA merupakan bukti
pelaksanaan penugasan yang telah dilakukan, dikumpulkan, dan yang ditemukan oleh
auditor. KKA harus mendukung setiap fakta yang dikemukakan dalam laporan dan
simpulan atau analisis yang diambil dalam suatu penugasan. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa KKA merupakan riwayat yang sesungguhnya dari suatu penugasan audit.
• kegiatan audit, yang dimulai sejak tahap perencanaan, survei pendahuluan, evaluasi
atas sistem pengendalian manajemen, pengujian substantif, pelaporan, dan tindak
lanjut hasil audit;
Reviu KKA pada intinya dilaksanakan dengan tujuan untuk memenuhi persyaratan Standar
Audit Intern Pemerintah Indonesia (SAIPI) 3340 - Supervisi Penugasan, poin 68 dan 69,
sebagai berikut.
d. kertas kerja audit intern memuat informasi yang mendukung fakta, simpulan,
dan rekomendasi;
Reviu KKA dapat dibagi menjadi dua jenis reviu, yaitu reviu atas fisik KKA dan reviu atas
substansi materi KKA. Kegiatan reviu atas fisik KKA menekankan pada penelaahan tentang
permasalahan fisik KKA, yaitu reviu atas kelengkapan fisik, format, serta kerapian KKA.
Sedangkan kegiatan reviu atas substansi materi KKA meliputi reviu atas substansi materi
KKA ikhtisar, dan substansi materi KKA pendukung.
Pelaksanaan proses reviu KKA dilakukan secara berjenjang. Semua pekerjaan anggota tim
audit harus direviu oleh ketua tim. Semua pekerjaan ketua tim audit harus direviu oleh
pengawas audit pengendali teknis) sebelum laporan audit dibuat. Namun demikian, dalam
praktik tidak tertutup kemungkinan pengawas audit akan mereviu pula pekerjaan anggota
tim audit.
Pada umumnya reviu yang dilakukan oleh Ketua Tim memfokuskan pada reviu atas fisik
KKA dan kecermatan perhitungan yang dilakukan oleh anggota tim. Reviu atas substansi/
materi KKA pada umumnya merupakan fokus dari pengawas dan/atau pengendali mutu.
Reviu KKA dilaksanakan seiring dengan tahapan dalam audit, yaitu sebagai berikut.
1. Perencanaan Audit
Pemahaman yang jelas dan kesamaan persepsi antara anggota tim, ketua tim,
pengendali teknis, dan penanggung jawab audit akan memperlancar pelaksanaan
audit, pembuatan KKA, dan penyusunan Laporan Hasil Audit (LHA). Ketua tim
melakukan pembinaan kepada anggota tim untuk memahami tujuan audit, PKA, dan
bentuk LHA beserta isi/informasi yang akan dituangkan di dalam LHA.
Selanjutnya, berdasarkan informasi dan data yang telah diperoleh, ketua tim
melakukan analisis data dan menentukan risiko audit, yang akan menjadi dasar
dalam penyusunan PKA untuk kegiatan audit berikutnya.
2. Pelaksanaan Audit
Selama audit berlangsung, hubungan antara ketua tim dan anggota tim harus tetap
terjaga dengan baik. Ketua tim harus terus memantau kegiatan yang dilakukan
anggota tim secara terus-menerus dan bersinambungan. Ketua tim tidak boleh
menyerahkan pelaksanaan audit sepenuhnya kepada anggota tim.
Anggota tim tidak boleh dibiarkan terlalu lama dalam kesukaran atau kebingungan
dalam melaksanakan audit karena adanya hal-hal yang belum dapat mereka
putuskan. Audit yang berjalan salah arah akan mengakibatkan kegiatan audit kurang
efektif dan pemborosan sumber daya dan dana. Konsultasi atau koreksi dari ketua
tim harus dapat dilakukan segera sebelum kesalahan berlarut-Iarut.
Hal-hal yang harus direviu oleh ketua tim pada saat pelaksanaan kegiatan audit
adalah sebagai berikut.
Secara teknis, pelaksanaan reviu KKA harus pula memperhatikan tingkat keandalan
dan relevansi bukti yang dikumpulkan oleh anggota tim, sehingga akan dapat
menghemat waktu, biaya, dan tenaga. Tabel berikut ini menguraikan jenis-jenis
bukti dikaitkan dengan tingkat keandalannya.
Menengah Dokumentasi
Konfirmasi
Hasil pengamatan
Pada akhir penyelesaian pekerjaan audit, ketua tim harus dapat meyakinkan bahwa:
• temuan audit telah diperoleh dari simpulan yang rasional, layak, lengkap, dan
cermat informasinya;
• rekomendasi telah disusun secara rasional dan dapat diterapkan dalam rangka
peningkatan kinerja manajemen;
Sarana atau alat bantu yang biasa digunakan dalam reviu KKA mencakup:
Program Kerja Audit (PKA) adalah rancangan prosedur dan teknik audit yang disusun
secara sistematis yang harus diikuti/dilaksanakan oleh auditor dalam kegiatan audit
untuk mencapai tujuan audit. PKA digunakan sebagai dasar proses reviu, sehingga
pereviu dapat mengetahui PKA yang telah dijalankan, yang tidak dapat dijalankan,
dan prosedur/teknik audit pengganti yang diambil.
Pengunaan tinta yang berbeda warna di antara anggota tim, ketua tim, pengendali
teknis, dan pengendali mutu akan lebih memudahkan identifikasi pihak yang
menyusun KKA, yang mereviu KKA, dan materi/substansi yang direviu. Pembedaan
penggunaan warna tinta juga menandakan persetujuan secara berjenjang tentang isi
KKA, simpulan audit, temuan audit, dan rekomendasi sesuai dengan tingkat
kewenangan, serta dapat menghindarkan duplikasi kegiatan reviu.
Simbol audit dipergunakan oleh auditor untuk menunjukkan bahwa suatu prosedur
audit telah dilakukan. Di samping itu, penggunaan simbol audit pada KKA
dimaksudkan untuk menghindari kesalahan dan kekurangan dalam penyajian
informasi. Catatan-catatan yang timbul pada simbol-simbol audit tersebut dapat
pula dijadikan sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas- tugas audit berikutnya.
Simbol audit (audit tick mark) haruslah sederhana, misalnya tanda silang (XL tanda
atau tanda huruf (C). Tanda-tanda tersebut harus dapat dibedakan dengan
cek (111111111
mudah. Simbol-simbol audit biasanya ditempatkan sesudah jumlah yang diverifikasi
dan penjelasan atas simbol audit tersebut dicantumkan di bagian bawah KKA.
APIP sebaiknya memiliki pedoman simbol audit yang seragam (standard audit tick
marks) yang dipergunakan dalam seluruh pelaksanaan tugas audit. Tiap simbol audit
mengandung arti atau menguraikan keadaan yang sama, dimanapun simbol-simbol
tersebut dipergunakan. Hal ini akan memudahkan ketua tim audit dalam membaca
KKA.
4. Format KKA
Informasi yang dimuat dalam KKA ditulis sedemikian rupa sehingga di bagian
sebelah kiri masih tersedia ruang kosong, KKA juga tidak ditulis dua muka (bolak-
balik) untuk memungkinkan ketua tim menuliskan reviunya. Gambar berikut ini
merupakan contoh format umum dan cara pengisian KKA.
Adil Sejahtera
Aman Abadi
3.750
4.250
6.250
1.750
10.000
6.000 "
Murni Kita 7.500 2.500 10.000 "
SahabatAlam 5.000 5.000 10.000 "
... ... ... ... "
...
... ... ... ... ...
... ... ... ... ...
Teman Sejati 4.500 4.500 9.000
Total 545.000 575.000 1.120.000
Reviu KKA pada Format KKA dimaksud ditempatkan pada halaman kosong dari
bagian belakang KKA atau pada lembar reviu sheet.
Lembar reviu adalah lembar formulir yang digunakan untuk memberikan catatan,
pertanyaan, dan instruksi penting kepada auditor. Lembar reviu sebaiknya dicetak
dengan format tertentu sehingga penggunaannya dapat seragam. Lembar reviu
tidak boleh hilang dan tetap disimpan dalam file KKA walaupun masalahnya telah
diselesaikan. Lembar reviu akan memberikan bukti dokumentasi bahwa proses reviu
jawabnya.
LEMBARREVIUKKA
• Kolom 3 Uraian Masalah diisi dengan hal yang telah tertulis dalam KKA oleh
anggota tim/ketua tim, permasalahan dan/atau instruksi kepada
anggota tim/ketua tim.
• Menghemat waktu karena reviu tidak harus dilakukan dengan tatap muka
yang memakan waktu. Meskipun demikian, dalam banyak hal tatap muka
memang diperlukan untuk penjelasan tambahan dan koordinasi.
Lembar ringkasan PKA menguraikan isi singkat PKA, komentar hasil pelaksanaan
PKA, referensi No. KKA, dan langkah lanjutan yang diperlukan. Penggunaan
ringkasan PKA akan memberikan kepastian PKA yang telah dijalankan, mengingatkan
permasalahan yang ditemukan, dan memberikan referensi No. KKA secara cepat bila
diperlukan untuk melihatnya kembali atau dilakukan reviu oleh pengendali
teknis/pengendali mutu. Contoh Ringkasan PKA dapat dilihat pada gambar berikut
ini.
RINGKASAPKA
Daftar uji merupakan suatu lembar yang berisi daftar pertanyaan untuk menguji
kelengkapan isi KKA, kecermatan, pemenuhan persyaratan teknis (judul, tanggal,
paraf, nomor halaman, indeks), dan dokumen pendukung KKA. Biasanya daftar uji
seperti ini juga digunakan pada akhir pekerjaan audit. Penggunaan daftar secara
benar akan sangat membantu tim untuk menjelaskan bahwa syarat minimal dalam
pembuatan KKA dan pengumpulan bukti telah dipenuhi. Contoh Daftar Uji dapat
dilihat pada gambar di bawah ini.
CHECK LIST
Hasil Penelaahan
No. Unsur KKA Catatan
1 2 3 4 5
1 Kartu Penugasan
2 Surat Tugas
5 Ikhtisar/Temuan
7 Bukti Pendukung
8 Tanggapan Auditi
9 Konsep LHA
KEGIATAN
3 Kriteria
4 Dokumen Pendukung
5 Hasil Pengujian
6 Simpulan/lkhtisar
7 Tanda reviu KT/PT/PM
Catatan:
l. Ada dalam KKA
2. Telah diuji kecermatannya
3. Rapi
4. Teknis KKA telah dipenuhi
5. Tanda Reviu
Dalam pelaksanaan audit sering terjadi hambatan komunikasi di antara para auditor.
Untuk mengatasi hambatan tersebut dilakukan reviu meeting yaitu suatu pertemuan
yang melibatkan seluruh tim dalam suatu diskusi mengenai kegiatan audit yang
telah, sedang, dan akan dilakukan.
Salah satu tugas ketua tim dalam mereviu KKA adalah mengecek kelengkapan fisik,
format, dan kerapiannya. Ketua tim mengecek kelengkapan dokumen-dokumen yang
seharusnya ada di dalam KKA. Berdasarkan pengalamannya, auditor dapat menentukan
dokumen-dokumen penting yang harus ada pada suatu audit tertentu. Dalam audit atas
kepegawaian, dokumen yang harus ada antara lain daftar pegawai, berkas kepangkatan,
daftar hadir, pedoman mutasi dan promosi, serta kebijakan kepegawaian. Untuk
mengecek kelengkapan KKA, auditor biasa membuat daftar atau check list-nya.
Tata cara pengerjaan format KKA pada umumnya telah ditentukan dalam suatu pedoman.
Ketidaklengkapan atau kekurangan isi KKA maupun penyimpangan susunan isi dari
kelaziman, dapat ditanyakan kepada yang menyusun dengan menggunakan media lembar
reviu (review sheet).
Suatu unit kerja auditor sebaiknya mempunyai check list seperti dicontohkan pada
Bab sebelumnya. Biasanya, check list disusun sesuai alur pikir isi KKA atas audit
tertentu, misalnya check list audit kepegawaian. Di dalam check list seharusnya telah
Melalui reviu alur pikir daftar isi KKA, dapat diketahui isi KKA yang berbeda
susunannya. Ketua tim harus menilai alur pikir atas perbedaan isi KKA dengan check
list-nya, dan dapat menjelaskan alasan perubahan isi dan susunan KKA yang terjadi.
Alur pikir penomoran dan pengelompokan permasalahan KKA dalam daftar isi
merupakan titik awal yang penting dalam pengelolaan fisik KKA, karena penomoran
KKA akan menginduk pada nomorjpengelompokan daftar isi ini.
Ketua tim mencocokkan daftar isi KKA dengan fisik dokumennya untuk meyakinkan
bahwa dokumen yang disebutkan dalam daftar isi benar-benar ada. Misalnya,
setelah dilakukan pencocokan ke fisik dokumennya, ternyata KKA pengujian SPM
unsur aktivitas pengendalian - pembinaan SDM - belum dibuat.
Ketua tim mencocokkan dan menilai kesesuaian antara KKA utama dengan KKA
pendukungnya untuk memastikan bahwa KKA utama telah didukung oleh KKA
pendukung yang tepat. Misalkan, dalam KKA utama pengujian SPM bidang sarana
telah didukung dengan beberapa KKA pengujian SPM bidang keuangan.
Reviu kesesuaian KKA dengan PKA yang terkait meliputi evaluasi atas kelengkapan
KKA dengan PKA-nya dan evaluasi atas ketaatan penerapan PKA-nya.
Reviu atas format KKA pada bagian Ref No. PKA dilakukan untuk memastikan
ketaatan pencantumannya pada lembar-Iembar KKA. Selanjutnya, ketua tim
harus dapat meyakinkan bahwa nomor yang dicantumkan pada Ref No. PKA
tersebut memang benar sesuai dengan nomor PKA yang prosedur dan teknik
auditnya dilaksanakan dan dituangkan dalam KKA tersebut. Hal ini untuk
memastikan bahwa PKA yang ditetapkan telah ditaati untuk dilaksanakan.
Pada umumnya, seluruh APIP telah memiliki ketentuan/pedoman tentang tata cara
penyusunan KKA, termasuk ketentuan mengenai format isi KKA yang bersifat umum. Reviu
dimulai dengan mengamati secara sekilas format KKA secara umum dan isi KKA yang harus
ada serta mengamati kerapian fisik KKA. Kemudian reviu dilanjutkan dengan menguji
kebenaran butir-butir isi KKA tersebut. Namun, dalam reviu ini belum menyangkut
substansi materi KKA.
C
- Daftar RealisasiPenyaluran Dana Pengembangan UK~ uan rupiah)
Adil Sejahtera
Aman Abadi
Murni Kita
3.750
4.250
7.500
6.250
1.750
2.500
10.000
6.000
10.000
,"
I "\
1
(~mpula~~
..... II\.etUKM yang telah disalurkan se~~ r\tJ.l.1LU.UU~0
)~
F -
UKM yang telah menerima sebanyak 224 UK lihat KKAE/2/1-V ~
..."""".... ...............
(
( Sumber data ;)~ r'!<eterangan: ~
- Lap. RealisasiDana Bang UKM "" = footing cocok
~tar Nominatif Pengajuan U ~ = cross footing sesuai H kti
L..!...
Penjelasan gambar tentang uraian langkah reviu format KKA adalah sebagai berikut.
Langkah pertama reviu KKA adalah memastikan bahwa di lembar KKA sudah
tercantum identitas unit organisasi auditor. Pada umumnya suatu unit
organisasi APIP telah menggunakan formulir-formulir KKA yang standar.
Formulir KKA tersebut dicetak dalam berbagai format seperti format tanpa
kolorn, dua kolorn, empat kolorn, enam kolorn, tiga belas kolorn, dan formulir
b. No. KKA, Ref. No. PKA, Nama Penyusun, Paraf, dan Tanggal (B)
1) Nomor KKA
Tujuan reviu atas nomor KKA adalah untuk meyakinkan bahwa KKA telah
diberi nomor secara sistematis dan jelas, serta diterapkan secara
konsisten untuk seluruh KKA.
4) Tanggal
Reviu dilakukan untuk meyakinkan bahwa tick mark audit telah diberikan
sesuai dengan pedoman yang ada dan telah diberikan keterangan seperlunya
atas tick mark yang digunakan. Reviu dilakukan dengan mengamati atau
scanning terhadap tick mark yang digunakan dalam lembar-Iembar KKA.
Penggunaan tick mark atau simbol-simbol khusus yang kurang lazim digunakan
harus diberi catatan atau penjelasan pada bagian atas atau bagian akhir dari
lembar KKA.
Komentar dan simpulan merupakan bagian penting dari suatu KKA. Simpulan
yang dimuat dalam KKA harus memenuhi standar penyusunan KKA yang telah
ditetapkan dalam standar audit APIP. Reviu atas komentar dan simpulan
meliputi hal-hal sebagai berikut.
• Bagian setiap KKA harus selalu dikaitkan dengan tujuan utama dan
tujuan dukungan yang hendak diberikan dalam penugasan audit.
• Reviu atas komentar dan simpulan dalam tahap ini bertujuan untuk
meyakinkan bahwa dalam setiap permasalahan yang dituangkan dalam
KKA telah diberikan komentar dan simpulannya, jadi lebih kepada
ketaatan penyusunan dan keberadaannya.
Reviu mengenai penjelasan istilah teknis yang tidak lazim atau yang
mempunyai pengertian khusus dilakukan untuk memastikan bahwa atas istilah
tersebut telah diberikan penjelasan yang memadai sehingga memudahkan
pembaca memahami isi KKA. Reviu dilakukan dengan pengamatan dan
scanning.
• memahami program kerja dan tujuan audit yang hendak dicapai dalam
KKA;
• menilai judul KKA dan konteksnya dengan isi substansi KKA beserta
simpulannya;
Ketua tim harus dapat memberikan arahan dan penjelasan tentang pentingnya
kelengkapan format KKA yang belum dipenuhi oleh anggota timnya.
Bersamaan dengan reviu atas format umum KKA di atas, ketua tim dapat sekaligus
menilai tingkat kerapian penyusunan KKA. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam mereviu kerapian penyusunan KKA adalah sebagai berikut:
Kertas kerja audit berguna sebagai alat bertahan dan pembuktian bagi auditor terhadap
tuntutan pengadilan jika terjadi kelalaian atau penyelewengan yang dituduhkan kepada
auditor dan juga sebagai alat untuk menetapkan apakah semua informasi penting yang
dikumpulkan telah memenuhi syarat untuk menjadi bahan laporan hasil audit. Reviu atas
kelengkapan alat bukti dalam KKA dilakukan untuk menguji apakah KKA telah
mencerminkan penerapan standar audit dan prosedur audit yang dijalankan. Di samping
itu, reviu KKA juga untuk memastikan bahwa simpulan hasil audit telah didukung dengan
bukti-bukti audit yang lengkap, baik materi bukti audit maupun jumlahnya.
KKA harus dibuat secara teratur, hati-hati, bersih, dan teliti agar mudah dimengerti
oleh pengawas dan penanggung jawab yang mereviu KKA dengan tujuan untuk
meyakinkan bahwa:
Dalam reviu bukti audit, ketua tim harus dapat meyakini bahwa dalam KKA tidak
memuat salinan dari buku/dokumen auditan, tetapi memuat Ikhtisar data disertai
simpulan audit. Data yang dimuat dalam KKA harus data yang diperlukan untuk
pendukung laporan, untuk penyelidikan di kemudian hari, dan untuk verifikasi
ketepatan pembukuan transaksi. Kecakapan seorang auditor dapat diuji melalui
kertas kerja audit yang disusunnya, yang mencerminkan tingkat penguasaan auditor
terhadap auditing, prinsip-prinsip akuntansi, dan sebagainya.
c. Gagal untuk menyajikan pembahasan atas pos-pos biaya dan pendapatan yang
seharusnya dianalisis.
f. Data yang diperoleh tidak lengkap untuk menyusun temuan dan laporan hasil
audit.
Syarat-syarat bukti audit yang cukup dan memadai adalah sebagai berikut:
a. Cukup
Cukup atau tidaknya bukti audit berkaitan dengan kuantitas bukti yang harus
dikumpulkan oleh auditor. Pertimbangan profesional (professional judgement)
auditor memegang peranan yang penting dalam menentukan cukup atau
tidaknya jumlah bukti audit yang dikumpulkan. Faktor yang memengaruhi
pertimbangan auditor dalam menentukan cukup atau tidaknya bukti adalah:
2) faktor ekonomi;
b. Dapat diandalkan dan layak untuk mendukung temuan, simpulan, dan laporan
hasil audit.
1) pertimbangan professional;
2) integritas manajemen;
3) lingkup organisasi/lembaga;
4) kondisi keuangan.
c. Kompeten
1) relevansi,
2) sumber data,
3) ketepatan waktu,
Pelaksanaan reviu atas temuan audit harus ditekankan pada pemenuhan pengujian atas
unsur-unsur temuan. Temuan audit merupakan hasil dari perbandingan antara kondisi
(apa yang sebenarnya terjadi) dan kriteria (apa yang seharusnya menurut ketentuan),
mengungkapkan akibat yang ditimbulkan dari perbedaan antara kondisi dan kriteria yang
ditetapkan, serta mencari penyebabnya.
a. Kondisi. Harus memuat uraian tentang hal-hal yang ditemukan oleh auditor di
lapangan dan mengungkapkan hal-hal yang sesungguhnya terjadi.
e. Rekomendasi. Harus memuat suatu saran yang dapat dilakukan (dan dapat
diterapkan) oleh pihak auditan untuk memperbaiki kesalahan yang terjadi.
Temuan yang baik memiliki beberapa sifat, yaitu material, disajikan secara tepat,
serta didukung dengan bukti audit yang cukup, dapat diandalkan, dan kompeten.
a. Material. Temuan yang dimasukkan dalam laporan hasil audit haruslah temuan
yang bersifat material. Temuan yang dianggap nilainya tidak material, namun
Meskipun auditor pada umumnya memahami unsur-unsur yang harus dimuat dalam
pengungkapan temuan, namun tidak jarang dijumpai adanya kekurangan atau
kelemahan pada masing-masing unsur temuan. Oleh karena itu, dalam reviu KKA
atas temuan hendaknya dapat mengidentifikasi kelemahan-kelemahan unsur-unsur
temuan, yaitu sebagai berikut.
2) auditan tidak sepakat dengan kriteria yang digunakan oleh auditor untuk
menilai kondisi yang ada.
1) akibat yang diungkap tidak jelas dan kurang didukung bukti yang
memadai;
3) akibat yang diungkap masih bersifat potensial, belum pasti, atau masih
dapat diperdebatkan kemungkinan terjadinya di masa yang akan datang.
Reviu atas substansi KKA meliputi dua hal, yaitu substansi proses kegiatan audit dan
substansi permasalahan yang tertuang dalam KKA. Reviu atas substansi proses kegiatan
audit ditujukan untuk menilai apakah auditor telah menggunakan kemahiran
profesionalnya dengan cermat dan seksama. Reviu ini lebih mengarah pada pemenuhan
standar audit dan kode etik profesi yang berlaku. Sementara itu, reviu atas substansi
1. Relevansi
Pereviu harus dapat meyakinkan bahwa informasi dan bukti yang dimuat dan
dikumpulkan serta sumber data yang digunakan mempunyai relevansi dan memiliki
hubungan dengan:
b. tujuan audit yang harus dicapai dengan prosedur dan teknik audit yang
dilaksanakan.
b. analisis;
c. penjumlahan, perhitungan;
d. penarikan simpulan;
a. kecukupan pengujian;
Pereviu juga menilai kemudahan pemahaman atas penyajian KKA, supaya tidak
terjadi perbedaan pengertian dan timbul salah persepsi, khususnya dalam penyajian
permasalahan yang penting, temuan audit, dan rekomendasi. KKA yang mudah
dipahami antara lain mencakup:
5. Keefisienan
Reviu juga dilakukan untuk menilai dan membimbing anggota tim supaya dapat
menyajikan KKA dengan lebih efisien. Untuk memperoleh efisiensi dalam
penyusunan KKA antara lain dilakukan dengan:
KKA ikhtisar disusun mulai dari survei pendahuluan, pengumpulan data, pengujian SPM,
pelaksanaan audit rinci pada setiap segmen atau bagian, hingga ke penyelesaian
pekerjaan audit. Permasalahan atau temuan audit yang akan dibahas dalam "exit
meeting" dengan pihak auditan biasanya dituangkan dalam suatu Daftar Rincian Temuan.
Daftar ini merupakan kumpulan permasalahan/temuan audit yang dikutip dari berbagai
KKA ikhtisar. Reviu terhadap penyajian daftar rincian temuan ini merupakan suatu hal
yang penting. Kelemahan dalam penyajian temuan adalah sesuatu yang kritis dan sering
menjadikan pihak auditan cenderung untuk melakukan tindakan bertahan dan
Reviu atas substansi materi dalam KKA ikhtisar sangat penting, karena materi inilah yang
nantinya menjadi bahan baku isi LHA. Reviu KKA ikhtisar dilakukan terhadap keseluruhan
ikhtisar-ikhtisar di atas. Reviu substansi materi suatu KKA ikhtisar dilakukan dengan cara
sebagai berikut.
2. Mereviu alur pikir substansi materi ikhtisar yang disajikan dalam KKA Ikhtisar
sekaligus memperhatikan konsistensi datal informasi yang disajikan.
3. Mereviu KKA pendukung secara rinci yang menjadi dasar pembuatan KKA Ikhtisar
dengan cara seperti yang telah diuraikan pada awal bab ini. Reviu KKA pendukung
pada saat ini tidak dilakukan terhadap seluruh KKA yang terkait dengan suatu
ikhtisar, akan tetapi hanya dilakukan terhadap sebagian KKA pendukung yang belum
direviu pada kesempatan lebih awal.
Hal yang harus diperhatikan dalam reviu KKA ikhtisar meliputi hal-hal berikut.
Secara umum, reviu terhadap suatu KKA ikhtisar bertujuan untuk memperoleh
keyakinan bahwa KKA ikhtisar disusun dengan alur pikir yang runtut dan rasional
dalam hal:
d. tidak terjadi "informasi meloncat" yaitu adanya informasi yang tidak ada
terusannya atau menggantung.
Ikhtisar harus dibuat dengan tulisan yang ringkas, padat, dan jelas. Beberapa hal
yang harus diperhatikan dalam melakukan reviu atas KKA ikhtisar pada setiap
kegiatan audit adalah sebagai berikut.
7) simpulan dan tentative audit objective (TAO) yang akan menjadi tujuan
dan sasaran evaluasi dan penilaian SPM.
b. Reviu atas KKA ikhtisar pengujian SPM harus dapat meyakinkan bahwa
pengujian (evaluasi) atas keandalan struktur/sistem pengendalian manajemen
telah dilakukan sebagaimana mestinya dan didokumentasikan dalam KKA.
Pada saat reviu harus dapat diyakini bahwa di dalam KKA tidak terdapat
lembar-Iembar internal control questionnaire (ICQ) yang hasilnya tidak sinkron
dengan PKA, yang berarti hasil pengujian SPM yang ada di dalam KKA tidak
dapat menilai efektivitas SPM auditan.
1) Telah memuat ketaatan anggota tim dalam melaksanakan PKA. PKA yang
telah dibuat oleh ketua tim perlu dievaluasi apakah telah dilaksanakan
oleh anggota tim, untuk mencapai tujuan audit yang telah ditetapkan.
Apabila terdapat PKA yang tidak dapat dilaksanakan, harus
dipertimbangkan prosedur dan teknik audit pengganti agar tujuan audit
teta p da pat d icapai.
Rencana strategis tahun 20Xl-20X5 suatu lembaga audit internal pemerintah menargetkan
untuk melaksanakan seratus penugasan pengawasan dalam tahun 20X3. Rencana strategis
tersebut dijabarkan dalam Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT) tahun 20X3. Salah satu
objek pengawasan adalah Kegiatan Penyaluran Pupuk kepada Petani Miskin pada Program
Ketahanan Pangan. Penugasan ini dilaksanakan dalam bentuk "Audit Kinerja atas Kegiatan
Penyaluran Pupuk Kepada Petani yang dilaksanakan oleh Dinas Pertanian XYZ Tahun 20X2".
Audit kinerja ini bertujuan untuk menilai aspek ekonomi, efisiensi, dan audit aspek efektivitas,
serta ketaatan pada peraturan atas pelaksanaan tugas dan fungsi instansi pemerintah.
Saudara Ali ditugaskan sebagai ketua tim dari audit kinerja ini dengan didampingi dua orang
anggota tim (Budi dan Cici). Standar audit mengatur bahwa pada setiap tahap penugasan audit
intern, auditor harus disupervisi secara memadai untuk memastikan tercapainya sasaran,
terjaminnya kualitas, dan meningkatnya kompetensi auditor. Supervisi merupakan tindakan
yang terus-menerus selama penugasan audit intern, mulai dari perencanaan hingga
dikomunikasikannya hasil akhir audit intern. Dalam penugasan ini, Ali berkewajiban untuk
melakukan supervisi pada Budi dan Cicio Supervisi dilakukan dalam bentuk reviu berjenjang,
dimana hasil pekerjaan anggota tim akan direviu oleh ketua tim, hasil pekerjaan ketua tim akan
direviu oleh pengendali teknis, dan seterusnya.
Standar Audit mengatur bahwa auditor harus merencanakan dan melaksanakan pekerjaannya
dengan menggunakan kemahiran profesionalnya secara cermat dan seksama (due professional
care) dan secara hati-hati (prudent). Auditor harus menggunakan kemahiran profesionalnya
dengan cermat dan saksama (due professional care) dan secara hati-hati (prudent) dalam setiap
penugasan audit intern. Due professional care dilakukan pada berbagai aspek audit, di
antaranya:
• penentuan signifikan tidaknya risiko yang diidentifikasi dalam audit intern dan
efek/dampaknya;
• penentuan kompetensi, integritas, dan kesimpulan yang diambil pihak lain yang berkaitan
dengan penugasan audit intern.
• Kasus ini untuk menguji kemampuan peserta dalam mereviu kelengkapan fisik KKA.
• Berikut ini adalah beberapa lembar KKA yang dihasilkan oleh salah satu anggota tim audit
(Budi).
I Umum
II Perencanaan Audit
A. Tujuan dan lingkup penugasan
B. Informasi auditan
F. Rencana pengujian
D. Tanggapan Auditan
B. Surat Pengaduan
C. Disposisi Surat
D. Lain-lain
V Konsep LHA
VI Pelaksanaan Tindak Lanjut
Tujuan penugasan "Audit Kinerja atas Kegiatan Penyaluran Pupuk kepada Petani yang dilaksanakan
oleh Satker XYZTahun 20X2" adalah untuk memberikan positive assurance bahwa kegiatan penyaluran
pupuk telah dilaksanakan secara efektif, efisien, dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Lingkup penugasan adalah kegiatan Penyaluran Pupuk kepada Petani yang dilaksanakan oleh Satker
XYZ pada tahun 20X2.
Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Pertanian, membuat suatu program yang memberikan
bantuan langsung pada petani pangan berupa Bantuan Langsung Pupuk (BLP). Pelaksanaan BLP
didasari oleh kenyataan bahwa petani pangan belum menggunakan pupuk lengkap karena
keterbatasan permodalan, sehingga menyebabkan petani pangan kesulitan mengakses faktor-faktor
produksi tersebut.
BLP mempunyai tiga tujuan pokok. Tujuan pertama adalah meningkatkan kesadaran petani tentang
penggunaan dan manfaat pupuk majemuk NPK serta pupuk organik. Kedua, untuk meringankan beban
petani dalam pengadaan benih unggul dan pupuk. Sedangkan, tujuan ketiga adalah untuk
meningkatkan produktivitas padi, jagung, dan kedelai.
Apabila ketiga tujuan tersebut tercapai, maka diharapkan kemandirian dalam membangun ketahanan
pangan nasional dapat terpelihara, serta dapat meningkatkan pendapatan petani dari waktu ke waktu.
Dari berbagai sumber diperoleh informasi bahwa ada beberapa permasalahan yang dijumpai:
1. Luas lahan baku pertanian di Kabupaten XYZ setiap tahun menu run. Pada tahun 20XO luas baku
sawah berpengairan adalah 35.688 ha, turun menjadi 35.393 ha pada tahun 20X1. Penurunan luas
baku juga terjadi pada lahan tidak berpengairan, yaitu dari 6.293 ha pada tahun 20XO, menjadi
5.205 ha pada tahun 20X1. Secara keseluruhan, luas baku sawah turun dari 41.981 ha pada tahun
20XO,menjadi 40.598 ha pada tahun 20X1 atau menu run 1.383 ha (1,38%).
40 2 0 1 4 I Pus d i k I a twa s B P K P
Inspektorat Jenderal No. KKA : II/B/1/2
Kementerian ABC Ref. PKA No.
Disusun oleh : Budi I Paraf: Buds
Nama Auditan : Dinas Pertanian XYZ Tanggal : 10/3/20x2
Sasaran Audit : Audit Kinerja Direviu oleh : Ali I Paraf: Alii
Periode Audit :20X2 Tanggal : 13/3/20x2
2. Selama enam tahun terakhir, alokasi pupuk bersubsidi setiap tahunnya tidak mencukupi untuk
seluruh kebutuhan pupuk tanaman pangan. Kekurangan masih mencapai 38% untuk Urea, 78%
untuk SP36, 61% untuk ZA, dan 57% untuk NPK.
4. Terjadi penyalahgunaan penggunaan pupuk bersubsidi, dimana pupuk untuk tanaman pangan
digunakan untuk tanaman perkebunan.
5. Penyaluran pupuk tahun 20X1 terlambat satu bulan, yaitu seharusnya sudah ada pada bulan
Maret tetapi baru tersedia pada bulan April. Hal ini merupakan salah satu faktor penyebab petani
tidak menebus pupuknya.
6. Pendistribusian pupuk bersubsidi oleh distributor pada akhir tahun dilaporkan selalu mencapai
100%, tetapi menu rut informasi dari masyarakat pendistribusian tersebut tidak pernah mencapai
100%.
7. Adanya pembelian pupuk bersubsidi oleh yang tidak berhak, dan pupuk tersebut ditukar
karungnya yang bertuliskan Pupuk Non Subsidi dan dijual dengan harga mahal.
8. Program bantuan langsung pupuk (BLP)yang dilaksanakan oleh pemerintah mengganggu program
subsidi pupuk. Dengan adanya pupuk BLP, pupuk diberikan kepada petani secara gratis. Hal ini
mengakibatkan dosis pupuk bersubsidi yang biasa digunakan petani, berdasarkan pengalaman
sebelumnya, menjadi berkurang.
9. Kinerja Komisi Pengawasan Pupuk dan Pestisida (KP3) belum optimal sehingga harus ditingkatkan
lagi. Berdasarkan tupoksinya, KP3 melakukan pengawasan terhadap pengadaan, peredaran dan
penyimpanan, serta penggunaan pupuk dan pestisida.
10. Pada tahun 20X1, pupuk bersubsidi diberikan untuk areal sawah di Kabupaten XYZ. Masing-
masing anggota kelompok tani mendapatkan pupuk Urea bersubsidi rata-rata 100 kg/ha,
sementara anjuran pemakaian pupuk berimbang untuk lokasi ini adalah 200-250kg/ha .
Dari hasil penilaian risk maturity level di dinas pertanian XYZ, diketahui bahwa tingkatannya masih risk
aware sehingga auditor bertindak sebagai konsultan dalam proses pemahaman dan penerapan
manajemen risiko bagi organisasi.
Risk register hasil konsultasi dengan auditor internal telah disetujui oleh manajemen Dinas Pertanian
XYZ. Berikut ini adalah cuplikan risk register dimaksud.
Risiko nom or 12 dan 13 dikendalikan dengan membentuk Komisi Pengawasan Pupuk dan Pestisida
(KP3) yang dibentuk oleh bupati untuk mengawasi pelaksanaan peredaran pupuk dan pestisida agar
tersalurkan kepada pihak yang seharusnya. Komisi ini beranggotakan instansi-instansi terkait, seperti
pihak kepolisian, dinas pertanian, penyuluhan, dan dinas perindustrian. Tugas KP3 adalah sebagai
berikut.
Disamping itu, dilakukan Pemberdayaan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) pupuk dan pestisida
yang dilaksanakan oleh PPNS dari Dinas Pertanian. Tugas PPNS antara lain sebagai berikut.
4. Penyusunan pemberkasan
• Kasus ini untuk menguji pemahaman peserta bahwa salah satu tujuan reviu KKA adalah
untuk memastikan bahwa prosedur audit yang ditercantum dalam PKA telah diikuti. Di
samping itu, reviu KKA dilakukan untuk menilai ketepatan, kecermatan, dan kewajaran
simpulan, temuan, dan rekomendasi yang dibuat oleh anggota tim.
• Berdasarkan data tersebut, Saudara selaku ketua tim, diwajibkan melakukan reviu KKA
yang dibuat oleh anggota tim.
Waktu yang
Dilaksanakan oleh Nomor
No. Uraian diperlukan Catatan
KKA
Rencana Realisasi Rencana Realisasi
Tujuan
Memastikan ketepatan identifikasi penggunaan pupuk dan pestisida di tingkat kelompok tani yang
dibuat oleh KP3
Langkah Kerja
1 Dapatkan rencana Ciei 2jam
definitif kebutuhan
kelompok (RDKK)
berbagai tingkat kab/kec
dan tingkat kelompok
tani!
2 Lakukan perhitungan Budi 1 hari
ulang dari RDKK
kelompok tani sampai
RDKKtingkat kabupaten!
Buat simpulan!
3 Pilih sam pel acak Ciei 2jam
sebanyak dua kelompok
tani untuk setiap
kecamatan!
4 Lakukan wawancara Budi/Ciei 4 hari
dengan ketua kelompok
dan 10% sam pel anggota
kelompok untuk menguji
keakuratan luas lahan
dan kebutuhan pupuk
dalam RDKK! Buat
simpulan pengujian!
5 Susun draftemuan! Budi/Ciei 1 hari
Waktu yang
Dilaksanakan oleh Nomor
No. Uraian diperlukan Catatan
KKA
Rencana Realisasi Rencana Realisasi
Tujuan
Memastikan ketepatan hasil inventarisasi peredaran pupuk (HIPP) yang dibuat oleh KP3.
Langkah Kerja
1 Dapatkan hasil Ciei 2jam
inventarisasi pereda ran
pupuk (HIPP) dari KP3!
2 Rekap penggunaan pupuk Budi/Ciei 1hari
bersubsidi dari masing-
masing kelompok tani
yang disampel!
3 Dapatkan data Budi/Ciei 1hari
penyaluran pupuk
bersubsidi dari kios
pengecer pupuk di
kecamatan yang
disampel! Buat rekapnya!
4 Bandingkan antara HIPP Budi/Ciei 3 hari
dan rekap penggunaan
pupuk kelompok tani dan
kios! Minta penjelasan
perbedaannya! Buat
simpulan!
5 Susun draftemuan! Budi/Ciei 1hari
Perhitungan ulang dari RDKK kelompok tani sampai RDKK tingkat kabupaten
Penyaluran pupuk kepada petani ditentukan berdasarkan RDKK. RDKK disusun oleh masing-masing
kelompok tani yang merupakan perhitungan rencana kebutuhan pupuk dalam satu tahun. RDKK dari
setiap kelompok tani akan dikumpulkan di kecamatan untuk direkap oleh pemerintah kabupaten/kota
dan hasilnya akan diserahkan kepada pemerintah provinsi untuk diteruskan kepada Menteri Pertanian
dan akan menjadi kebutuhan pupuk nasional untuk tahun tertentu. Alur kompilasi RDKKini merupakan
pengendalian atas risiko kekurangan/kebocoran pupuk.
Metode audit yang dilakukan adalah melakukan perhitungan ulang dari RDKK setiap kelompok untuk
dikompilasi sampai tingkat kabupaten, kemudian dibandingkan dengan RDKKtingkat kabupaten yang
telah diteruskan kepada pemerintah provinsi.
Hasil audit menunjukkan adanya 12 RDKK kelompok tani yang tidak terkompilasi dalam kebutuhan
pupuk tingkat kabupaten, sehingga alokasi pupuk untuk kabupaten XYZ kurang sebanyak 1.000 kg urea,
786 kg Za, dan 1050 kg NPK (rincian lihat KKA 111/A/1/12).
Menurut pihak Dinas Pertanian XYZ, permasalahan ini terjadi karena keterlambatan kelompok tani
menyusun RDKK. Sampai dengan deadline yang ditentukan oleh dinas pertanian provinsi, ke-12
kelompok tani yang tidak terkompilasi tersebut belum menyelesaikan RDKK-nya.
Kesimpulan:
Rencana kebutuhan pupuk kabupaten XYZ lebih rendah dibanding kebutuhan petani sebanyak 1.000 kg
urea, 786 kg Za, dan 1050 kg NPK yang tersebar di seluruh Kabupaten XYZ. Hal ini disebabkan
kelemahan pembinaan Dinas Pertanian kepada para kelompok tani.
Pemilihan sampel kelompok tani dilakukan secara random dengan menggunakan perintah RANDO di
microsoft excel pada daftar populasi kelompok tani di Kabupaten XYZ. Nilai random tersebut
di-value-kan dan diurutkan. Dua nilai terendah di tiap kecamatan dipilih sebagai sam pel. Rincian RDKK
kelompok tani yang disampel adalah sebagai berikut:
Luas
Nama Jumlah Urea SP.36 ZA NPK Organik
Tanah Kecamatan
Kelompok Anggota (Kg) (Kg) (Kg) (Kg) (Kg)
(Ha)
-..
- ~ ~""\.
- -~ ~ ......
~~
~ AI'"'I:"\
Pengujian keakuratan RDKK sampel kelompok tani dilakukan untuk meyakini bahwa RDKK masing-
masing kelompok tani telah dibuat sesuai dengan kondisi sebenarnya.
Prosedur dilakukan melalui wawancara dengan ketua kelompok tani, yang didukung dengan data
administrasi kelompok yang dimiliki ketua kelompok.
Kesimpulan:
Terdapat selisih antara RDKK dan informasi dari ketua kelompok sebanyak 2 orang, dengan selisih
2700 kg pupuk. Penyebab selisih adalah adanya 2 orang anggota kelompok yang ada di RDKK, namun
ternyata bukan penduduk desa Barokah. Kedua petani tersebut adalah Sdr. Didik dan Suwatno.
• Temuan audit berpangkal tolak dari perbandingan kondisi (apa yang sebenarnya terjadi) dengan
kriteria (apa yang seharusnya terjadi), mengungkap akibat yang ditimbulkan dari perbedaan
kondisi dan kriteria tersebut, serta mencari penyebabnya.
• Dari hasil audit terhadap keakuratan RDKK, anggota tim (Budi) telah membuat simpulan dan
temuan hasil audit sementara.
Temuan 1 : Perhitungan ulang dari RDKK kelompok tani sampai RDKK tingkat kabupaten
Kondisi:
Terdapat perbedaan data antara rekapitulasi RDKK Kabupaten XYZ dan RDKK setiap kelompok tani.
Dari hasil perhitungan ulang RDKK setiap kelompok tani yang dikompilasi per kecamatan dan
kabupaten, diketahui adanya 12 kelompok tani yang datanya tidak masuk dalam rekap kabupaten
(rincian lihat 111/A/1/l dan KKA 111/A/1/12).
Kriteria:
Sebab:
Menurut pihak dinas pertanian XYZ, permasalahan ini terjadi karena keterlambatan kelompok tani
menyusun RDKK. Sampai dengan deadline yang ditentukan oleh dinas pertanian provinsi, ke-12
kelompok tani yang tidak terkompilasi tersebut belum menyelesaikan RDKK-nya.
Akibat:
Kekurangan alokasi pupuk bersubsidi bagi 12 kelompok tani yang RDKK-nyatidak terkompilasi.
Rekomendasi:
Direkomendasikan kepada Kepala Dinas Pertanian XYZ untuk mengusulkan tambahan alokasi pupuk
bersubsidi untuk 12 kelompok tani yang tidak terkompilasi RDKK-nya.
• Sdri. Ciei, selaku anggota tim, melakukan audit atas administrasi keuangan Dinas Pertanian XYZ.
Ciei mengangkat permasalahan pencatatan transaksi keuangan (buku kas umum dan buku
pembantu lainnya) dilakukan dengan menggunakan Sistem Informasi Komputer.
Kondisi:
Pengelola keuangan Program Ketahanan Pangan Dinas Pertanian Kabupaten XYZ melaksanakan
pembukuan menggunakan aplikasi komputer. Buku besar dan buku pembantu lainnya hanya dicetak
setiap bulan sekali dan ditandatangani oleh pengelola keuangan.
Kriteria:
Keputusan Menteri Keuangan Nomor KEP-332/M/V/9/1968 tentang Buku Kas Umum (BKU) dan Tjara
Mengerdjakannja antara lain mengatur bahwa:
• Bila ada kesalahan agar dicoret lurus dua kali dan diparaf.
Semua ketentuan ini tidak dilaksanakan oleh pengelola keuangan karena penatausahaan
menggunakan aplikasi komputer.
Sebab:
Akibat:
Keandalan pencatatan keuangan tidak dapat diyakini. Perubahan dan koreksi pembukuan yang
dilakukan oleh pengelola keuangan tidak terekam jejaknya
Rekomendasi:
Direkomendasikan kepada Kepala Dinas Pertanian Kabupaten XYZ untuk memerintahkan pengelola
keuangan untuk melaksanakan penatausahaan keuangan dengan menggunakan BKU sesuai Keputusan
Menteri Keuangan nomor KEP-332/M/V/9/1968.
• Sdri. Ciei, selaku anggota tim, melakukan audit atas pertanggungjawaban keuangan. Ciei
menemukan adanya pengadaan konsumsi untuk makan siang selama beberapa hari berturut-turut
yang dilakukan dengan menggunakan dana uang persediaaan (UP).
Kondisi:
Pelatihan penggunaan pupuk untuk petani dilaksanakan selama 4 hari. Pengadaan konsumsi untuk
makan siang tersebut dibeli dan dipertanggungjawabkan dengan kuitansi-kuitansi nasi kotak berikut:
No.
Tanggal Penjual Jumlah Kotak Nilai (Rp)
Bukti
N 231 12/3/20X2 RM. Sudi Mampir 150 3.000.000,-
12.200.000,-
Kriteria:
Surat Edaran Kepala Dinas Pendapatan, Keuangan, dan Aset Daerah (DPKAD) Kabupaten XYZ Nomor
312/DPKAD/20X1 mengatur bahwa pembayaran kepada pihak ketiga senilai lebih dari Rp5.000.000,OO
(lima juta rupiah) harus menggunakan Surat Perintah Membayar Langsung (SPM LS).
Sebab:
Ketidakpahaman pengelola keuangan terhadap ketentuan pengelolaan keuangan daerah yang berlaku.
Akibat:
Ketidaktertiban pengelolaan keuangan yang dilakukan oleh pengelola keuangan Dinas Pertanian
Kabupaten XYZdapat mengakibatkan keterlambatan pembayaran kepada rekanan.
Rekomendasi :
Direkomendasikan kepada Kepala Dinas Pertanian Kabupaten XYZ untuk memerintahkan pengelola
keuangan untuk melaksanakan penatausahaan keuangan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan
DPKAD Kabupaten XYZ.
Arens, Loebecke, Amir Abadi Jusuf. 1996. Auditing - Pendekatan Terpadu. Buku Satu. Jakarta:
Salemba 4.
Asosiasi Auditor Intern Pemerintah Indonesia (AAIPI). 2013. Standar Audit Asosiasi Auditor
Intern Pemerintah Indonesia {SA-AAIPI}.
Kurt F. Reding, et. al. 2009. Internal Auditing: Assurance and Consulting Services. Second Edition.
Mulyadi, Kanaka Puradiredja. 2002. Auditing. Buku Satu. Edisi ke-6. Jakarta: Salemba 4.
Robert N Anthony, Vijay Govindarajan. 2000. Sistem Pengendalian Manajemen. Buku Satu. Edisi
ke-6. Jakarta: Salemba 4.
The Institute of Internal Auditors. 2012. International Standards for The Professional Practice Of
Internal Auditing {Standards}.
William F Messer Jr. 2000. Auditing and Assurance Service - A Systematic Approach. McGraw-
Hill Higher Education.
• Kepemimpinan
• Komunikasi Audit Intern II
• Tata Kelola, Manajemen Risiko, dan Pengendalian Intern III
• Kebijakan Publik
• Praktik Audit Intern